Anda di halaman 1dari 6

IV admixture merupakan proses pencampuran obat – obat injeksi IV dari serbuk menjadi larutan

ataupun pengenceran larutan injeksi IV kedalam larutan IV steril untuk menghasilkan sediaan yang siap
diberikan secara IV dengan teknik aseptis. Tujuan dilakukan IV admixture adalah menjaga kualitas
sediaan supaya lebih terjamin dan aman untuk digunakan pasien..Pelaksanaan IV admixture dilakukan di
ruang aseptis dengan persyaratan ruang aseptis.

Pada saat ini program IV admixture makin banyak digunakan. Latar belakang mengapa
iv admixture menjadi tanggung jawab farmasis, dan tenaga kesehatan lain yang ada di rumah
sakit adalah pertimbangan:
1. Farmasis menguasai problem yang berkaitan dengan kontaminan, inkompatibilitas fisika,
kimia maupun inkompatibilitas terapeutik serta sekaligus dapat mengatasinya jika
problem ini muncul, serta menguasai
problem yang berkaitan dengan stabilitas.
2. Efisiensi cost
3. Menurunnya potensial errors (kesalahan)
4. Kualitas meningkat
5. Merupakan salah satu dari pengamalan pharmaceutical care
(Ansel, 2005)
Praktikum steril kali ini yaitu pencampuran aminophillin ke dalam larutan dektrosa 5%
(I.V admixtures). Persiapan pertama kali yang di lakukan yaitu melakukukan sterilisasi pada
bahan yang akan digunakan, kemudian di semprot dengan alcohol 70% untuk menghindarkan
kontaminasi mikroba. Hal yang pertama dilakukan adalah menyalakan sinar uv terlebih dahulu
yaitu mencegah terkontaminasi mikroorganisme, kemudian dinyalakan aliran udara. LAF yang
digunakan yaitu Type vertikal laminar airflow, dimana udara yang terfilter bergerak dari atas alat
menuju kebawah dan mengarah de sisi depan dan belakang alat. Kemudian sinar uv dimatikan,
lalu masukan bahan dan alat yang digunakan, lalu disemprot dengan alcohol 70% untuk
membunuh mikroorganisme.

Setelah itu, mulailah untuk membuat larutan i.v admixtures. Ampul yang berisi
aminophillin dipotong dengan menekan menggunakan ibujari, setelah ampul terbuka ambil
cairan menggunakan jarum yang sudah terpasang pada syringes. Ambil cairan dalam ampul
sebanyak 10 ml dengan kemiringan 20 derajat diambil dengan spuit atau syringes. Setelah
aminophillin tertahan dalam syringe, masukkan kedalam botol yang berisi dektrosa 5%. Setelah
itu, dihomogenkan dengan mengojog secara perlahan. Lalu di beri etiket dalam wadahnya.

. Sediaan tersebut juga dilakukan uji yaitu uji cemaran pengotor, yaitu dengan cara
melewatkan atau mendekatkan sediaan yang sudah dikemas dengan dilewatkan pada background
warna putih dan hitam, sehingga akan terlihat jika ada kontaminasi benda atau pengotor. Setelah
itu juga dilakukan uji deteksi mikroorganisme dengan cara menstreak larutan kedalam media
biakan mikroorganisme yang sudah tersedia (media agar), uji yang terakhir ini dilakukan kurang
lebih selama 1 minggu, sehingga diketahui bahwa sediaan tersebut terdeteksei mengandung
cemaran mikroorganisme atau tidak (Lachman L., Liberman H.A., Kanig J. 1994).

Teknik aseptik bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi mikroorganisme atau partikel
kontaminan pada obat.Faktor yang perlu diperhatikan dalam teknik aseptik meliputi:
1. Ruangan
 Teknik aseptis dilakukan di dalam LAF yang terletak di dalam clean room
 Dinding, lantai, dan langit-langit permukaannya harus halus tidak ada celah dengan dilapisi epoksi
 Dilengkapi dengan HEPA filter yang terkalibrasi
 Memiliki persyaratan tertentu untuk Clean Room : Ruang kelas IB dengan jumlah partikel < 100/m 3 dan
Jumlah mikroba < 5 CFU/m 3
 Memiliki persyaratan tertentu untuk LAF : Ruang kelas IA dengan jumlah partikel < 100/m 3 dan jumlah
mikroba< 1CFU/m3
 Alur petugas dibedakan dengan alur barang.
 Barang masuk dan keluar melalui pass box untuk meminimalkan kontaminasi.
 Ada ruang antara untuk tempat petugas memakai pakaian khusus sebelum masuk ruang steril.
2. Personel
 Personel harus sehat jasmani dan terlatih atau mampu dalam pelaksanaan aseptis.
 Merupakan sumber kontaminan terbesar oleh karena itu sebelum masuk ruang aseptik harus
menggunakan APD, yang terdiri dari baju, sarung kaki, tutup kepala, masker, sarung tangan yang steril,
dan didesinfeksi dahulu di ruang transisi.
3. Peralatan
 Untuk pelaksanaan aseptis harus disterilkan terlebih dahulu dan pengerjaan aseptisnya dibawah LAF
(laminar air flow) dengan standar sertifikasi
Teknik aseptik bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi mikroorganisme atau partikel
kontaminan pada obat.Faktor yang perlu diperhatikan dalam teknik aseptik meliputi:
1. Ruangan
 Teknik aseptis dilakukan di dalam LAF yang terletak di dalam clean room
 Dinding, lantai, dan langit-langit permukaannya harus halus tidak ada celah dengan dilapisi epoksi
 Dilengkapi dengan HEPA filter yang terkalibrasi
 Memiliki persyaratan tertentu untuk Clean Room : Ruang kelas IB dengan jumlah partikel < 100/m 3 dan
Jumlah mikroba < 5 CFU/m 3
 Memiliki persyaratan tertentu untuk LAF : Ruang kelas IA dengan jumlah partikel < 100/m 3 dan jumlah
mikroba< 1CFU/m3
 Alur petugas dibedakan dengan alur barang.
 Barang masuk dan keluar melalui pass box untuk meminimalkan kontaminasi.
 Ada ruang antara untuk tempat petugas memakai pakaian khusus sebelum masuk ruang steril.
2. Personel
 Personel harus sehat jasmani dan terlatih atau mampu dalam pelaksanaan aseptis.
 Merupakan sumber kontaminan terbesar oleh karena itu sebelum masuk ruang aseptik harus
menggunakan APD, yang terdiri dari baju, sarung kaki, tutup kepala, masker, sarung tangan yang steril,
dan didesinfeksi dahulu di ruang transisi.
3. Peralatan
 Untuk pelaksanaan aseptis harus disterilkan terlebih dahulu dan pengerjaan aseptisnya dibawah LAF
(laminar air flow) dengan standar sertifikasi
Teknik aseptik bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi mikroorganisme atau partikel
kontaminan pada obat.Faktor yang perlu diperhatikan dalam teknik aseptik meliputi:
1. Ruangan
 Teknik aseptis dilakukan di dalam LAF yang terletak di dalam clean room
 Dinding, lantai, dan langit-langit permukaannya harus halus tidak ada celah dengan dilapisi epoksi
 Dilengkapi dengan HEPA filter yang terkalibrasi
 Memiliki persyaratan tertentu untuk Clean Room : Ruang kelas IB dengan jumlah partikel < 100/m 3 dan
Jumlah mikroba < 5 CFU/m 3
 Memiliki persyaratan tertentu untuk LAF : Ruang kelas IA dengan jumlah partikel < 100/m 3 dan jumlah
mikroba< 1CFU/m3
 Alur petugas dibedakan dengan alur barang.
 Barang masuk dan keluar melalui pass box untuk meminimalkan kontaminasi.
 Ada ruang antara untuk tempat petugas memakai pakaian khusus sebelum masuk ruang steril.
2. Personel
 Personel harus sehat jasmani dan terlatih atau mampu dalam pelaksanaan aseptis.
 Merupakan sumber kontaminan terbesar oleh karena itu sebelum masuk ruang aseptik harus
menggunakan APD, yang terdiri dari baju, sarung kaki, tutup kepala, masker, sarung tangan yang steril,
dan didesinfeksi dahulu di ruang transisi.
3. Peralatan
 Untuk pelaksanaan aseptis harus disterilkan terlebih dahulu dan pengerjaan aseptisnya dibawah LAF
(laminar air flow) dengan standar sertifikasi
Teknik aseptik bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi mikroorganisme atau partikel
kontaminan pada obat.Faktor yang perlu diperhatikan dalam teknik aseptik meliputi:
1. Ruangan
 Teknik aseptis dilakukan di dalam LAF yang terletak di dalam clean room
 Dinding, lantai, dan langit-langit permukaannya harus halus tidak ada celah dengan dilapisi epoksi
 Dilengkapi dengan HEPA filter yang terkalibrasi
 Memiliki persyaratan tertentu untuk Clean Room : Ruang kelas IB dengan jumlah partikel < 100/m 3 dan
Jumlah mikroba < 5 CFU/m 3
 Memiliki persyaratan tertentu untuk LAF : Ruang kelas IA dengan jumlah partikel < 100/m 3 dan jumlah
mikroba< 1CFU/m3
 Alur petugas dibedakan dengan alur barang.
 Barang masuk dan keluar melalui pass box untuk meminimalkan kontaminasi.
 Ada ruang antara untuk tempat petugas memakai pakaian khusus sebelum masuk ruang steril.
2. Personel
 Personel harus sehat jasmani dan terlatih atau mampu dalam pelaksanaan aseptis.
 Merupakan sumber kontaminan terbesar oleh karena itu sebelum masuk ruang aseptik harus
menggunakan APD, yang terdiri dari baju, sarung kaki, tutup kepala, masker, sarung tangan yang steril,
dan didesinfeksi dahulu di ruang transisi.
3. Peralatan
 Untuk pelaksanaan aseptis harus disterilkan terlebih dahulu dan pengerjaan aseptisnya dibawah LAF
(laminar air flow) dengan standar sertifikasi

a. Evaluasi Sediaan
1. Uji pH (Depkes RI, 1995)

Pengujian menggunakan ph meter, penetapan pH ini mengetahui pH sediaan sesuai


dengan persyaratan yang telah ditentukan.

2. Uji Kebocoran (Depkes RI, 1995)


Pengujian kemasannya yaitu dengan melapisi permukaan bawah menggunakan kertas
putih, jika kertas basah maka kemasan sediaan tersebut terdapat kebocoran.
3. Uji dengan larutan warna (Dye Bath Test)

Sejumlah wadah (ampul, vial) yang belum berlabel dipegang pada lehernya. Dibalikkan
perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya gelembung udara, kemudian diputar sedikit
untuk memutar isi larutan di dalamnya. Kemudian wadah dipegang secara horizontal.
Pemeriksaan larutan dalam wadah dilakukan dengan menggunakan latar belakang hitam
putih selang-seling. Wadah yang berisi larutan yang tercemar partikel asing atau wadah
rusak harus dipisah. Bila jumlah wadah yang tercemar melebihi batas persyaratan maka
pemeriksaan diulang atau kemudian produk ditolak..

4. Uji Kejernihan (Depkes RI, 1995)

Tujuan uji ini memastikan larutan terbebas dari pengotor Prinsip uji ini membandingkan
kejernihan larutan uji dengan suspensi padanan dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi
tegak lurus ke arah bawah tabung dengan latar belakang hitam sesuatu cairan dikatakan
jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati di
bawah kondisi seperti tersebut di atas atau jika opalesensinya tidak lebih nyata dari suspensi
padanan I. Persyaratan untuk derajat oplesensi dinyatakan dalan suspensi padanan I, II, dan
III.

5. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, terdapat beberapa cara uji sterilitas, antara lain:
a. Media Thioglikolat Cair
pH media setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2. Media thioglikolat cair digunakan untuk
inkubasi dalam kondisi aerob.
b. Media Thioglikolat Alternative
pH media setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2. Media ini digunakan dengan menjamin kondisi
anaerob selama masa inkubasi.
c. Soybean-casein digest medium
pH medium setelah sterilisasi 7,3 ± 0,2. Uji ini menggunkan inkubasi dalam kondisi aerob.
I. Cara Pembuatan
Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut.
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
 Melakukan dekomentasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap
 Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap
 Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam LAF
 Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat
 Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alcohol 70%
 Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box
 Melakukan pencampuran secara aseptis
Proses pencampuran obat aminofilin dari ampul kedalam infus dekstrose 5%
1. Membuka ampul larutan aminofilin :
a. Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk ngetuk bagian atas
ampul atau dengan melakukan gerakan J-motion.
b. Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.
c. Lilitkan kassa sekitar ampul.
d. Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas ampul dengan arah menjauhi
petugas. Pegang ampul dengan posisi ini sekitar 5 detik
e. Berdirikan ampul.
f. Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan.
2. Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam ampul, tarik seluruh larutan
dari ampul, tutup needle.
3. Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan dalam syringe sesuai yang
diinginkan dengan menyuntikkan kembali larutan obat yang berlebih kembali ke ampul
4. Tutup kembali needle
5. Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke dalam botol infus dengan
posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna
6. Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk
penyuntikan
7. Setelah obat disuntikkan kedalam larutan IV, larutan yang tercampur kemudian digojog
untuk memperoleh larutan yang homogen dan persebaran obat dalam larutan merata
8. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong
buangan tertutup

Anda mungkin juga menyukai