Anda di halaman 1dari 22

PNEUMONIA

EFI RATNA SARI


1413206018
PNEUMONIA
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
peradangan yang terjadi tepatnya pada
parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan gangguan pertukaran
oksigen.

(Qaulyiah, 2010)
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2009 klasifikasi pneumonia
berdasarkan adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai peningkatan
frekuensi napas sesuai kelompok umur yakni

Kelompok umur 2 bulan - 5 Tahun Kelompok umur < 2 Bulan

Klasifikasi Pneumonia berat napas cepat > 60 kali atau


Batuk lebih/menit atau ada tarikan kuat
sukar bernapas dinding dada bagian bawah
tanda penyerta lain yaitu tarikan kedalam serta dibarengi dengan
dinding dada bagian bawah kedalama batuk dan atau sukar bernapas
(chest indrawing) Klasifikasi bukan pneumoni jika
napas cepat sesuai golongan umur. batuk namun tidak disertai tanda
Umur 2 Bulan - < 1 Tahun irama penyerta lain.
napas sama dengan 50 kali atau
lebih/menit sedangkan untuk umur 1 -
<5 Tahun irama napasnya 40 kali atau
lebih/menit.
bukan Pneumonia hanya ditandai
dengan batuk dan atau sukar bernapas
tidak ada tanda penyerta lain
EPIDIOMOLOGI merupakan penyakit infeksi saluran napas
yang terbanyak dan sering merupakan
penyebab kematian hampir di seluruh dunia.

Di Inggris menyebabkan kematian 10 kali


lebih banyak dari pada penyakit infeksi lain
PNEUOMONIA
di AS merupakan penyebab kematian urutan
ke 15

prevalensi Nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka


nasional), angka kesakitan (morbidita) Pneumonia pada Bayi: 2,2
%, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan
Balita 15,5% (Depkes RI, 2007).
Unicef memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena penyakit
Pneumonia setiap tahun. (Depkes RI, 2005).
ETIOLOGI
pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai
macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus,
jamur, protozoa namun sebagian besar
disebabkan oleh bakteri diantaranya:
Bakteri masuk paru-paru melalui tetesan udara yang terhirup atau
melalui aliran darah bila ada infeksi di bagian lain dari tubuh.
Setelah masuk, bakteri bisa menyerang ruang antara sel dan alveoli
melalui pori-pori. Invasi ini memicu sistem kekebalan tubuh untuk
mengirim neutrofil ke paru-paru dan membunuh organisme
pengganggu yang dapat menyebabkan demam, menggigil, pada
Pneumonia bakteri dan jamur
Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa


saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pada umunta bakteri
Pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya
karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
Pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru (Qaulyiah: 2010).
PATOFISIOLOGI
Proses infeksi pneumonia terjadi dimana patogen
Bakteri masuk
tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah
dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa
daya tahan mekanik ( epitel,cilia, dan mukosa),
Menyebabkan
pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan infeksi
seluler (leukosit makrofag, limfosit dan sitokinin).
Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membran Peradangan
paru ( bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan membran paru
plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini
menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi
oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui Cairan plasma dan
bahwa paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan, sel darah merah
dari kapiler masuk
dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk
membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak
dan fungsi paru menurun akan mengakibatkan kesulitan
Saturasi oksigen
bernafas dapat terjadi (sianosis, asidosis respiratorik dan menurun
kematian).
OBAT OBAT PNEUMONIA
OBAT OBAT PNEUMONIA
berdasarkan jenis patogen dan kondisi klinik
(Depkes RI 2005)
Aminoglikosida atau Ciprofloksasin dikombinasi dengan
salah satu antibiotik yang terletak di bawahnya dalam kolom
*) yang sama.
Farmakokinetik Obat Pneumonia
Farmakokinetik merupakan aspek yang menjelaskan mengenai
perjalanan dan apa yang terjadi pada obat saat berada di dalam
tubuh. Di antaranya termasuk absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi.

Ketika mencapai kadar puncak dalam darah, konsentrasi obat akan


menurun secara cepat dalam fase yang disebut dengan fase alfa ().
Pada fase selanjutnya yaitu fase beta () maka konsentrasi antibiotik
akan menurun secara perlahan dan stabil. Pada fase beta ini yang
menentukan waktu paruh (t1/2) dari suatu antibiotik.
Proses absorpsi umumnya dikaitkan dengan penyerapan obat di saluran cerna
pada pemberian oral. Setelah diabsorpsi, antibiotik akan berkaitan dengan
albumin sebagai protein dominan dalam serum dan kemudian didistribusikan
ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Obat kemudian akan melepaskan
diri dari ikatannya dengan albumin, dan menembus beberapa membran sel
sesuai dengan gradien konsentrasi dan mencapai tempat infeksi lalu berikatan
de-ngan protein jaringan. Setelah distribusi obat, obat kemudian akan
mengalami metabolisme oleh berbagai enzim dan yang terpenting di
antaranya adalah enzim sitokrom P450, sehingga pemberian obat obatan yang
dapat meningkatkan atau menghambat kerja enzim ini dapat mempengaruhi
aktivitas antibiotik. Obat yang dalam keadaan aktif akan ditingkatkan
kelarutannya sehingga lebih mudah diekskresikan, dan umumnya obat
menjadi inaktif. Sedangkan untuk obat dalam bentuk prodrug, enzim akan
mengaktivasi obat tersebut menjadi bentuk yang aktif. Antibiotik umumnya
dieliminasi melalui ginjal dan diekskresikan melalui urin dalam bentuk
metabolit aktif dan inaktif. Antibiotik juga dapat dieliminasi melalui empedu
dan diekskresikan ke dalam usus. Dari dalam usus sebagian obat akan
dibuang melalui feses, dan sebagian akan kembali diserap dan dibuang
melalui ginjal. Sebagian kecil obat juga diekskresikan melalui keringat, liur,
air mata, dan air susu.
Proses
penyerapan antibiotik di saluran cerna pada pemberian
Absorbsi
oral.

antibiotik akan berkaitan dengan albumin sebagai protein dominan


Distribusi dalam serum , lalu obat kemudian akan melepaskan diri dari
Obat ikatannya dengan albumin, dan menembus beberapa membran sel
sesuai dengan gradien konsentrasi dan mencapai tempat infeksi
lalu berikatan de-ngan protein jaringan.

Antibiotik kemudian akan mengalami metabolisme oleh


Metabolisme
berbagai enzim dan yang terpenting di antaranya adalah enzim
sitokrom P450

Antibiotik umumnya dieliminasi melalui ginjal dan diekskresikan


Ekskresi Obat melalui urin dalam bentuk metabolit aktif dan inaktif. Antibiotik juga
dapat dieliminasi melalui empedu dan diekskresikan ke dalam usus

Medicinus, 2014
Terapi pendukung

Terapi pendukung pada pneumonia meliputi: (Depkes


RI., 2005)
Pemberian oksigen yang dilembabkan pada pasien
yang menunjukkan tanda sesak, hipoksemia.
Fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran
sputum
Nutrisi yang cukup
Hidrasi yang cukup, bila perlu secara parenteral
Pemberian antipiretik pada pasien dengan demam
Pencegahan
Mempratekkan hidup sehat
Mendapatkan vaksin pneumonokokus. Vaksin
ini 90% melawan bakteri dan melindungi dari
infeksi selama lima sampai sepuluh tahun
Makan dengan asupan yang tepat
Olahraga secara teratur
Cukup tidur
Tidak merokok
b. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada
balita antara lain :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
Tanda dan gejala Klinis Pneumonia

a. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului
dengan infeksi saluran napas atas akut selama beberapa
hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas,
nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang
dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian
penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut,
kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly,
2008).
Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi dalam Pengendalian


pneuomonia
Beberapa komponen yang dapat dipantau/evaluasi adalah:
1.Sumber Daya Manusia
Tenaga Puskesmas terlatih dalam manajemen program dan teknis
Tenaga pengelola Pengendalian ISPA terlatih di kabupaten/kota dan
provinsi
2. Sarana dan Prasarana
RS Rujukan (FB/AI, Influenza Pandemi) yang memiliki ruang isolasi,
ruang rawat
intensif/ ICU dan ambulans sebagai penilaian core capacity
penanggulangan.
Ketersediaan alat komunikasi baik untuk rutin maupun insidentil
(KLB).
3. Logistik
Obat:
Ketersediaan antibiotik
Ketersediaan antiviral (oseltamivir)
Ketersediaan obat-obat penunjang (penurun panas, dll)
4. Alat:
Tersedianya ARI sound timer
Oksigen konsentrator
Ketersediaan APD untuk petugas RS, laboratorium,
Puskesmas dan lapangan
5. Pedoman (ketersedian dan kondisi sesuai standar)
6. Media KIE dan media audio visual
7. Tersedianya formulir pencatatan dan pelaporan
Farmakoekonomi
Pengunaan antibiotic tunggal sebagian besar pasien anak dan
dewasa pada tahun 2014-2015 adalah seftriakson (21,09% dan
66,12%). Antibiotik kombinasi pada tahun 2014-2015 pasien
anak sebagian besar adalah ampicilin dan gentamicin (39,27%)
sedangkan pada pasien dewasa seftriakson dan azitromisin
(26,97%). Pemilihan antibiotic ini didasarkan pada biaya yan
dikeluarkan untuk pemberian kelompok s.w (switch group)
peralihan terapi i.v menjadi rute per oral yang memiliki rasio
efektifitas lebih baik dibandingkan kelompok i.v (263.100 vs
339.400 rupiah biaya antibiotic per hari.
terimakasih.

i'm sorry we don't accept anything questions

Anda mungkin juga menyukai