Di Susun Oleh :
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
rumah tangga yang mengacu pada negara Jepang. Dengan limbah rumah
tangga yang lebeih spesifik yaitu limbah cair dan limbah padat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap rumah tangga menghasilkan limbah, baik beerupa limbah padat (sampah)
maupun limbah cair. Limbah padat dapat dikenali dengan mudah tetapi tidak demikian
halnya dengan limbah cair. Limbah cair dari rumah tangga merupakan gabungan dari
berbagai sumber, sehingga sulit dikenali secara langsung. Bahkan,, diantara komponen-
komponen yang terkandung di dalamnya bisa terdapat limbah beracun dan berbahaya
(Limbah B3). Karena itu, diperlukan atau treatmen, sebelum dibuang ke tubuh-tubuh
sungai seperti sungai dan danau (Kaunang, 2011).
Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair yang dihasilkan
dari kegiatan rumah tangga, restoran, penginapan, mall dan lain-lain. Contonya seperti
air bekas cucian pakaian atau peralatan makan, air bekas mandi, sisa makanan berwujud
cair dan lain-lain (Putra, 2004).
Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah
rumah tangga dapat dilakukan.
KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) mengartikan sampah sebagai
benda yang dibuang karena tidak terpakai dan tidak dapat digunakan lagi. Selanjutnya,
Waste Online (2004) turut mendefinisikan bahwa sampah adalah apa yang dibuang oleh
orang karena mereka tidak sudah tidak membutuhkannya ataupun memnginginkan.
Begitu juga, American Public Health Association (APHA) mendefinisikan sampah
sebagai sesuatu yang tidak digunkan, tidak terpakai, tidak diinginkan, atau sesuatu yang
dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
4
Sampah rumah tangga di Jepang itu pun dapat dibedakan menjadi enam kategori
yaitu :
Praktik pengelolaan sampah dapat berbeda-beda diantara negara maju dan negara
berkembang , antar daerah perkotaan dan pedesaan, antar area perumahan dan
wilayahindustri. Oleh karena itu dengnn mengacu pada Jepang sebagai studi kasus
secara keseluruhan, maka pengelolaan sampah yang dimaksud disini adalah dalam
lingkup sampah padat perkotaan atau yang dikenal dengan istilah Municipal Solid Wase
Management (MSWM).
Berikut ini adalah pengelolaaan sampah padat perkotaan (Municipal Solid Wase
Management) di Jepang, berdasarkan tahap berikut :
1. Pemisahan Sampah,
2. Pengumpulan Sampah,
3. Pengangkutan Sampah,
4. Pemosresan Sampah,
5. Pembuangan Akhir
Tahap yang paling awal dan paling menonjol dalam pengelolaan sampah di
Jepang adalah pemisahan sampah menurut jenisnya sebelum dibuang. Jepang
membedakan sampahnya dalam bebrpa kategori, dan kategori pemisahan ini dapat
berbeda-beda setiap kota (Wardhani, 2007).
5
Pemisahan komponen-komponen sampah menjadi sampah udah terbakar dan
sampah tidak mudah terbakar adalah salah satu hal yang umum dijepang, sebab lebih
dari 80% municipality di jepang memberlakukan sistem pemisahan sampah sebelum
sampah sampah dikumpulkan (Plastic Waste Management Intitute, 1991).
Terlepas dari hal tersebut, untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut mengenai
bagaimana pemisahan sampah berlaku di Jepang sesungguhnya. Maka berikut ini akan
dipaparkan bebrpa contoh dari pemisahan sampah rumah tangga yang berlaku di
Jepang.
6
Sebagai contoh, ada bebrapa jenis sampah yang perlu dimasukan ke dalamkantong
khusu sebelum diletakan pada area pengumpulan. Ada juga sampah yang diperlakukan
khusu, seperti diikat rapi atau dicuci dahulu sebelum dibuang. Contohnya saat warga
membuang karton bekas minuman, mereka menyobeknya menjadi ukuran yang lebih
kecil, kemudian mengikatnya menjadi satu dengan ketebalan tertentu. Contoh kedua,
saat seseorang membuang baki makanan yang terbuat dari styrofoam, mereka perlu
membilasnya sebelum dibuang (Wardhani, 2006). Contoh ketiga, saat warga akan
membuang seluruh isi airnya, lalu plastik yang bertuliskan merk minuman tersebut
dirobek, dan dibuang ke tong sampah berkategori plastik beserta tutup botolnya,
selanjutnya badan botol itu ditekan atau dapat juga diinjak hingga botol plastik
memipih, selanjutnya botol dibuang ke dalam tong sampah berkategorikan PET botol
(Mutiara, 2007). Contoh lainnya, ketika akan membuang koran atau kertas bekas, maka
mereka akan mengikatnya rapi dengan ketebalan tertentu sesuai kebijakan minicipality.
Sementara, penanganan untuk sampah makanan dan sampah organik dapat dibawa
langsung ke tempat yang disediakan oleh municipality, atau dapat juga ditangani secara
pribadi, contohnya sampah dapur dapat digunkan sebagai pupuk untuk tanman, dan
sampah yang mudah terbakar dapat dibakar dihalaman belakang masing-masing rumah
(Tanaka, 1999). Artinya, sejumlah sampah telah mengalami penanganan lanjutan yang
lebih dikenal dengan istilah intermediate treatment. Selanjutnya, materi seperti kertas,
kaca, kain, logam, dan plastik dipisahkan sendiri menurut enisnyaa untuk dibawa ke
tempat pengumpulan barang daur ulang.
Begitu juga dengan sampah besar, setelah dihancurkan akan dipisahkan menurut
jenisny, jika berupa kaca, logam, dan plastik maka akan dipisahkan lagi untuk kemudian
di daur ulang (Tanaka, 1999). Berbgai macam-macam komunitas lokal pun turut tampil
membantu pemerintah dalam menyortil sampah-sampah untuk didaur ulang. Tahapan
“Intermediate Trearment” inilah yang merupakan tahap terpenting dalam pengelolaan
sampah di Jepang. Dengan kata lain, yahap ini memiliki tujuan untuk meminimalisasi
jumlah sampah yang akan diteruskan pada pembuangan akhir. Dengan demikian, ada
banyak hal yang perlu kita pelajari dari negara matahari terbit ini, supaya penangnan
sampah di negara kita menjadi lebih baik. Namun, pemisahan sampah saja belum cukup
7
untuk mengatasi persoalan sampah di Jepang, masih ada tahap lain yang perlu dilakukan
untuk mengurangi jumlah yang dihasilkan.
Pada tahap awal, municipality telah melibatkan setiap warganya untyk memiahkan
sampah mereka masing-masing sebelum diletakan pada tempat yang ditentukan dan
pada hari yang dijadwalkan. Kemudian sebagai tindak lanjutnya, municipality dan agen-
agen pembuangan sampah bersama sama mengatur jlannya alur pembuangan sampah,
lalu uga menyortir kembali komponen-komponen yang masih berguna dari sampah
yang dikumpulkan oleh warga dan meletakannya pada rute daur ulang (Tanaka, 1999)
Tempat meletakan sampah biasanya telah ditentukan oleh municipality dan telah
disepakati oleh warga setempat, umumnya mengambil tempat dipinggri jalan, bawah
pohon, atau area terbuka yang semuanya mudah diakses oleh mobil pengangkut sampah
(Budi, 2006). Untuk sampah yang dapat dibakar, pembuangnnya dilakukan dua kali
seminggu dengan jadwal sendiri-sendiri. Kemudian, pembuangan untuk sampah tidak
mudah terbakar atau sampah uruk biasanya dilakukan sebulan sekali. Pembuangan
sampah daur ulang umumnya dilakukan seminggu sekali. Botol plastik bekas umumnya
diletakan di keranang warna biru pada area pengumpulan daur ulang yang
diselenggarakan oleh komunitas daur ulang di daerah setempat, langsung tanpa
dimasukan dalam plastik (Budi, 2006).
8
sampahnya ke tempat fasilitas pembuangan sampah besar yang disebut shigenka cebter
atau gomi centa pada jam kerja, dan biasanya dikenakan biaya setiap intem (City of
Nagoya, 2005). Pembuang sampah besar harus merupakan penduduk kopta tersebut,
artinya sampah dari penduduk di kota lain tidak akan diterima (Budi, 2006).
Hampir sama di Negara lain, pengangkutan sampah dilakukan dengan tujuan yaitu
untuk memudahkan atau membawa sampah-sampah yang telah dikumpulkan oleh
warga menuju tempat pembuangan sementara (TPS) untuk diproses, yang kemudian
akan diangkut ke tempat pembuanagn akhir (TPA). Dalam pelaksanaan, digunakan
sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu yang telah disediakan, dan biasanya
berupa truk besar pengangkut sampah
9
memnentukan kelanjutan dari sampah-sampah yang telah dikumpulkan oleh
municipality.
Metode yang biasa digunkan pada tahap ini adalah pembaaran, uruk dan kompos
(Tanaka, 1999). Disini, sampah-sampah diproses melalui proses termal. Proses kimia,
ataupun biologi. Secara umum, dalam proses biologi biasanya dilakukan dengan
pengomposan, penyerapan, dan pelapukan dengan bantuan ulat bulu.
Seperti dinegara lain, di Jepang pun, tahap pembuangan akhir merupakan penutup
dari keseluruhan pengolahan sampah, dimana sampah yang mencapai tahap ini
dianggap sebagai sampah yang sudah tidak dapat digunkan kembali atapaun di daur
ulang.
Sidik (1985) menyebutkan bahwa umumnya ada dua proses pembuangan akhir
yaitu : (1). Open dumping ‘pembuangan secara terbuka’, dan (2). Sanitary landfill,
‘pembuangan secara sehat). Pada sistem open dumping, sampah ditimbun di area
tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup, sedangkan pada cara sanitary landfill,
sampah ditimbun secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah
10
sebagai penutup. Untuk penimbunan sampah yang memanfaatkan penguraaian senyawa
organik oleh mikrobra yang bhidup dalam tanah, yang dianggap dapat menghasilkan gas
metana, maka akan disipkan tabung anti gas untuk mencegah terjadinya kebakaran atau
ledakan (Kawasaki, 2005).
BAB III
11
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Rumah tangga merupakan komponen terkecil dari sumber penghasil limbah
yang adaa pada suatu wilayah jika dilihat dari volumenya. Limbah rumah
tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian , dan
kotorabn manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak
terpakai berbentuk cair atau padat.
2. Berikut ini adalah pengelolaaan sampah padat perkotaan (Municipal Solid
Wase Management) di Jepang, berdasarkan tahap berikut :
a. Pemisahan Sampah,
b. Pengumpulan Sampah,
c. Pengangkutan Sampah,
d. Pemosresan Sampah,
e. Pembuangan Akhir
3. Ada dua proses pembuangan akhir yaitu : (1). Open dumping ‘pembuangan
secara terbuka’, dan (2). Sanitary landfill, ‘pembuangan secara sehat). Pada
sistem open dumping, sampah ditimbun di area tertentu tanpa membutuhkan
tanah penutup, sedangkan pada cara sanitary landfill, sampah ditimbun
secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai
penutup.
12
Sunarsih E., 2014. Konsep Pengolahan Limbah Rumah Tangga Dalam Upaya
Pencegahan Pencemaran lingkungan. Fakultas kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya. Vol. 5 nomor 3 November 2014.
Surbakti, S., Hadi W., 2009. Potensi Pengolahan Sampah menuju Zero Waste Yang
Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Kedungkandang kota malang.
Putra Yulesta. 2004. Pengolahan Limbah rumah Tangga (Upaya Pendekatan Dalam
Arsitektur). Universitas Sumatra Utara
Kementrian Lingkungan Hidup Jepang (KLHJ). 2013. Katalog alat pencemaran LH Dan
Alat Ukur Terkait dengan Penanganan Air Limbah Di Industri
13