ACCIDENT / STROKE
Di susun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah 2 yang
dibina oleh
Di susun oleh
Kelompok : 1 - 2
Kelas : 2A
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
Daftar Isi
K A TA P E N G A N T A R II
D AF T A R I S I I I I
Bab I : Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Batasan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat
Bab II : Tinjauan Pustaka 5
2.1 Konsep Anatomi Fisiologi 5
2.2 Definisi 5
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko 6
2.4 Klasifikasi 8
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Komplikasi
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
2.8 Penatalaksanaan
Bab III : Konsep Asuhan Keperawatan 10
Bab IV : Penutup 35
4.1 Kesimpulan 35
4.2 Saran 35
Daftar Pustaka 36
BAB I
PENDAHULUAN
modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang
mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).
akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah
tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah
Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar
kesehatan sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill untuk yang terdiagnosis
memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui teori dan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit Cerebro Vascular Attack/ Stroke
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori penyakit meliputi definisi, etiologi dan factor resiko,
klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostic, dan
penatalaksanaan
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit meliputi pengkajian
keperawatan, diagnose keperawatan yang mungkin muncul, dan
perencanaan keperawatan
1.4 Manfaat
Dengan disusunnya makalah ini mahasiswa dapat mengetahui teori dan
konsep asuhan keperawatan penyakit dan dapat menerapkannya dalam kasus
keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Fisiologi
Kortek serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga di bagi menurut fungsi
dan banyaknya area. Cambel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area.
Secara umum korteks serebri di bagi menjadi empat bagian :
1) Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau
bagian tubuh yang bersangkutan.
2) Korteks asosiasi. Tiap indra manusia , korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, pikiran,
rangsangan yang diterima , diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan
data yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mempunyai hubungan
dengan psikokorteks.
3) Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensori, fungs utamanya
adalah konstribuksi pada traktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh
kontralateral.
4) Korteks pre – frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap
ental dan kepribadian.
b. Batang Otak
Batang otak terdiri dari :
1) Diensefalson, bagian batang otak paling atas terdapat di antara serebelum
dengan mesensefalon. Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian lobus
temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut mengahadap ke samping.
Fungsinya dari diensefalon :
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
2). Mensesefalon, atap dari mensesefalon terdiri dari empat bagian yang
menonjol keatas. Dua disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior
dan dua sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior. Serta nervus
troklearis berjalan kearah dorsal menyilang garis tengah ke sisi lain.
Fungsinya :
a. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
c. Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak dibagian bawah dan dibelakang tengkorak
dipisahkan dengan sereberum oleh fisura transveralis di belakangi oleh pons vorali
dan diatas medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut afren sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang mengecil
pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut
hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui pundun kulus serebri
inferior. Permukaan luar serebelum berlipat – lipat menyerupai serebelum tetapi
lipatannya lebih kecil dan lebih lentur. Permukaan serebelum ini mengandung zat
kelabu. Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisia, terdiri dari tiga lapisan
yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf yang
masuk dan yang keluar dari sereberum harus melewati serebelum
2.2 Definisi
Cerebrovascular Accident (CVA) merupakan penyakit system persarafan
yang paling sering dijumpai. Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000 orang
dengan gejala sisa akibat stoke pada setiap tingkatumur, tetapi yang paling sering
pada usia 75-85 tahun. Pada bagian ini terminology CVA akan dipakai sebagai
istilah umum. Banyak ahli saraf dan bedah saraf menyatakan penyebab CVA
paling adalah thrombosis, emboli, dan hemoragik. Stroke merupakan bagian dari
CVA.
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal
dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli: Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease (RHD), myokard infark, fibrilasi dan keadaan aritmia
menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah
terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali
dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil. Endokarditis oleh
bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-
gumpalan pada endocardium.
3. Hemoragik
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga
otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark
otak, oedema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak
yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosclerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk
vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi:
1. Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarakhnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh
arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu :
a. Perdarahan Intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan serebri yang disebabkan
hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons, dan
serebellum.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan kelurnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia, dan lainnya).
2. Stroke Nonhemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebri, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
Sroke
Gejala (anamnesa) Stroke hemoragik
nonhemoragik
Awitan (onset) Sub-akut kurang Sangat akut/mendadak
Waktu (saat terjadi awitan) Mendadak Saat aktivitas
Peringatan Bangun pagi/istirahat -
Nyeri kepala + 50% TIA +++
Kejang +/- +
Muntah - +
-
Kesadaran menurun +++
Kadang sedikit
Koma/kesadaran menurun +/- +++
Kaku kuduk - ++
Tanda kering - +
Edema pupil - +
Perdarahan retina - +
Brakikardia Hari ke-4 Sejak awal
Tanda adanya
aterosklerosis di
retina, koroner, Hampir selalu hipertensi,
Penyakit lain perifer. Emboli pada aterosklerosis, penyakit
kelainan katub, jantung hemolisis (HHD)
fibrilasi, bising
karotis
Pemeriksaan darah pada LP - +
Kemungkinan pergeseran
Rontgen +
glandula pineal
Aneurisma, AVM, massa
Angiografi Oklusi, stenosis
intrahemister/vasospasme
Densitas berkurang Massa intracranial densitas
CT scan
(lesi hipodensi) bertambah (lesi hiperdensi)
Fenomena silang Perdarahan retina atau
Oftalmoskop
Silver wire art korpus vitreum
Lumbal pungsi
Normal Meningkat
Tekanan
Jernih Merah
Warna
< 250/mm3 >1000/mm3
Eritrosit
Arteriografi Oklusi Ada pergeseran
EEG Di tengah Bergeser dari bagian tengah
1. TIA gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam
2. Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan
24 jam atau beberapa hari.
3. Stroke komplet. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau
permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat diawali oleh
serangan TIA berulang
2.6 Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat.Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan
spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant
dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak.
Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area
yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi.
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah.Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar
area.Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai
menunjukkan perbaikan.Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
.menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai;
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nukleus kaudatus, talamus, dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral:
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu
4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti
jantung.
Stroke (cerebrovascular
accident)
Defisit neurologis
Infark serebral Kehilangan control Risiko Peningkatan Kerusakan terjadi Disfungsi
volunter TIK pada lobus frontal bahasa dan
kapasitas, memori, komunikasi
atau fungsi intelektual
MK: Risiko kortikal
ketidakefektifan Hemiplegia dan Herniasi falks
perfusi jaringan hemiparesis serebri dan ke Disartria,
serebral foramen magnum disfasia/afasia
Kompresi batang Kerusakan fungsi , apraksia
otak kognitif dan efek
MK: Hambatan mobilitas
psikologis
fisik
MK: Kerusakan
komunikasi
Depresi saraf Lapang perhatian verbal
Koma kardiovaskuler dan terbatas, kesulitan
pernapasan dalam pemahaman,
lupa, kurang motivasi,
frustasi, labilitas
emosional,
Intake nutrisi tidak Kelemahan fisik Kegagalan bermusuhan,
adekuat umum kardiovaskuler dan dendam, dan kurang
pernapasan kerja sama;
penurunan gairah
seksual
MK: MK:Ketidakmam-
Ketidakseimbanga puan Perawatan Kematian
n nutrisi: Kurang Diri (ADL)
dari Kebutuhan MK: Ketidakefektifan
koping
Tubuh
MK: Disfungsi seksual
2.7 Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi,
deformitas, terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4. Hidrosefalus
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang penting untuk mendiagnosis secara tepat stroke dan
subtipenya, untuk menidentifikasi penyebaba utamanya dan penyakit terkait lain,
untuk menentukan terapi dan strategi pengelolaan terbaik, serta untuk memantau
kemajuan pengobatan. Pemeriksaan yang dilakukan akan berbeda dari pasien ke
pasien.
1. Tes untuk melihat otak, tengkorak, dan sumsum tulang belakang
a. CT Scan (CAT Scan, Computed Tomography Aksial)
CT scan menggunakan sinar-X untuk menghasilkan gambar 3
dimensi dari kepala. CT scan dapat digunakan untuk mendiagnosa
stroke iskemik, stroke hemoragik, dan masalah lain dari otak dan
batang otak.
b. MRI Scan (Magnetic Resonance Imaging Scan)
MRI (Magnetic Resonance Imaging) menggunakan medan magnet
besar untuk menghasilkan gambar dari otak. Seperti CT scan, itu
menunjukkan lokasi dan luasnya cedera otak. Gambar yang
dihasilkan oleh MRI lebih tajam dan lebih rinci daripada CT scan
sehingga sering digunakan untuk mendiagnosa luka kecil yang
mendalam.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Fase Akut :
1) Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi
dan sirkulasi.
2) Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.
Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik /
emobolik.
3) Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
4) Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
5) Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan
kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral
berkurang
b. Post fase akut
1) Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
2) Program fisiotherapi
3) Penanganan masalah psikososial
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a) Aktivitas/istirahat
b) Sirkulasi
c) Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d) Eliminasi
e) Makanan/caitan
g) Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka
h) Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Aspirasi
irreguler, suara nafas, whezing,ronchi.
i) Keamanan
1. Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
j) Interaksi sosial
2. Ketidakmampuan berkomunikasi
7. Pengkajian Fisik
a) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling
mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian.Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap
lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem
persarafan.Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat
perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.Jika klien
sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting
untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk
pemantauan pemberian asuhan.
c) Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke
tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
d) Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan
berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami
brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan
perbedaan yang tidak begitu nyata.
e) Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer
yang dominan pada bagian posterior dari girus temporalis
superior (area Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien
tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.
Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior
(area Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat
mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan
bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
bicara.Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan
yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien
mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
2) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan
visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek
dalam area spasial) sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia
kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan
karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian
tubuh.
3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis,
pada
4) Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan
gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.
5) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis
saraf trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta
kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
6) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
7) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
8) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
9) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
10) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
Gambar Pemeriksaan Tonus Otot
4.1 Kesimpulan
Stroke adalah gangguan peredaran darah ke otak atau disebut cerebro
vascular accident (VCA) atau, stroke adalah tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat akibat fungsi vocal (global), dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang ada selain vaskuler.
4.2 Saran
Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat
diharapkan mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang stroke
seperti etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan lainnya, serta konsep
keperawatan bagi pasien yang menderita stroke, agar gangguan pada system
persarafan ini dapat teratasi dengan baik.
Institusi pendidikan dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi
untuk dapat menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan stroke dan makalah ini juga dapat dijadikan referensi untuk
menambah pengetahuan bagi para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2011. .NANDA International Diagnosis Keperawatan
Definisi dan
Mutaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem
Williams, Lippincott & Wikins. 2006. Lippincott Manual of Nursing Practice 8th
Edition. USA:
Citabook