Anda di halaman 1dari 2

Asal Mula Nama Desa Garung, Wonosobo

Seperti telah kita ketahui bersama, apabila kita akan pergi ke Dieng maka akan melewati desa Garung
yang terletak ditepi jalan raya antara Wonosobo dan Dieng. Menurut cerita, dulu desa Garung terletak
bukan ditempatnya yang sekarang, namun lebih kebawah lagi, pada sebuah cekungan yang bentuknya
menyerupai telaga yang tidak berair. Oleh karena itu, masyarakat menamakan tempoat tersebut sebagai
telaga wurung (atau telaga yang gagal). Maka, Garung yang kita kenal saat ini pada dasarnya adalah
akronim dari nama Telaga Wurung yang telah disematkan sebelumnya. Sayangnya, daerah tersebut
menurut kabar tidak aman dan sering didatangi oleh perampok, yang entah dari mana datangnya, selalu
mendadak hadir di desa tersebut.

sumber : wikipedia.org

Karena merasa kurang aman maka diputuskan untuk memindahkan penduduk ketempat lain yang kelak
juga menggunakan nama yang sama yaitu Garung. Garung lama disebut Sibelik sedang Garung baru
disebut Pomahan. Karena Pomahan terletak lebih tinggi dari Garung lama, daerah tersebut menjadi
relatif aman karena lebih terlindung dari ulah perampok. Daerah Garung baru memiliki tanah yang
banyak batunya dan terlihat kering, namun dialiri selokan yang airnya diambilkan dari mata air
Andongsiwi. Hal ini membuat daerah Pohaman semakin ideal untuk dijadikan tempat tinggal.

Ki Citradikrama adalah orang yang dianggap tetua didesa tersebut, dan merupakan lurah desa Garung.
Akan tetapi, pada masa itu peperangan masih terjadi. Ki Citradikrama kemudian ditugaskan oleh
mertuanya untuk memimpin prajurit di Parakan. Karena kekurangan peralatan dan tidak mampu
mengimbangi kekuatan Belanda, maka ki Citradikrama mengalami kekalahan dan bersama prajuritnya
menyingkir ke arah barat sampai di desa Menjer. Sesampainya di sana para prajuritnya terpisah
sehingga hanya menyisakan tujuh orang.

Ki Citradikrama pergi keluar masuk hutan sehingga Belanda kehilangan jejaknya. Hutan yang digunakan
beliau untuk bersembunyi kemudian dinakan hutan siluman oleh Belanda. Ki Citradikrama berjalan terus
menuju pegunungan Dieng sampai pada hari ketujuh ia didatangi oleh seseorang yang berperawakan
tinggi dan besar, yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Kolodite, penguasa gunung Dieng. Ki
Citradikrama bertanya kepada Kolodite dimana pasukan diponegoro yang masih kuat. Kolodite
menjawab bahwa mereka berada di sungai serayu kebawah. Maksud dari ucapan tersebut adalah
pasukan Diponegoro ditawan oleh Belanda. Kolodite menyampaikan pesan kepada ki Citradikrama dan
pasukananya bahwa ada sudah ditakdirkan pulau jawa dikuasai Belanda sampai zaman cicitnya, sesudah
itu pulau ke jawa akan kembali lagi dikuasai oleh bangsa Indonesia.

Setelah pesan itu selesai, ki Citradikrama dan prajuritnya pulang dan mengambil jalur timur sampai di
dukuh Pringwuni. Mereka menetap disana, sementara anak cucunya menetap di Garung.

Sumber :

Salamun, dkk.2002.Budaya Masyarakat Suku Bangsa Jawa Dikabupaten Wonosobo.badan


pengembangan kebudayaan dan pariwisata. yogyakarta

https://blog.wonosobomuda.com/asal-mula-nama-desa-garung/

Kelompok

1. Galih P ramudita

2. Indra Setiawan

Anda mungkin juga menyukai