Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN CEREBRO VASCULAR

ACCIDENT / STROKE

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah 2 yang
dibina oleh

Di susun oleh

Kelompok : 1 - 2

Kelas : 2A

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Politeknik Kementrian Kesehatan Bengkulu
Jurusan Keperawatan Prodi D III Keperawatan
Tahun Ajaran 2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Cerebro Vascular Attack/Stroke “ ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 4 Februari 2020

Penyusun
Daftar Isi

K A TA P E N G A N T A R II
D AF T A R I S I I I I

Bab I : Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Batasan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat
Bab II : Tinjauan Pustaka 5
2.1 Konsep Anatomi Fisiologi 5
2.2 Definisi 5
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko 6
2.4 Klasifikasi 8
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Komplikasi
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
2.8 Penatalaksanaan
Bab III : Konsep Asuhan Keperawatan 10

3.1 Pengkajian Keperawatan 10

3.2 Diagnosa Keperawatan 17

3.3 Perencanaan Keperawatan 18

Bab IV : Penutup 35
4.1 Kesimpulan 35

4.2 Saran 35

Daftar Pustaka 36
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat

modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang

dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan

stroke yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan

mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian

akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah

tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan

tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah

dalam tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi

glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler.

Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar

kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat

akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak

(Rico dkk, 2008).

Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun

2013, prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill untuk yang terdiagnosis
memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di

Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%),

sedangkan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara

laki-laki dengan perempuan hampir sama (Kemenkes, 2013).

1.2 Batasan Masalah


Pembahasan pada makalah ini dibatasi hanya membahas teori dan konsep
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Cerebro Vascular Attack/
Stroke

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui teori dan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit Cerebro Vascular Attack/ Stroke
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori penyakit meliputi definisi, etiologi dan factor resiko,
klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostic, dan
penatalaksanaan
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit meliputi pengkajian
keperawatan, diagnose keperawatan yang mungkin muncul, dan
perencanaan keperawatan

1.4 Manfaat
Dengan disusunnya makalah ini mahasiswa dapat mengetahui teori dan
konsep asuhan keperawatan penyakit dan dapat menerapkannya dalam kasus
keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anatomi Fisiologi


2.1.1 Anatomi

Gambar 2.1 gambar otak

2.1.2 Fisiologi

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan


pusat computer dari semua alat tubuh . Bagian dari saraf sentral yang terletak
didalam rongga tengkorak (kranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Otak terletak dalam rongga cranium berkembang dari sebuah tabung yang
mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal. Otak depan
menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus, serta hypothalamus.
Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kurdigeminus. Otak
belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebelum.
a. Sereberum
Sereberum (otak besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari
otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian atad rongga tengkorak. Masing –
masing disebut fosa kranialis atas dan fosa kranialis mediac. Pada otak besar di
temukan beberapa lobus yaitu :
1) Lobus frontalis adalah bagian dari sereberum yang terletak di depan sulkus
sentralis.
2) Lobus parientalis terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakangi oleh
korako - oksipitalis.
3) Lobus temporalis, terdapat di bawah lateral dari fisura sereberalis dan di
depan lobus oksipitalis
4) Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari sereberum.

Kortek serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga di bagi menurut fungsi
dan banyaknya area. Cambel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area.
Secara umum korteks serebri di bagi menjadi empat bagian :
1) Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau
bagian tubuh yang bersangkutan.
2) Korteks asosiasi. Tiap indra manusia , korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, pikiran,
rangsangan yang diterima , diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan
data yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mempunyai hubungan
dengan psikokorteks.
3) Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensori, fungs utamanya
adalah konstribuksi pada traktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh
kontralateral.
4) Korteks pre – frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap
ental dan kepribadian.
b. Batang Otak
Batang otak terdiri dari :
1) Diensefalson, bagian batang otak paling atas terdapat di antara serebelum
dengan mesensefalon. Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian lobus
temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut mengahadap ke samping.
Fungsinya dari diensefalon :
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah

b. Respiratori, membantu proses persarafan

c. Mengontrol kegiatan reflex

d. Membantu kerja jantung

2). Mensesefalon, atap dari mensesefalon terdiri dari empat bagian yang
menonjol keatas. Dua disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior
dan dua sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior. Serta nervus
troklearis berjalan kearah dorsal menyilang garis tengah ke sisi lain.
Fungsinya :
a. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.

3) Pons varoli barikum pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan pons


varoli dan dengan serebelum, terletak di depan serebelum di antara otak
tengah dan medulla oblongata. Di sini terdapat premoktosid yang mengatur
gerakan pernafasan dan refleks. Fungsinya :
a. penghubung anatara kedua bagian serebelum dan juga antara medulla
oblongata dengan serebelum atau otak besar
b. pusat saraf nervus trigeminus.
4) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah
yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah
medulla oblongata merupakan persambungan medulla spinalis ke atas, bagian
atas medulla oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di daerah
tengah bagian ventral medulla oblongata.
Fungsinya :
a. mengontrol kerja jantung
b. mengecilkan pembuluh darah
c. pusat pernafasan
d. mengontrol kegiatan refleks

c. Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak dibagian bawah dan dibelakang tengkorak
dipisahkan dengan sereberum oleh fisura transveralis di belakangi oleh pons vorali
dan diatas medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut afren sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang mengecil
pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut
hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui pundun kulus serebri
inferior. Permukaan luar serebelum berlipat – lipat menyerupai serebelum tetapi
lipatannya lebih kecil dan lebih lentur. Permukaan serebelum ini mengandung zat
kelabu. Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisia, terdiri dari tiga lapisan
yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf yang
masuk dan yang keluar dari sereberum harus melewati serebelum
2.2 Definisi
Cerebrovascular Accident (CVA) merupakan penyakit system persarafan
yang paling sering dijumpai. Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000 orang
dengan gejala sisa akibat stoke pada setiap tingkatumur, tetapi yang paling sering
pada usia 75-85 tahun. Pada bagian ini terminology CVA akan dipakai sebagai
istilah umum. Banyak ahli saraf dan bedah saraf menyatakan penyebab CVA
paling adalah thrombosis, emboli, dan hemoragik. Stroke merupakan bagian dari
CVA.

Menurut WHO Stroke adalah gangguan peredaran darah ke otak atau


disebut cerebro vascular accident (VCA) atau, stroke adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat fungsi vocal (global), dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang ada selain vaskuler.

Stroke atau gangguan peredaran darah otak merupakan penyakit neurologis


yang sering dijumpai dan harus ditangani secara tepat dan cepat. Stroke
merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bias terjadi pada siapa saja dan
kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat
berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat,
dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.

Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik (sekitar 70%) dan stroke


hemoragik. Sekitar 14% kasus stroke di United State diakibatkan gangguan
vascular dan sekitar 60% stroke hemoragik disebabkan oleh hipertensi. Serta
angka kematian akibat stroke di United State sekitar 700.000.

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko


2.3.1 Etiologi
1. Trombosis
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemik jaringan otak yang dapa
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Trombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini
dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan
gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut: Lumen arteri menyempit
dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah, Oklusi mendadak
pembuluh darah karena terjadi thrombosis merupakan tempat
terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus
(embolus) dan dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

c. Arteritis (radang pada arteri)

2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal
dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli: Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease (RHD), myokard infark, fibrilasi dan keadaan aritmia
menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah
terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali
dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil. Endokarditis oleh
bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-
gumpalan pada endocardium.

3. Hemoragik
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga
otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark
otak, oedema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak
yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosclerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk
vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia

5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

2.3.2 Faktor Resiko

Faktor-faktor resiko stroke dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Akibat adanya kerusakan pada arteri, yairtu usia, hipertensi dan


DM.
2. Penyebab timbulnya thrombosis, polisitemia.
3. Penyebab emboli MCI. Kelainan katup, heart tidak teratur
atau jenis penyakit jantung lainnya.
4. Penyebab haemorhagic, tekanan darah terlalu tinggi,
aneurisma pada arteri dan penurunan faktor pembekuan darah
(leukemia, pengobatan dengan anti koagulan)
5. Bukti-bukti yang menyatakan telah terjadi kerusakan
pembuluh darah arteri sebelumnya : penyakit jantung angina,
TIA., suplai darah menurun pada ektremitas.
Dari hasil data penelitian di Oxford,Inggris bahwa penduduk yang
mengalami stroke disebabkan kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Tekanan darah tinggi tetapi tidak diketahui 50-60%


2. Iskemik Heart Attack 30%
3. TIA 24%
4. Penyakit arteri lain 23%
5. Heart Beat tidak teratur 14%
6. DM 9%

Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang selama ini


dianggap berperan dalam meningkatkan prevalensi stroke ternyata
tidak ditemukan pada penelitian tersebut diantaranya, adalah:

1. Merokok, memang merokok dapat merusak arteri tetapi tidak


ada bukti kaitan antara keduanya itu.
2. Latihan, orang mengatakan bahwa latihan dapat mengurangi
resiko terjadinya stroke. Namun dalam penelitian tersebut
tidak ada bukti yang menyatakan hal tersebut berkaitan secara
langsung. Walaupun memang latihan yang terlalu berat dapat
menimbulkan MCI.
3. Seks dan seksual intercouse, pria dan wanita mempunyai
resiko yang sama terkena serangan stroke tetapi untuk MCI
jelas pria lebih banyak daripada wanita.
4. Obesitas. Dinyatakan kegemukan menimbulkan resiko yang
lebih besar, namun tidak ada bukti secara medis yang
menyatakan hal ini.
5. Riwayat keluarga.

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi:

1. Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarakhnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh
arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu :
a. Perdarahan Intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan serebri yang disebabkan
hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons, dan
serebellum.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan kelurnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia, dan lainnya).

Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subarachnoid


mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat.
Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otal
lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan
perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan
subarachnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebri.
Vasospasme ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan,
mencapai puncaknya hari ke-5 sampai dengan ke-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke-2 sampai dengan minggu ke-5. Timbulnya
vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari
darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinal dengan pembuluh
arteri di ruang subarachnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan
disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lainnya).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan O2 sehingga
jika ada kerusakan atau kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari
20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak
25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala disfungsi serebri. Pada saat
otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolic
anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

Tabel 1. Perbedaan perdarahan intraserebri dengan perdarahan subarachnoid

Gejala PIS PSA


Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering Fokal
Tanda rangsangan +/- +++
maningeal
Hemiperase ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++

2. Stroke Nonhemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebri, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

Tabel 2. Perbedaan antara Stroke Hemoragik dan Stroke Nonhemoragik

Sroke
Gejala (anamnesa) Stroke hemoragik
nonhemoragik
Awitan (onset) Sub-akut kurang Sangat akut/mendadak
Waktu (saat terjadi awitan) Mendadak Saat aktivitas
Peringatan Bangun pagi/istirahat -
Nyeri kepala + 50% TIA +++
Kejang +/- +
Muntah - +
-
Kesadaran menurun +++
Kadang sedikit
Koma/kesadaran menurun +/- +++
Kaku kuduk - ++
Tanda kering - +
Edema pupil - +
Perdarahan retina - +
Brakikardia Hari ke-4 Sejak awal
Tanda adanya
aterosklerosis di
retina, koroner, Hampir selalu hipertensi,
Penyakit lain perifer. Emboli pada aterosklerosis, penyakit
kelainan katub, jantung hemolisis (HHD)
fibrilasi, bising
karotis
Pemeriksaan darah pada LP - +
Kemungkinan pergeseran
Rontgen +
glandula pineal
Aneurisma, AVM, massa
Angiografi Oklusi, stenosis
intrahemister/vasospasme
Densitas berkurang Massa intracranial densitas
CT scan
(lesi hipodensi) bertambah (lesi hiperdensi)
Fenomena silang Perdarahan retina atau
Oftalmoskop
Silver wire art korpus vitreum
Lumbal pungsi
Normal Meningkat
 Tekanan
Jernih Merah
 Warna
< 250/mm3 >1000/mm3
 Eritrosit
Arteriografi Oklusi Ada pergeseran
EEG Di tengah Bergeser dari bagian tengah

Klasifikasi stroke dibedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:

1. TIA gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam
2. Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan
24 jam atau beberapa hari.
3. Stroke komplet. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau
permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat diawali oleh
serangan TIA berulang

2.5 Manifestasi Klinis


Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa
karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah  anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10.Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

2.6 Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat.Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan
spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant
dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak.
Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area
yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi.
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah.Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar
area.Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai
menunjukkan perbaikan.Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
.menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai;
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nukleus kaudatus, talamus, dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral:
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu
4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti
jantung.

Faktor-faktor risiko stroke

Aterosklerosis, Katup jantung rusak, Aneurisma, malformasi, arteriovenous


hiperkoagulasi, artesis miokard infark, fibrilasi,
endokarditis
Perdarahan intraserebral
Trombosis serebral
Penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan Perembesan darah ke
Pembuluh darah oklusi darah, lemak, dan udara dalam parenkim otak
Iskemik jaringan otak Penekanan jaringan otak
Edema dan kongesti Infark otak, edema, dan
jaringan sekitar Emboli Serebral herniasi otak

Stroke (cerebrovascular
accident)

Defisit neurologis
Infark serebral Kehilangan control Risiko Peningkatan Kerusakan terjadi Disfungsi
volunter TIK pada lobus frontal bahasa dan
kapasitas, memori, komunikasi
atau fungsi intelektual
MK: Risiko kortikal
ketidakefektifan Hemiplegia dan Herniasi falks
perfusi jaringan hemiparesis serebri dan ke Disartria,
serebral foramen magnum disfasia/afasia
Kompresi batang Kerusakan fungsi , apraksia
otak kognitif dan efek
MK: Hambatan mobilitas
psikologis
fisik
MK: Kerusakan
komunikasi
Depresi saraf Lapang perhatian verbal
Koma kardiovaskuler dan terbatas, kesulitan
pernapasan dalam pemahaman,
lupa, kurang motivasi,
frustasi, labilitas
emosional,
Intake nutrisi tidak Kelemahan fisik Kegagalan bermusuhan,
adekuat umum kardiovaskuler dan dendam, dan kurang
pernapasan kerja sama;
penurunan gairah
seksual
MK: MK:Ketidakmam-
Ketidakseimbanga puan Perawatan Kematian
n nutrisi: Kurang Diri (ADL)
dari Kebutuhan MK: Ketidakefektifan
koping
Tubuh
MK: Disfungsi seksual

Penurunan tingkat Disfungsi persepsi MK: Gangguan proses


kesadaran visual spasial dan keluarga
kehilangan sensorik MK: Ansietas
MK: Risiko hambatan
Penekanan jaringan religiositas Kemampuan batuk Disfungsi kandung
setempat MK: Risiko trauma menurun, kurang kemih dan saluran
(cedera) mobilitas fisik, dan pencernaan
MK: Gangguan produksi sekret
MK: Risiko kerusakan sensorik presepsi
integritas kulit
MK: gangguan
MK: Ketidakefektifan eliminasi urinarius
Bersihan Jalan Napas

2.7 Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi,
deformitas, terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4. Hidrosefalus
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang penting untuk mendiagnosis secara tepat stroke dan
subtipenya, untuk menidentifikasi penyebaba utamanya dan penyakit terkait lain,
untuk menentukan terapi dan strategi pengelolaan terbaik, serta untuk memantau
kemajuan pengobatan. Pemeriksaan yang dilakukan akan berbeda dari pasien ke
pasien.
1. Tes untuk melihat otak, tengkorak, dan sumsum tulang belakang
a. CT Scan (CAT Scan, Computed Tomography Aksial)
CT scan menggunakan sinar-X untuk menghasilkan gambar 3
dimensi dari kepala. CT scan dapat digunakan untuk mendiagnosa
stroke iskemik, stroke hemoragik, dan masalah lain dari otak dan
batang otak.
b. MRI Scan (Magnetic Resonance Imaging Scan)
MRI (Magnetic Resonance Imaging) menggunakan medan magnet
besar untuk menghasilkan gambar dari otak. Seperti CT scan, itu
menunjukkan lokasi dan luasnya cedera otak. Gambar yang
dihasilkan oleh MRI lebih tajam dan lebih rinci daripada CT scan
sehingga sering digunakan untuk mendiagnosa luka kecil yang
mendalam.

2. Pemeriksaan pembuluh darah yang mengalir ke otak


a. Carotid Doppler (USG Carotid)
Gelombang ultrasound digunakan untuk mengambil gambar dari
arteri karotid di leher, dan untuk menunjukkan darah yang mengalir
ke otak. Tes ini dapat menunjukkan apakah arteri karotid Anda
menyempit oleh aterosklerosis (pengendapan kolesterol).
b. Transcranial doppler (TCD)
Gelombang ultrasound digunakan untuk mengukur aliran darah di
beberapa arteri di otak Anda.
c. MRA (Magnetic Resonance Angiogram)
Ini adalah jenis khusus dari MRI scan yang dapat digunakan untuk
melihat pembuluh darah di leher atau otak.
d. Cerebral arteriogram (Cerebral angiogram, Digital Subtraction
Angiography, [DSA])
Sebuah kateter dimasukkan dalam arteri di lengan atau kaki, dan
pewarna khusus disuntikkan ke dalam pembuluh darah yang menuju
ke otak. Gambar X-ray menunjukkan adanya kelainan pembuluh
darah, termasuk penyempitan, penyumbatan, atau malformasi (seperti
aneurisma atau malformasi arteri vena). arteriogram Cerebral adalah
tes yang lebih sulit daripada karotis doppler atau MRA, tetapi
hasilnya paling akurat.

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Fase Akut :
1) Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi
dan sirkulasi.
2) Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.
Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik /
emobolik.
3) Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
4) Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
5) Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan
kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral
berkurang
b. Post fase akut
1) Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
2) Program fisiotherapi
3) Penanganan masalah psikososial

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
6. Pengkajian Pola Kehidupan Sehari – hari

a) Aktivitas/istirahat

Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,


hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.

b) Sirkulasi

Adanya riwayat penyakit jantung, MCI, katup jantung, disritmia,


CHF, polisitemia. Dan hipertensi arterial.

c) Integritas Ego.

Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.

d) Eliminasi

Perubahan kebiasaan BAB dan BAK. Misalnya inkoontinentia urine,


anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.

e) Makanan/caitan

Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan,


dysfagia
f) Neuro Sensori
1. Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial.
2. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan,
kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
3. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian
ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.

g) Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka

h) Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Aspirasi
irreguler, suara nafas, whezing,ronchi.

i) Keamanan
1. Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.

Perubahan persepsi dan orientasi

2. Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur

kebutuhan nutrisi Tidak mampu mengambil keputusan.

j) Interaksi sosial

1. Gangguan dalam bicara

2. Ketidakmampuan berkomunikasi
7. Pengkajian Fisik
a) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling
mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian.Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap
lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem
persarafan.Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat
perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.Jika klien
sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting
untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk
pemantauan pemberian asuhan.

b) Pengkajian Fungsi Serebral


Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.

c) Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke
tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.

d) Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan
berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami
brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan
perbedaan yang tidak begitu nyata.

e) Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer
yang dominan pada bagian posterior dari girus temporalis
superior (area Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien
tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.
Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior
(area Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat
mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan
bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
bicara.Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan
yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien
mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.

f) Pengkajian Saraf Kranial


Menurut Muttaqin, (2008) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf
kranial I-XII.

1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
2) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan
visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek
dalam area spasial) sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia
kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan
karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian
tubuh.
3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis,
pada
4) Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan
gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.
5) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis
saraf trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta
kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
6) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
7) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
8) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
9) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
10) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
Gambar Pemeriksaan Tonus Otot

g) Pengkajian Sistem Motorik


Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan
mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik.
Oleh karena UMN bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada
salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi
ng berlawanan dari otak.

1) Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu


sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
2) Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
3) Tonus Otot. Didapatkan meningkat.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1.  Hambatan mobilitas fisik b.d Gangguan neuromuskular (SDKI)
2.  Defisit Nutrisi b.d Penurunan Kesadaran (SDKI)
3. Hambatan Komunikasi Verbal b.d Gangguan Neuromuskuler (SDKI)
3.3 Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(NOC) (NIC)
1. Hambatan mobilitas fisik b.d Setelah diberikan asuhan NIC : PENINGKATAN MEKANIKA
Gangguan neuromuskular (SDKI) keperawatan selama 3 x 24 jam, TUBUH
Gejala dan Tanda Mayor NOC : KEMAMPUAN 1. Kaji pasien untuk belajar dan 1. Membantu pasien dalam
Subjektif BERPINDAH menggunankan postur tubuh yang menggunakan postur tubuh
yang benar
1. Mengeluh sulit menggerakan ditingkatkan menjadi 4 benar
ekstremitas  1: Sangat Terganggu 2. Mengecek kesadaran pasien
Objektif  2: Banyak Terganggu 2. Kaji kesadaran pasien tentang gangguan sistem otot
dan efek yang timbul
1. Kekuatan otot menurun  3: Cukup Terganggu tentang abnormalitas
2. Rentang gerak (ROM) 4: Sedikit Terganggu muskuloskeletal dan efek yang
menurun timbul pada jaringan otot
 5: Tidak Terganggu 3. Membantu pasien dalam
 menentukan posisi tidur yang
Gejala dan Tanda Minor 3. Bantu untuk tepat
Dengan Kriteria Hasil :
Subjektif mendemonstrasikan posisi tidur
 Berpindah dari 4. Menhindarkan pasien untuk
1. Nyeri saat bergerak yang tepat tidal terlalu tidur dalam
tempat tidur ke kursi
2. Enggan melakukan posisi telungkup untuk
 Berpindah dari menhindari injuri
pergerakan
kursi ke tempat tidur
3. Merasa cemas saat bergerak 4. Instruksikan untuk 5. Meminta pasien untuk
 Berpindah dari
Objektif menghindari tidur dengan posisi terlebih dahulu sebelum
kursi roda ke toilet memulai berjalan
1. Sendi kaku telungkup
 Berpindah dari
2. Gerakan tidak terkoordinasi
kursi roda ke kendaraan.
3. Gerakan terbatas 5. Instruksikan pasien untuk
menggerakan kaki terlebih dahulu
6. Supaya kaki yang difleksikan
kemudian badan ketika memulai agar bisa digerkakkan untuk
berjalan dari posisi berdiri bisa melakukan pergerakkan

6. Bantu pasien melakukan 7. Menganjurkan pasien untuk


fleksi untuk memfasiltasi mobilisasi tidak duduk dalam waktu
yang lama
punggung
8. Memberikan penngetahuan
7. Bantu untuk menghindari pada pasien untuk mencegah
kecelakaan dalam melakukan
duduk dalam posisi yang sama aktivitas
dalam waktu lama
9. Meberitahukan pada pasien
tentang apa saja yang
8. Edukasi pasien mengenai menjadi penyebab nyeri otot
bagaimana menggunakan postur
tubuh untuk mencegah injuri saat
10. Melakukan kolaborasi dalam
melakukan aktivitas melakukan peningkatan
fungsi tubuh
9. Berikan informasi tentang
kemungkinan posisi penyebab nyeri
otot atau sendi

10. Kolaborasikan dengan


fisioterapis dalam mengembangkan
peningkatan mekanika tubuh
2. Defisit nutrisi b/d Keengganan Setelah diberikan asuhan NIC : MANAJEMEN NUTRISI
untuk makan keperawatan selama 3 x 24 jam,
Gejala dan Tanda Mayor NOC : STATUS NUTRISI 1. Tentukan status gizi pasien 1. Melakukan pengkajian untuk
Subjektif ditingkatkan menjadi 4 menentukan status gizi
dan kemampuan untuk memenuhi pasien
(tidak tersedia)  1: Sangat menyimpang dari
kebutuhan gizi
Objektif rentang normal
1. Berat badan menurun  2: Banyak menyimpang dari
2. Identifikasi adanya alergi
minimal 10% dibawah rentang normal 2. kaji apakah pasien
rentang ideal
atau intoleransi makanan yang sebelumnya pernah
 3: Cukup menyimpang dari
dimiliki pasien menderita alergi pada
Gejala dan Tanda Minor rentang normal makanan
Subjektif  4: sedikit menyimpang dari
1. Cepat kenyang setelah makan rentang normal 3. Lakukan atau bantu pasien
3. Lakukan perawatan mulut
2. Kram/nyeri abdomen  5: Tidak menyimpang dari terkait dengan perawatan mulut sebelum memulai makan
3. Nafsu makan menurun rentang normal sebelum makan untuk kebersihan makanan
Objektif
1. Bising usus hiperaktif Dengan Kriteria Hasil 4. Anjurkan pasien untuk
2. Otot pengunyah lemah Asupan Gizi makan makanan tertentu 4. Meminta pasien untuk
3. Otot menelan lemah Asupan Makanan
(misalnya, peningkatan kalsium, makanan tertentu seperti
4. Membran mukosa pucat Asupan Cairan kalsium protein dan lainnya
protein,cairan dan kalori)
5. Sariawan Energi
6. Serum albumin turun Rasio berat badan/tinggi badan
7. Rambut rontok berlebihan 5. Tawarkan makanan yang
8. Diare 5. Mencoba memberikan
ringan padat gizi
makanan ringan tetapi tinggi
gizi
6. Pastikan diet mencakup
6. Memastikan diet makanan
makanan tingggi kandungan serat tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
untuk mencegah konstipasi

7. Monitor kalori dan asupan 7. Pantau asupan makanan


makanan pasien

8. Pantau apakah pasien


8. Monitor kecenderungan mengalami kenaikan atau
penuruna berat badan selama
terjadinya penurunan dan diet makanan yang
kenaikan berat badan dianjurkan
3. Hambatan Komunikasi Verbal Setelah diberikan asuhan NIC : MENDENGAR AKTIF
b.d Gangguan Neuromuskuler keperawatan selama 3 x 24 jam,
(SDKI) NOC : KOMUNIKASI 1. Tujukkan ketertarikan 1. Membuka sikap keterbukaan
antara pasien dan perawat
Gejala dan Tanda Mayor MENGEKSPRESIKAN
pada klien
Subjektif ditingkatkan menjadi 4 2. Mendorong pasien untuk
dapat melatih kemampuan
(tidak tersedia)  1: Sangat terganggu
2. Gunakan pertanyaan yang komunikasi verbalnya
Objektif  2: Banyak terganggu
mendorong klien untuk
1. Tidak mampu berbicara atau  3: Cukup terganggu
mendengar
mengekspresikan perasaan,
 4: Sedikit terganggu
2. Menunjukkan respon tidak  5: Tidak terganggu pikiran, dan kekhawatiran 3. Membuka sikap keterbukaan
antara pasien dan perawat
sesuai Dengan Kriteria Hasil
Gejala dan Tanda Minor 1. Menggunakan 3. Tunjukkan kesaradan dan
Subjektif bahasa yang tertulis rasa sensitif terhadap emosi yang 4. Umpan balik membantu
(tidak tersedia) 2. Menggunakan pasien menyadari mengapa
ditujukkan klien pengasuh yang tidak
Objektif bahasa lisan memahami atau merespons
1. Afasia 3. Kejelasan dengan tepa dan memberikan
4. Klarifikasi pesan yang kesempatan untuk
2. Disfasia berbicara memperjelas makna
3. Apraksia
diterima dengan menggunakan
4. Menggunakan
4. Disleksia foto dan gambar pertanyaan maupun memberikan
5. Memberikan jeda agar pasien
5. Disartria 5. Menggunakan umpan balik dapat mengetahui jika ada
kesalahan dalam
6. Sulit memahami komunikasi bahasa isyarat komunikasinya
7. Sulit mempertahankan 6. Menggunakan
komunikasi bahasa non verbal
8. Sulit menggunakan ekspresi 5. Gunakan teknik diam
wajah atau tubuh
dalam rangka mendorong klien
untuk mengekspresikan perasaan,
pikiran, dan kekhawatiran
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Stroke adalah gangguan peredaran darah ke otak atau disebut cerebro
vascular accident (VCA) atau, stroke adalah tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat akibat fungsi vocal (global), dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang ada selain vaskuler.

Diangnosa yang mungkin akan muncul adalah :


1. Hambatan mobilitas fisik b.d Gangguan neuromuskular (SDKI)
2. Defisit Nutrisi b.d Penurunan Kesadaran (SDKI)
3. Hambatan Komunikasi Verbal b.d Gangguan Neuromuskuler (SDKI)

4.2 Saran
Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat
diharapkan mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang stroke
seperti etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan lainnya, serta konsep
keperawatan bagi pasien yang menderita stroke, agar gangguan pada system
persarafan ini dapat teratasi dengan baik.
Institusi pendidikan dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi
untuk dapat menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan stroke dan makalah ini juga dapat dijadikan referensi untuk
menambah pengetahuan bagi para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2011. .NANDA International Diagnosis Keperawatan
Definisi dan

Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC

Mutaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem

Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Williams, Lippincott & Wikins. 2006. Lippincott Manual of Nursing Practice 8th
Edition. USA:

Citabook

Stroke Center. Di akses melalui http://www.strokecenter.org/patients/stroke-


diagnosis/lab-tests-and-procedures/

American Stroke Association. Diakses melalui :


http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/Treatment/Diagnos
is/Stroke-Diagnosis_UCM_310890_Article.jsp#.WArfLslfC_o

Anda mungkin juga menyukai