Anda di halaman 1dari 32

CSE – 09 = KESIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT

PELATIHAN
AHLI K3 KONSTRUKSI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

KATA PENGANTAR

Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi telah memperhitungkan keselamatan kerja bagi


tiap tenaga kerja dan fisik proyek yang akan dilaksanakan, sehingga diharapkan proyek
dapat diselesaikan dengan baik tanpa gangguan bahaya yang tidak diharapkan.

Namun demikian suatu hal dapat saja terjadi sehingga menimbulkan kondisi darurat yang
memerlukan penanganannya dengan cepat, tepat dan dengan resiko sekecil mungkin baik
terhadap fisik proyeknya maupun tenaga kerjanya.

Dalam situasi tersebut, misalnya kebakaran, diperlukan adanya suatu sistem atau prosedur
kesiagaan mengatasi keadaan darurat tersebut yang dipahami oleh semua pihak yang
terlibat dalam pekerjaan di proyek tersebut.

Disisi lain agar penanganan darurat tersebut dapat dilakukan dengan tepat, maka diperlukan
suatu pelatihan atau pengarahan berkaitan dengan posedur mengatasi keadaan darurat
dalam lingkungan proyek atau pekerjaan.

Modul CSE – 09 = Kesiagaan dan Tanggap Darurat merupakan salah satu modul pelatihan
Ahli K3 Konstruksi yang cukup baik untuk bahan pembelajaran tentang kesiapan, kesiagaan
dan tanggap darurat.

Penyempurnaan materi ini sangat diperlukan, sehingga segala saran dan masukan dari
semua pihak sangat diharapkan agar dimasa mendatang materi ini lebih baik lagi.

Penyusun

ii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

Tujuan Pelatihan :
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti peserta diharapkan mampu :
Merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan mengevaluasi penerapan
ketentuan K3 untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisien penyelenggara konstruksi
mencapai nihil kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan K3 Konstruksi
2. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksana konstruksi
3. Merencanakan dan menyusun program K3
4. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
5. Melakukan sosialisasi dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur kerja dan
instruksi kerja K3
6. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3
yang mengacu peraturan perundang-undangan yang berlaku
7. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan
8. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat

Seri / Judul Modul = CSE – 09 : Kesiagaan dan Tanggap Darurat

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang
kesiapsiagaan dan tanggap darurat dalam mengatasi kondisi darurat pada proyek
konstruksi.

iii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah modul ini diajarkan, peserta mampu :
1. Membuat rencana tindak darurat.
2. Menjelaskan Tata Laksana Baku (SOP) dalam keadaan darurat.
3. Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
4. Melakukan investigasi kecelakaan dan tanggap darurat

iv
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


LEMBAR TUJUAN ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR MODUL ................................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1-1


1.1 Umum ........................................................................................ 1-1
1.2 Pengertian Keadaan Darurat .............................................................. 1-1
1.3 Dasar Penanganan Keadaan Darurat ................................................. 1-2

BAB 2 RENCANA TANGGAP DARURAT . .......................................................... 2-1


2.1 Tindakan Awal dalam Rencana Tanggap Darurat .............................. 2-1
2.2 Sistem Pelaporan .............................................................................. 2-4
2.3 Kesiagaan / Tata Laksana Baku (SOP) dalam Keadaan Darurat ........ 2-5

BAB 3 TATA LAKSANA BAKU (SOP) KEADAAN DARURAT .............................. 3-1


3.1 Dasar Penanganan Keadaan Darurat ................................................. 3-1
3.2 Persyaratan Umum............................................................................. 3-2
3.3 Persyaratan Teknis............................................................................. 3-5

BAB 4 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) DAN


INVESTIGASI KECELAKAAN DAN TANGGAP DARURAT ....................... 4-1
4.1 Petunjuk Umum ................................................................................. 4-1
4.2 Penanganan Kecelakaan ................................................................... 4-2
4.3 Investigasi Kecelakaan Analisa Insiden Dan Kecelakaan ................... 4-7

RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA

v
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli K3 Konstruksi“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan


kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-modul
pelatihan seperti tercantum dalam „DAFTAR MODUL“ dibawah ini yang dipergunakan
sebagai bahan pembelajaran dalam pelatihan „Ahli K3 Konstruksi“.
DAFTAR MODUL

No. Kode Judul Modul

1. CSE – 01 UUJK, Etos Kerja dan Etika Profesi

2. CSE – 02 Manajerial dalam Penerapan K3

3. CSE – 03 Peraturan Perundang-Undangan K3

4. CSE – 04 Pengetahuan Dasar K3

5. CSE – 05 Teknik Konstruksi

6. CSE – 06 Manajemen dan Administrasi K3

7. CSE – 07 Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

8. CSE – 08 Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

9. CSE – 09 Kesiagaan dan Tanggap Darurat

10. CSE – 10 Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

11. CSE – 11 Perlindungan Lingkungan dan Higiene Proyek

vi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

PANDUAN PEMBELAJARAN

A. BATASAN

No. Item Batasan Uraian

Keterangan
1. CSE – 09 = Kesiagaan dan Tanggap
Seri / Judul
Darurat

2. Deskripsi Materi ini terutama membahas tentang


kesiagaan dan tanggap darurat yang
meliputi pengertian dan dasar penanganan
keadaan darurat, pertolongan pertama
pada kecelakaan dan investigasi, analisa
aksiden dan kecelakaan

3. Tempat kegiatan Dalam ruang kelas lengkap dengan


fasilitasnya
4. Waktu 2 jam pelajaran teori (1 jp = 45 menit)
pembelajaran

vii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan
 Menjelaskan tujuan instruksional  Mengikuti penjelasan TIU dan TIK OHT1
(TIU & TIK.). dengan tekun dan aktif.
 Merangsang motivasi peserta  Mengajukan pertanyaan-
dengan pertanyaan atau pertanyaan apabila kurang jelas.
pengalamannya dalam
menghadapi keadaan darurat di
proyek.

Waktu : 10 menit

2. Ceramah : Bab 1 Pendahuluan

Pengertian keadaan darurat,


rencana tanggap darurat
 Menjelaskan kondisi darurat pada  Mengikuti penjelasan instruktur OHT2
pekerjaan konstruksi. dengan tekun dan aktif.
 Menjelaskan pengertian keadaan  Mencatat hal-hal yang perlu.
darurat.  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
 Menjelaskan keadaan darurat.
 Menjelaskan dasar penanganan
keadaan darurat
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.

Waktu : 10 menit

3. Ceramah : Bab 2 Rencana


tanggap darurat

Tindakan awal dalam rencana


tanggap darurat, sistem pelaporan
keadaan darurat.
 Menjelaskan tindakan awal dalam  Mengikuti penjelasan instruktur OHT3
rencana tanggap darurat. dengan tekun dan aktif.
 Menjelaskan sistem pelaporan  Mencatat hal-hal yang perlu.
kecelakaan dan keadaan darurat.  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.

Waktu : 20 menit

viii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG


4. Ceramah : Bab 3 Tata Laksana
Baku (SOP) Keadaan Darurat
OHT4
 Dasar keadaan darurat
 Persyaratan Umum

Waktu : 20 menit

5. Ceramah : Bab 4 Pertolongan


Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Fasilitas P3K, penanganan


kecelakaan.
 Menjelaskan fasilitas P3K.  Mengikuti penjelasan instruktur OHT5
 Menjelaskan keterlibatan unit dengan tekun dan aktif.
kerja proyek dalam penanganan  Mencatat hal-hal yang perlu.
kecelakaan.  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
 Analisa aksiden
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.

Waktu : 20 menit

4. Ceramah : Rangkuman

 Rangkuman.  Peserta diajak memahami dengan


 Mendiskusikan setiap pokok menyimpulkan materi pembahasan
bahasan tersebut.  Melakukan diskusi dan tanya
jawab OHT6
Waktu : 15 menit

ix
Ahli K3 Konstruksi Sistem Tanggap Darurat

MATERI SERAHAN

16
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Umum
Seringkali dalam proses pekerjaan konstruksi terjadi suatu hal yang bersifat darurat
misalnya kebakaran, akan tetapi karena tidak mengerti bagaimana menanganinya
kebakaran malah meluas dan menimbulkan korban jiwa yang seharusnya tidak perlu
terjadi.

Sesuatu yang dilakukan secara teratur dan membuat suatu prosedur yang baku akan
menimbulkan perasaan aman dan tindakan yang terencana dengan baik sehingga
apabila terjadi kejadian darurat banyak yang bisa diselamatkan, baik itu jiwa manusia
maupun peralatan dan pekerjaan itu sendiri.

Dengan memberikan pelatihan dan pengarahan mengenai tindakan pekerja pada


kondisi darurat segala sesuatu yang tidak kita inginkan bisa diatasi atau meminimalkan
resiko akibat keadaan darurat.

Seperti mengadakan simulasi kebakaran dengan mengikutkan instansi yang terkait


seperti Dinas Kebakaran dan Dinas Tenaga Kerja setempat akan membuat
pengetahuan pekerja untuk mengatasi keadaaan darurat akan bertambah, Penggunaan
Apar (Alat Pemadam Api Ringan) bisa menjadi kendala pada kondisi darurat karena
belum pernah melakukannya dengan adanya simulasi persoalan ini akan menjadi lebih
mudah.

Modul ini mencoba menyajikan persiapan dan tindakan dalam menghadapi kondisi
darurat yang diambil dari berbagai sumber dan semoga ada manfaatnya bagi kita
semua.

1.2 Pengertian Kesiagaan dan Keadaan Darurat


Kesiagaan dan keadaan darurat ialah suatu kondisi yang disebabkan baik oleh tindakan
manusia, alat dan bencana alam yang cenderung meluas dan bisa melibatkan seluruh
pekerja dan peralatan dan menimbulkan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit.

1-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

Untuk meminimalkan kerugian yang timbul perlu suatu perencanaan pada kondisi atau
keadaan darurat yang disebut “ Rencana Tanggap Darurat “

Rencana atau Prosedur Kesiagaan dan Tanggap darurat ini perlu disebarluaskan
kepada seluruh pekerja untuk diketahui dan diikuti.

1-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

BAB 2
RENCANA TANGGAP DARURAT

2.1 Tindakan Awal Dalam Rencana Tanggap Darurat


1. Merencanakan suatu Assembly Point yang merupakan suatu Denah Evakuasi yang
menunjukkan kemana pekerja berkumpul bila terjadi kondisi darurat dan
diperintahkan untuk evakuasi.
2. Mengadakan simulasi Kebakaran yang melibatkan Dinas Kebakaran setempat dan
kalau perlu dengan mengikut-sertakan Dinas Tenaga Kerja setempat.
3. Menyiapkan sirene – sirene dan alarm tanda bahaya.
Dalam menyiapkan tanda - tanda keadaan darurat, tentunya disertai dengan
prosedur pelaksanaannya atau petunjuk kerja, misalkan dapat dilakukan dengan
membunyikan, sirene/alarm, pemukulan benda-benda yang menimbulkan suara
nyaring dan berteriak, atau pada suatu pabrik yang sudah berdiri mempunyai isyarat
sendiri yang ditandai dengan panjang pendeknya sirene yang dibunyikan, seperti
pada Unit – unit Produksi Kilang Minyak Pertamina.
a. Sirene selama 6 (enam ) menit menunjukkan adanya keadaan darurat.
b. Sirene 3 (tiga) menit menunjukkan pekerja harus segera mengevakuasi diri ke
lokasi Assembly Point.
c. Sirene 1 (atau) menit kondisi sudah dapat diatasi dan aman untuk bekerja
kembali.
4. Menyiapkan rambu-rambu arah ketempat Assembly Point, lokasi Tabung Pemadam
Kebakaran dll.
5. Menyiapkan prosedur tanggap darurat
Prosedur ini menerangkan fase kejadian suatu situasi keadaan darurat yang perlu
ditanggapi oleh petugas yang bertanggung jawab di daerah kejadian untuk tujuan
pengendalian keadaan darurat di areal pekerjaan.
Adapun prosedur yang harus diikuti adalah sebagai berikut :
a. Setiap Pekerja/karyawan bertanggung jawab untuk mengamati keadaan di
daerah kegiatannya dan menanggulangi atau melaporkan segera setiap
kejadian yang tidak biasa di daerah tersebut.
b. Karyawan pada saat menemukan api, kebocoran gas atau cairan berbahaya
lainnya segera melapor kepada atasannya atau petugas yang menguasai areal
tersebut.

2-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

c. Setelah melapor atas petunjuk pengawas di daerah tersebut langsung


mengambil tindakan untuk menguasai keadaan atau menjaga agar api tidak
meluas sampai bantuan datang, seperti memindahkan bahan-bahan yang
mudah terbakar, menutup kerangan saluran gas, mengaktifkan sistem sprinkler,
penggunaan tabung pemadam kebakaran dll.
d. Pengawas/Supervisor mendengarkan laporan, mengajukan pertanyaan sebab-
sebab kejadian dan menginstruksikan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengatasi keadaan darurat.
e. Pengawas/Supervisor segera menuju ke tempat kejadian mengamati keadaan
dan meyakinkan bahwa prosedur tanggap darurat sudah dilaksanakan dengan
baik.
f. Jika situasi sukar diatasi dan perlu bantuan maka salah seorang segera
menelepon pihak yang dimintai tolong seperti Pemadam Kebakaran, Polisi,
Rumah Sakit dll.
6. Penyediaan Kendaraan
Hanya Kendaraan keadaan darurat yang telah ditentukan yang boleh memasuki
daerah gawat darurat.
Jangan halangi jalan menuju daerah keadaan darurat. Tinggalkan kunci kontak
untuk memudahkan pemindahan kendaraan jika diperlukan.
7. Pengendalian Kendaraan
a. Segera menuju Assembling Point Area.
b. Semua Personil/Pekerja yang tidak terlibat pengamanan daerah kejadian sudah
berada disassembly area untuk kemudian dicatat sambil menunggu instruksi
selanjutnya.
c. Jangan meninggalkan assembly area sebelum tercatat oleh Supervisor atau
Pengawas.
8. Menghubungi Pihak-pihak yang terlibat atau dilibatkan dalam Tanggap Darurat
a. Pimpinan Proyek/Pimpinan Pabrik atau Kilang dan staff Keselamatan dan
Kesehatan Kerja beserta seluruh Petugas Pemadam Kebakaran dan
Keamanan.
b. Klinik dan Rumah Sakit yang terdekat atau Rumah Sakit rujukan.
c. Pihak Kepolisian terdekat.
d. Dinas Kebakaran dan Pos Kebakaran yang terdekat.
e. Dinas Tenaga Kerja.
f. Asuransi Kecelakaan Kerja.
g. Warga sekitar lokasi Pabrik/Proyek.

2-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

Semua telepon dari pihak yang terkait dipampang dipapan pengumuman dan jika
perlu nama personelnya yang dapat dihubungi,
9. Tindakan Pekerja pada keadaan darurat Gempa Bumi
a. Jauhi areal yang mudah terkena reruntuhan atau kawat /sengatan listrik.
b. Hindari sekat kaca, jendela dan rak gantung, sekat paralatan yang dapat
menimpa anda.
c. Hindari genangan dan kebocoran air karena dapat bermuatan listrik.
d. Berlindunglah di bawah meja dan tetap diam, dan lindungi kepala, leher, mata,
dan .jika tidak ada tempat berlindung, jongkoklah ke lantai dengan punggung
menempel di dinding. Lingkari kepala dengan tangan silang menjepit menutup
leher.
e. Tinggalkan gedung segera/secepat mungkin dengan tenang, jika hanya kondisi
gedung tidak memungkinkan. Gunakan tangga darurat. Segera menuju tempat
berkumpul yang telah ditentukan dan tunggu instruksi lanjutan dari Petugas K3L
10. Mempersiapkan sistem dan prosedur pelaporan kecelakaan dan penyelidikan
kecelakaan.
Penyelidikan kecelakaan disini, lebih difokuskan pada kronologis dan keadaan /
situasi yang berkembang sesaat setelah kejadian yang digunakan sebagai
penjelasan laporan kejadian kecelakaan.
Semua kejadian dimaksud, termasuk kejadian-kejadian yang hampir celaka
merupakan gejala-gejala kelemahan atau kegagalan untuk mencapai operasi yang
efisien dan produksi maksimum yang aman. Kesemuanya ini akan diselidiki dengan
cara saksama oleh fungsi manajemen yang terlibat dan mengembangkan usaha-
usaha pengendalian yang efektif untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama.

Penyidikan dan Pelaporan yang segera harus dilaksanakan, tentang semua


kejadian - kejadian yang hampir saja menyebabkan kecelakaan bertujuan untuk :
a. Memenuhi ketentuan-ketentuan Pelaporan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Indonesia.
b. Penyedia informasi untuk analisa kejadian kecelakaan.
c. Menentukan dasar Pelaksanan tindakan perbaikan.
d. Menyediakan informasi untuk klaim Asuransi bila diperlukan.
BATASAN PERISTIWA, INSIDEN DAN KECELAKAAN
 “INSIDEN ADALAH SUATU KEJADIAN YANG TIDAK DIINGINKAN YANG
DAPAT MENYEBABKAN KERUGIAN ATAU DAPAT MENURUNKAN
EFISIENSI KERJA, DIMANA INSIDEN DAPAT MENGARAH PADA SUATU
KECELAKAAN
2-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

 “KECELAKAAN“ ADALAH SUATU KEJADIAN YANG MENGAKIBATKAN


ORANG CIDERA ATAU KERUSAKAN PADA HARTA BENDA ATAU
TERHENTINYA SUATU PROSES PEKERJAAN.

2.2 Sistem Pelaporan


1. Sistem Pelaporan Kecelakaan
a. Adalah suatu tugas dan tanggung jawab dari setiap Pengawas atau Pelaksana
untuk meyakinkan bahwa setiap kejadian yang mengakibatkan kerusakan pada
harta benda atau yang menyebabkan luka pada setiap Pekerja yang berada di
bawah pengawasannya harus dilaporkan kepada Petugas Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di unit kerjanya secara tertulis
dengan membuat format Laporan yang telah disetujui dan dibuat sebelumnya.
b. Laporan Kecelakaan yang lengkap sekurang-kurangnya sudah berada di kantor
P2K3 24 jam setelah kejadian.
c. Laporan Lisan mendahului Laporan Tertulis seperti dinyatakan diatas bisa
dilakukan tetapi tidak menghilangkan kewajiban untuk membuat Laporan
Tertulis.
d. Setiap Kejadian yang berakibat Fatal atau mengakibatkan cacat harus
dilaporkan ke Departemen Tenaga Kerja selambatnya 2 x 24 jam setelah
kejadian kecelakaan.
e. Penyidikan harus segera dilaksanakan sesegera mungkin setelah kejadian.
Penyidikan bersifat mencari Fakta bukan mencari kesalahan.
f. Pengawas yang bertanggung jawab atas orang atau peralatan yang mendapat
kecelakaan harus melakukan penyidikan bersama petugas P2K3 dan segera
membuat Laporan Penyidikan Kecelakaan Kerja.
g. Penyidikan Lanjutan akan diadakan untuk kejadian yang lebih parah dengan
mengikutkan pihak terkait dan untuk ini dibuat Laporan Tambahan

2. Sistem Pelaporan Keadaan Darurat


Cara yang baik untuk melaporkan keadaan darurat harus berbicara dengan jelas
dan terang serta memberikan informasi berurutan sbb.
a. Semua Panggilan didahului dengan “INI KEADAAN DARURAT“.
b. Beritahu Lokasi Kejadian.
c. Ringkasan Kejadian, penyebab kebakaran, pipa bocor dan lain-lain.
d. Perkenalkan diri anda, nama, nama perusahaan, atasan, bagian/seksi.
e. Ulangi Informasi diatas.
Petugas Fire Safety akan mengulang informasi diatas untuk menghindari kesalahan.
2-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

BAB 3
TATA LAKSANA BAKU (SOP) KEADAAN DARURAT

3.1 Dasar Penanganan Keadaan Darurat


Dasar penetapan kesiagaan dan tanggap darurat mengacu pada ketentuan peraturan
dan perundang–undangan yang berlaku termasuk komitmen perusahaan dalam
memberikan perlindungan kepada seluruh tenaga kerja dan lingkungan kerjanya,
diantaranya :
1. Lampiran 1. Peraturan Menteri No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Keselamatan
Kesehatan Kerja (SMK3), eleman 3.3. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Resiko.
a. Sub. elemen 3.3.8 Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana,
berbunyi :
Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menghadapi keadaan darurat
atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada
saat kejadian yang sebenarnya.
Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personel yang
memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar
harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang.
b. Sub. elemen 3.3.9. Prosedur Menghadapi Insiden. berbunyi :
Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan
harus memiliki prosedur yang meliputi :
a. Penyediaan Fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai
mendapat pertolongan medik.
b. Proses perawatan Lanjutan.
c. Sub. elemen 3.3.10. Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat,
berbunyi :
Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadan darurat
untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi normal dan membantu
pemulihan tenaga kerja yang trauma.
2. Komitmen perusahaan untuk memberikan perlindungan kepada seluruh tenaga
kerja dan lingkungan kerjanya yang didasarkan pada :
a. Kemampuan mengatasi sendiri dalam penanganan P3K atas insiden dan
Kecelakaan Kerja.

3-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

b. Kemampuan mengatasi keadaaan dalam keadaan darurat besar seperti


kebakaran, bencana alam dan lain-lain.

3. Penyusunan Tata Laksana Baku (SOP) Dalam Keadaan Darurat


a. Pembuatan prosedur sesuai peraturan perundang-undangan
b. Memastikan prosedur SOP keasiagaan darurat yang dibuat telah diuji dan telah
masyarakatkan ke seluruh tingkatan pekerja yang yang ada dilingkungannya.
c. Contoh keadaan baku menghadapi keadaan darurat.

FLOW CHART PENANGANAN KEADAAN DARURAT

Ditemukan kondisi yang bisa


menimbulkan keadaan darurat
(Kebakaran, kebocoran gas,
gas beracun dll)

Tidak
Pantau Situasi
(Teratasi)

Ya

Singkirkan barang-barang yang


mudah terbakar atau
membahayakan.
Beritahu atasan dan rekan
pekerja lainnya
Pergunakan Peralatan yang Beritahu Petugas K3 dan
tersedia seperti Apar dll. Keadaan Darurat, dan Pihak
lainnya yang dilibatkan.
(Pemadam Kebakaran Team
SAR Polisi dll).
Ikuti Petunjuk Petugas untuk
Pantau Situasi Tidak
akses aman.
(Teratasi)
Evakuasi ke Assembly Point

Ya Buat laporan A
Kejadian

Tidak
Jumlah pekerja
cukup lengkap

Pencarian oleh Team SAR/ Buat laporan Kejadian


Petugas Kebakaran

3-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

3.2 Persyaratan Umum


3.2.1 Persyaratan Administratif
Dalam persyaratan ini pertama-tama dinyatakan, terhadap semua tempat
dimana dilakukan kegiatan konstruksi berlaku semua ketentuan hukum
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku di Indonesia. Disini
jelas, bahwa tidak hanya berlaku untuk proyek milik Pemerintah atau Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) akan tetapi juga proyek milik swasta ataupun
anggota masyarakat lainnya.

Selanjutnya sebagai kewajiban umum bagi Kontraktor dinyatakan bahwa :


Tempat kerja, peralatan, lingkunan kerja dan tata cara kerja diatur demikian
rupa sehingga tenaga kerja terilindung dari risko kecelakaan.
Harus menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat
lain harus aman digunakan dan dan sesuai Keselamatan Kerja.
Kontraktor harus turut mengawasi agar tenaga kerja bisa selamat dan
aman dalam bekerja.
Kontraktor harus menunjuk petugas Keselamatan Kerja yang karena
jabatannya di dalam organisasi kontraktor bertanggungjawab mengawasi
koordinasi pekerjaan yang dilakukan, untuk menghindari risiko bahaya
kecelakaan.
Pekerjaan yang diberikan harus cocok dengan keahlian, usia dan jenis
kelamin serta kondisi fisik dan kesehatan tenaga kerja.
Kontraktor harus menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi
petunjuk terhadap bahaya demi pekerjaana masing-masing dan usaha
pencegahannya.
Petugas Keselamatan Kerja tersebut diatas bertanggungjawba pula
terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana pencegahan kecelakaan,
lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam penyelenggaraan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini menjadi tanggungjawab Kontraktor.

3.2.2 Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Mengenai organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja digariskan sbb:
Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus bekerja secara penuh
(full time), berarti tidak bisa sambilan atau separoh waktu.
Bila mempekerjakan sejumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat
proyek memang memerlukan, diwajibkan untuk membentuk unit Pembina
3-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Unit ini merupakan unit struktural yang
dikelola organisasi Kontraktor.
Petugas K3 harus bekerja sebaik-baiknya dibawah koordinasi Kontraktor
serta bertanggungjawab kepada Kontraktor.
Dalam hubungan ini kewajiban Kontraktor adalah :
- Menyediakan fasilitas untk melaksanakan tugasnya untuk Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Safety Committee).
- Berkonsultasi dengan Safety Committee dalam segala hal yang
berhubugan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di proyek.
- Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberikan efek pada
rekomendasi dari Safety Committee.
Jika terdapat dua atau lebih Kontraktor bergabung dalam suatu proyek
mereka harus bekerjasama membentuk kegiatan-kegiatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.

3.2.3 Laporan Kecelakaan


Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Depnakertrans. dan Departemen Pekerjaan Umum
(sekarang Dep. Kimpraswil).
Laporan tersebut harus meliputi statistik yang :
Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja
masing-masing, dan
Menunjukkan gambaran semua kecelakaan dan sebab-sebabnya.

3.2.4 Keselamatan Kerja dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)


 Diwajibkan memeriksa kesehatan individu pekerja pada :
Sebelum atau beberapa saat setelah pertama kali memasuki masa
kerja.
Secara berkala sesuai risiko yang terdapat pada pekerjaan.
 Pekerja berumur dibawah 18 tahun harus dapat pengawasan kesehatan
khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur.
 Data pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk referensi.
 Suatu organisasi untuk keadaan darurat harus dibentuk untuk setiap
daerah tempat bekerja yang meliputi semua pekerja, dibentuk petugas
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang dilengkapi alat
komunikasi dan jalur transportasi. Setiap pekerja harus diberitahu adanya
hal ini.
3-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

 Memberikan pertolongan pertama kecelakaan atau ada yang kena sakit


secara tiba-tiba harus dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau orang yang
terdidik dalam P3K.
 Alat-alat P3K dan kotak obat yang memdai harus tersedia di tempat kerja
dan dijaga agar tidak kotor, kena udara lembab dsb.
 Isi alat P3K atau kotak obat tidak boleh ditempati benda-benda lain, dan
paling sedikit harus berisi : obat kompres, perban, Gauze yang steril,
antiseptic, plester,forniquet, gunting, splint dan perlengkapan bila ada yang
digigit ular. Juga harus dilengkapi instruksi yang jelas dan mudah
dimengerti, dan harus dijaga supaya tetap berisi
 Kereta pengangkut orang sakit (Carrying Basket) harus selalu tersedia.
 Jika tenaga kerja dipekerjakan dibawah tanah atau pada keadaan lain, alat
penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
 Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang ada kemungkinan
risiko tenggelam atau keracunan gas alat-alat penyelamat harus selalu
tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
 Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut
dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami
kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat semacam itu.
 Petunjuk atau informasi harus diumumkan atau ditempelkan ditempat yang
strategis dengan memberitahukan :
 Kotak obat terdekat, alat P3K. ambulan, alat pengangkut orang sakit
dan alamat untuk urusan kecelakaan.
 Tempat tilpon terdekat untuk memanggil ambulan, nama dan nomor
telepon orang yang bertugas.
 Nama, alamat nomor tilpon dokter, rumah sakit dan tempat penolong
yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.

3.3 Persyaratan Teknis


Persyaratan Teknis mengatur tentang Tempat Kerja dan Peralatan
4.1.1 Pintu Masuk dan Keluar harus dibuat dan dipelihara dengan baik.
4.1.2 Lampu dan Penerangan bila tidak memadai harus diadakan diseluruh tempat
kerja, harus aman dan cukup terang. Harus dijaga oleh petugas bila perlu bila
ada gangguan.
4.1.3 Ventilasi, harus ada ditempat tertutup termasuk pembuangan udara kotor.
4.1.4 Jika tidak bisa mernghilangkan debu dan udara kotor, harus disediakan alat
pelindung diri.
3-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

4.1.5 Kebersihan, bahan yang tidak terpakai harus dibuang, paku yang tidak
terpakai harus dibuang atau dibengkokkan, benda-benda yang bisa
menyebabkan orang tergelincir serta sisa barang dan alat harus dibuang,
tempat kerja yang licin karena oli harus dibersihkan atau disiram pasir. Alat-
alat yang mudah dipindahkan harus dikembalikan ke tempat penyimpanan.
4.1.6 Pencegahan Bahaya Kebakaran Dan Alat Pemadam Kebakaran.
4.1.7 Persyaratan ini sangat rinci antara lain mengatur bahwa harus tersedia alat
pemadam kebakaran dan saluran air dengan tekanan yang cukup. Semua
pengawal dan sejumlah tenaga terlatih harus disediakan dan selalu siap
selama jam kerja. Alat-alat itu harus diperiksa secara periodik oleh yang
berwenang, dan ditempatkan ditempat yang mudah dicapai. Alat pemadam
dan jalan menuju ke tempat pemadaman harus terpelihara. Demikian juga
tentang syarat jumah, bahan kimia peralatan itu dan syarat pemasangan pipa
tempat penyimpana air.
4.1.8 Syarat-syarat mengenai Alat Pemanas (Heating Appliances).
4.1.9 Syarat-syarat mengenai Bahan Yang Mudah Terbakar.
4.1.10 Syarat mengenai Cairan Yang Mudah Terbakar.
4.1.11 Syarat-syarattentang Inspeksi dan Pengawasan.
4.1.12 Syarat-syarat tentang Perlengkapan dan Alat Peringatan.
4.1.13 Syarat-syarat tentang Perlindungan Terhadap Benda-benda Jatuh dan Bagian
Bangunan Yang Rubuh.
4.1.14 Persyaratan Perlindungan Agar Orang Tidak Jatuh, Tali Pengaman dan
Pinggir Pengaman.
4.1.15 Persyaratan Lantai Terbuka dan Lubang Pada Lantai.
4.1.16 Persyaratan tentang Lubang Pada Dinding.
4.1.17 Persyaratan tentang Tempat Kerja Yang Tinggi.
4.1.18 Pencagahan Terhadap Bahaya Jatuh Kedalam Air.
4.1.19 Syarat-syarat mengenai Kebisingan dan Getaran (Vibrasi).
4.1.20 Syarat-syarat tentang Penghindaran Terhadap Orang Yang Tidak Berwenang.
Syarat-syarat tentang Struktur Bangunan dan Peralatan. Memuat mengenai
Konstruksi Bangunan, Pemeriksaan, Pengujian dan Pemeliharaan serta
Pemakaian atau penggunaannya.

3-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

BAB 4
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) DAN INVESTIGASI
KECELAKAAN DAN TANGGAP DARURAT

4.1 Petunjuk Umum


1. Fasilitas P3K
a. Semua mandor di tempat kerja harus dilatih P3K dan mempunyai sertifikat P3K
yang bertaraf nasional. Sejumlah karyawan yang memenuhi syarat harus dilatih
P3K.
b. Fasilitas P3K harus dapat dilaksanakan pada tempat yang nyaman pada tiap
tempat kerja. Pusat P3K harus dibangun pada tiap tempat kerja yang luas /
besar dengan peralatan yang memadai dan harus mudah diidentifikasikan,
dijaga kebersihannya, dicatat yang baik, dan penerangan dan ventilasi yang
mencukupi/ cocok. Penyediaan persediaan medis yang cukup untuk
pengobatan, bidai, tandu dan obat – obatan harus disediakan. Pusat P3K harus
mempunyai air mengalir yang bersih.
c. Perlengkapan keadaan darurat misalnya tandu / usungan, dan telephone harus
tersedia di Pusat P3K.
d. Kotak–kotak P3K yang mencukupi berisi perlengkapan dan persediaan obat–
obatan harus disediakan di tempat kerja di bawah pengawasan mandor.
e. Perlengkapan P3K :
 Alat P3K atau kotak obat–obatan yang memadai harus disediakan ditempat
kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-
lain.
 Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat
untuk kompres, perban, gauze yang steril, antiseptik, plester, forniquet,
gunting, splint dan perlengkapan gigitan ular.
f. Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan tidak boleh berisi benda–benda lain selain
alat-alat P3K yang diperlukan dalam keadaan darurat.
g. Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan / instruksi yang
mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
h. Isi dari kotak obat – obatan dan alat P3K harus diperiksa secara teratur dan
harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).

4-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Kesiagaan dan Tanggap Darurat

4.2 Tindakan P3K


a. Cara–cara harus ditentukan dan dipublikasikan untuk keadaan darurat dari pada
karyawan yang cedera dari tempat kerja, persiapan P3K dan dimana perlu, untuk
medis atau pengobatan rumah sakit / dokter setempat.
b. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba – tiba, harus
dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
c. Kereta untuk mengangkat orang sakit (Carrying basket) harus selalu tersedia. Jika
tenaga kerja diperkerjakan dibawah tanah atau pada keadaan lain, alat penyelamat
harus selalu tersedia didekat tempat mereka bekerja.
d. Jika tenaga kerja diperkerjakan ditempat – tempat yang menyebabkan adanya risiko
tenggelam atau keracunan gas alat – alat penyelamat harus selalu tersedia didekat
tempat mereka bekerja.

4.3 Penanganan Kecelakaan


Dalam menangani kecelakaan kerja, akan selalu melibatkan unit kerja proyek, terutama
dalam mengambil langkah sesuai dengan prosedur, sehingga tidak merugikan tenaga
kerja yang mengalami kecelakaan.
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kematian atau cacat, dan alur penangannnya
digambarkan dalam bagan berikut :

4-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sistem Tanggap Darurat

BAGAN KETERLIBATAN PENANGANAN KECELAKAAN MENINGGAL

Pihak Yg Adm. Keluarg


Pimpinan Petugas Kepala Pengawas Dep- Rumah Asu
Melihat Keua- a
Ybs K3 Proyek Lapangan naker Sakit ransi
Kejadian ngan Korban Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pihak yang melihat
A C D kejadian melaporkan
B
dengan lisan ke pimpinan
A dan/atau ke petugas K3L
Pimpinan yang
bersangkutan segera
bekoordinasi dengan
E F G Petugas K3 dan
H berkoordinasi melarikan
B korban ke RS
C RS melakukan visum
I
Keluarga korban menerima
D hasil visum
Petugas K3 melanjutkan
laporan insiden /
M N kecelakaan ke Kapro dan
bersama Kapro melaporkan
ke Pengawas Lapangan
E dan Depnaker
Kepala Proyek melaporkan
ke Pengawas Lapangan
dan Depnaker, dan
J mengins-truksikan ke
Adkeu untuk mengurus
F biaya RS
K Adkeu membayar ke RS
dan mengurus klaim
G asuransi
RS menerima pembayaran
H dari Adkeu
Asuransi memerima berkas
I klaim dari Adkeu

4-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sistem Tanggap Darurat

Kapro menerima
J penggantian klaim
Administrasi keuangan
menerima penggantian
klaim dari Kapro dan
menyerahkannya ke
K keluarga korban
Keluarga korban menerima
penggantian klaim dari
L Adkeu
Kejadian ini wajib lapor
selama 2x24 jam

4-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sistem Tanggap Darurat

BAGAN KETERLIBATAN PENANGANAN KECELAKAAN TIDAK MENINGGAL/CACAT


Pengaw
Pihak Yg Adm. as Keluarg
Melihat Pimpinan Petugas Kepala Keua Lapanga Depnak Rumah Asura a
Kejadian Ybs K3 Proyek ngan n er Sakit nsi Korban Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pihak yang melihat
A C D kejadian melaporkan
B dengan lisan ke pimpinan
A dan/atau ke petugas K3L
Pimpinan yang
bersangkutan segera
bekoordinasi dengan
E F G Petugas K3 dan
H berkoordinasi melarikan
B korban ke RS
RS melakukan
I C pemeriksaan (Rekamedik)
Keluarga korban menerima
D hasil Rekamedik
Petugas K3 melanjutkan
laporan insiden /
M kecelakaan ke Kapro dan
bersama Kapro melaporkan
ke Pengawas Lapangan
E dan Depnaker
I
Kapro melaporkan ke
Pengawas Lapangan dan
Depnaker, dan mengins-
truksikan ke Adkeu untuk
J F mengurus biaya RS
Adkeu membayar ke RS
K dan mengurus klaim
L G asuransi
RS menerima pembayaran
H dari Adkeu
Asuransi memerima berkas
I klaim dari Adkeu

4-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Sistem Tanggap Darurat

Kapro menerima
J penggantian klaim
Adkeu menerima
penggantian klaim dari
Kapro dan
menyerahkannya ke
K keluarga korban
Keluarga korban menerima
penggantian klaim dari
L Adkeu
Kejadian ini wajib lapor
selama 2 x 24 jam

4-6
Ahli K3 Konstruksi Sistem Tanggap Darurat

4.3 Investigasi Kecelakaan, Analisa Aksiden Dan Kecelakaan


Dalam melaksanakan investigasi kecelakaan kerja yang perlu ditetapkan dan
diperhatikan adalah tersedianya formulir pemeriksaan/ investigasi dengan tujuan
memudahkan pelaksanaan.
Format berisi nama proyek, lokasi, nama korban kecelakaan, waktu terjadinya
kecelakaan, kondisi dan tindakan awal yang diambil kepada korban.
Terlampir beberapa contoh Laporan Kecelakaan / Insiden yang dipakai di proyek-
proyek Bangunan Umum maupun proyek MIGAS.
Didalam buku ILO Safety and Health in Building and Civil Engineering Work

Dinyatakan :
1. Semua jenis kecelakaan perlu diinvestigasi, baik yang menyebabkan kehilangan
nyawa atau luka-luka yang serius dan cenderung cacat harus dilaporkan kepada
Pihak yang Berwenang ( di Indonesia a.l Polisi dan pihak Depnaker ).
2. Kecelakaan dan hal berbahaya yang terjadi dilaporkan kepada Pihak yang
berwenang dalam bentuk format yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang.
3. Kejadian berbahaya seperti Peledakan, Gagalnya /Tumbangnya Crane atau
Derrick dan kebakaran diatur dalam peraturan Negara dan dilaporkan kepada
pihak yang berwenang tidak tergantung kepada terjadinya kecelakaan kerja
ditempat tersebut atau tidak.
4. Apabila terjadi kecelakaan fatal terjadi diminta kepada pekerja untuk sejauh
mungkin tidak mengusik lokasi kejadian sampai pihak yang berwenang selesai
melakukan investigasinya.
5. Lokasi Pabrik atau Gear yang berbahaya sedapat mungkin dilakukan
pemeriksaan oleh pihak yang berwenang.

4-7
Ahli K3 Konstruksi Keadaan dan Tanggap Darurat

RANGKUMAN

Bab 1 :
1. Selalu kegiatan/ tugas/ pekerjaan yang dilakukan secara teratur sesuai prosedur
(SOP) yang baku akan dapat menimbulkan rasa aman dan bertindak dengan baik
sehingga apabila terjadi keadaan darurat banyak yang bisa diselamatkan, baik itu juga
manusia, peralatan maupun tugas pekerjaan itu sendiri.
2. Pengertian keadaan darurat ialah suatu kondisi yang disebabkan baik oleh tindakan
manusia, peralatan, bencana alam atau kebakaran yang cenderung meluas dan bisa
melibatkan seluruh pekerja, peralatan dan dapat menimbulkan korban jiwa dan harta
yang tidak sedikit.

Bab 2 :
1. Tindakan awal dalam rencana tanggap darurat dapat dilakukan dengan :
 Merencanakan assembly point
 Menyiapkan tanda bahaya, rambu arah penyelamatan, tangga darurat
 Penyediaan dan pengendalian pengoperasian peralatan
 Menghubungi pihak yang terlibat
 Menyiapkan sistem pelaporan dan SOP nya serta penyelidikan kecelakaan
2. Cara yang baik untuk melaporkan/ memberikan keadaan darurat harus berbicara
dengan jelas dan tentang serta memberikan informasi yang runtun beruntun.

Bab 3 :
Untuk menghadapi situasi darurat diperlukan adanya suatu sistem atau prosedur baku
Standar Operatrion Procedure (SOP), kesiagaan mengatasi keadaan darurat yang dapat
dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.

Bab 4 :
1. Untuk dapat melakukan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), maka :
 Semua mandor harus dilatih P3K
 Fasilitas, perlengkapan dan isi kotak P3K harus lengkap beserta petunjuk
pemakaiannya
2. Dalam menangani kecelakaan kerja, supaya selalu melibatkan unti kerja proyek
terutama dalam mengambil langkah sesuai prosedur/ SOP.
Ahli K3 Konstruksi Keadaan dan Tanggap Darurat

3. Dalam melaksanakan investigasi kecelakaan kerja perlu ditetapkan dan diperhatikan


tersedianya formulir pemeriksaan/ investigasi
Ahli K3 Konstruksi Keadaan dan Tanggap Darurat

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 1 thn 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Konstruksi Bangunan
4. PERMENAKER No. : Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut
5. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada
Tempat Kegiatan Konstruksi
6. PERMENAKER No. : PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
7. OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment Series
8. OHSAS 18002:2000, Guideline for the implementation of OHSAS 18001:1999
9. COHSMS, Construction Industry Occupational Health and Safety Management
Systems

Anda mungkin juga menyukai