Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok

Perekonomian Indonesia

Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi di Indonesia

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Annisa Pratiwi (190522083)

Ashbahna Syari (190522082)

Muhammad Adi Putra (190522057)

Yanthi Esteria Panggabean (190522079)

Yonia Pagarayu Nababan (190522091)

Program Studi Akuntansi Ekstensi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara

2019
PENDAHULUAN

Menurut Prof.Dr. Rochmat Soemitro S.H, Fiskal (pajak) adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Dalam hal fiskal, di Indonesia saat ini menganut 3 sistem
pemungutan pajak, yaitu Official Assesment System, Self Assesment System, dan With Holding
System. Adapun kebijakan fiskal di Indonesia saat ini diatur oleh Pemerintah Indonesia di
bawah naungan Kementrian Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak.

Kebijakan fiskal menurut Haryadi adalah kebijakan ekonomi yang digunakan


pemerintah untuk mengarahkan perekonomian suatu negara ke arah yang lebih baik atau
sesuai dengan yang diinginkan dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Cara mengelola kebijakan fiskal adalah dengan mengelola penerimaan negara
yang bersumber dari pajak salah satunya dengan menaikkan pertumbuhan ekonomi ataupun
dengan menurunkan tarif pajak,bea masuk,dll. Adapun beberapa dari tujuan kebijakan fiskal
adalah mencapai kestabilan perekonomian nasional,memacu pertumbuhan
ekonomi,mendorong laju investasi,membuka kesempatan kerja yang luas dan menjaga
stabilitas harga barang dan jasa agar tidak terjadi inflasi. Fiskal digunakan untuk menjelaskan
bentuk pendapatan negara yang dikumpulkan oleh masyarakat dan oleh pemerintah yang akan
digunakan untuk pengeluaran belanja negara.

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang efektif untuk mengatasi perekonomian


yang lesu pada suatu negara. Kebijakan fiskal dapat digunakan untuk menstabilkan
permintaan agregat, tingkat produksi, dan kesempatan kerja. Ketika permintaan agregat tidak
cukup untuk memastikan penyerapan tenaga kerja penuh, maka Pemerintah dalam ruang
lingkup fiskal harus meningkatkan anggaran belanja negaranya dan memotong pajak.
Sebaliknya, ketika permintaan agregat berlebihan sehingga berisiko meningkatkan inflasi,
maka Pemerintah harus memotong anggaran belanja negara dan meningkatkan penerimaan
pajak. Kebijakan semacam itu akan menciptakan perekonomian yang stabil, menguntungkan
semua komponen masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal.


Indonesia menganut sistem perekonomian Pancasila yang dijalankan berdasarkan norma-
norma yang terkandung di dalam Pancasila. Sistem perekonomian ini juga tidak terlepas dari
peranan pemerintah yang mengelola dan menjaga stabilitas ekonomi di negeri ini. Untuk
menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan di Indonesia maka diperlukan
kebijakan fiskal. untuk mengetahui perkembangan kebijakan fiskal di bidang perpajakan kita
dapat melihat perkembangan penerimaan pajak dan perkembangan Produk Domestik Bruto
(PDB) secara nominal,serta perkembangan persentase penerimaan pajak terhadap PDB (tax
ratio) darin negara yang bersangkutan.

ISU-ISU KEBIJAKAN FISKAL

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah terus berkolaborasi dengan


meluncurkan sejumlah kebijakan baru untuk menekan dan mengelola defisit transaksi berjalan
atau Current Account Deficit (CAD).

Kebijakan ini diperlukan untuk mengendalikan pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap
dolar AS. Kebijakan tersebut dinilai berhasil seiring dengan penguatan mata uang rupiah
beberapa hari terakhir.

Selain itu, langkah yang ditempuh BI adalah dalam bentuk menaikkan suku bunga yang
bertujuan agar daya tarik aset keuangan Indonesia tetap menarik. BI menargetkan dengan
berbagai bauran kebijakan yang dilakukan, tren defisit transaksi berjalan akan me nurun lebih
jauh pada akhir 2018, yakni di bawah 3% dari PDB.

Langkah stabilisasi fiskal akan membuat CAD pada 2019 akan turun lagi diperkirakan 2,5%
dari PDB. Sementara itu, nilai tukar yang relatif stabil di bawah Rp15.000 atau depresiasi
sebesar 10,6%, menurut Dody, karena langkah-langkah dari pemerintah dan BI dalam
menekan defisit transaksi berjalan.

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan akan menempuh tiga strategi kebijakan
fiskal dalam memperkuat fundamental ekonomi. Hal itu sejalan dengan RAPBN tahun 2020
yang dirancang ekspansif, namun tetap terarah dan terukur.

"Ini sebagai wujud dari komitmen Pemerintah, untuk membuat APBN lebih fokus dalam
mendukung kegiatan prioritas, dengan tetap menjaga agar risikonya berada dalam batas
aman," ujar Joko Widodo di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019).

Ketiga langkah itu adalah memobilisasi pendapatan dengan tetap menjaga iklim investasi,
meningkatkan kualitas belanja agar lebih efektif dalam mendukung program prioritas. "Serta
mencari sumber pembiayaan secara hati-hati dan efisien melalui penguatan peran kuasi
fiskal," jelasnya

Presiden menambahkan dengan, dengan tema kebijakan fiskal tahun 2020, fokus RAPBN
diarahkan pada lima hal utama, yaitu: Pertama, penguatan kualitas SDM untuk mewujudkan
SDM yang sehat, cerdas, terampil, dan sejahtera. Kedua, akselerasi pembangunan
infrastruktur pendukung transformasi ekonomi. Ketiga, penguatan program perlindungan
sosial untuk menjawab tantangan demografi dan antisipasi populasi yang menua (aging
population).

Keempat, penguatan kualitas desentralisasi fiskal untuk mendorong kemandirian daerah.


Kelima, antisipasi ketidakpastian global. "Dengan fokus pada lima hal tersebut, dan berpatok
pada karakter kebijakan fiskal yang ekspansif namun terarah dan terukur," jelasnya.
TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian pendahuluan di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui strategi kebijakan fiskal apa saja yang diterapkan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Perekonomian di Indonesia.

HASIL DISKUSI KELOMPOK


Berdasarkan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan, kami mendapatkan hasil
bahwa kebijakan fiskal berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan Tabel 1
dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa penerimaan negara yang bersumber dari pajak semakin
meningkat dari tahun ke tahun, dan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar
harga konstan juga mengalami peningkatan.

Perekonomian dipengaruhi oleh kebijakan fiskal melalui penerimaan dan pengeluaran


negara yang dapat dilihat dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pada dasarnya
sumber-sumber penerimaan negara berasal dari pajak-pajak dan berbagai pungutan yang
dipungut pemerintah dari perekonomiandalam negeri. Sedangkan pengeluaran negara
adalah semua pengeluaran untuk operasi pemerintah dan pembiayaan berbagai proyek di
sektor negara ataupun badan usaha miliki negara.

Pada tahun 2016 terjadi peningkatan penerimaan negara bersumber dari pajak
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun strategi kebijakan fiskal yang dilakukan
oleh pemerintah pada tahun 2016 adalah memperkuat stimulus fiskal untuk meningkatkan
kapasitas produksi dan daya saing dengan cara memberikan insentif fiskal dalam kegiatan
ekonomis strategis,memperkuat pertahanan fiskal dan mengendalikan resiko,menjaga
kesinambungan fiskal dengan cara pengendalian defisit anggaran terhadap PDB,
pengendalian rasio utang terhadap PDB. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa kebijakan fiskal
berhasil dalam meningkatkan jumlah PDB tahun tersebut.

Adapun pada tahun 2017, strategi kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah
adalah memberikan stimulus fiskal menjaga daya tahan fiskal, dan menjaga keberlanjutan
fiskal dengan menjaga defisit ditingkat yang aman yakni di bawah 3% serta mengendalikan
utang dan keseimbangan primer. Pada tahun 2018 pemerintah melakukan optimalisasi
pendapatan negara dengan tetap menjaga iklim investasi , pemerintah juga melakukan
efisiensi belanja dan peningkatan belanja produktif untuk mendukung program prioritas
dan mendorong pembiayaan yang efisien,inovatif dan berkelanjutan.
Dapat dilihat dalam penjelasan di atas, bahwa pemerintah dalam menentukan strategi
kebijakan fiskal selalu mengutamakan kondisi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Di
Indonesia, APBN sebagai instrumen utama kebijakan fiskal memainkan peranan penting
mendorong pencapaian target-target pembangunan yang telah ditetapkan. Peranan tersebut
sejalan dengan salah satu fungsi APBN sebagai alat menjaga stabilitas dan akselerasi
kinerja ekonomi. Untuk itu, kebijakan fiskal senantiasa diarahkan untuk tercapainya
pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, namun
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Dampak dari kebijakan fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi adalah

1. Perkembangan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih teratur karena adanya regulasi


yang diatur oleh pemerintah berdasarkan kebijakan-kebijakan fiskal yang ditetapkan
setiap tahunnya,
2. Terbukanya lapangan pekerjaan, karena dengan adanya kebijakan fiskal maka akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menjadikan timbulnya peluang usaha yang
baru.
3. Meningkatkan stabilitas ekonomi di tengah ketidakstabilan internasional, karena
pemerintah mengeluarkan peraturan kebijakan-kebijakan fiskal berdasarkan kondisi
perekonomian yang terjadi pada saat itu.

Penerimaan Negara bersumber dari Pajak


Tahun 2015-2019
tahun jumlah (dalam milyar rupiah)
200000000 Rp178,637,870
180000000
Rp154,848,500
160000000
Rp128,497,010 Rp134,352,980
Rp124,041,886
140000000
120000000
100000000
80000000
60000000
40000000
20000000
2015 2016 2017 2018 2019
0

Sumber: bps.go.id
Produk Domesti k Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga
Konstan
tahun total PDB (dalam milyar rupiah)
12000000
Rp10,425,316.30
Rp9,912,703.60
Rp8,982,517.10 Rp9,434,613.40
10000000

8000000

6000000

4000000

2000000
2015 2016 2017 2018
0

Sumber: kemendag.go.id
Kesimpulan :

Dalam kondisi ekonomi yang sedang gloomy saat ini, pemerintah telah melakukan
beberapa langkah tepat dengan menyesuaikan beberapa terget APBN. Penyesuaian tersebut
diantaranya adalah mengubah target penerimaan negara agar lebih realistis, meningkatkan
kualitas belanja pemerintah agar lebih efisien, dan menyesuaikan target pertumbuhan
ekonomi agar tetap ekspansif namun terkendali. Selain perubahan di atas, dalam APBN-P
2016 pemerintah juga melakukan perubahan terget defisit fiskal yang disesuaikan dengan
realisasi penerimaan negara sampai akhir tahun. Penyesuai yang di lakukan oleh pemerintah
tidak lain untuk menjaga ketahanan fiskal dapat terjaga dan pemerintah dapat menjalankan
tugasnya tanpa kendala.

Saran :

Kebijkan-kebijakan fiskal yang telah dibuat oleh pemerintah perlu dipertahankan


apalagi sudah terbukti hasilnya berdampak positif bagi pendapatan negara saat ini. Maka dari
itu untuk menjaga agar ketahanan fiskal dapat berlangsung secara berkesinambungan,
pemerintah diharapkan menjaga arah kebijakan yang telah di laksanakan selama ini
mempertajam kebijakannya dengan langkah – langkah diantaranya :

1. Menjaga pertumbuhan ekonomi dengan belanja negara yang optimal.


Pemerintah saat ini tentu dapat mengandalkan konsidi perekonomian global untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan potensi domestik yang cukup baik,
diantaranya jumlah penduduk yang cukup besar, pemerintah dapat menjaga
pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan konsumsi. Untuk menjaga tingkat
konsumsi masyarakat, pemerintah dapat menggunakan instrumen APBN untuk
menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak.
2. Melanjutkan upaya optimalisasi pendapatan negara.
Upaya optimalisasi penerimaan pajak melalui program Amnesti Pajak saat ini
memang belum seperti yang diharapkan. Namun masih tersedia waktu untuk
mengajak semua pihak menyukseskan. Optimalisasi lainnya adalah mengupayakan
peningkatan kontribusi BUMN terhadap penerimaan yang berasal dari aset yang
dimiliki berupa Barang Milik Negara (BMN), misalnya dengan mengelolanya
secara lebih produktif.
3. Menjaga defisit APBN
Langkah pemerintah untuk menjaga tingkat defisit dan total utang per PDB saat ini
telah dijalankan dengan sangat baik. Sehingga tingkat defisit terjaga di bawah 3%
per tahun dan total utang jauh di bawah batas tertinggi yaitu 60% PDB. Upaya
pemerintah dalam menjaga APBN perlu terus didukung dengan upaya
optimalisasi pengeluaran, misalnya dengan menunda pengeluarab yang tidak
menyebabkan pemerintah berada dalam posisi gagal bayar (default) atau
mengurangi pengeluaran yang tidak prioritas.
Daftar pustaka

Ahmad, N. & Ferry, I. (2010). Analisis Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia vol. X No.2,159-
174

Ardi, N. & Andre, R. (2006). Dilema Kebijakan Fiskal di Indinesia: Dampak Kebijakan
Ekspansi Dan Kontraksi Fiskal Terhadap Beberapa Indikator Ekonomi. Jurnal
sosiohumaniora, vol. 8 No. 1, 52-64

Ndari S. & G. A. Diah, dkk. (2012). Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Output dan Indflasi.
Jurnal Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.

Heru Setiawan (2018). Analisis Dampak Kebijakan Fiskal Moneter Terhadap Kinerja
Makroekonomidi Indonesia dengan Model Structural Vector Autoregression (SVAR).
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

Wisynu W. & Djoni H. (2012). Instrumen Stimulasi Fiskal : Pilihan Kebijakan dan
Pengaruhnya Terhadap Perekonomian. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia
Vol. 12 No. 2, 107-115 ISSN 1411-5212

Nurlina & Zurjani ( 2018). Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Perekonomian
Indonesia. Jurnal Samudra Ekonomi Vol. 2, No. 2

Anda mungkin juga menyukai