Anda di halaman 1dari 92

SPESIFIKASI BAHAN BANGUNAN

KONSTRUKSI

PEKERJAAN: PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN


MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG
PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN ANGGARAN 2020
SPESIFIKASI BAHAN BANGUNAN KONSTRUKSI
Pembangunan Rumah Susun Mahasiswa Politeknik
Negeri Ujung Pandang

TERLAMPIR

Makassar, Desember 2019


SPESIFIKASI TEKNIS MEP
PROYEK RUSUN LOKASI TIPE TYPE 24
TANGGAL :

NO URAIAN KETERANGAN

I PEKERJAAN PLUMBING & HIDRAN

1 Tandon Distribusi Penguin, Excel, Profil

2 Tanki Septik Biotech (Fibre Tech), Biomaster, Biofil (Dusaspun)

3 Pompa Transfer ,dan Pompa Booster Grundfos, Ebara, Torishima, Lowara

5 Pipa GIP dan BSP (Sch-40) Spindo, PPI, Bakrie

6 Pipa PVC Class AW (air bersih) Rucika, Vinilon, Pralon

7 Pipa PVC Class AW (air kotor, air bekas & vent) Rucika, Vinilon, Pralon

8 Fitting PVC Class AW Rucika, Vinilon, Pralon


(Sesuai merk pipa yang digunakan)

9 Katup /Valve Kitz, Toyo, Onda

10 Foot Valve Mizu, Socla, Yuta

11 Flexible Join Tozen, Proco, Muraflex, Afa

12 Floor Drain & Clean Out Toto, American standard, San-Ei, Kharisma

13 Water Level Control Omron, Fanal,

14 APAR Appron, Servo, Hooseki, Chub

15 Pompa Hidran Fairbanks, ITT, Arthur

16 Box Hidran (Tipe B /Indoor) Hooseki, Appron, Ozeki

17 Flow meter Victaulic, Vivalco

II PEKERJAAN TATA-UDARA

1 Ventilator Mekanis KDK, Panasonic, Kruger

2 Instalasi pipa drain AC + Isolasi Rucika, Vinilon, Pralon


Isolasi : Armaflex, Insuflex ​III
PEKERJAAN LISTRIK ARUS KUAT (LAK)

1 Kabel Feeder Tegangan Rendah Supreme, Kabelindo, Kabelmetal


NYY,NYM,NYA,NYFRGBY

2 Kabel Instalasi NYM Supreme, Kabelindo, Kabelmetal

3 Rak Kabel Three Stars, Metosu, Tri Abadi

5 Pabrikator Panel Simetri, Indopanel, Duta Listrik

6 MCCB ;MCB ;Fuse Schneider, ABB, LS

7 Armature Lampu Artolite, Interlite, Suwilite

8 Lampu (TL ;PLC ;PL ;GMS ;Halogen) Philips. Osram, Panasonic

9 Ballast ;starter Philips

10 Saklar ;Stop Kontak MK, Clipsal, Panasonic

11 Penangkal Petir
- Konvensional Sinar Utama, ... - Elektrostatis Storm Master, Kun,

III PEKERJAAN CCTV


1 ​Digital
Multiplexer Hard disk Recording 16 Ch (Kap 3 tera) E ​ x, Sony 2 ​16 Channel Lengkap
dengan Controller Ethernet ​Ex, Sony 3 ​DVR CCTV HDD (16 Channel) ​Ex, Sony 4 ​Monitor CCTV TV
32 INCH ​Ex, Sony 5 ​Kamera CCTV
(Indoor Dome Camera, 1⁄​3​" Sony CCD Sensor,
TVL,
0.03 Lux, Auto White Balanced Mode) ​Ex, Sony
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN KETERANGAN

1 Pekerjaan Galian ​M3 Meter kubik

2 Pekerjaan Kolom, Balok, Tie Beam dan Ring balk


Beton M3 Meter kubik Besi Kg Kilo Gram Bekisting M2 Meter Persegi
3 Pekerjaan Dinding ​M2 Meter Persegi

4 Pekerjaan Lantai Keramik ​M2 Meter Persegi

5 Pekerjaan Plesteran ​M2 Meter Persegi

6 Pekerjaan Acian ​M2 Meter Persegi

7 Pekerjaan Pengecatan ​M2 Meter Persegi

8 Pekerjaan Kusen Pintu /Jendela + Assesories ​Unit Unit

9 Pekerjaan Plafond dan Rangka ​M2 Meter Persegi

10 Pekerjaan Atap dan Rangka ​M2 Meter Persegi

11 Pekerjaan Listrik
Kabel M1 Meter Lari Lampu Bh Buah Pitting Bh Buah Kabel Tray M1 Meter Lari

12 Pekerjaan Sanitary
Pipa M1 Meter Lari Closed Bh Buah Westavel Bh Buah Kran Bh Buah

13 Pekerjaan Electronic
Kabel M1 Meter Lari Fire Alarm Unit Unit CCTV Unit Unit
NO URAIAN BAHAN KETERANGAN

A BETON NON STRUKTUR


Kolom dan Balok praktis campuran = pc : pasir : kerikil = 1:2:3, setara K175 sesuai disain struktur

B BESI NON STRUKTUR


1 Rangka Plafond ■ Hollow besi galvanis 20X40 dan hollow 40x40 tebal 0.4
■ Hanger tiap 60x120cm dari galvanis 2 Handrail tangga ■ Pipa Black Steel dia 2.5" tebal 2.2 mm Finish Cat Kansai paint, Avian, Mowilex cat galvanize, hitam

C WATERPROOFING
1 Plat Atap dan Area Rooftank ■ Waterprofing membran torching (bakar) Sika, Fosroc, BASF 2 Kanopi ■ Waterprofing coating Sika, Fosroc,
BASF 3 Toilet dan tempat wudhu ■ Waterprofing coating + serat fiber Sika, Fosroc, BASF 4 Lantai Balkon ■ Waterprofing coating Sika,
Fosroc, BASF

D PASANGAN BATA
1 Dinding ■ Bata ringan tebal 7,5 cm Grand Elephant, Citicon, Jaya Celcon, Thermoblock 2 Plesteran ■ Plester mortar siap pakai minimal tebal 0,5 cm MU, Uzin, Drymix, GE
■ Aci mortar siap pakai minimal tebal 0,2 cm
■ Plester trasram ad. 1:2 3 Rollag Bata ■ Bata Merah lokal dari poer s/d +0.00cm

E PELAPIS LANTAI
a. Ruang publik, koridor, unit hunian ■ HT 60X60cm Granito, Sandimas, Indogress, Ikad, Nero Granit
Tangga ■ Plint lantai HT 10x60cm Granito, Sandimas, Indogress, Ikad, Nero Granit HT Potongan b. Toilet ■ Keramik Roman, Asia Tile, Platinum, Ikad c. Toilet umum dan toilet unit ■
Keramik Roman, Asia Tile, Platinum, Ikad
Janitor, R.Sampah - lantai ukuran 20x20cm d. Teras Luar ■ HT 60X60cm unpolished Granito, Sandimas, Indogress, Ikad, Nero Granit

F ASESORIES
a. Lisplank ■ GRC motif kayu
- ukuran 2x2/20 cm Elephant, GRC Board, Superplank b. Logo PU ■ Stainles steel, ukuran sesuai
gambar

G KUSEN, PINTU & JENDELA


1 Kusen Pintu & Jendela ■ Aluminium 3" Alexindo, Alco, Aluprima, Elephant finish powder coating, putih 2 Daun pintu semua ruang ■ Pintu Engineering + honeycomb + HMP 4mm Seijin, Yoshin, Tata door,
Pintu Kita, Prospero finish HMP kayu 3 Daun pintu toilet ■ UPVC Premium 1,1 - 1,2 mm; insert tulangan baja Seijin, Yoshin, Tata door, Pintu Kita, Prospero
galvanize tebal 1.05 mm 4 Daun jendela ■ Aluminium 3" Alexindo, Alco, Aluprima finish powder coating, putih 5 Bouvenlight ■ Aluminium 3"
Alexindo, Alco, Aluprima finish powder coating, putih 6 Krepyak ■ Aluminium 3" Alexindo, Alco, Aluprima finish powder coating putih

H KACA
1 Kaca Jendela ■ Kaca clear t.5mm ex.Asahimas,Mulia clear

I KUNCI & HARDWARE


1 Jendela
a. Engsel Jendela ■ FS 16", top hung (disesuaikan dengan ukuran jendela) Hampton, Solid, Dekson b. Casement Handle ■ CH Hampton, Solid,
Dekson 2 Pintu Utama dan standart
a. Handle ■ LHTR Stainless Steel Tube Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 b. Engsel ■ 4 lubang, kap.max.40kg Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 c. Mortise ■
MTS IL Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 d. Cilinder ■ CYL DC Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 3 Pintu Besi
a. Handle ■ LHTR Stainless Steel Tube Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 b. Engsel ■ 4 lubang, kap.max.80kg Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 c. Mortise ■
MTS IL Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 d. Cilinder ■ CYL DC Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 4 Pintu Toilet
a. Handle ■ LHTR Stainless Steel Tube Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 b. Engsel ■ 4 lubang, kap.max.40kg Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 c. Mortise ■
MTS IL Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304 d. Cilinder ■ CYL DC Hampton, Solid, Dekson dengan kandungan metal SUS 304

J PENUTUP LANGIT-LANGIT
1 Seluruh Ruangan ■ Plafond Gypsum t.9mm Jayaboard, Elephant, Knauf, Intanboard 2 Teras, Kamar Mandi ■ Plafond Kalsiboard/GRC t.6mm Elephant, GRC Board,
Kalsiboard, Intanboard

K PENUTUP ATAP
1 Seluruh Area ■ Spandek berpasir t.0.4 Ex. Bluescope, Atap Teduh Lapis coating bagian bawah 2 Area Void (Khusus Type Mahasiswa) ■ UPVC Semi Transparan, Double Twin Wall, Safe Lock ex. Golden
Horse, Alderon
Tech, 70% Heat Reduce, Garansi Produk 10 Th

L PENGECATAN
1 Cat dinding
a. Dinding bagian luar ■ Cat dinding wheatershield Propan, ICI Dulux, Mowilex Warna ditentukan kemudian

b. Dinding bagian dalam ■ Cat dinding interior acrilic emulsion Propan, ICI Dulux, Mowilex Warna ditentukan kemudian

2 Cat Plafond
a. Seluruh ruangan ■ Cat plafond Propan, ICI Dulux, Mowilex Warna ditentukan kemudian
- putih standart, doff

M SANITARY
1 Kloset Duduk ■ Pipa Buang Belakang (Dinding) Toto, American Standard warna putih 2 Kran Shower ■
Shower ■ Shower set Toto, American Standard, San Ei warna putih 3 Jet Washer ■ TP Toto, American Standard, San Ei warna putih 4 Tempat Sabun ■ Polos, ukuran 10x20cm Toto,
American Standard, San Ei warna putih 5 Kran Cuci ■ solid Toto, American Standard, San Ei warna chrome 6 Kran Sink ■ solid Toto, American Standard, San Ei warna chrome 7 Sink ■ ukuran
50x50cm (1 lubang) ex. Modena, Royal Stainless Stell 8 Washtafel ■ ukuran panjang 40-50cm, lebar 30-45cm Toto, American Standard, San Ei warna putih 9 Kran Washtafel ■ solid Toto,
American Standard, San Ei warna chrome

SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR ​PROYEK RUSUN LOKASI


TIPE TYPE 24
TANGGAL :
NO URAIAN BAHAN KETERANGAN
A PEKERJAAN BETON DAN TIANG PANCANG
Dalam Approved material wajib :
- Melakukan Trial Mix 2 Mutu Beton Pondasi Sumuran ■ fc ... Mpa (setara K300)
3 Pondasi Telapak ■ fc 24. Mpa (setara K300)
- Melakukan test Tekan sesuai 2 Pile Cap ■ fc 24. Mpa (setara K300) Ready mix, Non Fly ash standar yang belaku, dengan benda uji silender Dia 15 cm x 30 cm 3
Kolom ■ fc 24. Mpa (setara K300) 4 Balok ■ fc 24. Mpa (setara K300) - Slump test struktur atas 12 cm + 2 5 Plat Lantai ■ fc 24. Mpa (setara K300) 6 Shear Wall ■
fc 24. Mpa (setara K300) - Slump test bored pile 14 cm + 2 7 Plat Canopy ■ fc 24. Mpa (setara K300) 8 Goround Water Tank (GWT) ■ fc 24. Mpa (setara K300)
9 PDA TEST (khusus tiang pancang) Dilakukan setiap 100 tiang sebanyak 1 sample test
dengan minimal 2 sample ​B PEKERJAAN PEMBESIAN (REBAR)
1 Pile Cap, Kolom, shear wall, balok , pelat lantai tingkat ​- Tulangan Utama :
pelat kanopy, GWT < D 10, fy = 240 Mpa (BJTP 240)
≥ D 10, fy = 400 Mpa (BJTS 400) Dalam Approved material wajib :

Lautan Steel, citra baru - Melampirkan Mill Sertificate ​- Tulangan Sengkang : ​steel, Krakatau - Melakukan Test Tarik minimal untuk < D 10, fy = 240 Mpa (BJTP
240) Bajatama, Master Steel masing-masing diameter 3 sampel ≥ D 10, fy = 400 Mpa (BJTS 400) Melakukan test tekuk minimal untuk
masing masing dameter 1 sampel 2 Pelat Lantai Dasar Wire mesh M8 , fy = 500 MPA ( BJTS 500) untuk setiap kelipatan 20 ton
- Wajib melampirkan sertifikat SNI
C PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

C.75.75 (Zincalume) ■ G 550 (Kuat Tarik 550 Mpa) ■ Komposisi baja : 55% aluminium, ​43.5% zinc, 1.5% silicone Blue scope steel, Maharoof, Taso ​Dalam
Approval material wajib :

- Spesifikasi Teknis merk tersebut ​- melampirkan desain rangka atap -​ Wajib melampirkan sertifikat SNI
D ​PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA STRUKTURAL ​■ Pipa Black Steel mutu BJ 37 (fy = 240 Mpa) Bakrie Steel, Gunung Dalam Approval material wajib :
Garuda, Lautan Steel - Spesifikasi Teknis merk tersebut - melampirkan desain rangka atap ​- Wajib melampirkan sertifikat SNI

SPESIFIKASI PERALATAN
KONSTRUKSI dan PERALATAN
BANGUNAN

PEKERJAAN: PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN


MAHASISWA POLTEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG KOTA MAKASSAR

PROVINSI SULAWESI SELATAN


TAHUN ANGGARAN 2020
SPESIFIKASI PERALATAN KONSTRUKSI dan PERALATAN
BANGUNAN
Pembangunan Rumah Susun Mahasiswa
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

signifikan dalam menentukan proses pelaksanaan pekerjaan tersebut dengan baik,

benar, dan lancar, maka ketika berbicara pembangunan sebuah pekerjaan konstruksi
kita tidak bisa lepas dari peralatan yang dipakai sebagai alat penunjang terlaksananya

sebuah pekerjaan konstruksi. Peralatan ​minimal ​(dari segi jenis, kapasitas, jumlah)

adalah;

No. JENIS PERALATAN KAPASITAS JUMLAH KETERANGAN

1 DUMPTRUCK 5 Ton 2 Unit Milik/Sewa

2 MOBIL CRANE (MC) 35 Ton 1 Unit Milik/Sewa

3 EXCAVATOR Pc 200 1 Unit Milik/Sewa

4 CONCRETE VIBRATOR 3-4 m 3 Unit Milik/Sewa

5 SCAFFOLDING 2500 SET Milik/Sewa

Peralatan/fasilitas sebagaimana tercantum pada tabel peralatan di atas adalah

peralatan/fasilitas minimal yang wajib ditawarkan/diajukan/disediakan oleh peserta

lelang dalam melakukan penawaran untuk pekerjaan ini.

Makassar, Desember 2019

Pejabat Pembuat Komitmen


Rumah Susun dan Khusus
SNVT Penyediaan Perumahan
Provinsi Sulawesi Selatan

Ir. Faisal Soedarno. MT NIP.


19670415 200212 1 002
SPESIFIKASI
PROSES / KEGIATAN

PEKERJAAN: PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN


MAHASISWA POLTEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG KOTA MAKASSAR

PROVINSI SULAWESI SELATAN


TAHUN ANGGARAN 2020
SPESIFIKASI PROSES / KEGIATAN
Pembangunan Rumah Susun Mahasiswa
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Secara garis besar terdiri atas proses: Persiapan, Pelaksanaan Konstruksi, dan

Pemeliharaan.

1. Kegiatan Persiapan

a. Mobilisasi personil dan peralatan, dipersyaratkan telah dimulai paling lama 1 (satu)

bulan sejak tanggal Surat Perintah Mulai kerja

b. Implementasi awal Rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kontrak (RK3K)

sebagai penerapan SMK3, yaitu RK3K yang disusun oleh Penyedia Jasa dan disetujui

oleh PPK dan menjadi acuan pelaksanaan sampai serah terima pekerjaan.

c. Pemagaran keliling area konstruksi dan sarana prasarana pendukung lainnya.

2. Pekerjaan Kontruksi.

a. Pekerjaan struktur.

Pekerjaan struktur utama beton bertulang (rigid frame) lanjutan mulai lantai 7 sampai

dengan lantai 12. Dengan mempertimbangkan waktu normal pertawatan (curing

periode) beton selama 28 sampai 30 hari, maka perkiraan kebutuhan waktu

pelaksanaan konstruksi adalah 8 (delapan) bulan.

b. Pekerjaan arsitektur.

Pekerjaan arsitektur dilaksanakan setelah pekerjaan struktur selasai dan/atau struktur

dapat menerima beban eksternal. Perkiraan waktu diasumsikan selesai 1 (satu) bulan

setelah pekerjaan struktur.


c. Pekerjaan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing (M.E.P)

Pekerjaan M.E.P. dilaksanakan menyesuaikan pekerjaan beton bertulang dengan

mempertimbangan waktu beton dapat menerima pembebanan peralatan dan

perlengkapan mekanikal dan elektrikal. Perkiraan waktu akhir penyelesaian pekerjaan,

termasuk test and commissioning adalah 1 (satu) bulan setelah pekerjaan struktur

utama.

2. Kegiatan Pemeliharaan dan Pemanfaatan

a. Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan setelah Serah Terima I pekerjaan (Provisional

Hand Over/PHO), yaitu pekerjaan dinyatakan selesai sesuai disain, kuantitas, dan
kualitas yang dipersyaratkan. Waktu pemeliharaan selama 6 (enam) bulan setelah

PHO.

b. Kegiatan pemanfaatan oleh pengguna bangunan gedung setelah bangunan

dinyatakan laik fungsi atau sesuai ketentuan kelaikan yang direkomendasikan oleh

penyedia jasa pengawasan teknis/MK atau Pengkaji teknis bangunan gedung.

4. Manajemen waktu proses/kegiatan

a. Dari tahap persiapan sampai dengan PHO membutuhkan total waktu selama 10

(sepuluh) bulan, perkiraan waktu tersebut dapat dipenuhi atau lebih singkat dengan

manajemen waktu pelaksanaan yang lebih efisien.

b. Efesiensi waktu proses/kegiatan dapat dilakukan melalui manajemen pelaksanaan

dengan mempertimbangkan beberapa aspek, antara lain:

1. Pentahapan kegiatan;

2. Metode pelaksanaan yang efisien;

3. Penggunaan sumber daya, termasuk SDM;

4. Sistem Informasi dan komunikasi; dan

5. Penggunaan teknologi (pendukung metode pelaksanaan, alat bantu, bahan


bangunan, dan bahan additive sebagai katalis maupun peningkatan mutu konstruksi).

Makassar, Desember 2019

Pejabat Pembuat Komitmen


Rumah Susun dan Khusus
SNVT Penyediaan Perumahan
Provinsi Sulawesi Selatan

Ir. Faisal Soedarno. MT NIP.


19670415 200212 1 002

SPESIFIKASI
METODE
KONSTRUKSI/METODE

PELAKSANAAN/METODE KERJA
PEKERJAAN: PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN
MAHASISWA POLTEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG KOTA MAKASSAR

PROVINSI SULAWESI SELATAN


TAHUN ANGGARAN 2020
SPESIFIKASI METODE KONSTRUKSI/METODE
PELAKSANAAN/METODE KERJA Pembangunan Rumah Susun
Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang

A. PENDAHULUAN
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi adalah Metode yang dibuat

dengan cara teknis yang menggambarkan penguasaan penyelesaian pekerjaan

yang sistematis dari awal sampai akhir yang meliputi tahapan/urutan pekerjaan

utama dan uraian cara kerja dari masing-masing jenis kegiatan pekerjaan utama

yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis, serta bagaimana tahapan dalam

metode pelaksanaan pekerjaan harus relevan antara metode pelaksanaan

pekerjaan dengan jadwal/jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan analisa teknis

satuan pekerjaan.

Dalam menyusun metode pelaksanaan pekerjaan untuk proyek konstruksi

sebaiknya sesuai dengan persyaratan dalam dokumen dimana Metode

pelaksanaan pekerjaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang ditentukan.

B. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan Paket Pembangunan Rumah Susun Mahasiswa Universitas

Negeri Makassar adalah sebagai berikut

1. Perkerjaan Persiapan

2. Pekerjaan Struktur

3. Pekerjaan Arsitektur

4. Perkerjaan Interior

5. Pekerjaan Lansekap

6. Pekerjaan Mekanikal

7. Pekerjaan Elektrikal

C. METODE PELAKSANAAN.

Tahapan pekerjaan dari awal sampai akhir secara garis besar dari masing-masing
jenis pekerjaan utama; Kesesuaian antara metode kerja dengan spesifikasi / volume

pekerjaan yang disyaratkan.


1. PEKERJAAN PERSIAPAN

❖ ​PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK

1. Melakukan survei secara akurat dengan memasang “Bench Mark” (BM) pada

lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk revisi minor terhadap gambar rencana,

pengukuran ketinggian permukaan perkerasan atau penetapan titik pengukuran

(setting out) yang akan dilakukan. BM permanen harus dibuat di atas tanah

yang tidak mudah bergeser.

2. Memasang titik patok pelaksanaan yang menunjukkan garis dan ketinggian

untuk pekerjaan perbaikan tepi perkerasan, lebar bahu, dan selokan samping

sesuai dengan penampang melintang standar yang diberikan dalam gambar

rencana dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum

memulai pelaksanaan pekerjaan.Jika menurut Direksi Pekerjaan diperlukan

perubahan pada setiap garis dan ketinggian, baik sebelum maupun sesudah

penempatan patok, maka Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan perintah yang

terinci untuk melaksanakan perubahan tersebut dan Penyedia Jasa harus

mengubah penempatan patok sambil menunggu persetujuan lebih lanjut.

3. Profil yang diterbitkan harus digambar dengan skala, ukuran dan tata letak

(layout) sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Gambar

penampang melintang harus menunjukkan elevasi permukaan akhir yang

diusulkan, yang diperoleh dari gambar detail rancangan. ​❖

BARAK KERJA DAN GUDANG

Dalam pelaksanaan proyek ini Direksi Keet yang dibuat terdiri dari Kantor

ukuran 5x10m, Ruang rapat Ukuran 4x4m, gudang ukuran 6 x 10m, barak
pekerja ukuran 3x10m (2 Lantai), rumah genset, serta Toilet.

Untuk Ruang kantor dan ruang Rapat didalamnya dilengkapi meja, kursi,

gambar kerja, time schedule, struktur organisasi proyek, papan tulis, alat

pemadam kebakaran, buku tamu, buku direksi dan laporan harian proyek.

Ruang ini digunakan sebagai kantor sementara kontraktor dan dipakai sewaktu-

waktu perlu dilakukannya rapat kerja.

Barak kerja dibuat untuk tempat tinggal sementara tenaga kerja selama proyek

berlansung. Gudang penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat bahan material

yang sifatnya untuk menjaga keselamatan dari bahan tersebut. Untuk Gudang

penyimpanan semen, tempatnyaharus baik sehingga terlindung dari


kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak. Lantai penyimpanan harus

kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah

Letak direksikeet dibuat pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dicapai

dalam proses bongkar muat material yang akan digunakan ​❖

PAPAN NAMA PROYEK


1. Papan nama proyek harus dibuat sedemikian rupa sehingga terbaca dari luar batas daerah
kerja atau bentuknya/penempatannya akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Pembuatan papan nama proyek harus memperhatikan bentuk dan isi diaman harus sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan
❖ ​FOTO PEKERJAAN
• Pembuatan laporan harian, berkoordinasi dengan site manager

• Pembuatan laporan mingguan, berkoordinasi dengan site manager

• Pembuatan laporan bulanan, berkoordinasi dengan site manager

• Dokumentasi proyek, akan ditangani oleh pelaksana lapangan. Tiap jenis pekerjaan
akan didokumentasikan sebagai dokumentasi proyek yang akan digunakan dan diminta
oleh direksi proyek.Dokumentasi proyek dimulai dari kondisi nol (0%), proses
pelaksanaan (25%,50%,75%), dan kondisi selesai (100%). Foto dokumentasi akan
dilampirkan pada masing- masing laporan sebagai pembuktian atas pekerjaan

masing-masing. ​❖ A
​ IR DAN LISTRIK PROYEK
• Air untuk bekerja disediakan oleh Penyedia jasa di area proyek, dengan cara Pelaksana
membuat instalasi sendiri menyambung dengan instalasi yang sudah ada, air harus
bersih dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan melalui
pemeriksaan laboratorium

• Reservoir/bak atau drum air untuk kerja, berkapasitas kurang lebih 4 m3 dan senantiasa
terisi penuh
• Listrik untuk bekerja harus disediakan Pelaksana ​selama masa ​pembangunan dengan ​daya
secukupnya.

❖ ​PEKERJAAN PAGAR KELILING


Kosnstruksi Pagar peroyek di buat dengan menggunakan dinding seng dan
diperkuat dengan menggunakan tiang-taing besi atau kayu dan di ikat dengan
paku/baut pengikat pada jarak tertentu, sehingga kosnstruksinya kuat dan sesuai
dengan fungsi yakni untuk menjamin keamanan pekerja dalam lingkunngan proyek.

2. PEKERJAAN STRUKTUR ​❖ P
​ ERATURAN UMUM TEKNIS

PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN


1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk
segala perubahan dan tambahannya : a. Peraturan Umum tentang pelaksanaan
pembangunan di Indonesia atau ​algemene voorwaarden voor de uitvoering bij aanemiing van
openbare werken (​ AV) 1941. b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk ​Arbitrase
Teknik dari Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI). c. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja
Departemen Tenaga Kerja. d. Peraturan Umum Bangunan Indonesia (NI-013). e.
Peraturan Semen Portland Indonesia (NI - 08) f. Peraturan dan ketentuan-ketentuan
lain yang dikeluarkan oleh jawatan/ instansi pemerintah setempat, yang bersangkutan
dengan permasalahan bangunan. g. Undang-undang RI No. 18 Tahun 1999 tentang
Jasa konstruksi, beserta PP 28,
PP 29, dan PP 30 Tahun 2000 h. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2002 Tentang bangunan
Gedung. i. Pedoman teknis pembangunan Bangunan Gedung Negara, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Dirjen Cipta Karya 2007. j. Pedoman teknis
pembangunan Bangunan Gedung Negara, Keputusan Permukiman dan Prasarana
wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002, tanggal 21 Agustus 2002.
k. Petunjuk Teknis rencana Tindakan Darurat Kebakaran Pada Bangunan Gedung,
Keputusan Permukiman dan Prasarana wilayah Nomor : 58/KPTS/DM/2002 l.
Persyaratan Teknis Aksebilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan,
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 468/KPTS/1998
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas, berlaku dan mengikat
pula : a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh kontraktor
dan sudah disahkan/disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi. b. Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijziing). d. Berita Acara
Penunjukkan. e. Surat Keputusan Pemberi Tugas tentang Penunjukan Kontraktor. f.
Surat Perintah Kerja (SPK) g. Surat penawaran beserta lampiran-lampirannya h. Jadwal
Pelaksanaan (Tentative Time Schedule yang telah disetujui). i. Kontrak surat perjanjian
pemborongan. j. Berita Acara/Surat-surat Klarifikasi tender.

❖ ​PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN

➢ ​PENGUKURAN TAPAK KEMBALI


1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan keterangan–keterangan mengenai peil, ketinggian
tanah, letak pohon-pohon, letak batas-batas tanah dengan menggunakan alat
optik yang sudah ditera kebenarannya. 2. Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi
antara gambar dan keadaan lapangan harus segera dilaporkan kepada direksi
untuk dimintakan keputusannya. 3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut
hanya dilakukan dengan alat - alat waterpass / theodolith yang ketepatan dapat
dipertanggungjawabkan. 4. Kontraktor harus menyediakan theodolith / waterpass
beserta petugas yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Konsultan
Manajemen Konstruksi selama pelaksanaan kegiatan. 5. Pengukuran sudut
siku-siku dengan prisma atau barang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian–bagian kecil yang disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi. 6. Instalasi-instalasi yang sudah ada dan masih berfungsi
harus diberi tanda yang jelas dan dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang
mungkin terjadi akibat pekerjaan kegiatan ini, dan untuk itu harus dicantumkan
dalam gambar pengukuran seperti disebutkan dalam pengukuran sesuai dengan
ayat 1. Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan akibat pekerjaan
yang sudah dilaksanakannya.
7. Gambar pengukuran tapak proyek harus mendapat persetujuan/
pengesahan Konsultan Manajemen Konstruksi, yang meliputi antara lain : ​- Sistem
koordinat, sesuai ketentuan gambar. - Peil setiap titik simpul koordinat dan transis
dengan interval 0.25 M (tinggi). ​- Rencana lokasi kantor direksi, kantor pemborong
tempat simpan bahan
terbuka, tempat simpan bahan tertutup, los kerja, sumber air dan reservoir.
➢ ​PEMBUATAN TUGU PATOK DASAR
1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi 2. Tugu
patok dasar dibuat dari beton bertulang berpenampang 20 x 20, cm, tertancap kuat
kedalam tanah sedalam 1 (satu) meter dengan bagian yang muncul diatas muka tanah
secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya. 3. Tugu patok dasar dibuat
permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai
ada instruksi tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi untuk membongkarnya.

➢ ​PAPAN PATOK UKUR (PENENTUAN TITIK)


1. Papan patok ukur dipasang pada patok kayu kelas III ( 5/7), tertanam ditanah
sehingga tidak bisa digerak-gerak atau diubah-ubah. 2. Papan patok ukur kayu dibuat
dari kayu kelas III, dengan ukuran tebal 3 cm,
lebar 20 cm, lurus dan diserut ratakan pada sisi sebelah atasnya. 3. Tinggi sisi
atas papan bouwplank harus sama satu dengan lainnya kecuali
dikehendaki lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. 4. Papan patok ukur dipasng sejauh
150 cm dari as dinding terluar, sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan. 5. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur,
Kontraktor harus melapor kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dimintakan
persetujuan, serta harus menjaga dan memelihara keutuhan serta ketetapan letak papan
patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi.

➢ ​KANTOR KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


1. Kantor direksi cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk menyimpan
dokumen-dokumen proyek selama pelaksanaan kegiatan (kurang lebih 3 tahun). 2. Luas dan
peralatan yang harus disediakan untuk kantor Konsultan Manajemen
Konstruksi minimal adalah 4x6 meter persegi. 3. Di dalam kantor Konsultan Manajemen
Konstruksi harus ditempatkan ruang KM/WC dengan baik air bersih secukupnya dan
dirawat kebersihannya. 4. Posisi dan denah gambar kantor Konsultan Manajemen
Konstruksi tergambar
pada gambar rencana pagar proyek. 5. Alat-alat lain yang harus senantiasa tersedia di
proyek untuk setiap saat dapat
digunakan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi adalah : - 1 (satu) alat
ukur theodolite type T1 dan T2.

- 1 (satu) alat ukur Schuifmaat.


- 2 (dua) komputer Core 2 Duo lengkap dengan printernya untuk
ukuran kertas A4 & A3.

- 1 (satu) kamera digital.

- 1 (satu) kamera polaroid lengkap dengan film dan blitznya.

- 10 (pasang) sepatu proyek dan helm proyek serta jas hujan. ​➢

KANTOR KONTRAKTOR DAN LOS KERJA


1. Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk keperluan sendiri sehubungan
dengan kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini berupa Kantor Administrasi dan Teknis
Lapangan, Ruang Rapat, Los Pekerja dan Gudang 2. Ukuran luas kantor Kontraktor dan
Los Kerja serta tempat simpan bahan bakar, disesuaikan dengan kebutuhan Kontraktor
dengan tidak mengabaikan keamanan dan kebersihan dan bahaya kebakaran, serta
memperhatikan tempat yang tersedia sehingga tidak mengganggu kelancaran kerja dan
arus lalu lintas, harus disediakan 3 buah penyemprot api (fire extinguiser) kapasitas 4
kg/cm2, 1 (satu) di Kontraktor, 1 (satu) diletakkan di kantor Konsultan Manajemen
Konstruksi, dan 1 (satu) diletakkan di daerah yang strategis di Los Kerja. 3. Khusus
untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan kotak simpan dipagar
dengan dinding papan, sehingga masing-masing bahan tidak tercampur dengan bahan
lainnya. 4. Kantor Kontraktor harus dibuat dari bahan-bahan yang baik, kuat dan mudah
di
bongkar kembali. 5. Penataan layout kegiatan proyek dan lokasi direksi keet Kontraktor harus
diajukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan,
segera setelah Surat Perintah Masuk Lapangan diterima oleh Kontraktor. 6. Kontraktor
tidak diperkenankan :
- Menyimpan alat-alat, bahan bangunan di luar pagar proyek, walaupun untuk
sementara.

- Menyimpan bahan-bahan yang ditolak Konsultan Manajemen Konstruksi karena

tidak memenuhi syarat. ​➢ P


​ ENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK

KERJA
1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak lokasi kegiatan atau air PAM, air harus bersih bebas dari lumpur, minyak dan
bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium. 2.
Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa terisi
penuh. 3. Untuk kebutuhan daya listrik, baik untuk penerangan sementara maupun listrik
untuk alat-alat kerja Kontraktor harus mendatangkan sendiri genset yang kapasitasnya
sesuai untuk keperluan proyek tersebut, dengan biaya sewa dan operasional ditanggung

oleh Kontraktor. ​➢ ​PENGADAAN SARANA KERJA

1. Untuk kelancaran jalannya pekerjaan, Kontraktor harus meneydiakan sarana


kerja (baik sendiri maupun sewa) yang meliputi :
a. Alat kerja utama seperti ckup,Banbender,Thedolit,Bar cuttter,
tampler,Peralatan tukang,Stampler paving,
eralatan Las, dll : format administrasi, alat
b. Alat kerja Initi seperti c.
omunikasi/
handy talky
Alat bantu seperti dan lain-lain
: Dumptruck, Mobil Crane,Excapator,
Conrete Vibrator, Scaffolding, dll ​: Mobil

2. Sedangkan untuk membantu kelancaran tugas Konsultan Manajemen Konstruksi,


Kontraktor harus menyediakan alat bantu seperti handy talky yang akan dipakai dalam

rangka pengawasan dan pengendalian jalannya proyek. ​➢ ​AIR KERJA ( RESERVOIR

/ BAK AIR )
1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak lokkasi kegiatan atau air PAM, air harus bersih bebas dari lumpur, minyak dan
bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium. 2.
Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa terisi

penuh. ​➢ ​PAGAR SEMENTARA

PROYEK
1. Pagar didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak kegiatan seperti yang
ditentukan dengan tinggi 3 Meter. 2. Pagar proyek terbuat dari seng gelombang BJLS 30,
dipasang pada tiang rangka
pada tiang dan rangka kayu klas II, dan diperkuat dengan beton setempat. 3. Pada
tempat-tempat yang ditentukan dalam gambar dibuat pintu masuk untuk kendaraan
angkutan dan pintu masuk orang, pintu terbuat dari rangka kayu dan selanjutnya ditutup
dengan finish cat dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi. ​➢

PENGAMANAN PROYEK
1. Untuk penyelenggaran keamanan proyek, Kontraktor harus menyediakan tenaga
kemanan sendiri yang memenuhi kualifikasi yang diperlukan, dengan jumlah yang
diperkirakan mencukupi areal pekerjaan proyek. 2. Untuk keperluan keamanan intern
proyek Kontraktor harus membuat kartu identitas semua pekerja maupun petugas
proyek. Sedangkan untuk keamanan yang menyangkut pihak lusr, Kontraktor harus
berkoordinasi dengan Ketua Lingkungan dan Kepolosian setempat.

❖ ​PEKERJAAN BEKISTING BETON

➢ ​UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
a. Kayu dan/atau multiplek untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan
perkuatan dan angkur-angkur yang diperlukan. b. Penyediaan angkur-angkur untuk
hubungan dengan pekerjaan lain. c. Bahan pelapis anti lengket beton dan
klam-klam pengunci dan pengait.
d. Perancah bekisting atau scafolding sesuai kebutuhan dan norma
pemasangan / penggunaan serta asesoriesnya harus lengkap. ​2.
Pekerjaan yang berhubungan
a. Struktur beton poer, sloof, kolom, balok, tandon air bersih dan kebakaran, Instalasi
Pembuangan Air Limbah (Waste Water Treatment Plant), Dinding Penahan Tanah
(Retaining Wall), core wall, septictank, resapan, dan Pit Stop (Ruang Bawah untuk
Pondasi Lift). b. Pekerjaan pasangan batu-bata ringan c. Sparing-sparing pekerjaan
mekanikal d. Sparing-sparing pekerjaan eletrikal e. Shaft pekerjaan mekanikal dan
elektrikal ​3. Standar–standar yang dipakai
a. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI)–1982, NI-3. b.
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia -1961, NI-5. c. Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBI) 1971, NI-2. d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002) e. Recommended Practice For Concrete Formwork (ACI 347 - 68). ​4.
Shop drawing
a. Dimana diperlukan, menurut Konsultan Manajemen Konstruksi atau
perencana, harus dibuat shop drawing. b. Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap
randangan bekisting yang berbeda
yang memperhatikan ; – Dimensi – Metode
konstruksi – Bahan – Hubungan dan
ikatan-ikatan (form ties)

➢ ​BAHAN
1. Bekisting beton biasa
a. Multiplek film tebal 9 mm b. Kayu kelas III 5/7, cm sebagai pengaku dan balok-balok
bantu. c. Paku, angkur, form ties dan sekrup-sekrup, ukuran sesuai dengan keperluan
dan cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan
pengecoran, ​2. Syarat umum bekisting
a. Tidak mengalami deformasi, bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat b.
Kedap air dengan menutup semula celah dengan ​tape​, c. Tahap terhadap
getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting d. Pemakaian bekisting
selain ketentuan diatas harus dengan persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi.

❖ ​PEKERJAAN BETON STRUKTUR PRIMER

➢ ​UMUM
1. Lingkup pekerjaan
a. Pembesian
1. Tulangan besi ulir dan polos lengkap dengan kawat pengikatnya. 2. Beton
decking (support chairs) bolster, spacer for reinforcing b. Pengecoran beton.
1. Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding, pondasi dan
slab pendukung. 2. Slab beton diatas tanah dan pedestrian/​side walks. ​3. Finishing
permukaan beton pada dinding, plat, balok dan kolom. ​2. Produk beton
Produk beton yang dipakai adalah beton siap pakai ​(Readymix Concrete) ​dengan
mutu Beton :

- K-300 untuk beton core wall

- K-300 untuk balok, kolom, pelat dan tangga

Mutu beton tersebut harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi,


kontraktor harus melaksanakan mix design terlebih dahulu dengan melaporkan hasil
mutunya melalui laboratorium beton yang independen.

3. Pekerjaan yang berhubungan


a. Bekisting beton. b. Finishing beton. c. Pasangan bata ringan d. Waterproofing.
e. Waterstop pekerjaan tandon bawah dan dilatasi antar ground slab. f.
Bagian-bagian pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang harus dicor dalam
beton. ​4. Standar
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBl)–1971, NI-2 b. Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002) c. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 NI-3 d. Peraturan
Semen Portland Indonesia 1972. N - 8. e. Peraturan Bangunan Nasional 1978 f.
Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-
1727-1989-F) g. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok 1983. h. Ketentuan–Ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) no. 9 tanggal 28 Mei 1944 Tambahan Lembaran Negara No. 1457. i.
Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat. j. Petunjuk-petunjuk dan
peringatan–peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan perencana. k. Standar normalisasi Jerman (DIN) l.
Ameridan Society Testing and Material (ASTM)
1. C 33 (concrete aggregates)

2. C 150 (portland cement)

m. Ameridan Concrete Institute (ACI).


1. 211 (recommended practice for selecting proportions for normal and
heavy weight concrete) 2. 212 (guide for use admixlures in concrete). 3. 214
(recommended practice for evaluation of compression test of field
concrete) ​➢

BAHAN
1. Persyaratan bahan
a. Portland cement
Yang menyatakan adalah jenis II SNI 15-2049-2004, menurut NI-8 (type I), menurut
ASTM dan memenuhi S. 400, menurut standar portland cement yang ditentukan asosiasi
semen Indonesia dan terdiri dari satu jenis merek.

b. Agregates
Kualitas agregate harus memenuhi syarat–syarat PBI 1971. Agregat kasar
harus berupa batu pecah (split) yang memenuhi susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur dari pasir
beton tidak boleh melebihi dari 5% berat kering. Dimensi maksimum dari
agregat kasar tidak lebih dari 2.0 cm dan tidak boleh lebih dari seperempat
dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan. Pasir
harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.

c. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali dan bahan–bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi mutu pekerjaan. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi
500 p.p.m dan komposisi sulfat (S03) tidak boleh melebihi 1000 p.p.m. apabila
dipandang perlu, Konsultan Manajemen Konstruksi dapat minta kepada
kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan
yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.

d. Besi beton
1. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan
besi mutu Tulangan Polos ≤ 12 mm pakai BJTP 24 mm (U- 24) dan Tulangan Ulir ≥
12 mm pakai BJTD 40 mm (U-39). Khusus untuk wiremesh menggunakan mutu baja
tegangan leleh karakteristik 5000 kg/cm2 2. Untuk mendapatkan jaminan akan
kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus
ada/ dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun
secara periodik minimum masing–masing 2 contoh percobaan (stres-strain) dan
pelengkungan untuk setiap 20 ton besi, pengetesan dilakukan pada laboratorium
yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi. ​e. Admixture
1. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak
diperlukan penggunaan sesuatu admixture. 2. Jika menggunakan admixture
masih dianggap perlu kontraktor diminta terlebih dahulu memberitahukan nama
perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan,
data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya,
cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan- keterangan lain yang
dianggap perlu.

➢ ​PELAKSANAAN
1. Kualitas beton
a. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton yang dipakai dalam struktur
primer adalah K–300, kecuali untuk Core Wall memakai K-300 (tegangan tekan
hancur karakteristik untuk kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm pada usia 28 hari
kalender). Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam PBI 1971. b. Kontraktor harus memberikan jaminan atas
kemampuan membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data mix
design pelaksanaan di lain tempat atau dengan mengadakan trial mixes di
laboratorium yang ditunjuk oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. c. Test selama
pekerjaan.
Buat 3 Kubus 15 x 15 x 15 cm dari setiap 5 m3 atau sebagian dari pada itu atau
dari pengecoran setiap hari, pilih yang paling menentukan dari setiap mutu
beton yang berbeda dan dari setiap perencanaan campuran yang dicor. Buat
dan simpan kubus-kubus menurut ASTM 31. Test satu kubus pada hari ke 7
dan satu kubus pada hari ke 28 menurut ASTN C 39. Simpan satu kubus
sebagai cadangan untuk test pada hari ke 56 jika test pada hari ke 28 gagal.
Jika test kubus pada hari ke 28 berhasil, test kubus cadangan untuk
menghasilkan kekuatan rata-rata dari kedua kudus pada hari ke 28.
Sediakan fasilitas pada lokasi proyek untuk menyimpan contoh-contoh yang
diperlukan oleh badan penguji.

d. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan laporan tersebut
harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus
disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukkan laboratorium harus dengan
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi. e. Selama pelaksanaan harus ada
pengujian slump 7 cm f. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium
yang disetujui
Konsultan Manajemen Konstruksi. g. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam
pasir basah tapi tidak
tergenang air, selamat 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka. h. Jika dianggap
perlu, maka digunakan pembuatan kubus percobaan untuk umur 7 (tujuh) hari
dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan yang
diminta additives. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka
kekuatan yang diminta maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan
cara-cara seperti yang ditetapkan dalam SNI 2002 atau PBI 1971 dengan tidak
menambah beban biaya bagi Pemberi Tugas (Universitas Negeri Makassar). i.
Penyampaian beton (adukan) dari mix, ke tempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-komponen
beton. j. Dalam hal ready mix sulit didapat maka site mix dapat dilakukan dengan
kontraktor terlebih dahulu mengadakan presentasi untuk mendapatkan persetujuan
dan untuk itu disyaratkan mesin molen produksi mutu beton K- 300 harus
menggunakan portable beton mix dan volume dan system
minimal 1 m3 beton setiap 1 campurannya. k. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan
beton. l. Kontraktor harus menggunakan concrete pump pada elevasi-elevasi
pengecoran diatas 3 meter. Sehingga kualitas beton tuang dari alat pencampur tidak
berubah. ​2. Instruksi dan pembongkaran bekisting
Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak
ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti persyaratan dari SNI 2002 atau PBI
1971. Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat
sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.

3. Penggantian besi
a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar. b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman
kontraktor atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada, maka : 1. Kontraktor dapat menambah ekstra
besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar. Secepatnya
hal ini diberitahukan pada Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.
2. Jika hal tersebut diatas dimintakan pekerjaan tambah oleh Kontraktor, maka
penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari
Perencana Konstruksi. 3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka
perubahan tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari
perencana Konstruksi. Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah
merupakan juga keharusan dari Kontraktor. c. Jika kontraktor tidak berhasil
mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar,
maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat
dengan catatan : 1. Harus ada persetujuan dari Perencana Konstruksi dan
Konsultan
Manajemen Konstruksi. 2. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah jumlah luas) 3. Penggantian tersebut tidak boleh
mengakibatkan kemampuan
penampang berkurang. 4. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar. ​4. Perawatan beton
a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan. c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran
d. Khusus elemen vertikal harus dipakai curing compound ​5. Tanggung jawab
kontraktor
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang
diberikan. Adanya atau kehadiran Konsultan Manajemen Konstruksi selaku wakil
pemberi tugas atau perencanaan yang sejauh mungkin melihat / mengawasi
menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut
diatas.

6. Contoh yang harus disediakan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh material
seperti kerikil, pasir, besi beton, wire mesh, bendrat, dan semen untuk mendapatkan
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi. b. Contoh-contoh yang telah disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk
memeriksa/ menerima material yang dikirim oleh kontraktor ke lapangan. c.
Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui dibangsal Konsultan Manajemen Konstruksi. ​7. Sparing
conduit dan pipa-pipa
a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur. b. Tempat-tempat
dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan bila tidak ada
dalam gambar, maka kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.
c. Bilamana sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan
diperkuat sehingga tidak akan dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi. d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang
sebelum pengecoran,
dan diperkuat, sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

❖ ​PEKERJAAN BETON STRUKTUR SEKUNDER

➢ ​UMUM
1. Lingkup pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi pelat lantai, pelat tangga, balok tangga, kolom praktis, beton
ring balok, dan balok kantilever untuk bangunan yang dimaksudkan termasuk besi beton
dan pekerjaan bekisting / acuan dan semua pekerjaan beton yang bukan struktur sesuai
yang ditunjukkan didalam gambar. ​2. Standar
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBl)–1971, NI-2 b. Persyaratan Umum


Bahan Bangunan Indonesia 1982 NI-3 c. Peraturan Semen Portland Indonesia
1972. N-8. d. Peraturan Bangunan Nasional 1978 e. Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002) f. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 g. Pedoman
Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok 1983. h. Ketentuan–Ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) no. 9 tanggal 28 Mei 194 Tambahan Lembaran Negara no. 1457. i.
Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai j. Peraturan
pembangunan pemerintah daerah setempat. k. Petunjuk-petunjuk dan
peringatan–peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan oleh Konsultan Perencana. l. Standar Normalisasi
Jerman (DIN) m. Ameridan Society Testing and
Material (ASTM)
– C 33 (concrete aggregates) – C 150
(portland cement) n. Ameridan Concrete
Institute (ACI).
– 211 (recommended practice for selecting proportions for normal and heavy
weight concrete)

➢ ​BAHAN
1. Persyaratan bahan ​a.
Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merek dan
atas persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan harus memenuhi NI-8.
Semen yang telah mengeras sebagian / seluruhnya tidak dibenarkan untuk
digunakan. Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemikian rupa
sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari
tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen.

b. Pasir beton
Harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan–bahan organis,
lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan
yang dicantumkan dalam PBI 1971.

c. Koral beton/split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai syarat-syarat PBI 1971. Penyimpanan/penimbunan
pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin
kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan
adukan beton yang tepat.

d. Air
Air digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton. Apabila
dipandang perlu Konsultan Manajemen Konstruksi dapat minta kepada
Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

e. Besi beton
Pada penulangan Pile cap, Kolom, Sher wall ,Balok, Pelat lantai tingkat, Pelat
kanopi, GWT digunakan besi D 10, fy = 240 Mpa ( BJTP 240), sedangkan untuk
penulangan Wire maesh memakai besi M - 8 , fy=500 Mpa ( BJTP 500). Besi
harus bersih dari lapisan minyak/lemak dari bebas dari cacat seperti
serpih-serpih. Penampang besi bulat serta memenuhi persyaratan NI-2 (PBI
1971). Bila dipandang perlu kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu besi
beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang dan sah atas biaya kontraktor.
f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh- contoh
material misalnya, besi, kerikil, pasir, dan semen untuk mendapatkan persetujuan
dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

g. Contoh–contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, akan


dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh
Kontraktor ke site. ​2. Syarat pengiriman dan penyimpanan bahan
a. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan
tidak bercacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak/kemasan aslinya yang
masih tersegel dan berlebel pabriknya.

b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindungi dan tertutup, kering, tidak,
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik. c. Tempat
penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya. d. Kontraktor bertanggungjawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban kontraktor. ​➢

PELAKSANAAN
1. Mutu beton
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang sekunder adalah K–
300.

2. Pembesian
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang luruh atau yang dibekokkan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratan harus sesuai
dengan PBI 1971 b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus
disesuaikan dengan
gambar konstruksi. c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut
tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus diikat dengan papan acuan atau
lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan PBI 1971. d. Besi
beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam.
Waktu 1 x 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi. ​3.
Cara pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen yang kondisi mesin dan
fisiknya baik (tidak rusak) b. Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan dan harus disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Operator beton molen harus orang yang ahli dalam bidangnya. c. Selama
pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memeriksa slump
pada setiap campuran baru. Pengujian slump 8 cm ​4. Pengecoran beton
a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan
dan menyiram cetakan–cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan
ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak. b.
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi. c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat
memperlemah konstruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka
tempat perhentian tersebut harus disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi. ​5.
Pekerjaan acuan/bekisting
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar. b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan
perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak akan berubah bentuk dan
kedudukannya selama pengecoran dilakukan. c. Acuan harus rapat (tidak bocor),
permukaan licin : bebas dari kotoran- kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur
dan sebagainya, setelah pengecoran dilakukan harus mudah dibongkar tanpa merusak
permukaan beton. d. Kontaktor harus memberikan contoh-contoh material (besi,
koral/soft, pasir dan semen Portland) kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan. e. Bahan-bahan yang
digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang aman, sehingga mutu
bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan. f. Kawat pengikat besi
beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng, diameter kawat lebih besar
atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1971) g. Beton harus dilindungi dan
pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas
kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan. h. Beton harus dibasahi paling
sedikit selama sepuluh hari setelah pengecoran. ​6. Pekerjaan pembongkaran
acuan/bekisting
Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan
perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.

7. Pengujian mutu pekerjaan


a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan untuk memberikan
pada Konsultan Manajemen Konstruksi certificate test bahan besi dari produsen/
pabrik b. Bila tidak ada certificate test, maka Kontraktor harus melakukan pengujian
atas besi/kubus di laboratorium yang ditunjuk kemudian. c. Mutu beton tersebut harus
dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil, benda berupa kubus atau silinder
yang ukurannya sesuai dengan syarat- syarat/ketentuan dalam PBI 1971.
Pembuatannya harus disaksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
diperiksa di laboratorium kontruksi beton yang ditunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi. d. Kontraktor diwajibkan membuat trial mix terlebih dahulu, sebelum
memulai
pekerjaan beton. e. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan
Manajemen
Konstruksi secepatnya.
f. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi
tanggung jawab kontraktor.

8. Syarat-syarat pengamanan pekerjaan


a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras minimal
selama 3 x 24 Jam setelah pengecoran. b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang
diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain. c. Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
kontraktor. d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu
dibasahi dengan air terus menerus minimal selama 10 hari atau lebih (sesuai
dengan ketentuan dalam PBl 1971

❖ ​BETON COR DI TEMPAT (CAST IN PLACE)

➢ ​PENGENDALIAN PEKERJAAN
Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti
ketentuan-ketentuan seperti yang tertera dalam PBI-89 dan SNI 03-2847- 2002. ​➢

BAHAN-BAHAN
Bahan menggunakan adukan beton siap pakai (ready mixed concrete) atau
dengan beton adukan di tempat dengan memakai molen, control mutu sesuai
dengan spesifikasi ini.

a. Agregat beton
- Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan Wet System Stone Crusher.

- Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut


ASTM-C 33.

- Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.

- Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan


dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan.

- Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.

b. Agregat kasar
- Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras
tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya
tidak boleh melampaui 20% dari jumlah berat seluruhnya.
- Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50%
kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131-55.

- Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali
atau substansi yang merusak beton.

Gradasi

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

1” 25,4 mm 100

3⁄4” 19,05 mm 90-100

3/8” 95,25 mm 20-55

No. 4 4,76 mm 0-10

c. Agregat Halus
- Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir
lokal.

- Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali & substansi-
substansi yang merusak beton.
- Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih
dari 5%.

- Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.

- Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.

- Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan


pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang
tidak diinginkan.

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

3/8” 9,53 mm 100

No. 4 4,76 mm 90 – 100

No. 8 2,38 mm 80 – 100

No. 16 1,19 mm 50–85

No. 30 0,595 mm 25–65


No. 50 0,297 mm 10 – 30

No. 100 0,149 mm 5–10

No. 200 0,074 mm 0 – 5

d. Portland Cement (PC)


Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan dalam PBI-1989
dan SNI 03 – 2847 – 2002.

Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang dipakai
untuk seluruh pekerjaan beton.

Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh
pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai dengan urutan
pengirimannya.

Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air


dengan lantai terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya.

Semen yang rusak atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus
dikeluarkan dari lapangan.

e. Pembesian
Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa,
sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun
basah. Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan
ukuran-ukuran masing-masing. Besi penulangan rata maupun besi-besi
penulangan bergelombang (deformed bars) harus sesuai dengan
persyaratan dalam PBI-1989 dan SNI 03 – 2847 – 2002.

Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran
lain, apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa
mengurangi diameter penampang besi, atau dengan bahan cairan sejenis
"Vikaoxy Off" yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berhak memerintahkan untuk


menambah besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai maksimum
5% dari tulangan yang ada di tempat tersebut, meski tidak tertera dalam
gambar struktur, tanpa biaya tambahan.

Penulangan harus terdiri dari Pada penulangan Pile cap, Kolom, Sher wall
,Balok, Pelat lantai tingkat, Pelat kanopi, GWT digunakan besi D 10, fy = 240
Mpa ( BJTP 240), sedangkan untuk penulangan Wire maesh memakai besi
M - 8 , fy=500 Mpa ( BJTP 500) sesuai PBI-1989 dan SNI 03–2847–2002.

f. Kawat Pengikat
Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam
PBI-1989 dan SNI 03–2847–2002.
g. Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam PBI-1989
dan SNI 03–2847–2002.

Sebelum air untuk pengecoran digunakan, harus terlebih dahulu diperiksakan


pada Laboratorium PAM/PDAM setempat yang disetujui Konsultan
Manajemen Konstruksi dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.

Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.

h. Additive
Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi, bila diperlukan
campuran beton dapat menggunakan bahan-bahan additive merk POZZOLITH 300 R atau
yang setaraf. Bahan tersebut harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Additive yang mengandung chloride atau nitrat tidak boleh dipergunakan. ​➢

PELAKSANAAN
Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan trial test atau mixed
design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat
tercapai. Dari hasil test tersebut ditentukan oleh Pengawas "Deviasi Standard"
yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan.

a. Persiapan Pengecoran Beton


Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin
secara tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Permohonan ijin
rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari
sebelumnya.

Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh


stek-stek maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada
kolom-kolom, balok-balok beton untuk bagian yang akan berhubungan
dengan dinding bata maupun pekerjaan instalasi.

Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker


dipasang dengan jarak setiap 1 meter.

b. Pengecoran Beton
- Memberitahukan Konsultan Manajemen Konstruksi selambat-
lambatnya 24 jam sebelum sesuatu pengecoran beton dilaksanakan.

Persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mengecor beton


berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi
serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa
gangguan.

Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab


kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
- Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada
semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan
waktu ini dapat berkurang lagi jika Konsultan Manajemen Konstruksi
menganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu.
- Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.

Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute


dan sebagainya, harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi.

- Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus


selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.

Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian


lebih dari 2 meter.

Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh


adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.

- Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami


"initial set" atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi
plastis karena getaran.

- Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh


tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya
tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.

- Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan
tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances)
dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup
sampai tercapai beton yang padat.

Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang


lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

c. Pemadatan Beton
- Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
untuk mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan
secukupnya agar didapat beton padat tanpa menggetarkan secara
berlebihan.

- Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat


penting.
Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak
berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi
pengantongan beton-beton tidak akan diterima.
- Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.

- Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan


penggetar frekuensi tinggi 0.2 cm, agar dijamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.

- Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang


mengerti dan terlatih.

d. Slump (Kekentalan Beton)


Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan
PBI-1971 adalah sebagai berikut :

Slump Jenis Konstruksi


Max (mm) Min (mm)

- Kaki dan Dinding Pondasi 125 50

- Pelat, balok, dan dinding 150 75

- Kolom 150 75

- Pelat diatas tanah 125 50

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi harga
tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal apapun tidak
boleh melebihi 150 mm.

e. Penyambungan Beton dan Water Stop


- Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan/ dikasarkan
dan diberi bahan bonding agent seperti : EMAGG atau sejenis yang dapat
menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan yang baru.

- Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak di bawah


permukaan tanah atau tempat-tempat yang berhubungan dengan genangan
air hujan/air kotor harus diberi PVC water stop LWG (9") dan dipasang sesuai
dengan petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi/Produsen.

f. Construction Joint (Sambungan Beton)


- Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian
satu struktur secara menyeluruh. Dalam schedule tersebut Konsultan
Manajemen Konstruksi akan memberikan persetujuan dimana letak
construction joints tersebut.

Dalam keadaan mendesak Konsultan Supervisi Konstruksi dapat


merubah letak construction joints.
- Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton, sesudah 2
jam tapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang.

- Bila pada sambungan beton/coran timbul retak atau bocor, perbaikan


dilakukan dengan CONCRESIVE SGB Process.

g. Pengujian Kekuatan Beton


Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinu dari
hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit setiap 5 m3 beton harus
dibuat 1 sample benda uji.

Benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di laboratorium yang

disetujui pengawas dan biaya ketentuan PBI-1989 dan SNI 03–2847–


2002 harus dipenuhi.

Mutu beton yang disyaratkan K-300 .

h. Pemeriksaan lanjutan
Apabila hasil pemeriksaan tersebut di atas masih meragukan, maka

pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan menggunakan concrete gun atau


kalau perlu dengan core drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap
kualitas beton yang sudah ada sesuai dengan PBI-1989 dan SNI 03–
2847–2002.

Seluruh biaya pekerjaan pemeriksaan lanjutan ini sepenuhnya menjadi


tanggungan kontraktor.
❖ ​SISTEM PERANCAH (SCAFOLDING)

➢ ​PENANGGGUNG JAWAB/ PENGESAHAN DESAIN


Pimpinan Proyek

Merupakan tanggung jawab pimpinan proyek untuk memastikan bahwa material dan
alat-alat perancah yang sesuai tersedia di lokasi proyek. Sebagai tambahan, semua
pekerja diwajibkan untuk menjalankan pelatihan tentang cara penggunaan,
pembangunan dan perawatan perancah yang benar. Para pekerja harus diinstruksikan
akan beban aman yang dapat diterima oleh perancah. Pimpinan kerja diwajibkan
memberikan semua alat-alat keamanan yang dibutuhkan (semisal : helm pengaman,
alas kaki, sistem proteksi untuk mencegah jatuh dari ketinggian dan lain-lainnya)
kepada para pekerja yang akan membangun maupun yang akan menggunakan
perancah.

Apabila perancah di desain oleh para professional maka peimpinan proyek tetap
diharuskan untuk memastikan bahwa perancah telah di bangun sesuai dengan desain
yang diberikan.
Pimpinan proyek diharuskan untuk menunjuk salah seorang pekerja yang
berpengalaman untuk sebagai supervisi pembangunan, penggunaan dan pelepasan
sistem perancah. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur yang ada telah
di lakukan dan diikuti, terutama apabila desain dan gambar tehnik yang khusus
diperlukan.

Kepala kontraktor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perancah telah di


bangun dan perawatannya dilakukan sesuai dengan aturan atau prosedur yang ada.

Pekerja

Pekerja harus dipastikan bahwa mereka telah mengikuti prosedur keamanan dan
memakai semua alat pengaman serta semua alat proteksi diri yang dibutuhkan ketika
akan mendirikan dan menggunakan perancah. Pekerja juga diharuskan untuk saling
menjaga keamanan diri dan pekerja lainnya ketika bekerja di atas perancah.

Semua pekerja diharuskan menggunakan semua alat pengaman kepala dan kaki
ketika mendirikan dan bekerja diatas perancah. Prosedur pengamanan ini apabila
dipraktekkan secara benar akan terhindari dari kecelakaan kerja yang dapat terjadi
pada saat pendirian dan pelepasan perancah.
Supervisi

Pembangunan perancah harus selalu dalam supervisi pekerja yang berpengalaman


dalam pembangunan dan penggunaan perancah tersebut. Meskipun sistem perancah
bervariasi antara manufaktur yang satu dengan yang lainnya, tetap ada beberapa
kesamaan dalam beberapa hal-hal yang mendasar. Supervisor dapat memastikan
bahwa perancah didirikan sesauai dengan rekomendasi dari penyedia dan/ desainer.

Standar yang digunakan adalah CSA S269.2-M87 “Access Scaffolding for Construction
Purposes“. Standar ini memberikan kriteria mendetail tentang desain perancah,
termasuk beban dan gaya, analisis struktur dan desain, pembangunan, pelepasan,
kebutuhan-kebutuhan pengamanan, perawatan dan prosedur pengetesan.

Standar Rangka Perancah

➢ ​TIPE PERANCAH M
​ emilih

Sistem Perancah

Dalam memilih sistem perancah dan komponen yang akan digunakan, hal pertama
yang harus diperhatikan adalah pengertian yang mendalam akan kondisi lapangan dan
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pimpinan proyek harus memperhitungkan
beberapa hal sebagai berikut:

Dasar pertimbangan:

- beban pekerja, beban peralatan, dan beban material yang akan diterima oleh
perancah (beban kerja yang aman). - Kondisi lapangan (interior, exterior, urugan, lantai kerja,
tipe dan kondisi dinding, akses untuk peralatan, variasi ketinggian, titik angkur, dan
sebagainya) - Ketinggian dimana perancah akan didirikan (teritama terhadap tiang
listrik). - Tipe pekerjaan yang akan dilaksanakan dari perancah (pengecoran,
pengecatan, instalasi mekanikal, instalasi atap, dan lain-lain). - Durasi pekerjaan. -
Kondisi cuaca termasuk kecepatan angin. - Kebutuhan untuk para pejalan
kaki yang melintasi perancah. - Akses ke perancah. - Konfigurasi bangunan
atau struktur bangunan yang akan dikerjakan - Pembangunan atau
pelepasan dalam kondisi khusus. - Papan peringatan. ​Standar Perancah
Rangka tabung

Lebar dari rangka perancah biasanya bervariasi sekitar dari 1,5 meter hingga 3 meter.
Lebar jarak ini bervairasi apabila menggunakan pengaku yang berbeda2 panjangnya.
Kebanyakan dari pihak penyedia perancah mempunyai pengaku (bracing) selebar 1.5
meter hingga 3 meter. Namun beberapa penyedia perancah mempunyai pengaku
khusus (special bracing) yang lebih pendek maupun yang lebih panjang dari variasi ini.

➢ ​PONDASI DAN PENDUKUNG PERANCAH


Perancah harus didirikan pada permukaan yang dapat mendukung beban sama rata.
Untuk mendukung atau menguatkan sistem rangka perancah maka urugan tanah harus
dipadatkan dan diratakan dengan baik. Lumpur dan tanah yang lembek harus diganti
dengan kerikil yang dipadatkan.

Apabila tanah dimana perancah didirikan merupakan tanah yang bergelombang atau
ada variasi ketinggian maka tanah di ratakan lebih dahulu karena urugan tanah tidak
memiliki kapasitas yang sama untuk mensupport beban seperti tanah yang rata.

Untuk permukaan yang tidak rata akan lebih baik apabila menggunakan tambahan
setengah rangka untuk mengakomodir perubahan ketinggian permukaan. Untuk situasi
yang sepeti ini maka pada penguat biasanya menggunakan komponen pipa dan
penjepit.

Perancah yang didirikan diatas permukaan berupa tanah atau kerikil harus di dukung
dengan mudsill. Adapun mudsill ini berupa papan S-P-F dengan ukuran minimal 50 mm
x 250 mm yang harus berkesinambungan dibawah dengan minimal 2 struktur akhiran
yang menerus. Untuk struktur perancah diharuskan mempunyai pelat dasar yang baik
dengan screw jack yang dapat diubah-ubah ketinggiannya dibawah setiap rangka
pendukung, apabila struktur rangka perancah berdiri di atas permukaan beton
(concrete). Rangka dasar yang baik dibutuhkan pada setiap kondisi. Pelat dasar harus
diletakkan di tengah papan S-P-F tersebut. Pelat dasar harus diletakkan diatas titik
tengah papan dan papan tersebut harus menutupi minimal 600 mm dari ujung kaki
perancah. Papan tersebut harus diletakkan sepanjang rangka dan sebaiknya mengikuti
panjang dan lebar rangka perancah untuk totalitas pendukung.

Dilarang menggunakan material tumpuan seperti bata, atau maeterial lainnya dibawah
pelat dasar perancah atau urugan tanah. Getaran akan menyebabkan tumpuan
tersebut untuk bergerak atau bergeser sehingga kaki perancah tidak terdukung dengan
baik. Dalam situasi seperti ini perancah dapat terguling ketika terdapat beban berat di
atas perancah

➢ ​PENDIRIAN Fitting dan Aksesoris

DAN PENGIKATAN PERANCAH Sangat ​ penting adanya untuk merakit semua bagian, fitting
dan aksesoris yang diperlukan untuk mendirikan perancah, sehingga pendirian perancah
sesaui dengan instruksi pihak penyedia. Apabila beberapa bagian tidak terdapati di lapangan,
maka perlu dipastikan bagain-bagian dari perancah tersebut dapat dipenuhi secepatnya.
Jangan mencoba untuk mendirikan perancah hanya dengan sebagian dari jumlah pelat dasar,
pengaku, konektor dan sebagainya. Pastikan bahwa semua komponen dalam kondisi bagus
dan perlu diadakan pengetesan untuk memastikan bahwa bagian-bagian tersebut tidak dalam
kondisi rusak. Semua fitting harus dikoneksikan dengan baik dan kuat.
Pelat Dasar dan Screw Jacks
Pelat dasara harus digunakan pada semua perancah tetap ( non mobile) dengan ukuran dan
kapsitas yang dispesifikasikan oleh pihak penyedia. Kombinasi pelat dasar dengan screw jacks
tidak boleh di lebihkan dari jarak yang seharusnya. Petunjuk yang dianjurkan adalah memakai
rasio 2:1, jarak dari screw yang terlihat di luar hanya diperbolehkan maximal 2 x jarak screw di
dalam. (misal screw jack dengan panjang 24 inchi hanya boleh terlihat atau terekspos 16 inchi
keluar dan 8 inchi kedalam).
Penyikuan ( Plumbness)
Sangat penting halnya bahwa perancah didirikan secara presisi, seimbang, berdiri tegak 90
derajat dari permukaan tanah untuk memastikan kapasitas struktur secara maximal. Apabila
tingkat pertama perancah telah didirkan perlu dilakukan pengecekan akan kesikuan yang
kemudian dilanjutkan kembali pada tingkat kedua dan selanjutnya. Apabila diperlukan
perubahan dapat dilakukan dengan menyelaraskkan screw jacks yang terdapat di pelat dasar.
Di dalam standar CSA S269.2-M87 terdapat kriteria sebagai berikut:
Variasi Maximal dari ​Penyikuan
12 mm
19 mm
38 mm
Ketinggian Maximal Perancah
3 meter
6 meter
Ketinggian Maximal
Pengaku (Bracing)
Pengaku ( bracing) membantu agar rangka perancah seimbang tegak lurus dan siku 90 derajat
baik secara vertikal dan horizontal. Sekali rangka telah dipasang dengan
pelat dasar (flexible), maka penguat harus di pasang pada tiap tower. Pengaku harus
dipasang pada tiap ujung-ujung rangka perancah.

Pengaku pada bagian vertikal wajib diletakkan pada kedua sisi dari tiap rangka.
Penguat horizontal diperlukan pada pertemuan ujung di tiap tingkat ketiga rangka
perancah. Penguat horizontal harus cocok dengan pada bagian dimana perancah diikat
atau menempel pada bangunan atau struktur yang sedang dikerjakan. Pengaku
horizontal dibutuhkan untuk menjaga stabilitas dan kapasitas beban yang diterima.
Penggunaan pengaku horizontal pada tingkatan pertama membantu untuk menyikukan
perancah sebelum pelat dasar ditancapkan ke mudsill.
3. PEKERJAAN ARSITEKTUR ​❖ ​PERATURAN UMUM TEKNIS

PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja
dan Syarat syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan ketentuan di bawah ini
termasuk segala perubahan dan tambahannya :

a. Peraturan Umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau algemene


voorwaarden voor de uitvoering bij aanemiing van openbare werken (AV) 1941.

b. Keputusan keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).

c. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.

d. Peraturan Umum Bangunan Indonesia (NI-013).

e. Peraturan Semen Portland Indonesia (NI ​08)

f. Peraturan dan ketentuan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/ instansi
pemerintah setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.

g. Undang-undang RI No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa konstruksi, beserta PP 28,


PP 29, dan PP 30 Tahun 2000

h. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang bangunan


Gedung.

i. Pedoman teknis pembangunan Bangunan Gedung Negara, Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Dirjen Cipta Karya 2007.

j. Pedoman teknis pembangunan Bangunan Gedung Negara, Keputusan Permukiman


dan Prasarana wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002, tanggal 21 Agustus 2002.

k. Petunjuk Teknis rencana Tindakan Darurat Kebakaran Pada Bangunan Gedung,


Keputusan Permukiman dan Prasarana wilayah Nomor : 58/KPTS/DM/2002

l. Persyaratan Teknis Aksebilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan,


Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 468/KPTS/1998
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas, berlaku dan
mengikat pula :

a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pemberi Tugas termasuk juga gambar gambar detail yang diselesaikan oleh
kontraktor dan sudah disahkan/disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

b. Rencana Kerja dan Syarat syarat (RKS)

c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijziing).

d. Berita Acara Penunjukkan.

e. Surat Keputusan Pemberi Tugas tentang Penunjukan Kontraktor.

f. Surat Perintah Kerja (SPK)

g. Surat penawaran beserta lampiran-lampirannya

h. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule yang telah disetujui).

i. Kontrak surat perjanjian pemborongan.

j. Berita Acara/Surat surat Klarifikasi tender.

❖ ​PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN

➢ ​PENGUKURAN TAPAK KEMBALI


1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan keterangan–keterangan mengenai peil, ketinggian
tanah, letak pohon-pohon, letak batas batas tanah dengan menggunakan alat optik
yang sudah ditera kebenarannya.

2. Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan


harus segera dilaporkan kepada direksi untuk dimintakan keputusannya.

3. Penentuan titik ketinggian dan sudut sudut hanya dilakukan dengan alat alat
waterpass / theodolith yang ketepatan dapat dipertanggungjawabkan.
4. Kontraktor harus menyediakan theodolith / waterpass beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Konsultan Manajemen Konstruksi
selama pelaksanaan kegiatan.

5. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau barang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian–bagian kecil yang disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.

6. Instalasi-instalasi yang sudah ada dan masih berfungsi harus diberi tanda yang
jelas dan dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi akibat pekerjaan
kegiatan ini, dan untuk itu harus dicantumkan dalam gambar pengukuran seperti
disebutkan dalam pengukuran sesuai dengan ayat 1. Kontraktor bertanggung jawab
atas segala kerusakan akibat pekerjaan yang sudah dilaksanakannya.
7. Gambar pengukuran tapak proyek harus mendapat persetujuan/ pengesahan
Konsultan Manajemen Konstruksi, yang meliputi antara lain :

- Sistem koordinat, sesuai ketentuan gambar.

- Peil setiap titik simpul koordinat dan transis dengan interval 0.25 M (tinggi).

- Rencana lokasi kantor direksi, kantor pemborong tempat simpan bahan terbuka,
tempat simpan bahan tertutup, los kerja, sumber air dan reservoir.

➢ ​PEMBUATAN TUGU PATOK DASAR


1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi

2. Tugu patok dasar dibuat dari beton bertulang berpenampang 20 x 20, cm,
tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 (satu) meter dengan bagian yang muncul
diatas muka tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya.

3. Tugu patok dasar dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas
dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Konsultan Manajemen
Konstruksi untuk membongkarnya.

➢ ​PAPAN PATOK UKUR (PENENTUAN TITIK)


1. Papan patok ukur dipasang pada patok kayu yang kuat III 5/7, tertanam
ditanah sehingga tidak bisa digerak-gerak atau diubah-ubah.
2. Papan patok ukur kayu dibuat dari kayu kelas III

, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut ratakan pada sisi
sebelah atasnya.

3. Tinggi sisi atas papan bouwplank harus sama satu dengan lainnya kecuali
dikehendaki lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

4. Papan patok ukur dipasng sejauh 150 cm dari as dinding terluar, sehingga
tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

5. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur, Kontraktor harus melapor


kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dimintakan persetujuan, serta
harus menjaga dan memelihara keutuhan serta ketetapan letak papan patok ukur
sampai tidak diperlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi.

➢ ​KANTOR KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


1. Kantor direksi cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk menyimpan
dokumen-dokumen proyek selama pelaksanaan kegiatan (kurang lebih 3 tahun).

2. Luas dan peralatan yang harus disediakan untuk kantor Konsultan


Manajemen Konstruksi minimal adalah 4x6 meter persegi.
3. Di dalam kantor Konsultan Manajemen Konstruksi harus ditempatkan ruang
KM/WC dengan baik air bersih secukupnya dan dirawat kebersihannya.

4. Posisi dan denah gambar kantor Konsultan Manajemen Konstruksi tergambar


pada gambar rencana pagar proyek.

5. Alat-alat lain yang harus senantiasa tersedia di proyek untuk setiap saat
dapat digunakan oleh Konsultan Supervisi Konstruksi adalah :

- 1 (satu) alat ukur theodolite type T1 dan T2.

- 1 (satu) alat ukur Schuifmaat.

- 2 (dua) komputer Core 2 Duo lengkap dengan printernya untuk ukuran


kertas A4 & A3.

- 1 (satu) kamera digital.


- 1 (satu) kamera polaroid lengkap dengan film dan blitznya.

- 10 (pasang) sepatu proyek dan helm proyek serta jas hujan.

➢ ​KANTOR KONTRAKTOR DAN LOS KERJA


1. Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk keperluan sendiri
sehubungan dengan kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini berupa Kantor
Administrasi dan Teknis Lapangan, Ruang Rapat, Los Pekerja dan Gudang

2. Ukuran luas kantor Kontraktor dan Los Kerja serta tempat simpan bahan bakar,
disesuaikan dengan kebutuhan Kontraktor dengan tidak mengabaikan keamanan
dan kebersihan dan bahaya kebakaran, serta memperhatikan tempat yang tersedia
sehingga tidak mengganggu kelancaran kerja dan arus lalu lintas, harus disediakan
3 buah penyemprot api (fire extinguiser) kapasitas 4 kg/cm2, 1 (satu) di Kontraktor,
1 (satu) diletakkan di kantor Konsultan Manajemen Konstruksi, dan 1 (satu)
diletakkan di daerah yang strategis di Los Kerja.

3. Khusus untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan kotak
simpan dipagar dengan dinding papan, sehingga masing-masing bahan tidak
tercampur dengan bahan lainnya.

4. Kantor Kontraktor harus dibuat dari bahan-bahan yang baik, kuat dan mudah
di bongkar kembali.

5. Penataan layout kegiatan proyek dan lokasi direksi keet Kontraktor harus
diajukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan
persetujuan, segera setelah Surat Perintah Masuk Lapangan diterima oleh
Kontraktor.

6. Kontraktor tidak diperkenankan :

- Menyimpan alat-alat, bahan bangunan di luar pagar proyek, walaupun


untuk sementara.

- Menyimpan bahan-bahan yang ditolak Konsultan Manajemen


Konstruksi karena tidak memenuhi syarat.

➢ ​PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK KERJA


1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak lokasi kegiatan atau air PAM, air harus bersih bebas dari lumpur, minyak dan
bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium.

2. Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa terisi


penuh.

3. Untuk kebutuhan daya listrik, baik untuk penerangan sementara maupun listrik
untuk alat-alat kerja Kontraktor harus mendatangkan sendiri genset yang
kapasitasnya sesuai untuk keperluan proyek tersebut, dengan biaya sewa dan
operasional ditanggung oleh Kontraktor.

➢ ​PENGADAAN SARANA KERJA


1. Untuk kelancaran jalannya pekerjaan, Kontraktor harus meneydiakan sarana
kerja (baik sendiri maupun sewa) yang meliputi :
Dumptruck, Mobil Crane,Excapator,
a. Alat kerja utama seperti
Conrete Vibrator, Scaffolding, dll ​: Mobil
ckup,Banbender,Thedolit,Bar cuttter,
b. Alat kerja Initi seperti
Stampler,Peralatan tukang,Stampler paving, Peralatan Las, dll c. ​Alat bantu seperti
: format administrasi, alat komunikasi/handy
talky, computer, alat transportasi,dan lain-lain.

2. Sedangkan untuk membantu kelancaran tugas Konsultan Manajemen Konstruksi,


Kontraktor harus menyediakan alat bantu seperti handy talky yang akan dipakai dalam

rangka pengawasan dan pengendalian jalannya proyek. ​➢ P


​ AGAR SEMENTARA
PROYEK
1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak lokkasi kegiatan atau air PAM, air harus bersih bebas dari lumpur, minyak
dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium.

2. Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa terisi


penuh.

3. Pagar didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak kegiatan seperti


yang ditentukan dengan tinggi 3 Meter.

4. Pagar proyek terbuat dari seng gelombang BJLS 30, dipasang pada tiang rangka
pada tiang dan rangka kayu klas II, dan diperkuat dengan beton setempat.
5. Pada tempat-tempat yang ditentukan dalam gambar dibuat pintu masuk untuk
kendaraan angkutan dan pintu masuk orang, pintu terbuat dari rangka kayu
dan selanjutnya ditutup dengan finish cat dengan persetujuan Konsultan

Manajemen Konstruksi. ​➢ P
​ ENGAMANAN PROYEK
1. Untuk penyelenggaran keamanan proyek, Kontraktor harus menyediakan tenaga
kemanan sendiri yang memenuhi kualifikasi yang diperlukan, dengan jumlah yang
diperkirakan mencukupi areal pekerjaan proyek.

2. Untuk keperluan keamanan intern proyek Kontraktor harus membuat kartu identitas
semua pekerja maupun petugas proyek. Sedangkan untuk keamanan yang menyangkut
pihak lusr, Kontraktor harus berkoordinasi dengan Ketua Lingkungan dan Kepolosian

setempat. ​❖ P
​ EKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN

➢ ​Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan pembongkaran, atas daerah pembangunan
seperti yang tertera pada gambar rencana. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah
pembongkaran dan lain-lain yang ditunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi, serta

pengamanan atas jaringan-jaringan listrik, air, telepon dan lain- lain yang ada. ​➢

Syarat Pelaksanaan
Sebelum memulai, Kontraktor harus mengumpulkan semua data mengenai
kondisi-kondisi lapangan dan sifat-sifat struktur yang ada disekitar lapangan
pembangunan serta gambar-gambar dan izin-izin yang diperlukan untuk bekerja.

Semua kerugian pihak lain yang timbul karenanya akan menjadi tanggungan
Kontraktor.

Konstruksi-konstruksi sementara harus dibuat dimana perlu atas petunjuk


Konsultan Manajemen Konstruksi tanpa menambah biaya.

Semua sarana yang dipakai lagi dan/atau ditambah/dikurangi harus terpasang kembali
sesuai dengan standar serta petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi , sehingga dapat
berfungsi dengan baik. Keadaan sesudah selesai harus rapi / bersih siap untuk pekerjaan

selanjutnya. ​❖ P
​ EKERJAAN PERATAAN LAPANGAN
➢ ​Lingkup Pekerjaan
a) Kontraktor akan dianggap bertanggung jawab untuk penelitian yang menyeluruh
atas gambar dan persyaratan untuk Dokumen Pelaksanaan ini dan kontrak yang
berhubungan dengan kegiatan ini, termasuk semua addendum, semua kondisi dari
pekerjaan, memeriksa lapangan, semua fasilitas dan kondisi yang ada, melakukan
semua pengukuran lapangan dari pekerjaan yang sehubungan dengan ini dan
menentukan seluruh lingkup dari penyelesaian dan penyempurnaan proyek yang
diisyaratkan sesuai dengan gambar-gambar dan persyaratan-persyaratan sebagai
yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

b) Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk kesimpulan yang ditariknya dari


informasi yang disampaikan kepadanya sebagai hasil pemeriksaan yang
diperolehnya. Kontraktor diperbolehkan atas biaya sendiri melakukan pemeriksaan
tambahan bilamana Kontraktor menganggapnya perlu, dan disetujui untuk
menentukan lebih lanjut kondisi dari lapangan guna pembangunan yang
dipersyaratkan disini.

c) Kontraktor wajib melakukan pembersihan dilapangan, meliputi pembuangan lapisan


puing-puing batu-batuan yang tidak diperlukan (bila ada) dan rintangan- rintangan lain

yang ada. ​➢ ​Syarat Pelaksanaan a)


​ Kontraktor harus mengerjakan pembersihan
semua areal pekerjaan dan tempat- tempat yang akan dilaksanakan pekerjaan
finishing sebagaimana diminta dan ditunjukkan dalam gambar.

b) Kontraktor harus menyediakan dan memelihara semua peralatan dan material


untuk pelaksanaan sedemikian sehingga semua areal pekerjaan terjaga
kelancarannya.

c) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan pengawas lapangan yang

terampil pada bidangnya. ​❖ P


​ EKERJAAN TANAH

➢ ​Umum
Penelitian lahan dan lingkup pekerjaan tanah sesuai dengan syarat-syarat
permulaan pekerjaan, maka Kontraktor harus mengunjungi site dan mengamati
kondisi-kondisi yang ada serta bahan-bahan yang akan digunakan.

Pekerjaan tanah meliputi sebagai berikut :


a. Penggalian dan pemindahan dari tanah bagian permukaan, tanah liat,
tumbuh-tumbuhan dan semua benda-benda yang tidak diperlukan.

b. Penggalian sampai pada permukaan-permukaan yang dikehendaki sesuai


dengan yang tertera pada gambar-gambar kerja.

c. Pengurugan dengan bahan-bahan yang telah disetujui sampai kepada ketinggian

yang direncanakan. ​➢ P
​ eil-peil dari Halaman
Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus memastikan peil-peil dari
halaman dengan baik, seteliti mungkin sesuai dengan titik-titik atau garis-garis
kontur yang ditentukan di dalam gambar kerja.

Bila ditemukan hal-hal yang menyangsikan dari peil-peil ini, maka Kontraktor
harus memberikan laporan tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.

➢ ​Lapisan Tanah Humus


Lapisan tanah humus harus dibuang rata-rata sedalam 20 cm dan harus diurug lagi
sebagai lapisan permukaan kemudian, sekeliling bangunan di tempat- tempat yang
ditentukan Konsultan Manajemen Konstruksi.

Bilamana ditemukan lapisan tanah humus dalamnya lebih dari 20 cm maka


penggalian harus sedalam lapisan tersebut maksimal 1 meter, dan kemudian
dilaksanakan pengurugannya sebagai lapisan permukaan, sebagaimana
disebutkan terdahulu, dengan ketentuan dari Direksi dan Konsultan Manajemen
Konstruksi, dan biaya akibat kelebihan penggalian ini merupakan tanggungan
Kontraktor dan bukan termasuk dalam pekerjaan tambah.

Lapisan dari tanah pada permukaan yang ada terdiri dari atau ditandai oleh
akar-akar tanaman, atau organisme lainnya yang diperhitungkan akan dapat
mengakibatkan gangguan pada stabilitas konstruksi yang akan dilaksanakan.

Sesudah pembersihan site, permukaan tanah, tanah liat, tanaman-tanaman lainnya,


atau rawa-rawa, maka dapat dimulai pekerjaan galian. Bilamana tanah humus yang
digali ternyata baik untuk digunakan sebagai lapisan permukaan atau pembatas
maka tanah humus ini perlu diamankan dahulu untuk penggunaan tersebut diatas.

Tanah humus yang tidak berguna harus di singkirkan dan diangkut keluar dari halaman
atau lokasi kerja. Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan tanggung jawab
Kontraktor. Setiap biaya yang diakibatkan oleh pekerjaan di atas ini harus sudah
diperhitungkan dalam harga borongan. ​➢ P
​ ekerjaan Galian
Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam, kemiringan, dan
lengkungan, berdasarkan kebutuhan konstruksi pekerjaan, atau sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar, atau jika perlu memindahkan tanah- tanah atau bahan yang
tidak dipakai, atau juga kelebihan tanah yang digunakan untuk urugan, dan

sebagaimana yang diinstruksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. ​➢

Persiapan Untuk Urugan


Tanah humus harus disingkirkan sebagaimana disebutkan dalam bagian 3 dari pasal
ini. Permukaan tanah yang sudah diambil humusnya harus digilas sehingga
kepadatannya mencapai 90% dari kepadatan maksimum sampai penurunan terjadi 15
cm. Di atas permukaan tanah yang telah dipadatkan tersebut, baru dapat dilakukan

pengurugan tanah. ​➢ B
​ ahan-bahan untuk urugan dan urugan kembali
Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan kembali harus
dengan persetujuan Direksi dan Konsultan Manajemen Konstruksi, yang ketentuannya

akan ditetapkan pada peraturan yang baru. ​➢ P


​ engurugan
Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang dikehendaki,
sebagaimana dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera dalam
gambar kerja.

➢ ​Pengujian untuk pemilihan bahan urugan


Pengujian yang harus dilakukan bagi setiap bahan-bahan urugan untuk
pekerjaan bangunan dan jalan-jalan adalah sebagai berikut :

1. Plasticity test.

2. Grading test atau Sieve analysis test.

3. Density/Moisture Content Compaction test (Standard proctor test).

Pengetesan dapat dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah yang disetujui oleh

Direksi dan Konsultan Manajemen Konstrksi. ​➢ P


​ ersetujuan sumber tanah
timbunan (borrowpits)
Semua sumber tanah timbunan untuk pengadaan tanah tambahan sebagaimana
yang ditetapkan untuk pekerjaan urugan harus mempunyai kualitas yang seragam
dan hanya dapat digunakan dengan persetujuan Direksi dan Konsultan Manajemen
Konstruksi.

Pemborong harus memberikan data-data mengenai jumlah, kualitas dan


keseragaman dari tanah pada daerah mana akan digali sumur coba (borrowpit),
selambat-selambatnya 10 hari sebelum dilakukan penggalian sumur coba tersebut
dan terlebih dahulu contoh-contoh yang telah diuji melalui metode test yang benar
serta harus mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Manajemen
Konstruksi.

Semua biaya bagi pengerjaan di atas termasuk biaya pengangkutannya

ditanggung kontraktor. ​➢ B
​ ahan urugan
Bahan-bahan yang akan digunakan untuk pengurugan pada pekerjaan bangunan dan
jalan harus diambil dari sumber tanah pasir atau tanah kerikil laterit atau tanah merah,
dengan persetujuan Direksi dan Konsultan Manajemen Konstruksi. Tanah Pasir Tanah
Kerikil Laterit Butiran halus yang melewati ayakan no. 200, tidak melampaui 35% 30%

Liquid limit, tidak melampaui 45% 40% Plasticity index, tidak melampaui 20% 20% ​➢

Pemadatan
Kepadatan tanah harus diukur dengan nilai dry density contoh tanah sebagai
persentase kepadatan kering maksimum pada kadar air optimum sebagaimana
ditetapkan pada pengujian (test) ini.

Semua bahan yang akan digunakan bagi urugan harus sesuai dengan ayat ini dan
harus didapatkan sampai 90% kepadatan kering. Pemadatan dari seluruh
bahan-bahan harus dilakukan dengan penyiraman optimum untuk mendapatkan
hasil pemadatan yang dikehendaki Konsultan Manajemen Konstruksi.

Konsultan Manajemen Konstruksi dapat memerintahkan Kontraktor untuk


memeriksa kandungan air pada tanah timbunan dengan maksud menghindari
terjadinya konsolidasi.

Bila diperlukan untuk memberikan air tambahan kedalam campuran bahan untuk
mendapatkan kepadatan kering yang dikehendaki, biaya dari pengadaan,
pengangkutan atau pemompaan, penyemprotan serta pencampuran dari air harus
dimasukkan dalam harga borongan.

Air harus ditambahkan jika atau pada mana dibutuhkan dengan angkutan tangki air
yang dilengkapi dengan alat semprotan yang memenuhi syarat segala pekerjaan
pemadatan dari konstruksi atau cara lain tidak diijinkan untuk dilakukan dalam
keadaan apapun juga.

Segala bahan-bahan untuk pengurugan harus digabungkan dalam suatu rencana


operasi kerja yang telah disetujui dengan mencantumkan uraian-uraian kerjanya,
seperti penyimpanan dan pencampuran sesuai dengan ketetapan di atas dan
pemadatan dilaksanakan dengan izin yang telah dikeluarkan.

Kontraktor harus mengurangi sekecil mungkin kekosongan-kekosongan antara


kegiatan yang satu dengan yang selanjutnya. Semua alat-alat pemadatan harus
bekerja pada seluruh daerah untuk menjamin adanya suatu pemadatan yang
merata (seragam), semua pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis dengan
ketebalan tidak lebih dari 0.30 m atau yang lebih tipis agar dicapai kepadatan yang
dikehendaki.

Semua bagian-bagian yang telah selesai dipadatkan harus dilindungi terhadap


kerusakan akibat peralatan, aliran air hujan, atau penyebab lainnya.

Bilamana terjadi kerusakan-kerusakan seperti tersebut diatas, Kontraktor


diwajibkan untuk memperbaikinya.

Bila ada bagian tanah yang tidak baik yang menurut pendapat Kontraktor tidak
dibutuhkan, pasir atau tanah liat yang kelebihan, maka daerah tanah semacam ini
harus diperbaiki dengan campuran dari bahan-bahan yang baik atau dengan
membuang bagian ini dan menggantikan dengan bahan lain agar dapat dijamin
keseragaman dari formasi pemadatan.

Pengujian (test) untuk kontrol dari pemadatan harus dilakukan secara berkala

dan teratur. Bila dalam test tertentu dijumpai bagian tanah yang berada dibawah
standar minimum, maka Kontraktor diwajibkan untuk menyiram sebagaimana yang
dikehendaki Konsultan Manajemen Konstruksi.

Kontraktor harus memberikan waktu yang cukup untuk melakukan dan pemberitahuan

test-test di atas dalam rencana program konstruksinya. ​➢ P


​ emadatan dari urugan
yang ada
Pemborong diharuskan melakukan pengujian tanah (diuraikan) dan kondisi dari tanah,
bila bahan urugan yang ada terjadi penurunan. Kontraktor diwajibkan untuk melakukan
pengujian sampai kedalaman 1 meter dengan pemadatan yang dikehendaki dan
bilamana tidak, bahan-bahan urugan yang ada harus dipadatkan sesuai dengan
syarat-syarat tertulis ini (spesifikasi) dan urugan harus dilaksanakan sampai ke peil-peil

yang dikehendaki ​➢ P
​ engujian untuk kontrol dari pemadatan
Pemborong harus menempatkan peralatan, pekerja serta tenaga-tenaga pembantu
bila dikehendaki Konsultan Manajemen Konstruksi untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan, pengujian-pengujian pada bahan-bahan yang digunakan
untuk pengurugan.
1. In situ dry density test.

2. Dry density/moisture content compaction test (standard proctor test).

Biaya dari pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

➢ ​Pemeliharaan
Pemborong diharuskan memelihara segala tanggul-tanggul dan kemiringan tanah yang
ada dan bertanggung jawab atas segala stabilitas dari tanggul- tanggul ini sampai
batas periode kestabilan dan harus mempersiapkan segala sesuatunya atas

tanggungan sendiri untuk menjaga terhadap hal tersebut di atas. ​➢ P


​ emeriksaan
Penggalian dan Pengurugan
Galian dan urugan harus terlebih dahulu diperiksa oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi sebelum memulai dengan tahap selanjutnya. Dalam hal pengurugan,
Konsultan Manajemen Konstruksi akan segera menunjukkan bagian-bagian tanah

mana yang dipadatkan dan harus siap dilaksanakan pengujian pemadatannya. ​➢

Penggalian Tambahan
Bila menurut pendapat Konsultan Manajemen Konstruksi diperlukan untuk memberi
bentuk, memperluas, dan/atau memperdalam pondasi-pondasi yang dibawah atau
sekeliling bagian tertentu dari pekerjaan-pekerjaan diatas ini harus dikerjakan sesudah

adanya perintah resmi dari Konsultan Manajemen Konstruksi. ​➢ P


​ enggalian yang
Melebihi Kedalaman yang Dikehendaki
Bilamana terjadi penggalian yang melebihi kedalaman peil atau peil-peil yang tertera
dalam gambar atau yang dikehendaki untuk suatu dasar yang tepat, maka Kontraktor
harus mengurug kembali bagian-bagian galian yang kelebihan tersebut dengan
bahan-bahan yang sama seperti ketentuan-ketentuan untuk bahan urugan dan
cara-cara pemadatan sesuai dengan ketetapan Direksi dan Konsultan Manajemen
Konstruksi, dimana semuanya menjadi tanggungan Kontraktor dan tidak ada
pembayaran bagi Kontraktor, untuk pekerjaan galian atau urugan diatas, bahkan untuk

pekerjaan-pekerjaan dari bahan galian yang lebih. ​➢ M


​ enahan Tingginya Galian
Pemborong bertanggung jawab atas ketentuan pinggiran dari semua penggalian
dan tidak ada claim atas semua pekerjaan galian tambahan, beton, pasangan atau
bahan atau pekerjaan lainnya.

Kontraktor harus bertanggung jawab atas adanya kerusakan pada struktur- struktur
lainnya dalam halaman atau pada pekerjaan jalan umum, bangunan- bangunan dan
lain sebagainya yang disebabkan oleh keruntuhan dari bagian pinggiran
tanggul-tanggul tanah galian.

➢ ​Kunjungan Pemeriksaan Sebelum Pengurugan Keliling Struktur ​Pengurugan

bagi pondasi atau struktur lainnya yang tercakup atau tersembunyi oleh tanah tidak

boleh dilaksanakan sebelum diadakan pemeriksaan oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi.
➢ ​Sisa-sisa Bahan Kayu dalam Galian
Kayu-kayu sisa, kotoran-kotoran dan lain sebagainya harus disingkirkan terlebih dahulu
sebelum pekerjaan urugan, kecuali telah ada persetujuan Konsultan Manajemen

Konstruksi. ​➢ P
​ engurugan Sekeliling Struktur
Pengurugan sekeliling pondasi, atau struktur lainnya harus dilakukan serempak dan
tidak dibenarkan untuk melakukan sebagian-sebagian kecuali ada persetujuan
tertentu dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pengurugan
dan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar- besarnya 30 cm.

Setiap lapis harus ditimbris dan dipadatkan, dan sebaiknya dilakukan dengan mesin
giling (tumbuk) dan tidak diperbolehkan untuk menambahkan air kecuali telah
dikehendaki dan disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

❖ ​PEKERJAAN BEKISTING BETON


➢ ​UMUM
1. Lingkup Pekerjaan

a. Kayu dan/atau multiplek untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan
perkuatan dan angkur angkur yang diperlukan.

b. Penyediaan angkur angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.

c. Bahan pelapis anti lengket beton dan klam-klam pengunci dan pengait.

d. Perancah bekisting atau scafolding sesuai kebutuhan dan norma pemasangan


/ penggunaan serta asesoriesnya harus lengkap.

2. Pekerjaan yang berhubungan

a. Struktur beton poer, sloof, kolom, balok, tandon air bersih dan kebakaran, Instalasi
Pembuangan Air Limbah (Waste Water Treatment Plant), Dinding Penahan Tanah
(Retaining Wall), core wall, septictank, resapan, dan Pit Stop (Ruang Bawah untuk
Pondasi Lift).

b. Pekerjaan pasangan batu-bata ringan

c. Sparing sparing pekerjaan mekanikal

d. Sparing sparing pekerjaan eletrikal

e. Shaft pekerjaan mekanikal dan elektrikal

3. Standar–standar yang dipakai

a. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI)–1982, NI 3.

b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI 5.


c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971, NI 2.

d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03- 2847-2002)

e. Recommended Practice For Concrete Formwork (ACI 347 68).

4. Shop drawing

a. Dimana diperlukan, menurut Konsultan Manajemen Konstruksi atau perencana,


harus dibuat shop drawing.
b. Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap randangan bekisting yang berbeda yang
memperhatikan ;

– Dimensi

– Metode konstruksi

– Bahan

– Hubungan dan ikatan ikatan (form ties) ​➢

BAHAN
1. Bekisting beton biasa

a. Multiplek film tebal 9 mm

b. Kayu kelas III 5/7, cm sebagai pengaku dan balok-balok bantu

c. Paku, angkur, form ties dan sekrup sekrup, ukuran sesuai dengan keperluan
dan cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan
pengecoran,

2. Syarat umum bekisting

a. Tidak mengalami deformasi, bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat

b. Kedap air dengan menutup semula celah dengan tape,

c. Tahap terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting

d. Pemakaian bekisting selain ketentuan diatas harus dengan persetujuan


Konsultan Manajemen Konstruksi.

❖ ​PEKERJAAN BETON STRUKTUR PRIMER

➢ ​UMUM
1. Lingkup pekerjaan

a. Pembesian
1. Tulangan besi ulir dan polos lengkap dengan kawat pengikatnya.

2. Beton decking (support chairs) bolster, spacer for reinforcing


b. Pengecoran beton.

1. Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding, pondasi dan slab pendukung.

2. Slab beton diatas tanah dan pedestrian/side walks.

3. Finishing permukaan beton pada dinding, plat, balok dan kolom.

2. Produk beton

Produk beton yang dipakai adalah beton siap pakai (Readymix Concrete)
dengan mutu Beton :

- ​K-300 untuk beton core wall

- K-300 untuk balok, kolom, pelat dan tangga

Mutu beton tersebut harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen


Konstruksi, kontraktor harus melaksanakan mix design terlebih dahulu dengan
melaporkan hasil mutunya melalui laboratorium beton yang independen.

3. Pekerjaan yang berhubungan

a. Bekisting beton.

b. Finishing beton.

c. Pasangan bata ringan

d. Waterproofing.

f. Bagian bagian pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang harus dicor dalam beton.

4. Standar

Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBl)–1971, NI 2

b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03- 2847-2002)
c. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 NI-3

d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972. N 8.

e. Peraturan Bangunan Nasional 1978

f. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (SNI 03- 1727-1989-F)

g. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
1983.
h. Ketentuan¬¬–Ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) no. 9 tanggal 28 Mei 1944 Tambahan Lembaran Negara No. 1457.

i. Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.

j. Petunjuk-petunjuk dan peringatan–peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan


perencana.

k. Standar normalisasi Jerman (DIN)

l. Ameridan Society Testing and Material (ASTM)

1. C 33 (concrete aggregates)

2. C 150 (portland cement)

m. Ameridan Concrete Institute (ACI).

1. 211 (recommended practice for selecting proportions for normal and heavy weight
concrete)

2. 212 (guide for use admixlures in concrete).

3. 214 (recommended practice for evaluation of compression test of field concrete)

2.7.2 BAHAN

1. Persyaratan bahan

a. Portland cement

Yang menyatakan adalah jenis II SNI 15-2049-2004, menurut NI-8 (type I), menurut
ASTM dan memenuhi S. 400, menurut standar portland cement yang ditentukan
asosiasi semen Indonesia dan terdiri dari satu jenis merek.
b. Agregates

Kualitas agregate harus memenuhi syarat–syarat PBI 1971. Agregat kasar harus
berupa batu pecah (split) yang memenuhi susunan gradasi yang baik, cukup syarat
kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh
melebihi dari 5% berat kering. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih
dari 2.0 cm dan tidak boleh lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari
bagian konstruksi yang bersangkutan. Pasir harus terdiri dari butir butir yang bersih,
tajam dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya.

c. Air

Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali dan bahan¬–bahan organik atau bahan bahan lain yang dapat
mengurangi mutu pekerjaan. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 p.p.m
dan komposisi sulfat (S03) tidak boleh melebihi 1000 p.p.m. apabila dipandang
perlu, Konsultan Manajemen Konstruksi dapat minta kepada kontraktor supaya air
yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas
biaya kontraktor.

d. Besi beton
1. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain lain lapisan yang dapat mengurangi
lekatnya pada beton. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi mutu
Tulangan Polos ≤ 12 mm pakai BJTP 24 mm (U-24) dan Tulangan Ulir ≥ 12 mm
pakai BJTD 40 mm (U-39). Khusus untuk wiremesh menggunakan mutu baja
tegangan leleh karakteristik 5000 kg/cm2

2. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya
sertifikat dari pabrik, juga harus ada/ dimintakan sertifikat dari laboratorium baik
pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum masing–masing 2 contoh
percobaan (stres-strain) dan pelengkungan untuk setiap 20 ton besi, pengetesan
dilakukan pada laboratorium yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

e. Admixture

1. Pada umumnya dengan pemilihan bahan bahan yang seksama, cara mencampur dan
mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan
penggunaan sesuatu admixture.

2. Jika menggunakan admixture masih dianggap perlu kontraktor diminta terlebih dahulu
memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut dengan keterangan
mengenai tujuan, data¬-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan keterangan lain
yang dianggap perlu.

➢ ​PELAKSANAAN 1.

Kualitas beton

a. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton yang dipakai dalam struktur
primer adalah K–300, kecuali untuk Core Wall memakai K-350 (tegangan tekan
hancur karakteristik untuk kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm pada usia 28 hari
kalender). Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam PBI 1971.

b. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuan membuat kualitas beton


ini dengan memperhatikan data data mix design pelaksanaan di lain tempat atau
dengan mengadakan trial mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.

c. Test selama pekerjaan.

Buat 3 Kubus 15 x 15 x 15 cm dari setiap 5 m3 atau sebagian dari pada itu atau dari
pengecoran setiap hari, pilih yang paling menentukan dari setiap mutu beton yang
berbeda dan dari setiap perencanaan campuran yang dicor. Buat dan simpan kubus
kubus menurut ASTM 31. Test satu kubus pada hari ke 7 dan satu kubus pada hari
ke 28 menurut ASTN C 39. Simpan satu kubus sebagai cadangan untuk test pada
hari ke 56 jika test pada hari ke 28 gagal. Jika test kubus pada hari ke 28 berhasil,
test kubus cadangan untuk menghasilkan kekuatan rata-rata dari kedua kudus pada
hari ke 28. Sediakan fasilitas pada lokasi proyek untuk menyimpan contoh-contoh
yang diperlukan oleh badan penguji.
d. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan
disahkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai
sertifikat dari laboratorium. Penunjukkan laboratorium harus dengan persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi.

e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump 7 cm

f. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui Konsultan


Manajemen Konstruksi.

g. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak tergenang
air, selamat 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.

h. Jika dianggap perlu, maka digunakan pembuatan kubus percobaan untuk umur 7 (tujuh)
hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan yang
diminta additives. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka
kekuatan yang diminta maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan
cara-cara seperti yang ditetapkan dalam SNI 2002 atau PBI 1971 dengan tidak
menambah beban biaya bagi Pemberi Tugas (Universitas Negeri Makassar).
mix, ke tempat pengecoran harus
i. Penyampaian beton (adukan) dari mengakibatkan terjadinya pemisahan
dilakukan dengan cara yang tidak
komponen-komponen beton.

j. Dalam hal ready mix sulit didapat maka site mix dapat dilakukan dengan kontraktor terlebih
dahulu mengadakan presentasi untuk mendapatkan persetujuan dan untuk itu
disyaratkan mesin molen produksi mutu beton K-300 harus menggunakan portable
beton mix dan volume dan system minimal 1 m3 beton setiap 1 campurannya.

k. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.

l. Kontraktor harus menggunakan concrete pump pada elevasi-elevasi pengecoran diatas 3


meter. Sehingga kualitas beton tuang dari alat pencampur tidak berubah.

2. Instruksi dan pembongkaran bekisting

Pembongkaran acuan dan penempatan siar siar pelaksanaan, sepanjang tidak


ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti persyaratan dari SNI 2002 atau PBI
1971. Siar siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat
sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar siar tersebut harus disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.

3. Penggantian besi

a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai


dengan apa yang tertera pada gambar.

b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau pendapatnya


terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang
ada, maka :
1. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera
dalam gambar. Secepatnya hal ini diberitahukan pada Perencana Konstruksi untuk
sekedar informasi.
2. Jika hal tersebut diatas dimintakan pekerjaan tambah oleh Kontraktor, maka penambahan
tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana
Konstruksi.

3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut hanya dapat
dijalankan dengan persetujuan tertulis dari perencana Konstruksi. Mengajukan usul
dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga keharusan dari Kontraktor.

c. Jika kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi
dengan diameter yang terdekat dengan catatan :

1. Harus ada persetujuan dari Perencana Konstruksi dan Konsultan Manajemen Konstruksi.

2. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari
yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas)

3. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan penampang berkurang.

4. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat tersebut


atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian
penggetar.

4. Perawatan beton

a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.

b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.

c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran

d. Khusus elemen vertikal harus dipakai curing compound

5. Tanggung jawab kontraktor

Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan


ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang
diberikan. Adanya atau kehadiran Konsultan Manajemen Konstruksi selaku wakil
pemberi tugas atau perencanaan yang sejauh mungkin melihat / mengawasi
menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut diatas.

6. Contoh yang harus disediakan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh material
seperti kerikil, pasir, besi beton, wire mesh, bendrat, dan semen untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi akan
dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/ menerima material yang
dikirim oleh kontraktor ke lapangan.

c. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah


disetujui dibangsal Konsultan Manajemen Konstruksi.

7. Sparing conduit dan pipa-pipa

a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.

b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan bila
tidak ada dalam gambar, maka kontraktor harus mengusulkan dan minta
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

c. Bilamana sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan diperkuat
sehingga tidak akan dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan Manajemen
Konstruksi.

d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran, dan


diperkuat, sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

❖ ​PEKERJAAN BETON STRUKTUR SEKUNDER

➢ ​UMUM
1. Lingkup pekerjaan

a. Menyediakan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu lainnya untuk
melaksanakan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan
sempurna.

b. Pekerjaan ini meliputi pelat lantai, pelat tangga, balok tangga, kolom praktis, beton ring
balok, dan balok kantilever untuk bangunan yang dimaksudkan termasuk besi beton
dan pekerjaan bekisting / acuan dan semua pekerjaan beton yang bukan struktur
sesuai yang ditunjukkan didalam gambar.

2. Standar
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBl)–1971, NI 2

b. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 NI-3

c. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972. N 8.

d. Peraturan Bangunan Nasional 1978

e. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03- 2847-2002)

f. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983

g. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
1983.
h. Ketentuan¬¬–Ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) no. 9 tanggal 28 Mei 194 Tambahan Lembaran Negara no. 1457.

i. Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai

j. Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.

k. Petunjuk-petunjuk dan peringatan–peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan


oleh Konsultan Perencana.

l. Standar Normalisasi Jerman (DIN)

m. Ameridan Society Testing and Material (ASTM)

– C 33 (concrete aggregates)

– C 150 (portland cement)

n. Ameridan Concrete Institute (ACI).

– 211 (recommended practice for selecting proportions for normal and heavy
weight concrete)

➢ ​BAHAN
1. Persyaratan bahan
a. Semen Portland

Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merek dan atas
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan harus memenuhi NI-8. Semen
yang telah mengeras sebagian / seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas
dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen.

b. Pasir beton

Harus terdiri dari butir butir yang bersih dan bebas dari bahan–bahan organis,
lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
dicantumkan dalam PBI 1971.

c. Koral beton/split

Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai syarat syarat PBI 1971. Penyimpanan/penimbunan pasir koral
beton harus dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan
tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang
tepat.

d. Air

Air digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam,
alkali dan bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton. Apabila
dipandang perlu Konsultan Manajemen Konstruksi dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi
dan sah atas biaya Kontraktor.

e. Besi beton

Pada penulangan pelat lantai digunakan besi mutu U-24, sedangkan untuk
penulangan pelat pada Core Wall dan Shearwall memakai besi mutu U-39. Besi
harus bersih dari lapisan minyak/lemak dari bebas dari cacat seperti serpih- serpih.
Penampang besi bulat serta memenuhi persyaratan NI 2 (PBI 1971). Bila
dipandang perlu kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke
laboratorium pemeriksaan bahan yang dan sah atas biaya kontraktor.

f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh contoh


material misalnya, besi, kerikil, pasir, dan semen untuk mendapatkan persetujuan
dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

g. Contoh–contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, akan


dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim
oleh Kontraktor ke site.

2. Syarat pengiriman dan penyimpanan bahan

a. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak bercacat.

Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak/kemasan aslinya yang


masih tersegel dan berlebel pabriknya.

b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindungi dan tertutup, kering, tidak, lembab dan
bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.

c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya.

d. Kontraktor bertanggungjawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan.


Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban kontraktor.

➢ ​PELAKSANAAN ​1.

Mutu beton

Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang sekunder adalah K–
300.

2. Pembesian

a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang luruh atau yang dibekokkan, sambungan


kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratan harus sesuai dengan PBI
1971

b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan gambar


konstruksi.

c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah
tempat selama pengecoran dan harus diikat dengan papan acuan atau
lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan PBI 1971.

d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam. Waktu 1 x 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.

3. Cara pengadukan

a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen yang kondisi mesin dan fisiknya baik
(tidak rusak)

b. Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan dan harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Operator
beton molen harus orang yang ahli dalam bidangnya.

c. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memeriksa
slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump 8 cm

4. Pengecoran beton

a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan


dan menyiram cetakan–cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan
ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.

b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan


Manajemen Konstruksi.

c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat


penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat
memperlemah konstruksi.

d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya,
maka tempat perhentian tersebut harus disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

5. Pekerjaan acuan/bekisting

a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.

b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup


kokoh dan dijamin tidak akan berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran dilakukan.

c. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaan licin : bebas dari kotoran kotoran (tahi gergaji),
potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, setelah pengecoran dilakukan harus
mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
d. Kontaktor harus memberikan contoh contoh material (besi, koral/soft, pasir dan
semen Portland) kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, untuk mendapatkan
persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
e. Bahan bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang
aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan.

f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng, diameter
kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka
harus memenuhi syarat syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1971)

g. Beton harus dilindungi dan pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.

h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah pengecoran.

6. Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting

Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan
perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.

7. Pengujian mutu pekerjaan

a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan untuk memberikan


pada Konsultan Manajemen Konstruksi certificate test bahan besi dari produsen/
pabrik

b. Bila tidak ada certificate test, maka Kontraktor harus melakukan pengujian atas
besi/kubus di laboratorium yang ditunjuk kemudian.

c. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil, benda
berupa kubus 1 silinder yang ukurannya sesuai dengan syarat syarat/ketentuan
dalam PBI 1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan diperiksa di laboratorium kontruksi beton yang ditunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi.

d. Kontraktor diwajibkan membuat trial mix terlebih dahulu, sebelum memulai


pekerjaan beton.

e. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi


secepatnya.
f. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi tanggung
jawab kontraktor.

8. Syarat-syarat pengamanan pekerjaan

a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras minimal selama 3
x 24 Jam setelah pengecoran.

b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-


pekerjaan lain.

c. Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak


mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
kontraktor.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan air
terus menerus minimal selama 10 hari atau lebih (sesuai dengan ketentuan dalam
PBl 1971

❖ ​BETON COR DI TEMPAT (CAST IN PLACE)

➢ ​PENGENDALIAN PEKERJAAN
Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti

ketentuan-ketentuan seperti yang tertera dalam PBI-89 dan SNI 03-2847-2002. ​➢

BAHAN-BAHAN
Bahan menggunakan adukan beton siap pakai (ready mixed concrete) atau dengan
beton adukan di tempat dengan memakai molen, control mutu sesuai dengan
spesifikasi ini.

a. Agregat beton

- Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan Wet
System Stone Crusher.

- Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut ASTM-C 33.

- Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.

- Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga
agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan.

- Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.

b. Agregat kasar

- Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras tidak berpori dan
berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui
20% dari jumlah berat seluruhnya.

- Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan
berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131-55.

- Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau substansi
yang merusak beton.

c. Agregat Halus

- Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir lokal.

- Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali & substansi-substansi yang merusak
beton.

- Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari 5%.

- Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.

- Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.


- Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan
pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

3/8” 9,53 mm 100

No. 4 4,76 mm 90 – 100

No. 8 2,38 mm 80 – 100

No. 16 1,19 mm 50 – 85

No. 30 0,595 mm 25 – 65

No. 50 0,297 mm 10 – 30
No. 100 0,149 mm 5 – 10

No. 200 0,074 mm 0 – 5

d. Portland Cement (PC)

Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan dalam PBI-1989 dan SNI 03
– 2847 – 2002.

Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang dipakai untuk
seluruh pekerjaan beton.

Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh pabrik
dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai dengan urutan pengirimannya.

Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan lantai


terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya.

Semen yang rusak atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus
dikeluarkan dari lapangan.

e. Pembesian

Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa,


sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah.
Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran-ukuran
masing-masing. Besi penulangan rata maupun besi-besi penulangan bergelombang
(deformed bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam PBI- 1989 dan SNI 03 –
2847 – 2002.

Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain,
apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi, atau dengan bahan cairan sejenis "Vikaoxy Off" yang
disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berhak memerintahkan untuk menambah


besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5%
dari tulangan yang ada di tempat tersebut, meski tidak tertera dalam gambar
struktur, tanpa biaya tambahan.

Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu U 39 dan baja lunak dengan
mutu U 24 sesuai PBI-1989 dan SNI 03–2847–2002.

f. Kawat Pengikat

Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam PBI- 1989
dan SNI 03–2847–2002.

g. Air

Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam PBI-1989 dan SNI
03–2847–2002.

Sebelum air untuk pengecoran digunakan, harus terlebih dahulu diperiksakan pada
Laboratorium PAM/PDAM setempat yang disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.

Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.

h. Additive

Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi, bila diperlukan
campuran beton dapat menggunakan bahan-bahan additive merk POZZOLITH 300
R atau yang setaraf. Bahan tersebut harus disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Additive yang mengandung chloride atau nitrat tidak boleh
dipergunakan.

➢ ​PELAKSANAAN
Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan trial test atau mixed design
yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Dari
hasil test tersebut ditentukan oleh Pengawas "Deviasi Standard" yang akan
dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan.

a. Persiapan Pengecoran Beton

Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara


tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Permohonan ijin rencana
pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.

Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-


stek maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom- kolom,
balok-balok beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan dinding bata
maupun pekerjaan instalasi.
Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker dipasang
dengan jarak setiap 1 meter.

b. Pengecoran Beton
- Memberitahukan Konsultan Manajemen Konstruksi selambat-lambatnya 24 jam sebelum
sesuatu pengecoran beton dilaksanakan.

Persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mengecor beton berkaitan


dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa
Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.

Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab kontraktor atas


pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.

- Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat
atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang
lagi jika Konsultan Manajemen Konstruksi menganggap perlu didasarkan pada
kondisi tertentu.

- Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan


material (segregation) dan perubahan letak tulangan.

Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan
sebagainya, harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

- Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.

Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2
meter.

Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.

- Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set" atau
yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran.

- Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai
dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan
penyerapan air semen dengan tanah.
- Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan tidak berubah
bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances) dan partikel-partikel
yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang
padat.

Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada
tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

c. Pemadatan Beton

- Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkut dan
menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton padat tanpa
menggetarkan secara berlebihan.

- Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting.

Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan
(overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi pengantongan
beton-beton tidak akan diterima.
- Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.

- Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar frekuensi
tinggi 0.2 cm, agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.

- Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan terlatih.

d. Slump (Kekentalan Beton)

Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-


1971 adalah sebagai berikut :

Jenis Konstruksi Slump

Max (mm) Min (mm)

- Kaki dan Dinding Pondasi 125 50

- Pelat, balok, dan dinding 150 75

- Kolom 150 75
- Pelat diatas tanah 125 50

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi harga tersebut
di atas dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi
150 mm.

e. Penyambungan Beton dan Water Stop

- Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan/ dikasarkan dan diberi bahan
bonding agent seperti : EMAGG atau sejenis yang dapat menjamin kontinuitas
adukan beton lama dengan yang baru.

- Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak di bawah permukaan tanah atau


tempat-tempat yang berhubungan dengan genangan air hujan/air kotor harus diberi
PVC water stop LWG (9") dan dipasang sesuai dengan petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi/Produsen.

f. ​Construction Joint (Sambungan Beton)

- Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian satu struktur
secara menyeluruh. Dalam schedule tersebut Konsultan Manajemen Konstruksi
akan memberikan persetujuan dimana letak construction joints tersebut.

Dalam keadaan mendesak Konsultan Manajemen Konstruksi dapat merubah letak


construction joints.
- Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh
permukaan sampai didapat permukaan beton, sesudah 2 jam tapi kurang dari 4 jam
sejak beton dituang.

- Bila pada sambungan beton/coran timbul retak atau bocor, perbaikan dilakukan
dengan CONCRESIVE SGB Process.

g. Pengujian Kekuatan Beton

Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinu dari
hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit setiap 5 m3 beton harus dibuat 1
sample benda uji.

Benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di laboratorium yang

disetujui pengawas dan biaya ketentuan PBI-1989 dan SNI 03–2847–2002 harus
dipenuhi.

Mutu beton yang disyaratkan K-300

h. Pemeriksaan lanjutan

Apabila hasil pemeriksaan tersebut di atas masih meragukan, maka

pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan menggunakan concrete gun atau kalau


perlu dengan core drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas beton yang
sudah ada sesuai dengan PBI-1989 dan SNI 03–2847–2002.

Seluruh biaya pekerjaan pemeriksaan lanjutan ini sepenuhnya menjadi tanggungan

kontraktor. ​❖ S
​ ISTEM PERANCAH (SCAFOLDING)
A. PENANGGGUNG JAWAB/ PENGESAHAN DESAIN

Pimpinan Proyek

Merupakan tanggung jawab pimpinan proyek untuk memastikan bahwa material


dan alat-alat perancah yang sesuai tersedia di lokasi proyek. Sebagai tambahan,
semua pekerja diwajibkan untuk menjalankan pelatihan tentang cara penggunaan,
pembangunan dan perawatan perancah yang benar. Para pekerja harus
diinstruksikan akan beban aman yang dapat diterima oleh perancah. Pimpinan kerja
diwajibkan memberikan semua alat-alat keamanan yang dibutuhkan (semisal : helm
pengaman, alas kaki, sistem proteksi untuk mencegah jatuh dari ketinggian dan
lain-lainnya) kepada para pekerja yang akan membangun maupun yang akan
menggunakan perancah.

Apabila perancah di desain oleh para professional maka peimpinan proyek tetap
diharuskan untuk memastikan bahwa perancah telah di bangun sesuai dengan
desain yang diberikan.

Pimpinan proyek diharuskan untuk menunjuk salah seorang pekerja yang


berpengalaman untuk sebagai supervisi pembangunan, penggunaan dan
pelepasan sistem perancah. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur
yang ada telah di lakukan dan diikuti, terutama apabila desain dan gambar tehnik
yang khusus diperlukan.
Kepala kontraktor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perancah telah di
bangun dan perawatannya dilakukan sesuai dengan aturan atau prosedur yang
ada.
Pekerja

Pekerja harus dipastikan bahwa mereka telah mengikuti prosedur keamanan dan
memakai semua alat pengaman serta semua alat proteksi diri yang dibutuhkan
ketika akan mendirikan dan menggunakan perancah. Pekerja juga diharuskan untuk
saling menjaga keamanan diri dan pekerja lainnya ketika bekerja di atas perancah.

Semua pekerja diharuskan menggunakan semua alat pengaman kepala dan kaki
ketika mendirikan dan bekerja diatas perancah. Prosedur pengamanan ini apabila
dipraktekkan secara benar akan terhindari dari kecelakaan kerja yang dapat terjadi
pada saat pendirian dan pelepasan perancah.

Supervisi

Pembangunan perancah harus selalu dalam supervisi pekerja yang berpengalaman


dalam pembangunan dan penggunaan perancah tersebut. Meskipun sistem
perancah bervariasi antara manufaktur yang satu dengan yang lainnya, tetap ada
beberapa kesamaan dalam beberapa hal-hal yang mendasar. Supervisor dapat
memastikan bahwa perancah didirikan sesauai dengan rekomendasi dari penyedia
dan/ desainer.

Standar yang digunakan adalah CSA S269.2-M87 “Access Scaffolding for


Construction Purposes“. Standar ini memberikan kriteria mendetail tentang desain
perancah, termasuk beban dan gaya, analisis struktur dan desain, pembangunan,
pelepasan, kebutuhan-kebutuhan pengamanan, perawatan dan prosedur
pengetesan.

Standar Rangka Perancah

B. TIPE PERANCAH

Memilih Sistem Perancah

Dalam memilih sistem perancah dan komponen yang akan digunakan, hal pertama
yang harus diperhatikan adalah pengertian yang mendalam akan kondisi lapangan
dan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pimpinan proyek harus memperhitungkan
beberapa hal sebagai berikut:

Dasar pertimbangan:

- beban pekerja, beban peralatan, dan beban material yang akan diterima oleh perancah
(beban kerja yang aman).

- Kondisi lapangan (interior, exterior, urugan, lantai kerja, tipe dan kondisi dinding, akses
untuk peralatan, variasi ketinggian, titik angkur, dan sebagainya)

- Ketinggian dimana perancah akan didirikan (teritama terhadap tiang listrik).

- Tipe pekerjaan yang akan dilaksanakan dari perancah (pengecoran, pengecatan,


instalasi mekanikal, instalasi atap, dan lain-lain).
- Durasi pekerjaan.

- Kondisi cuaca termasuk kecepatan angin.

- Kebutuhan untuk para pejalan kaki yang melintasi perancah.

- Akses ke perancah.

- Konfigurasi bangunan atau struktur bangunan yang akan dikerjakan

- Pembangunan atau pelepasan dalam kondisi khusus.

- Papan peringatan.

Standar Perancah Rangka tabung

Lebar dari rangka perancah biasanya bervariasi sekitar dari 1,5 meter hingga 3
meter. Lebar jarak ini bervairasi apabila menggunakan pengaku yang berbeda2
panjangnya. Kebanyakan dari pihak penyedia perancah mempunyai pengaku
(bracing) selebar 1.5 meter hingga 3 meter. Namun beberapa penyedia perancah
mempunyai pengaku khusus (special bracing) yang lebih pendek maupun yang
lebih panjang dari variasi ini.

C. PONDASI DAN PENDUKUNG PERANCAH

Perancah harus didirikan pada permukaan yang dapat mendukung beban sama
rata. Untuk mendukung atau menguatkan sistem rangka perancah maka urugan
tanah harus dipadatkan dan diratakan dengan baik. Lumpur dan tanah yang lembek
harus diganti dengan kerikil yang dipadatkan.

Apabila tanah dimana perancah didirikan merupakan tanah yang bergelombang


atau ada variasi ketinggian maka tanah di ratakan lebih dahulu karena urugan
tanah tidak memiliki kapasitas yang sama untuk mensupport beban seperti tanah
yang rata.
Untuk permukaan yang tidak rata akan lebih baik apabila menggunakan tambahan
setengah rangka untuk mengakomodir perubahan ketinggian permukaan. Untuk
situasi yang sepeti ini maka pada penguat biasanya menggunakan komponen pipa
dan penjepit.

Perancah yang didirikan diatas permukaan berupa tanah atau kerikil harus di
dukung dengan mudsill. Adapun mudsill ini berupa papan S-P-F dengan ukuran
minimal 50 mm x 250 mm yang harus berkesinambungan dibawah dengan minimal
2 struktur akhiran yang menerus. Untuk struktur perancah diharuskan mempunyai
pelat dasar yang baik dengan screw jack yang dapat diubah-ubah ketinggiannya
dibawah setiap rangka pendukung, apabila struktur rangka perancah berdiri di atas
permukaan beton (concrete). Rangka dasar yang baik dibutuhkan pada setiap
kondisi. Pelat dasar harus diletakkan di tengah papan S- P-F tersebut. Pelat dasar
harus diletakkan diatas titik tengah papan dan papan tersebut harus menutupi
minimal 600 mm dari ujung kaki perancah. Papan tersebut harus diletakkan
sepanjang rangka dan sebaiknya mengikuti panjang dan lebar rangka perancah
untuk totalitas pendukung.

Dilarang menggunakan material tumpuan seperti bata, atau maeterial lainnya


dibawah pelat dasar perancah atau urugan tanah. Getaran akan menyebabkan
tumpuan tersebut untuk bergerak atau bergeser sehingga kaki perancah tidak
terdukung dengan baik. Dalam situasi seperti ini perancah dapat terguling ketika
terdapat beban berat di atas perancah

D. PENDIRIAN DAN PENGIKATAN PERANCAH

Fitting dan Aksesoris

Sangat penting adanya untuk merakit semua bagian, fitting dan aksesoris yang
diperlukan untuk mendirikan perancah, sehingga pendirian perancah sesaui dengan
instruksi pihak penyedia. Apabila beberapa bagian tidak terdapati di lapangan,
maka perlu dipastikan bagain-bagian dari perancah tersebut dapat dipenuhi
secepatnya. Jangan mencoba untuk mendirikan perancah hanya dengan sebagian
dari jumlah pelat dasar, pengaku, konektor dan sebagainya. Pastikan bahwa semua
komponen dalam kondisi bagus dan perlu diadakan pengetesan untuk memastikan
bahwa bagian-bagian tersebut tidak dalam kondisi rusak. Semua fitting harus
dikoneksikan dengan baik dan kuat.

Pelat Dasar dan Screw Jacks

Pelat dasara harus digunakan pada semua perancah tetap ( non mobile) dengan
ukuran dan kapsitas yang dispesifikasikan oleh pihak penyedia. Kombinasi pelat
dasar dengan screw jacks tidak boleh di lebihkan dari jarak yang seharusnya.
Petunjuk yang dianjurkan adalah memakai rasio 2:1, jarak dari screw yang terlihat
di luar hanya diperbolehkan maximal 2 x jarak screw di dalam. (misal screw jack
dengan panjang 24 inchi hanya boleh terlihat atau terekspos 16 inchi keluar dan 8
inchi kedalam).

Penyikuan ( Plumbness)

Sangat penting halnya bahwa perancah didirikan secara presisi, seimbang, berdiri
tegak 90 derajat dari permukaan tanah untuk memastikan kapasitas struktur secara
maximal. Apabila tingkat pertama perancah telah didirkan perlu dilakukan
pengecekan akan kesikuan yang kemudian dilanjutkan kembali pada tingkat kedua
dan selanjutnya. Apabila diperlukan perubahan dapat dilakukan dengan
menyelaraskkan screw jacks yang terdapat di pelat dasar. Di dalam standar CSA
S269.2-M87 terdapat kriteria sebagai berikut:

Variasi Maximal dari Penyikuan Ketinggian Maximal Perancah

12 mm 3 meter

19 mm 6 meter

38 mm Ketinggian Maximal

Pengaku (Bracing)

Pengaku ( bracing) membantu agar rangka perancah seimbang tegak lurus dan
siku 90 derajat baik secara vertikal dan horizontal. Sekali rangka telah dipasang
dengan pelat dasar (flexible), maka penguat harus di pasang pada tiap tower.
Pengaku harus dipasang pada tiap ujung-ujung rangka perancah.

Pengaku pada bagian vertikal wajib diletakkan pada kedua sisi dari tiap rangka.
Penguat horizontal diperlukan pada pertemuan ujung di tiap tingkat ketiga rangka
perancah. Penguat horizontal harus cocok dengan pada bagian dimana
perancah diikat atau menempel pada bangunan atau struktur yang sedang
dikerjakan. Pengaku horizontal dibutuhkan untuk menjaga stabilitas dan kapasitas
beban yang diterima. Penggunaan pengaku horizontal pada tingkatan pertama
membantu untuk menyikukan perancah sebelum pelat dasar ditancapkan ke
mudsill.
4. ​PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

❖ ​PEKERJAAN TATA UDARA ➢


LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan instalasi ini meliputi seluruh pekerjaan pengadaan dan pemasangan
instalasi Tata Udara (Air Conditioning), Ventilasi Mekanis (Mechanical Ventilation)
secara lengkap termasuk semua perlengkapan dan sarana penunjangnya, sehingga
diperoleh suatu instalasi yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama dan siap
dipergunakan.

Lingkup pekerjaan instalasi ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut:

- Pengadaan dan pemasangan semua peralatan Air Conditioning seperti : Wall mounted ,
4 Way Cassette, Ceilling Fan, Thermostat, Wireless Remote Control,Panel Control dll. -
Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi pipa refrigerant, pipa dan
Condensate. - Pengadaan dan pemasangan interlock system instalasi tata udara dan
ventilasi
dengan system fire alarm yang ada. - Pengadaan dan pemasangan sumber daya listrik bagi
instalasi seperti kabel Power
Out door dan Indoor serta Power pada panel AC. - Melaksanakan pekerjaan Testing Adjusting
dan Balancing ( TAB ) dari semua instalasi yang terpasang, sehingga instalasi bekerja
dengan sempurna, sesuai dengan kriteria-kriteria design atau standard Produksi. -

Pengadaan pemasangan semua pekerjaan sipil yang diperlukan untuk instalasi ​seperti

yang tercantum dan diuraikan dalam dokumen ini. -​ Mendidik petugas-petugas yang
ditunjuk oleh pemilik mengenai cara-cara menjalankan dan memelihara instalasi ini,
sehingga petugas tersebut betul-betul dapat menjalankan dan memelihara instalasi dengan
benar. - Menyerahkan gambar-gambar, buku petunjuk cara menjalankan dan memelihara

serta data teknis lengkap peralatan instalasi yang terpasang. ​- Mengadakan pemeliharaan

instalasi ini secara berkala selama masa pemeliharaan. - Memberikan garansi terhadap

mesin/peralatan yang terpasang. -​ Memberikan Sertifikat Of Origine ( COO) - Melakukan


pekerjaan atau ketentuan lain yang tercantum dalam dokumen ini secara
addendumnya.
❖ ​SPLIT UNIT AIR COOLED
1. ​Lingkup pekerjaan
Pemasangan dan pengadaan Split Unit Air Cooled yang terdiri atas Indoor Unit dan
Outdoor Unit berikut permipaan refrigerant dari kedua unit tersebut. kapasitas
masing-masing unit sesuai yang tertera pada lembar gambar rencana.

Jenis dan Type Air Condition yang dipasang di Universitas Negeri Makassar adalah
MULTI Type INVERTER yang dilengkapi Filter Harmonic

2. ​Umum
Spesifikasi teknik yang diuraikan berikut ini adalah sebagai kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi. Sedang ketentuan spesifik dari kemampuan unit (performance) dapat
dilihat pada lembar gambar rencana yang melengkapi dokumen ini.

3. ​Spesifikasi Teknis
a. Unit memakai Freon Rama lingkungan R 410 yang bekerja pada saturated discharge
temperature kira-kira 40 oC, 50 oC (105 oF). Kapasitas unit berdasarkan kepada : -

Udara pendingin kondensor 35 oC. ​- Temperatur ruang 24 - 22oC : 55% RH. b.


​ Outdoor
Unit
Kompresor dari jenis “Recripocating” dan “Serviceable Hermatic”, automatic
reversible oil pump, crankcase heater untuk pngaturan kelarutan minyak selama
shutt down. Casing dari outdoor unit harus waterproof galvanized steel yang
difinish memakai baked enamel.

Semua pipa suction hendaknya diisolasi dengan “close fitting celculer insulation”.
Masing-masing unit dilengkapi dengan factor wired panel control pengaman
terhadap overload, pembatas arus. Control pengaman terdiri atas low pressure
switch, high pressure switch, oil pressure safety switch, compressor motor protector,
heater control relay.

Fan dari condesing unit adalah propeller dengan hubungan langsung


dan dilengkapi dengan pelindung pengaman.

c. Indoor Unit
- Fan harus dari tipe Forwad dan harus sudah di balanced secara statis dan dynamic

di pabrik pembuatnya. ​- Filter Air Conditioning harus dilengkapi dengan Filter dari

type washable. d.
​ Peralatan Pengaturan
Suatu room thermostat yang dilengkapi dengan switch Off, Fan, Cool dan

room temperatur setting akan memfungsikan unit beroperasi. ​❖ ​PEKERJAAN

PERPIPAAN
1 Lingkup pekerjaan
Lingkup pekerjaan pada butir ini adalah pengadaan dan pemasangan instalasi
pemipaan lengkap dengan fitting-fitting, alat-alat bantu, dengan isolasi atau tanpa
isolasi sesuai seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana yang melengkapi
dokumen ini.

2 Umum
Seperti apa yang ditunjukkan dalam gambar rencana, jalur-jalur pipa yang tercantum
adalah gambar dasar yang menunjukkan route dan ukuran pipa. Pemborong wajib
menyesuaikan dengan keadaan setempat (shop drawing) dan dengan jalur-jalur
instalasi lainnya, berikut detail atau potongan-potongan yang diperlukan dan
mendapat persetujuan dar Direksi sebelum dilaksanakan.
3 Konstruksi Pemipaan Refrigerant & Drain
a. Menyediakan dan memasang instalasi pemipaan untuk seluruh system AC,
(refrigerant dan Isolasi) termasuk fitting-fitting dan alat-alat bantu). b. Hendaknya semua pipa
refrigerant harus dikerjakan secara hati-hati dan sebaik mungkin, sebelum dipasang
semua bagian harus sudah bersih, kering dan bebas dari debu dan kotoran dan
hendaknya dipasang sependek mungkin. c. Pipa tembaga dari jenis ASTM B280 yang
dehydranted dan sealed. Diameter pipa yang dipakai harus disesuaikan kembali
dengan kapasitas pendingin mesin dan panjang ekivalen pipa. d. Perbedaan tinggi
antara condensing dan evaporator dan panjang pipa tidak
melebihi yang ditentukan oleh pabrik pembuat. e. Sambungan pipa memakai solder perak
dengan meniupkan gas mulia seperti nitrogen kering ke dalam pipa yang sedang
disambung untuk menghindarkan terbentuknya kerak oksida di dalam pipa. f. Solder
lunak “tinlead 95-5” dapat dipergunakan kecuali pada pipa discharge
gas panas. g. Pipa refrigerant harus disangga dan digantung dengan baik untuk mencegah
melentur dan meneruskan getaran mesin kepada bangunan. h. Suatu alat pengering
refrigerant (filter drier) denagn kapasitas yang cukup serta “sight glass moisture
indicator” harus dipasang pada bagian “liquid line” setiap pipa terpasang, sight glass
harus dilengkapi dengan tutup pelindung, filter drier harus menurut ARI Standard 710,
hendaknya jenis full low replaceable care. i. Strainer hendaknya dipasang dalam
jaringan refrigerant sebelum pemasukan
tiap thermostatic expansion valve. j. Pipa drain menggunakan Pipa PVC klas AW
dengan diameter 20 mm.

❖ ​PEKERJAAN LISTRIK UNTUK AIR CONDITION


1. Lingkup pekerjaan

Lingkup pekerjaan untuk elektrikal/kontrol ini adalah pengadaan dan pemasangan


seluruh instalasi listrik (termasuk motor listrik) pengkabelan, panel-panel dan
instrumentasi kontrol seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar rencana/diagram
yang melengkapi dokumen ini.

2. Umum

Seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana, jalur-jalur kabel dan perletakan panel
seperti yang tercantum adalah gambar dasar yang menunjukkan route, lokasi panel dan
perletakan instrument kontrol.

Pemborong wajib menyesuaikan enagn keadaan setempat (shop drawing) dan dengan
jalur-jalur instalsi lainnya berikut detail-detail yang diperlukan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi.

Pemborong wajib mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku yang dikeluarkan oleh : ​-

Perusahaan Listrik Negara (PLN). -​ Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK). ​- Dinas

Pemadam Kebakaran. - Lembaga Pengujian Bahan. - Dinas Keselamtan Kerja.


3. Spesifikasi teknis

a. Panel
- Semua komponen-komponen yang dipergunakan untuk panel tenaga dan panel-panel
kontrol harus buatan MG atau ABB atau setaraf yang disetujui Direksi. - Panel-panel
tenaga harus dibuat dari pelat besi setebal 2 mm, dilengkapi dengan kunci Yale atau
setaraf pengecatan dengan cat bakar dan powder coating minimum 2 kali. Warna
finishing ditentukan kemudian. - Panel-panel yang bukan berasal langsung dari produk
peralatan tertentu yaitu panel-panel yaitu yang dirakit disini haruslah berasal dari lebih
kecil dari 3 ohn, diukur setelah minimal tidak hujan 2 (dua) hari. b. Panel Pembagi
- Panel pembagi harus dilengkapi dengan pilot lamp R-S-T, voltmeter serta ampermeter
dengan selector switch untuk 3 phase, plat nama untuk peralatan. c. Wiring
- Wiring untuk instalasi listrik dan control harus dipasang dalam metal conduit
JIS standard (Maruichi, National atau Pusan). - Wiring digram hendaknya disesuaikan enagn
kebutuhan peralatan AC yang
bersangkutan. - Kabel yang dipasang di dalam tanah, jenis NYFGBY harus dipasang
sekurang-kurangnya sedalam 75 cm dengan pasir sebagai alas dan pelindung,
kemudian dilindungi dengan batu pelindung sebelum diurug kembali. - Ditiap tarikan
kabel tidak boleh ada sambungan. - Menghubungkan kabel pada terminal harus
menggunakan “kabel schoen”. Pemasangan “kabel schoen” harus menggunakan
timah pateri lalu dipres hydraulis. - Ukuran-ukuran lebih kecil cukup dengan tang
press tangan. - Setiap kabel yang menuju terminal peralatan harus dilindungi
memakai metal
flexible conduit. - Kabel yang dipasang pada dinding luar harus memakai metal conduit dan
diklem rapike dinding memakai klem pipa. - Kabel-kabel yang digantung pada pelat beton

harus memakai klem penggantung dan wire rod yang diramset ke beton. ​- Kabel yang

dapat digunakan adalah buatan Kabel metal atau 4 besar. ​❖ ​PEKERJAAN LAIN LAIN
1. Pondasi

- Semua pondasi beton yang diperlukan untuk outdoor unit, panel-panel listrik
termasuk dalam pekerjaan pemborong AC. - Pemborong AC harus menyediakan dan
memasang (sesuai dengan gambar
rencana, atau gambar kerja yang disetujui) semua dudukan (support) atau
penggantung (hanger) untuk mesin-mesin, alat-alat, pipa kabel dan duct yang
diperlukan. - Semua penggantung harus dipasang pada balok atau pada rangka
baja dan
harus berkonsultasi dengan Direksi dan Pemborong Sipil. - Pemborong AC harus
menjamin bahwa instalasi yang dipasangnya tidak akan
menyebabkan penerusan suara dan getaran (vibration & noise transmission) ke
dalam ruangan-ruangan yang dihuni.
2. Pengecatan
- Untuk pengantungan/penyangga harus dicat meni dan setelah itu dicat dengan
cat alumunium. - Semua equipment, disebabkan gangguan cuaca atau gangguan setempat
atau karat yang merusak sebagian atau seluruh cat aslinya, harus dicat lagi dengan
warna yang sesuai secara keseluruhan atau warna yang diminta Direksi. - Cat dasar,
dan finishing dari merk ICI atau yang setaraf yang dapat disetujui.

❖ ​PENGUJIAN (TESTING, ADJUSTING & BALANCING)


1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini adalah pelaksanaan testing, adjusting dan balancing untuk
seluruh system tata udara dan ventilasi mekanis sehingga didapatkan besaran- besaran
pengukuran yang sesuai seperti yang terlihat dalam gambar-gambar rencana sehingga
system betul-betul dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan rencana.

2. Umum

Pelaksanaan TAB (testing adjusting dan balancing) secara mendasar

maksimal harus mengikuti standard yang berlaku secara umum seperti

standard NEBB, ASHRAE dan SMACNA dengan menggunakan peralatan-

peralatan ukur yang memenuhi untuk pelaksanaan TAB tersebut.

3. Peralatan Ukur

Minimal peralatan ukur seperti di bawah ini harus dimiliki oleh kontraktor yang
bersangkutan antara lain :

a. Pengukuran laju udara ​- Anemometer dan

sejenisnya. - Hood untuk mengukur udara di

diffuser. b.
​ Pengukuran temperatur udara/air
- Sling psychrometric. ​- Thermometer.
c. Pengukuran listrik

- Voltmeter. ​- Ampermeter / Tang – Ampere.


4. Pelaksanaan TAB

- Secara detil TAB harus dilaksanakan terhadap seluruh system dan bagian-
bagiannya, sehingga didapatkan besaran-besaran pengukuran yang sesuai atau
mendekati besaran yang ditentukan dalam rencana. - Dalam pelaksanaan TAB,
disamping pengukuran yang dilakukan terhadap
besaran-besaran yang ditentukan dalam design, juga diwajibkan melaksanakan
pengukuran terhadap besaran-besaran yang tidak tercantum dalam gambar rencana,
tapi besaran ini sangat diperlukan dalam penentuan kondisi dan kemampuan
peralatan dan juga sebagai data-data yang diperlukan bagi pihak maintenance dan
operation. - Semua pelaksanaan TAB maupun pengukuran-pengukuran terhadap
besaran-
besaran lainnya yang tidak tercantum dalam gambar rencana harus dituangkan ​dalam satu

laporan yang bentuknya (formnya) sudah disetujui oleh pengawas. -​ Pelaksanaan


TAB dilakukan oleh tenaga engineernyang betul-betul sudah
berpengalaman dalam pelaksanaan TAB ini.
- Dalam pelaksanaan TAB, harus selalu didampingi oleh tenaga pengawas, dimana
hasil-hasil pengukuran dan pengamatan yang dilakukan juga disaksikan oleh pengawas
tersebut dan dalam laporannya ikut menandatangani. - Sebelum melaksanakan TAB,
Kontraktor harus membuat suatu rencana kerja, mengenai prosedure pelaksanaan TAB
untuk masing-masing bagian pekerjaan, dan prosedure ini agar dibicarakan dengan
pihak MK untuk mendapatkan persetujuannya.

❖ ​PRODUK, BAHAN DAN PERALATAN


Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor memungkinkan untuk
mengajukan salah satu dari daftar bahan dan peralatan sesuai daftar di bawah ini.
Pemborong baru bisa mengganti peralatan dari produk lain yang setaraf dengan produk-
produk tersebut di bawah ini dan harus ada persetujuan resmi tertulis dari Pemberi Tugas.

Adapun produk, bahan dan peralatan pada dasarnya harus sesuai dengan daftar
material.

➢ ​PEKERJAAN SANITASI, DRAINASE DAN PERPIPAAN

• ​PERATURAN UMUM

1. Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan


sebagai berikut : a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. Per. 05 Men/1982. c. Keputusan Menteri P.U.
No.02/KPTS/1985. d. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang, seperti PLN,
Dit.Jen.Bina Lindung dari Pusat maupun Daerah. e. Pedoman
Plumbing Indonesia 2. Pekerjaan instalasi ini harus
dilaksanakan oleh :

a. Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instansi yang berwenang dan
telah biasa mengerjakannya. b. Khusus untuk ijin dari Instansi PLN (PAS PLN dengan
kelas yang sesuai)
diperkenankan PAS PLN yang dimaksud).

3. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu


kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.
4. Gambar-gambar system ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan
yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan service/maintenance jika
peralatan-peralatan sudah dioperasikan.

5. Gambar-gambar Arsitek dan Struktur/Sipil harus dipakai referensi untuk


pelaksanaan dan detail finishing instalasi.

6. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar kerja dan detail
kepada MK untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan mengajukan
gambar-gambar tersebut, Pemborong dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain
yang berhubungan dengan instalasi ini.
7. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang yang disertai
dengan operating dan Maintenance Instruction serta harus diserahkan kepada MK pada
saat penyerahan pertama dalam rangkap 4 (empat) terdiri dari 1 kalkir dan 3 (tiga) blue
print, dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.

8. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang yang disertai
dengan operating dan Maintenance Instruction serta harus diserahkan kepada MK pada
saat penyerahan pertama dalam rangkap 4 (empat) terdiri dari 1 kalkir dan 3 (tiga) blue
print, dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.

9. Kontraktor instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pemborong instalasi lainnya,
agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. 10. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi ysng satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi yang lain.

11. Apabila pelaksanaan pemasangan ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibatnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

12. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pemborong harus


menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada Direksi dalam rangkap 3 (tiga) untuk
disetujui.

13. Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas
peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan, Kontraktor harus
segera menghubungi Direksi. Pengambilan ukuran dan/atau pemilihan kapasitas peraltan
yang salah akan menjadi tanggung jawab Pemborong.

• ​LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan system plumbing meliputi :

1. Sistem Air Bersih 2.


Sistem Air Kotor 3. Sistem
Air Hujan 4. Pengolahan
Limbah

• ​SYSTEM AIR BERSIH


Lingkup pekerjaan sistem air bersih meliputi :

a. Perpipaan b. Reservoir /Tangki air


bawah c. Roof Tank d. Dep Well
/Pompa sumur dalam e. Pompa
distribusi f. Pengkabelan g. Panel
listrik h. Peralatan instrumen dan
control

Anda mungkin juga menyukai