Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PERJALANAN

Objek Wisata di Jawa tengah

Disusun untuk Melengkapi Tugas

Studi Kenal Alam

SKAL Tahun Pelajaran 2017/2018

Oleh :

1. Naufal Muhammad Fahri (11)


2. Putra Fajar F.F (12)
3. Ramadhan Mubarok (13)
4. Syahrul Fadillah (14)
5. Septya Amalia J (35)
6. Zulfa Fatimatuz Z (36)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KANTOR KEMENTERIAAN KOTA KEDIRI

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 KOTA KEDIRI

Jalan Sunan Ampel 12 Telp./ Fax. (0354)/687895 Ngronggo Kediri 64127

NPSN : 20583785 NSM : 121135710003

Website : www.mtsn2kediri.sch.id E-mail : mtsn_kdr_2@yahoo.co.id

2017

1
LAPORAN PERJALANAN

Objek Wisata di Jawa tengah

Disusun untuk Melengkapi Tugas

Studi Kenal Alam

SKAL Tahun Pelajaran 2017/2018

Oleh :

1. Naufal Muhammad Fahri (11)


2. Putra Fajar F.F (12)
3. Ramadhan Mubarok (13)
4. Syahrul Fadillah (14)
5. Septya Amalia J (35)
6. Zulfa Fatimatuz Z (36)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KANTOR KEMENTERIAAN KOTA KEDIRI

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 KOTA KEDIRI

Jalan Sunan Ampel 12 Telp./ Fax. (0354)/687895 Ngronggo Kediri 64127

NPSN : 20583785 NSM : 121135710003

Website : www.mtsn2kediri.sch.id E-mail : mtsn_kdr_2@yahoo.co.id

2017

2
PENGESAHAN

Laporan SKAL 2017 ini

telahdisetujuidandisahkanoleh

Mengetahui
KepalaMTsN 2 Kota Kediri Pembimbing

NIP NIP

3
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis kami yang berjudul “ Laporan Perjalanan Studi Kenal
Alam Lingkungan Tahun Pelajaran 2017/2018 ” tepat pada waktunya.

Dalam buku ini kami melaporkan perjalanan kami selama SKAL di Dieng dan Jogyakarta. Kami juga
menuliskan pengalaman – pengalaman baru kami selama di sana. Selain itu, kami juga menjelaskan
tempat-tempat yang kami kunjungi beserta sejarahnya.

Laporan ini dapat kami selesaikan tepat waktu berkat bantuan dari banyak pihak yang tidak dapat
kami balas dan kami ukur. Oleh karena itu, dengan segenap hati kami menyampaikan terimakasih
kepada :

1. Bapak selaku kepala sekolah MTsN Kediri 2


2. Ibu Ana SoeriSastriyawati, S. Pd, M. Pd selaku pembimbing kami.
3. Ibu Wawin IstiHartiwi, S. Pd, M. Pd selaku wali kelas kami
4. Kedua orang tua kami yang telah memberi inspirasi dan motivasi dalam proses pembuatan dan
penyusunan laporan ini.
5. Panitia SKAL 2017/2018
6. Serta semua pihak yang ikut serta membantu penelitian ini sehingga laporan ini dapat diselesaikan
tepat waktu.

Laporan kami ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap bahwa hasil penilitian
ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam rangka teknologi pertanian. Dalam penelitian
ini kami mencoba untuk mengungkapkan beberapa alasan untuk pemanfaatan limbah kulit pisang
sebagai alternatif pupuk organik. Beberapa pertanyaan atau permasalahan yang kami temukan
berkaitan dengan pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai alternatif pupuk organik dapat terjawab
dalam penelitian ini.

Penelitian ini akhirnya dapat kami selesaikan tepat waktu berkat bantuan yang tak terhingga dari
berbagai pihak yang tidak dapat kami ukur dan kami balas. Dengan segenap ketulusan hati, kami
menyampaikan terima kasih kepada:

Sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari salah dan khilaf. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca
dan menambah ilmu pengetahuan. Amin.

4
Kediri, ... Januari 2017

Penulis

Kami mengucapkanterimakasihkepada

1. Bapak
2.

Motto dan Persembahan

" Tuntutlah hakmu,

Jika kau telah

Melaksanakan
kewajibanmu "

5
6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…... 3

MOTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………………….….. 3

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……................................................................................................... 5

1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………... 5

1.3 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………... 5

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………………… 5

BAB IILAPORAN PERJALANAN

2.1 Persiapan…………………………………………………………………………... 6

2.2 Perjalanan………………………………………………………………………..... 6

7
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dieng berasal dari Bahasa Sanskerta Dhiyang yang berarti tempat bersemayamnya
para dewa. Berdasarkan catatan sejarah, tempat ini diyakini sebagai awal peradaban Hindu di
Pulau Jawa yang berkembang pada masa Dinasti Sanjaya sekitar abad ke-8. Hal ini ditandai
dengan berdirinya candi-candi di sekitar kawasan Dieng yang dahulu di bangun untuk
memuliakan dewa Siwa dan kemudian oleh penduduk sekitar diberi nama tokoh-tokohdalam
kisah Mahabarata seperti, candi Arjuna, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, Bima, dan
Gatotkaca. Dataran tinggi Dieng ini terbentuk oleh amblesnya gunung api tua yaitu gunung
Prau. Bagian yang ambles tersebut membentuk gunung-gunung kecil seperti gunung Alang,
Nagasari, Panglimunan, Pangonan, Gajah Mungkur, dan Pakuwaja sampai sekarang gunung-
gunung tersebut masih aktif. Dieng juga memiliki kawah-kawah yang tersebar di kawasan
Dieng, tapi dari semua kawah yang ada kawah Timbang merupakan kawah yang paling
berbahaya karena uap yang keluar dari kawah ini seluruhnya adalah gas CO2 . Gas
inisangatberbahayakarena gas inimerupakan gas yang tidakberwarna, tidakberbau,
sertalebihberatdariudarainimemilikisifatracun. Padakonsentrasitinggi gas inidapatmematikan.
Selain memiliki pemandangan alam yang menakjubkan Dieng juga memiliki kesenian
tradisional yang khas yaitu tari topeng lengger. Tarian ini diambil dari cerita rakyat tentang
kisah percintaan Panji AsmaraBangun dan Galuh Chandra Kirana.Keunikan lain di
datarantinggiDiengadalahadanyaanak – anakberambut gimbal. Ada yang
percayabahwaanakberambutgembelinimembawaberkahatausialdanuntukmemotongrambutge
mbelituharus di adakanupacarauntukmembebaskananaktersebutdaripengaruhburuk.
DatarantinggiDiengini juga sangatcocokuntuk di tanamisayuran. Tidakbanyaktempat di
Indonesia yang memilikihawaseperti di Dieng,
karenaketinggiannyahawaDiengmenjadisangatsejukbahkanpadabulanjunysampaiagustusmenj
elangpagihariudarabisamencapaititikbeku. Embun yang menempelpada dun-
daunmenjadikristalesdanpadasaatituudaramenjadisangatdingin, sedinganudaramusimdingin di
Eropa.

Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.
Daerah ini memiliki banyak tempat wisata yang patut untuk dikunjungi wisatawan baik lokal
maupun mancanegara. Selain menyimpan keindahan alam, kota ini juga meyimpan sejarah
yang patut untuk dipahami. Oleh karena itu, DIY menjadi salah satu kota favorit di
Indonesia.Tempatwisata di Jogyakartaada yang merupakanpeninggalanBelanda.
Penataankota Yogyakarta iniuniksehingganyamanuntuk di pandang.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Melaporkan hal baru yang telah didapat selama di DIY


b. Melatih siswa untuk melestarikan alam

8
c. Melatih siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
d. Menambah pengalaman siswa
1.3 Teknik Pengumpulan Data

Data-data dalam laporan ini di peroleh dengan cara :

a. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan suatu kegiatan dan pemilihan secara teratur dengan cara
menggunakan bahan – bahan dokumentasi seperti buku, internet, dll.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Siswa dapat mengetahui cara menyusun laporan dengan baik dan benar
2. Siswa terlatih untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan
3. Siswa dapat melaporkan hal-hal baru yang didapat

9
BAB II

LAPORAN PERJALANAN

2.1 Persiapan

Tepat pada pukul 16. 00 seluruh siswa kelas VIII serta para pendamping berkumpul
di Masjid Al – Azhar untuk melaksanakan shalat ashar dan shalat shafar, dilanjutkan dengan
pengarahan umum. Pada pukul 18.00 peserta serta pendamping SKAL melaksanakan shalat
magrib dan isya’ lalu bersiap masuk ke bus masing-masing. Pada pukul 18. 10 bis mulai
bergerak menuju ke lokasi yang sudah ditentukan dan tiba disana pada pukul 22. 05 untuk
beristirahat ataupun memakan makanan yang sudah dibawa dari rumah, setelah itu perjalanan
di lanjutkan. Sekitar pukul 04.30 rombongan tiba di Kampoeng Dieng untuk melaksanakan
shalat subuh dan sarapan.

2.2 Perjalanan

Tempat pertama yang akan kami kunjungi adalah dataran tinggi Dieng. Dataran
tinggi Dieng terletak di Jawa Tengah serta berada pada wilayah 5 kabupaten yaitu, Kabupaten
Batang, Kendal, Temanggung, Wonosobo, dan Banjarnegara. Dataran tinggi ini berada pada
ketinggian 2000 m di atas permukaan laut. Dieng berasal dari Bahasa Sanskerta Dhyang yang
berarti tempat bersemayamnya para dewa. Berdasarkan catatan sejarah, tempat ini diyakini
sebagai awal peradaban Hindu di Pulau Jawa yang berkembang pada masa Dinasti Sanjaya
sekitar abad ke-8. Hal ini ditandai dengan berdirinya candi-candi di sekitar kawasan Dieng
yang dahulu di bangun untuk memuliakan dewa Siwa dan kemudian oleh penduduk sekitar
diberi nama dalam kisah Mahabarata seperti, candi Arjuna, Srikandi, Puntadewa, Sembadra,
Bima, dan Gathutkaca. Dataran tinggi Dieng ini terbentuk oleh amblesnya gunung api tua
yaitu gunung Prau. Bagian yang ambles tersebut membentuk gunung-gunung kecil seperti
gunung Alang, Nagasari, Gajah Mungkur, dan Pakuwaja sampai sekarang gunung-gunung
tersebut masih aktif. Dieng juga memiliki kawah-kawah yang tersebar di kawasan Dieng, tapi
dari semua kawah yang ada kawah Timbang merupakan kawah yang paling berbahaya karena
uap yang keluar dari kawah ini seluruhnya adalah gas CO2 . Selain memiliki pemandangan
alam yang menakjubkan Dieng juga memiliki kesenian tradisional yang khas yaitu tari topeng
lengger. Tarian ini diambil dari cerita rakyat tentang kisah percintaan Panji Asmarabangun
dan Galuh Candrakirana.

 Kami Tiba di KampoengDieng

10
Selama di dataran tinggi Dieng tempat pertama yang kami kunjungi adalah
Kampoeng Dieng. Kami sampai disana pada pukul 04.00, di sana kami melaksanakan shalat
subuh dan sarapan. Ketika di Kampoeng Dieng kami dapat melihat pemandangan indah khas
pegunungan sehingga banyak yang mengabadikan pemandangan tersebut baik untuk latar ber
– selfie bersama teman-teman maupun berfoto sendiri.

 Kami Tiba di Dieng Plateau Theather

Setelah itu, perjalanan kami dilanjutkan ke Dieng Plateau Theather. Setelah


sampai disana tepat pukul 08.25 kami di bagi menjadi beberapa bagian untuk meyaksikan
film tentang sejarah dataran tinggi Dieng. Dieng Plateau Theather ini merupakan semacam
bioskop dengan kapasitas 100 orang. Selain itu, di samping Dieng Plateau Theather juga
terdapat permainan semacam flying fox tetapi menggunakan sepeda. Film yang kami saksikan
tersebut berdurasi sekitar 25 menit.

 Kami Tiba di KawahSikidang

Setelahselesai menyaksikan
film singkat tersebut kami menuju ke kawah
Sikidang. Kawah sikidang merupakan salah satu
kawah di Dieng yang memiliki bau belerang
pekat. Oleh karena itu, saat memasuki kawasan
Kawah Sikidang pada pukul 09.59 bau belerang
yang menyengat langsung memasuki indra
penciuman kami bahkan ada beberapa dari kami
yang tidak ikut masuk karena tidak tahan dengan
bau belerang tersebut. Di sepanjang jalan
menuju kawah sikidang kita dapat berbelanja di
ruko – ruko pedagang yang menawarkan berbagai macam makanan khas Dataran Tinggi
Dieng. Kawah Sikidang banyak yang menawarkan tempat-tempat foto yang menyediakan

11
pemandangan menarik dengan tarif sekitar 5.000-10.000 – an. Selain itu, di Kawah Sikidang
kita dapat menemukan pedagang yang menjual telur rebus kawah.

 Kami Tiba di TelagaWarna

Selanjutnya kami menuju ke telaga warna. Kami sampai pada pukul 11. 00. Telaga
warna merupakan sebuah danau vulkanik air tawar dan belerang sehingga menimbulkan
warna merah, hijau, biru, dan lembayung. Telaga warna letaknya besebelahan dengan telaga
pengilong. Pengilon berarti cermin, telaga ini bening sejernih kaca. Menurut legenda, telaga
ini merupakan cerminan isi hati manusia. Hati yang baik wajahnya akan terlihat bagus.
Sedangkan hati yang buruk akan terlihat buruk.

 Kami Tiba di Candi Arjuna

Setelah dari telaga warna, kami melanjutkan perjalanan ke Candi Arjuna. Kami
sampai di sana pada pukul 12.05. Sebelum memasuki komplek Candi Arjuna kami melewati

12
Batu Dharmasala dan Sendang Sedayu. Setelah itu kami kembali ke kampong Dieng untuk
makan siang serta melaksanakan shalat dzuhur dan ashar jama’ takdim.

 Kami Tiba di MakamGunungPring

Perjalanan kami dilanjutkan dengan menggunakan bus menuju ke Makam Gunung


Pring. Ketika rombongan kami tiba di sana pada pukul 07.45 dan langsung mencari musholla
di kawasan Komplek makam Gunung Pring untuk menunaikan shalat Magrib dan Isya’.Lalu
kami melanjutkan perjalanan ke makam Raden Santri. Sepanjang perjalanan menuju
Komplek Makam Gunung Pring banyak ruko-ruko yang menjual perlengkapan ibadah,
pakaian, oleh-oleh, dan masih banyak lagi. Komplek Makam Gunung Pring merupakan
makam dari Kyai Raden Santri beserta keluarga keraton yang terletak di Desa Gunung Pring,
Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Dalam makam tersebut hanya terdapat dua
makam Nyai. Makam tersebut memiliki susunan melingkar dimana pada bagian tengah
komplek makam terdapat ruang kosong. Dari penelitian dan wawancara yang dilakukan
makam ini memiliki susunan melingkar tidak memiliki maksud apa-apa. Sedangkan
terdapatnya dua orang Nyai yang dimakamkan di tempat tersebut dikarenakan Nyai Harun
dan Nyai Gus Jogo Rekso adalah termasuk keluarga dalam atau keturunan langsung dari Kyai
Raden Santri. Berbeda dengan istri-istri dari kyai yang lain kemungkinan berbeda silsilah
dengan Kyai Raden Santri sendiri.

Pangeran Singosari merupakan nama asli dari Kyai Raden Santri. Beliau adalah
seorang yang berdarah biru dari kraton Ngayogyokarto Hadiningrat putra dari Ki Ageng
Pemanahan dan saudara kandung dari Raden Sotowijoyo atau sering dikenal dengan nama
Panembahan Senopati yang menjadi raja Mataram Islam pertama kala itu masih berada di
Kota Gede dan Pangeran Gagak Baning seorang Adipati Pajang tahun 1588-1591. Menjelang
kerajaan Mataram Islam berdiri, Pangeran Singosari pernah bertugas menjadi senopati perang
yang bertugas menahlukan kembali kadipaten-kadipaten yang ingin memisahkan diri dari
Mataram Islam. Setelah panembahan Senopati menjadi raja, beliau ditawari untuk menjadi
Adipati sebuah kadipaten namun beliau menolaknya dan memilih pergi dari kraton untuk
menumpas berandalan yang ada di Magelang dan menyebarkan agama Islam sebagaimana
yang telah diajarkan oleh ayahandanya (Hasabu, 2004: 1).
Raden Santri adalah sebuah nama samaran yang digunakan oleh Pangeran Singosari
agar tidak diketahui oleh pihak Kraton. Bagaimanapun juga beliau masih dibutuhkan oleh
pihak kraton. Beliau berkelana dan akhirnya menetap di dusun Santren, Gunung Pring,
Muntilan (Hasabu, 2004: 1).Komplek makam Kyai Raden Santri merupakan komplek makam
Puroloyo atau komplek makam keluarga kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Saat ini
komplek makam tersebut dikelola oleh Yayasan Kyai Raden Santri yang telah berbadan
hukum sejak1992 (Hasabu, 2004: 6).
Dalam budaya jawa seorang yang tinggi derajatnya biasanya selalu berada diatas
seperti pada sebuah kereta pesanan dari kraton biasanya letak kusir selalu berada lebih rendah
dibandingkan dengan tempat duduk penumpang. Berbeda dengan kereta hadiah dari Belanda
yang letak kusir berada lebih tinggi daripada penumpangnya. Hal tersebut juga dipakai pada
makam-makam orang yang berpengaruh dalam masyarakat, Komplek Makam Kyai Raden
Santri salah satunya. Dimana makam tersebut berada di sebuah bukit yang bernama Gunung
Pring.

13
Di komplek makam tersebut juga masih dibedakan lagi tata letaknya. Keluarga kyai
raden santri berada di tempat yang sedikit lebih tinggi dibanding dengan tokoh-tokoh
masyarakat lainnya yang hanya berada di luar cungkup keluarga Kyai Raden Santri.Komplek
makam keluarga Kyai Raden Santri memiliki nisan-nisan dengan motif dan bahan pembuatan
yang sama. Pola tata letak komplek makam Kyai Raden Santri sangat berbeda dengan tata
letak komplek makam yang lain. Makam-makam dalam komplek ini memliki tata letak yang
bisa diasumsikan memiliki bentuk melingkar. Dimana pada bagian tengah terdapat ruang
yang sedikit lapang atau kosong. Walaupun tata letaknya seakan melingkar tetapi tetap
mengikuti kaedah-kaedah sebagai makam Islam.

Berikut merupakan susunan makam keluarga Kyai Raden Santri:


1. Makam Kyai Raden Santri
2. Makam Kyai Krapayak III
3. Makam Kyai H. Husein
4. Makam Kyai Abdullah Sajad
5. Makam Nyai Hj. Harun
6. Makam Nyai Gus Jogo Rekso
7. Makam Kyai Human
8. Makam Kyai Kerto Jani
9. Makam Kyai Abdurrachman
10. Makam Kyai H. Dalhar
Septya Amalia Jahar

14
 Tiba di Hotel Rose In Yogyakarta

Kami tiba di Hotel Rose In pada tepat pukul 22.30, kemudian kami check in, dilanjutkan
menuju kamar masing-masing. Setelah itu, kami melaksanakan sholat maghrib dan isya’.
Sebelum beristirahat, kami sempatkan untuk berbincang-bincang membicarakan fasilitas
hotel yang dapat kami nikmati. pada tanggal 15 oktober 2017 dan bangun pukul 03.30,
kemudian kami mandi, dilanjutkan dengan shalat tahajut dan shalat shubuh. Setelah itu kami
berkemas dan bersiap melanjutkan perjalanan. Pada pukul 07.00 kami turun untuk sarapan
baru kemudian chek out, jujur kami masih merasa betah di Hotel, tetapi, perjalanan masih
panjang mengharuskan kami untuk segera chek out. Kemudian kami melanjutkan perjalanan
menuju Taman Pintar, Benteng Vredeburg, dan Malioboro.
Zulfa Fatimatuz Zahro`

15
 Tiba di Taman Pintar

Kami tiba di Taman Pintar pada pukul 09.15. Kami menunggu antrian untuk
mendapatkan tiket masuk Taman Pintar. Saat kami masuk Taman Pintar, terdapat aquarium
yang berada diatas kami. Kemudian, kami melewati beberapa biografi para tokoh
internasional seperti :

 Avicenna (Ibnu Sina)


 Gregor Mendel
 Nicola Tesla
 Marrie Currie
 Tim Berner Lee
 Prof. Dr. Ing. Baharudin Jusuf Habibie.
 Ir. Tjokorda Raka Sukawati
 Assct. Prof. Dr. Eng. Khoirul Anwar, S.T., M. Eng,
 Prof. Dr. Eng. Eniya Listani Dewi, B. Eng,. M. Eng,
 Prof. Dr.(HC) Ir. Sedijatmo
 Dr. Joe Hin Tjio
 Phytagoras

16
Kemudian kami memasuki beberapa ruangan dengan zona ruangan yang berbeda-beda.

 Kami pun memasuki ruangan zona ilmu


pengetahuan galaksi.

 Kemudian, ruangan Zona Biologi.

 Kemudian, Zona Fisika dengan bermacam-macamnya


alat percobaan.

 Kemudian, Zona air

 Kemudian kami menjelajah menara Eiffel.

Perbedaan waktu di Jogja dan Paris Pembangunan menara Eiffel

17
 kemudian kami memasuki zona Memorabilia yang berisi
biografi beberapa pahlawan nasional

 Zona Kepresidenan yang berisi kumpulan foto


dan biografi para presiden.

Kemudian, kami dapat melihat


Miniatur Candi Borobudur saat hendak
keluar dari Ruangan Zona-zona.

Setelah kami melihat miniatur candi Borobudur, kemudian kami bergegas keluar dari
ruangan zona-zona. Ada beberapa pedagang yang berjualan makanan atau minuman
dikios-kios kecil saat kami hendak meninggalkan Taman Pintar, banayak dari kami yang
membeli minuman terlebih dahulu sebelum meninggalkan Taman Pintar untuk
mengurangi haus. Kami mengakhiri pembelajaran kami dari Taman Pintar dengan keluar
melalui beberapa tangga, dan keluar.Kami melanjutkan perjalanan ke Benteng Vredeburg
dengan berjalan kaki karena tempatnya berdekatan dengan Taman Pintar. Disepanjang
perjalanan menuju Benteng Vredeburg, kami mendapati banyak sekali pedagang kaki lima
yang menjajakan dagangannya. Begitu kami masuk ke dalam Benteng, kami sangat
terkesan karena Benteng Vredeburg merupakan Museum yang sangat besar yang pernah
kami kunjungi.

18
 Tiba di Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengat lahirnya Kasultanan


Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan
antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan
Hamengkubuwono I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut
campur urusan dalam negeri Raja-raja Jawa pada waktu itu. Orang Belanda yang berperan
penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah Nicolaas Harting yang menjabat sebagai
Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouveurneur en Directuer Van Javas
Noordkust) sejak bulan Maret 1754.

Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah
Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasuhunan Surakarta dan Kasultanan
Yogyakarta. Selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi
yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Abdul
Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatullah I. Sedangkan Kasuhunan Surakarta
diperintah oleh Pakubuwono III.

Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I adalah segera
memerintahkan membangun kraton. Dengan titah tersebut segera dibuka hutan beringin
dimana ditempat tersebut sudah terdapat Dusun Pacetokan. Sri Sultan Hamengkubuwono I
mengumumkan bahwa wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama
Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta. Selain sebagai panglima
perang yang tangguh Sri Sultan Hamengkubuwono I adalah juga seorang ahli bangunan
yang hebat.

Kraton Kasultanan Yogyakarta pertama dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755 dan
pada Hari Kamis Pahing 7 Oktober 1756 meski belum selesai secara sempurna Sultan dan
keluarganya berkenan untuk menempatinya.

Setelah kraton mulai ditempati kemudian beridiri pula bangunan-bangunan


pendukung lainnya, misalnya bangunan kediaman Sultan dan kerabat dekatnya dinamakan
Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1756. Bangunan Sitihinggil dan Pagelaran yang

19
selesai pada tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan Kemagangan selesai pada
tahun 1761 dan 1762. Masjid Agung didirikan pada tahun 1771. Benteng besar yang
mengelilingi kraton selesai pada tahun 1777. Dan akhirnya Bangsal Kencana selesai pada
tahun 1792.

Melihat kemajuan yang sangat pesat akan pembangunan kraton yang didirikan Sri
Sultan Hamengkubuwono I menimbulkan rasa kekhawatiran pada pihak Belanda sehingga
diajukanlah usul untuk membangun sebuah benteng disekitar wilayah kraton. Dalih yang
digunakan adalah agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan
tetapi maksud sesungguhnya Belanda adalah untuk memudahkan melakukan kontrol
perkembangan yang terjadi di kraton. Hal ini bisa dilihat dari letak benteng yang hanya
satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya menghadap ke jalan utama menuju
kraton merupakan indikasi utama bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai
benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa beridirinya
benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan
memalingkan muka memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan dibalik kontrak politik yang
dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan
yang sulit dilawan oleh pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda termasuk Sri
Sultan Hamengkubuwono I, oleh karena itu usulan pembangunan benteng dikabulkan.

Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang, pada tahun 1760, atas
permintaan Belanda, Sri Sultan Hamengkubuwono I telah membangun sebuah benteng
yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Keempat sudutnya dibuat tempat
penjagaan yang disebut sebagai seleka atau bastion yang menyerupai bentuk kura-kura
dengan keempat kakinya. Oleh Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayawisesa
(sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaning (sudut barat daya) dan
Jayaprayitna (sudut tenggara).

Menurut Nicolas Harting, benteng tersebut keadaannya masih sangat sederhana.


Temboknya terbuat dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu
pohon kelapa dan aren, sedangkan bangunan didalamnya terdiri atas bambu dan kaui
dengan atap ilalang.

Ketika Nicolas Harting digantikan oleh W.H Ossenberch pada tahun 1765, diusulkan
kepada Sultan agar benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih
menjamin keamanan. Usul tersebut dikabulkan dan selanjutnya pembangunan benteng
dikerjakan dibawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir.
Frans Haak. Tahun 1767 pembangunan benteng dimulai. Konstruksinya menggunakan
semen merah, gamping, pasir dan batu bata. Menurut rencana pembangunannya akan
selesai pada tahun itu juga tetapi pada kenyataannya proses pembangunan berjalan sangat
lambat dan baru selesai pada tahun 1787, hal ini karena pada masa tersebut Sultan juga
sedang giat-giatnya melakukan pembangunan Kraton Yogyakarta sehingga bahan dan
tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi untuk pembangunan kraton. Setelah selesai
bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Benteng Rustenburg
yang berarti Benteng Peristirahatan.

Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak
merubuhkan bangunan-bangunan antara lain Gedung Residen, Tugu Pal Putih dan
Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan lain. Seluruh bangunan-bangunan tersebut
segera dibangun kembali. Untuk Benteng Rustenburg segera diadakan pembenahan di

20
beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai dibangun kembali, nama Benteng
Rustenburg berganti menjadi Benteng Vredeburg yang artinya Benteng Perdamaian.
Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dan
Belanda yang tidak saling menyerang pada waktu itu.

Bentuk benteng tetap seperti awal dibangun, yaitu bujur sangkar. Pada keempat
sudutnya dibangun ruang penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Pintu gerbang
benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Didalamnya terdapat bangunan-
bangunan seperti rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah
sakit prajurit dan rumah residen. Penghuni benteng sendiri pada waktu itu mencapai 500
orang prajurit termasuk petugas medis dan para medis.

Pada masa pemerintahan Belanda, benteng ini juga memiliki fungsi sebagai tempat
perlindungan para residen yang sedang bertugas di Yogyakarta karena kantor residen
letaknya berseberangan dengan letak Benteng Vredeburg.

Seiring dengan perkembangan politik di Indonesia maka status kepemilikan Benteng


Vredeburg juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada awal berdirinya benteng
ini adalah milik kraton walaupun dalam penggunaannya dihibahkan kepada Belanda
(VOC). Kebangkrutan VOC pada periode 1788-1799 menyebabkan penguasaan benteng
diambil alih oleh Bataafsche Republic (Pemerintah Belanda) dibawah Gubernur Van Den
Burg sampai ke pemerintahan Gubernur Daendels. Ketika Inggris berkuasa maka benteng
dibawah penguasaan Gubernur Jenderal Raffles. Status benteng sempat kembali ke
pemerintahan Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang di bulan Maret 1942.

Pada tanggal 9 Agustus 1980 dengan persetujuan Sri Sultan Hamengkubuwono IX


Benteng Vredeburg dijadikan sebagai Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya
Nusantara dan pada tanggal 16 April 1985 dilakukan pemugaran untuk dijadikan
Museum Perjuangan. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1987. Tanggal 23
November 1992 Benteng Vredeburg resmi menjadi Museum Perjuangan Nasional
dengan nama Museum Benteng Vredeburg.

Bangunan sebagai bentuk aspirasi dari pembuatnya memiliki berbagai macam hal
yang ingin disampaikan. Hal-hal tersebut biasanya adalah fungsi dari bangunan, status
pemakainya, serta etnisitas pemakai. Dari hal-hal tersebut maka akan terlihat bahwa
sebenarnya bangunan itu juga mencerminkan diri pembuat dan pemakainya.

Benteng Vredeburg sebagai salah satu bangunan masa kolonial Belanda juga
mengadopsi teknik pembuatan bangunan indis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunan-
bangunan yang ada di dalamnya, seperti pada gedung Pengapit Utara dan Selatan.
Bangunan yang semula diperkirakan digunakan sebagai kantor administrasi ini dibangun
dengan memperhatikan penyesuaian terhadap keadaan lingkungan Indonesia, yaitu
berkaitan dengan iklim tropis khatulistiwa dan pemanfaatan bahan bangunan setempat.
Bentuk bangunan yang dibuat tinggi juga berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara.

21
Terdapat sebuah kolam yang kami lihat sebelum kami
masuk gerbang utama Benteng Vredeburg. Kemudian kami
diarahkan untuk memasuki Gedung Diorama 1 untuk
mengikuti sedikit pembelajaran yang di sampaikan oleh
petugas. Kami melanjutkan pembelajaran-pembelajaran
dengan memasuki gedung-gedung diorama lainnya.

Gedung dalam Benteng Vredeburg sangat banyak dan


didalamnya merupakan museum-museum. Ada
beberapa Diorama yang menceritakan banyak sekali
sejarah-sejarah tentang berbagai cerita.

Di tengah bangunan Benteng Vredeburg terdapat taman yang indah.

Juga terdapat miniatur Benteng Vredeburg yang


indah.

Saat kami hendak meninggalkan Benteng Vredeburg


karena kami telah menyelesaikan beberapa
pembelajaran, kami melewati gerbang belakang dari
Benteng Vredeburg.
Setelah selesai melihat-lihat kawasan Benteng
Vredeburg, perjalanan kami lanjutkan menuju
Malioboro.
Zulfa Fatimatuz Zahro`

22
 Kami tiba di Malioboro

DalambahasaSansekerta, kata “malioboro” bermakna karanganbunga.


Itumungkinadahubungannyadengan masa laluketikaKeratonmengadakan acara
besarmakajalanmalioboroakandipenuhidenganbunga. Kata malioboro juga
berasaldarinamaseorangcolonialInggris yang bernama “Marlborough” yang
pernahtinggaldisanapadatahun 1811-1816 M.
pendirianjalanmalioborobertepatandenganpendiriankeraton Yogyakarta (Kediaman
Sultan).

Perwujudanawal yang merupakanbagiandarikonsepkota di Jawa,


Jalanmalioboroditatasebagaisumbu imaginer utara-selatan yang
berkorelasidenganKeratonkeGunungmerapi di bagianutaradanlaut Selatan sebagaisimbol
supranatural. Di era kolonial (1790-1945) polaperkotaanitutergangguolehBelanda yang
membangunbentengVredeburg (1790) di ujungselatanjalanMalioboro.
Selainmembangunbentengbelanda juga membangun Dutch Club (1822), the Dutch
Governor’s Residence (1830), Java Bank
dankantorPosuntukmempertahankandominasimereka di Yogyakarta.
Perkembanganpesatterjadipada masa itu yang disebabkanolehperdaganaganantara orang
belandadengan orang cina. Dan juga disebabkanadanyapembagiantanah di
subsegmenJalanMalioborooleh
SultankepadamasyarakatcinadankemudiandikenalsebagaiDistrikCina.

Perkembanganpada masa
itudidominasiolehBelandadalammembangunfasilitasuntukmeningkatkanperekonomiandan
kekuatanmereka, Seperti pembangunanstasiunutama (1887) di JalanMalioboro, yang
secarafisikberhasilmembagijalanmenjadiduabagian. Sementaraitu,
jalanMalioboromemilikiperananpenting di era kemerdekaan (pasca-1945), sebagai orang-
orang Indonesia berjuanguntukmembelakemerdekaanmerekadalampertempuran yang
terjadi Utara-Selatan sepanjangjalan.

Sekarang ini merupakan jalan pusat kawasan wisatawan terbesar di Yogyakarta,


dengan sejarah arsitektur kolonial Belanda yang dicampur dengan kawasan komersial
Cina dan kontemporer. Trotoar di kedua sisi jalan penuh sesak dengan warung-warung
kecil yang menjual berbagai macam barang dagangan. Di malam hari beberapa restoran
terbuka, disebut lesehan, beroperasi sepanjang jalan. Jalan itu selama bertahun-tahun
menjadi jalan dua arah, tetapi pada 1980-an telah menjadi salah satu arah saja, dari jalur
kereta api ke selatan sampai Pasar Beringharjo. Hotel jaman Belanda terbesar dan tertua

23
jaman itu, Hotel Garuda, terletak di ujung utara jalan di sisi Timur, berdekatan dengan
jalur kereta api. Juga terdapat rumah kompleks bekas era Belanda, Perdana Menteri,
kepatihan yang kini telah menjadi kantor pemerintah provinsi.
Malioboro juga menjadisejarahperkembangansenisastra Indonesia.
DalamAntologiPuisi Indonesia di Yogyakarta 1945-2000 memberijudul “MALIOBORO”
untukbukutersebut, buku yang berisi 110 penyair yang pernahtinggal di
Yogyakartaselamakurunwaktulebihdarisetengahabad. Padatahun 1970-an,
Malioborotumbuhmenjadipusatdinamikasenibudaya Jogjakarta. JalanMalioboromenjadi
‘panggung’ bagi para “senimanjalanan” denganpusatnyagedungSenisono.
Namundayahidupsenijalananiniakhirnyaterhentipada 1990-an
setelahgedungSenisonoditutup.

Begitulah sejarah adanya Malioboro. Setelah kami puas berbelanja di Malioboro,


kamipun kembali menuju ke bus masing-masing yang berada diparkiran depan Taman
Pintar, kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Candi Prambanan. Di tengah perjalanan
kami berhenti untuk makan siang di Rumah Makan Grafika.
Zulfa Fatimatuz Zahro`

 Kami Tiba di Rumah Makan Grafika

Setiba di Rumah Makan Grafika, kami disambut beberapa orang pramusaji.


Kamipun mengantri untuk makan siang, hidangan yang disediakan antara lain:

 Tempe goreng
 Tahu goreng
 Sup
 Teh hangat

Setelah kami makan siang, kamipun menjalankan shalat dhuhur dan kemudian kami
kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan menuju Candi Prambanan. Ditengah
perjalanan kami berhenti sejenak untuk membeli oleh-oleh di Pusat Oleh-oleh Bu Vera.
Setelah membeli oleh-oleh, kamipun melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan.

24
 Kami Tiba di Candi Prambanan

Prambanan adalah salah satu candi termegah yang ada di Jawa kuno, pembangunan
Candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan Candi Budha
Borobudur dan juga Candi Sewu yang terletak tak jauh dari Candi Prambanan. Beberapa
sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai
kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori Wangsa Kembar
berbeda keyakinan yang saling bersaing yaitu Wangsa Sanjaya penganut Hindu dan
Wangsa Sailendra penganut Budha. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai
bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan kerajaan, setelah sebelumnya
Wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Budha aliran Mahayana.

Kini, candi ini termasuk dalam situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh
UNESCO, status ini diberikan oleh UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian
dari Candi Prambanan tengah direnovasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa
Yokyakarta 2006 yang mengakibatkan rusaknya bangunan-bangunan dan patung.

Kami sampai di Candi Prambanan pada pukul 15.15, kemudian kami mengantri
untuk mendapatkan tiket masuk Candi Prambanan. Setelah kami masuk, kami menuju
mushola untuk melaksanakan shalat Ashar. Setelah kami shalat, kami menuju kawasan
Candi Prambanan. Kami dapat melihat beberapa runtuhan candi-candi, tetapi masih
banyak candi yang masih kokoh berdiri.

Kami memasuki kawasan Candi Prambanan lebih dekat, dan berfoto-foto dengan
gembira. Banyak para wisatawan mancanegara yang mempelajari kebudayaan dan
keanekaragaman bangsa Indonesia, lalu, bagaimana dengan kita sebagai penerus bangsa
Indonesia?

25

Anda mungkin juga menyukai