Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PARASITOLOGI: TOXOPLASMA

OLEH:

KELOMPOK 2

1. Aldo Panca 15. Kenev J. Lumowa


2. Andreas D. Pakasi 16. Leandro M. Z. Mandas
3. Angel Taung 17. Ni Wayan Widya Puspawardani
4. Anggel G. Muntia 18. Nikita Aureliandini
5. Badaria Mutiara Mokoginta 19. Moh. Ilham A. Lensun
6. Chikita Intan V. Lohonauman 20. Patricia M. Koho
7. Delvi Ikhwani Bagi 21. Rivaldi Saharia
8. Dwi P. Suruh 22. Sari Safia Bilangkaehe
9. Gebby A. Bentian 23. Sitti Khofifah Makalalag
10. Gusti M. Lapus 24. Sutrisman S. E. Pido
11. Heny A. Purnama Sari 25. Veren Lolang
12. I Wayan Aditya Aryaweda 26. Vilnagia L. Sondakh
13. Jaclyn Donna Bella 27. Virjgin A. Suruh
14. Jindriani H. Bawues 28. Yolanda Sarbunan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

JURUSAN D4 KESEHATAN LINGKUNGAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun

tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Terimakasih pula kepada dosen pembimbing

yang sudah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan kemampuan yang dimiliki penulis.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan

pembuatan makalahini.

Manado, 26 Marett 2020

Penulis,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ....................................................................................................... 3

2.2 Etilogi Penyakit Toxoplasmosis .................................................................... 5

2.3 Siklus Hidup Dan Morpologi Toxoplasmosis ................................................. 6

2.4 Cara Penularan Toxoplasmosis ..................................................................... 7

2.5 Tanda dan Gejala ......................................................................................... 7

2.6 Perubahan Makroskopis Pada Penyakit Toxoplasmosis .................................. 9

2.7 Diagnosis Toxoplasmosis ............................................................................ 10

2.8 Diagnosis Toxoplasmosis Kongenital Pada Bayi ............................................ 12

2.9 Penanganan ................................................................................................ 14

2.10 Pencegahan Toxoplasmosis .......................................................................... 16

2.11 Pengobatan Toxoplasmosis .......................................................................... 17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 19

3.2 Saran ............................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang

dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal

dengan nama Toxoplasmosis gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak

terinfeksi pada manusia dan hewan peliaharaan. Penderita Toxoplasmosis sering tidak

memperlihatkan suatu tanda klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis

penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari. Apabila

penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat

mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.

Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi

penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan

peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di

atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk

tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang memelihara

kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan

makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang terkontaminasi

dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan toxoplasmosis?

b. Bagaimana siklu shidup toxoplasmosis?

c. Seperti apa cara penularan toxoplasmosis?

1
1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian toxoplasmosis secara jelas.

b. Agar pembaca dan penulis mengenal siklus hidup toxoplasmaosis.

c. Untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis dalam penularan

toxoplasmosis.

2
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Definisi

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang

dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal

dengan nama Toxoplasmosis gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak

terinfeksi pada manusia dan hewan peliaharaan. Penderita Toxoplasmosis sering tidak

memperlihatkan suatu tanda klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis

penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari. Apabila

penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat

mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.

Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi

penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan

peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di

atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk

tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang memelihara

kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan

makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang terkontaminasi

dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.

Penyakit toksoplasmosis adalah infeksi yang bisa mengancam pertumbuhan

janin dan bisa menyebabkan keguguran. Parasit penyebabnya adalah Toxoplasma

gondii, yang berkembang biak dalam saluran pencernaan kucing dan ikut keluar

bersama fesesnya, terutama hidup di bak pasir tempat BAB kucing dan di tanah atau

pupuk kebun. Anda bisa terinfeksi oleh parasit ini ketika membersihkan kotoran

3
kucing atau memegang tanah yang terdapat feses kucing. Anda juga bisa terkena

toksoplasma karena mengonsumsi daging yang dimasak setengah matang (dimana

daging tersebut terinfeksi dengan parasit toksoplasma). Meskipun kucing adalah

tempat hidup utama parasit ini, toksoplasma juga bisa hidup pada anjing, unggas dan

hewan ternak seperti babi, sapi atau kambing. Janin bisa terinfeksi toksoplasma

melalui saluran plasenta jika si ibu terserang toksoplasmosis ketika sedang

mengandung. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan

seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata.

Toxoplasma gondii pada tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang

pengerat yaitu Ctenodactylus gundi, di suatu laboratorium di Tunisia dan pada seekor

kelinci di suatu laboratorium di Brazil (Nicolle & Splendore). Pada tahun 1937,

parasit ini ditemukan pada neonatus dengan enfalitis. Walaupun trransmisi secara

intrauterin transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup

parasit ini menjadi jelas, ketika ditemukan daur seksualnya pada kucing (Hutchison).

Setelah dikembangkan tes serologi yang sensitif oleh Sabin dan Feldman (1948), zat

anti Toxoplasma gondii ditemukan kosmopolit, terutama di daerah beriklim panas dan

lembab.

Pada manusia penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi melalui saluran

pencernaan, biasanya melalui perantaraan makanan atau minuman yang

terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena

minum susu sapi segar atau makan daging yang belum sempurna matangnya dari

hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering terjadi

pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah yang biasanya disebut

dengan mink, pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi karena

4
makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa

daging dari rumah potong hewan.

2.2 Etilogi Penyakit Toxoplasmosis

Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang

menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki

maka penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk

famili babesiidae.

Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel

endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau

oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah

besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-

pam, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya.

Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2,4 dan

seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan

schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk

oval agak panjang dengan kedua Ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit

dari coccidium. Jika ditemukan diantara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan

ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak dibagian ujung yang berbentuk bulat.

Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, tetapi peneliti-peneliti belum ada yang

berhasil memperlihatkan flagellanya. Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam

sel-sel sistem reticulo endoteleal, sel alat tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf

membelah dengan cara membelah diri 2,4 dan seterusnya. Setelah sel yang

ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar melalui peredaran darah dan

hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya. Toxoplasma gondii mudah mati

5
karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat mati karena pembekuan darah

induk semangnya dan bila induk semangnya mati, jasad inipun ikut mati. Toxoplasma

membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan

yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan dan dapat

bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.

2.3 Siklus Hidup Dan Morpologi Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan

Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel

mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut

dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah

secara lambat dan disebut bradizoit. Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam

jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi

dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat.

Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-12 um. Ookista

terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing.

Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau

gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama

feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan

mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti

manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara

akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada

hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat

yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali

stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.

6
2.4 Cara Penularan Toxoplasmosis

Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang

yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa,

tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi

utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di

laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang

terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium

lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.

2.5 Tanda dan Gejala

Pada individu imunokompeten yang tidak hamil, infeksi toxoplasma gondii

biasanya tanpa gejala. Sekitar 10-20% pasien mengembangkan limfadenitis atau

sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala,

sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa

meniru mononukleosis menular. Gejala biasanya dapat hilang tanpa pengobatan

dalam beberapa minggu ke bulan, meskipun beberapa kasus dapat memakan waktu

hingga satu tahun. Gejala berat, termasuk myositis, miokarditis, pneumonitis dan

tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah, perubahan refleks parah,

hemiplegia dan koma, tapi jarang. Ensefalitis, dengan gejala sakit kepala, disorientasi,

mengantuk, hemiparesis, perubahan refleks dan kejang, dapat menyebabkan koma dan

kematian. Nekrosis perbanyakan parasit dapat menyebabkan beberapa abses dalam

jaringan saraf dengan gejala lesi. Chorioretinitis, miokarditis, dan pneumonitis juga

terjadi. Penularan Toksoplasmosis tidak secara langsung ditularkan dari orang ke

orang kecuali dalam rahim (Institute for International Cooperation in Animal

7
Biologics, 2005). Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis yaitu (Medows,

2005):

a. Toxoplasma pada orang yang imunokompeten

Hanya 10-20% dari infeksi toksoplasma pada orang imunokompeten

dikaitkan dengan tanda-tanda penyakit. Biasanya, pembengkakan kelenjar getah

bening (sering di leher). Gejala lain bisa termasuk demam, malaise, keringat

malam, nyeri otot, ruam makulopapular dan sakit tenggorokan.

b. Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah

Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah misalnya,

pasien dengan AIDS dan kanker. Pada pasien ini, infeksi mungkin melibatkan

otak dan sistem syaraf, menyebabkan ensefalitis dengan gejala termasuk demam,

sakit kepala, kejang-kejang dan masalah penglihatan, ucapan, gerakan atau

pemikiran. manifestasi lain dari penyakit ini termasuk penyakit paru-paru,

menyebabkan demam, batuk atau sesak nafas dan miokarditis dapat menyebabkan

gejala penyakit jantung, dan aritmia.

c. Toxoplasma Okular

Toksoplasmosis okular oleh uveitis, sering unilateral, dapat dilihat pada

remaja dan dewasa muda, sindrom ini sering merupakan akibat dari infeksi

kongenital tanpa gejala atau menunda hasil infeksi postnatal. Infeksi diperoleh

pada saat atau sebelum kehamilan sehingga menyebabkan bayi toksoplasmosis

bawaan. Banyak bayi yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala saat lahir, namun

sebagian besar akan mengembangkan pembelajaran dan visual cacat atau bahkan

yang parah, infeksi yang mengancam jiwa di masa depan, jika tidak ditangani.

8
d. Toksoplasmosis pada wanita hamil

Kebanyakan wanita yang terinfeksi selama kehamilan tidak menunjukkan

tanda-tanda penyakit. Hanya wanita tanpa infeksi sebelumnya dapat menularkan

infeksi ke janin. Kemungkinan penyakit toksoplasmosis bawaan terjadi ketika

bayi baru lahir, tergantung pada tahap kehamilan saat infeksi ibu terjadi. Pada

kondisi tertentu, infeksi pada wanita selama kehamilan menyebabkan abortus

spontan, lahir mati, dan kelahiran prematur. Aborsi dan stillbirths juga dapat

dipertimbangkan, terutama bila infeksi terjadi pada trimester pertama. Tanda dan

gejalanya yaitu penglihatan kabur, rasa sakit, fotofobia, dan kehilangan sebagian

atau seluruh keseimbangan tubuh.

e. Toxoplasmosis congenital

Bayi yang terinfeksi selama kehamilan trimester pertama atau kedua yang

paling mungkin untuk menunjukkan gejala parah setelah lahir. Tanda-tandanya

yaitu demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kuning (menguningnya

kulit dan mata), sebuah kepala yang sangat besar atau bahkan sangat kecil, ruam,

memar, pendarahan, anemia, dan pembesaran hati atau limpa. Mereka yang

terinfeksi selama trimester terakhir biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda

infeksi pada kelahiran, tetapi mungkin menunjukkan tanda-tanda toksoplasmosis

okular atau penundaan perkembangan di kemudian hari.

2.6 Perubahan Makroskopis Pada Penyakit Toxoplasmosis

Sarang-sarang nekrosa dapat ditemukan didalam paru-paru, hati, limpa, anak

ginjal dan sel-sel disekitar sarang-sarang ini mengandung toxoplasmosis yang

tergabung dalam koloni-koloni terminal (Pseudo-cysts) atau parasit-parasit itu terletak

9
bebas dalam jaringan-jaringan. Toxoplasma banyak dijumpai didalam sel-sel pada

pinggir ulkus-ulkus usus.

Didalam otak parasit-parasit terlihat didalam sel-sel glia atau neuron sebagai

paraasit-parasit intra selluler atau sebagai koloni-koloni terminal (pseudo cysts)..

Protozoa itu juga berada bebas dalam jaringan. Reaksi radang umumnya jelas terlihat,

sebagai gliosis, mikroglia, atan astrosit-astrosit. Penyerbukan limfosit-limfosit dalam

ruang virchow robin, disamping nekrosa lokal jaringan otak. Juga terjadi proliferasi

sel-sel adventisia, disamping nekrosa lokal jaringan otak. Perubahan-perubahan itu

paling banyak terdapat dalam cortex cerebralis. Parasit itu juga bisa dijumpai pada

selaput otak.

Hati memperlihatkan perdarahan-perdarahan lokal yaitu gambaran degenerasi

dan reaksi seluler disamping sarang-sarang nekrosa tersebut di atas. Parasit-parasit

dapat ditemukan didalam makrofag atau didalam sel-sel hati. Didalam limpa kadang-

kadang dijumpai sel-sel reticulum dan makrofag-makrofag. Parasit-parasit terlihat

didalam miokard yakni didalam makrofag-makrofag atau didalam miofibril.

Disamping itu serabut-serabut otot degenerasi.

Toxoplasmosis sekali-sekali ditemukan di dalam mata anjing. Disamping itu

juga memperlihatkan gejala renitis, newritis. Pada unggas toxoplasmosis otak

merupakan perubahan-perubahan yang sering terlihat.

2.7 Diagnosis Toxoplasmosis

Meskipun insiden infeksi toksoplasmosis tinggi, diagnosis klinis jarang

dilakukan karena tanda klinis dari toxoplasmosis mirip dengan penyakit infeksi

lainnya. Uji laboratorium biasanya digunakan untuk diagnosis. Hanya mendeteksi

antibodi yang spesifik saja tidak cukup karena banyak manusia dan binatang memiliki

10
titer antibodi. Sebuah infeksi baru dapat menjadi pembeda dengan deteksi

peningkatan jumlah antibodi (seroconversion) dari isotypes yang berbeda (IgG, IgM,

IgA) atau dari sirkulasi. Deteksi parasit yang bebas (takizoit) pada kombinasi dengan

gejala klinis dapat mengkonfirmasikan suatu infeksi, sebagai contoh pada biopsi atau

abortion material. Deteksi kista jaringan (hanya seperti antibodi saja) tidak

mengkonfirmasi infeksi aktif. Identifikasi Toxoplasma gondii dalam darah atau cairan

tubuh (Medows, 2005), yaitu :

a. Isolasi T. gondii dalam darah atau cairan tubuh (misalnya, CSF, cairan ketuban)

dengan inokulasi kultur jaringan.

b. Fluorescent antibodi atau tachyzooites pewarnaan immunoperoxidase.

c. Reaksi berantai polimerase (PCR) untuk deteksi T. gondii DNA.

d. Serologi, yaitu :

1) ELISA untuk mendeteksi IgG, IgM, IgA atau antibodi IgE

2) IFA deteksi IgG atau IgMIgM spesifik tes yang dilakukan bila diperlukan

untuk menentukan waktu infeksi, misalnya dalam sebuah pregnansi. Sebuah

tes negatif yang kuat IgM menunjukkan bahwa infeksi ini tidak baru, tetapi tes

IgM positif sulit untuk menginterpretasikan. IgM spesifik toksoplasma dapat

ditemukan hingga 18 bulan setelah infeksi akut dan positif palsu yang umum.

3) Uji aviditas imunoglobulin G.

4) Immunosorbant aglutinasi untuk IgM atau IgA.

5) Uji Sabin-Feldman dye, hemaglutinasi tidak langsung, aglutinasi lateks,

aglutinasi dimodifikasi dan fiksasi komplemen.

11
e. Pencitraan Radiologi

1) Computed Tomography (CT) atau radiologi dapat menunjukkan

toksoplasmosis otak, USG dapat digunakan pada janin dan kalsifikasi atau

ventrikel membesar dalam otak bayi baru lahir.

2) CT atau MRI dapat menunjukkan beberapa kontras, bilateral meningkat

("cincin-lesi") dalam otak.

2.8 Diagnosis Toxoplasmosis Kongenital Pada Bayi.

Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongnital.

Penyebab kelainan kongenital karena infeksi termasuk golongan toxoplasma janin

mulai membentuk zat anti pada akhir trimester pertama, yang terdiri dari IgM zat anti

ini biasanya menghilang setelah 1-3 bulan. Zat anti IgM pada bayi didapat dari ibunya

melalui plasenta Konsentrasi IgG pada neonatus berkurang, dan akan naik lagi bila

bayi dapat mebuat IgG sendiri pada umur lebih kurang 3 bulan. Serodiagnosis infeksi

kongenital berdasarkan kenaikan jumlah zat anti IgG spesifik mau deteksi zat anti

IgM spesifik. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengingat kembali kepentingan

pemeriksaan zat anti IgG pada paired sera untuk diagnosis toxoplasmosis kongenital

bila zat anti IgG tidak ditemukan.

Pada bulan Januari 1986 Sampai Juni 1988 staf bagian parasitologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia yaitu Srisasi Ganda Husada telah melakukan

penelitian tentang toxoplasmosis yaitu telah memeriksa 99 bayi berumur 1 hari

sampai 6 bulan yang tersangka menderita toxoplasmosis kongenital. Bayi-bayi ini

dikirim oleh RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, rumah sakit lain yang ada di Jakarta dan

dari dokter-dokter praktek pribadi. Kelainan klinik pada bayi-bayi yang tersangka

toxoplasmosis kongenital ini adalah merupakan trias klasik yaitu Hidrocephalus,

12
korioretinitis, dan perkapuran otak. Ada bayi yang hanya menunjukkan suatu kelainan

seperti hepatosplenomegali katarak, mikrosefalus, kejang, dan ada yang menunjukkan

lebih dari satu kelainan di atas.

Dari tiap bayi diambil darah vena atan darah tali pusat serum dipisahkan dari

gumpalan darah dan disimpan dalam frezer pada suhu 2 0C sampai diperiksa 2m anti

IgM ditentukan dengan Elisa dengan menggunakan test kit Eti-Toxox-M reverse dari

sorin Biomedica. Dalam test kit ini tersedia lempeng-lempeng plastik dengan sumur-

sumur ini diisi dengan serum kontrol dan serum pendertia, kemudian diinkubasi

selama 1 jam pada suhu 370C. Bila dalam serum tersebut terdapat IgM spesifik, maka

IgM ini akan diikat dan menempel pada dasar sumur. Cairan dalam sumur-sumur

dibuang dan lempeng-lempeng dicuci. Kemudian sumur-sumur diisi dengan

toxoplasmosis entigen yang dibuat dari toxoplasma gondii RH Strain antigen ini

dicanlpur dengan Enzyme tracer yang mengandung IgG terhadap toxoplasma gondii

(dari tikus) yang dikonjugasi pada horse radish peroxydase. Setelah diinkubasi

kembali selama 1 jam pada 370C, maka toxoplasma gondii akan terikat pada IgM

spesifik dan enzim tracer yang menempel pada IgG terhadap toxoplasma gondii.

Dengan demikian antivitas enzim ini proposional dengan konsentrasi IgM spesifik

dalam serum penderita atau kontrol. Aktivitas enzim diukur dengan menambahkan

Tetra Methilbenzidene chromogen/substrat yang tidak warna. Lempeng-lempeng

diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Enzym dicampur dengan chromogen

substrat menimbulkan warna kuning yang diukur dengan spektrofotometer dengan

filter 450mm setelah reaksi dihentikan dengan laluran H 2SO4In. Yang dianggap

positif adalah nilai besar dari pada Cut off Control.

13
Zat anti IgG pada bayi yang datang sebelum Juni 1987 di tentukan dengan

mikroteknik tes hemagtutinasi tidak langsung (IHA) menurut Milgram dengan

menggunakan antigen dari laboratorium NAMRU 2 yang dibuat dari RH strain

toxoplasma gondii sebelum diperiksa serum diinativasi pada suhu 56°C selama

setengah jam,. Titer dimana masih tampak aglutinasi. Mulai Juni 1987 telah tersedia

Toxo Elisa Test Kit dari MA Bio product dan untuk penentuan zat anti IgG lalu

digunakan Test Kit tersebut. Dalam Test Kit tersebut digunakan lempeng-lempeng

plastik dengan sumur-sumur yang telah dilapisi dengan antigen toxoplasma gondii.

Sumur-sumur ini diisi dengan senun kontrol dan serum penderita. Kemudian

diinkubasi 45 menit pada suhu kamar. Bila serum yang diperiksa mengandung zat anti

IgG spesifik maka zat anti ini terikat pada antigen. Setelah dicuci sumur-sumur diisi

dengan antihuman IgG yang dikonjugasi pada enzim alkalin fosfatase. Lempeng-

lempeng diinkubasi selama 45 menit pada subu kamar. Konjugat ini akan terikat pada

IgG spesifik (bila) ada pada dasar sumur diisi dengan substat P-nitro fenifostat.

Setelah diinkubasi kembali selama 45 menit subtract akan dihirrolisa oleh enzim yang

menimbulkan warna kuning. Setelah reaksi dihentikan dengan larutan NaOH I N

perubahan warna dibaca dengan spektrofotometer dengan filter 405 mm. Intentitas

perubahan warna sejajar dengan jumlah IgG spesifik. Yang dianggap positif adalah

nilai yang sama dengan atau lebih besar dapat pada 0,21.

2.9 Penanganan

Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu

terdapat cairan berlebihan pada perut (asites), perkapuran pada otak atau pelebaran

saluran cairan otak (ventrikel). Sebaliknya bisa saja sampai lahir tidak menampakkan

gejala apapun, namun kemudian terjadi retinitis (radang retina mata), penambahan

14
cairan otak (hidrosefalus), atau perkapuran pada otak dan hati. Pemeriksaan awal bisa

dilakukan dengan pengambilan jaringan (biopsi) dan pemeriksaan serum (serologis).

Umumnya cara kedua yang sering dilakukan. Pada pemeriksaan serologi akan

dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya reaksi imun dalam darah, dengan

cara mendeteksi adanya IgG (imunoglobulin G), IgM, IgA, IgE. Pemeriksaan IgM

untuk ini mengetahui infeksi baru. Setelah IgM meningkat, maka seseorang akan

memberikan reaksi imun berupa peningkatan IgG yang kemudian menetap. IgA

merupakan reaksi yang lebih spesifik untuk mengetahui adanya serangan infeksi baru,

terlebih setelah kini diketahui lgM dapat menetap bertahun-tahun, meskipun hanya

sebagian kecil kasus.

Sebenarnya sebagian besar orang telah terinfeksi parasit toksoplasma ini.

Namun sebagian besar diantaranya telah membentuk kekebalan tubuh sehingga tidak

berkembang, dan parasit terbungkus dalam kista yang terbentuk dari kerak perkapuran

(kalsifikasi). Sehingga wanita hamil yang telah memiliki lgM negatif dan lgG positif

berarti telah memiliki kekebalan dan tidak perlu khawatir terinfeksi. Sebaliknya yang

memiliki lgM dan lgG negatif harus melakukan pemeriksaan secara kontinyu setiap 3

bulan untuk mengetahui secara dini bila terjadi infeksi.

Bagaimana bila lgM dan lgG positif ? Untuk ini disarankan melakukan

pemeriksaan ulang. Bila ada peningkatan lgG yang signifikan, diduga timbul infeksi

baru. Meski ini jarang terjadi, tetapi adakalanya terjadi. Untuk lebih memastikan akan

dilakukan juga pemeriksaan lgA. Pemeriksaan bisa juga dilakukan dengan PCR, yaitu

pemeriksaan laboratorium dari sejumlah kecil protein parasit ini yang diambil dari

cairan ketuban atau darah janin yang kemudian digandakan.

Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus segera

dilakukan penanganan sedini mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian

15
sulfa dan pirimethamin atau spiramycin dan clindamycin. Sulfa dan pirimethamin

dapat menembus plasenta dengan baik sehingga dianjurkan untuk pengobatan

pertama. Terapi harus dilakukan terus sampai persalinan. Bahkan setelah persalinan

akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila didapat lgM positif maka bisa

dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun, tetap harus

dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan pengobatan

secara dini penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal mungkin. Selain itu

pengobatan dini yang tepat saat awal kehamilan akan menurunkan secara signifikan

kemungkinan janin terinfeksi.

2.10 Pencegahan Toxoplasmosis

Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari

penyakit toksoplasmosis, antara lain (Chin, 2000):

a. Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan:

1) Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 150°F (66°C)

sebelum dimakan. Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan

Toxoplasma gondii.

2) Ibu hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak

dengan kucing. Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci tangan

setelah kerja dan sebelum makan.

b. Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus dan mencegah kucing

tersebut berburu (menjaga mereka sebagai hewan peliharaan dalam ruangan).

c. Menghilangkan feses kucing (sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses kucing

dapat dibakar atau dikubur. Mencuci tangan dengan bersih setelah memegang

material yang berpotensial terdapat Toxoplasma gondii.

16
d. Cuci tangan sebelum makan dan setelah menangani daging mentah atau setelah

kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing.

e. Control kucing liar dan mencegah mereka kontak dengan pasir yang digunakan

anak-anak untuk bermain.

f. Penderita AIDS yang telah toxoplasmosis dengan gejala yang parah harus

menerima pengobatan profilaksis sepanjang hidup dengan pirimetamin,

sulfadiazine dan asam folinic.

2.11 Pengobatan Toxoplasmosis

Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine

dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan

menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang

dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg per hari selama sebulan dan

trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama sebulan. Karena efek

samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk

menambahkan asam folat dan selama pengobatan. Trimetoprimn juga ternyata efektif

untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara

pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah

efektifitasnya.

Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek

sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis

spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali

pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester

pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu

kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh.

17
Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap bayi

yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi

tinggi di berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering

kali Input dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya memberikan

beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital.

Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG

dan IgM terhadap toxoplasma gondii akan dapat diketahui status penyakit penderita.

Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang

menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki

maka penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk

famili babesiidae. Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis tanpa gejala.

Pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan

demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam.

myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan

wajah, perubahan refleks parah, hemiplegi, koma, dan ensefalitis. Diagnosis dapat

dilakukan dengan cara Isolasi, pewarnaan immunoperoxidase, PCR, serologi, dan

pencitraan radiologi. Pencegahan dapat dilakukan dengan pendidikn pada ibu hamil,

memperhatikan makanan kucing, menghilangkan feses kucing, PHBS, kontrol kucing

liar, dan pengobatan profilaksis pada penderita AIDS.

19
3.2 Saran

a. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester

pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.

b. Bagi wanita yang mengindap toxoplasmosis sebaiknya tidak hamil dahulu sampai

sembuh atau virus dalam keadaan istirahat.

c. Ibu hamil sebaiknya menghindari kontak langsung deng kucing.

d. Gunakanlah iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 1500F (660C)

sebelum dimakan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Biologi MolekulerToxoplasma dan Aplikasinya pada Penanggulangan Toxoplasmosis.

Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada.

Dharmana, E. 2007. Toxoplasma gondii Musuh Dalam Selimut. Semarang : Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro. Dinkes Jawa Tengah . 2012.

Fauziah, Y. 2012. Infertilitas dan Gangguan Alat Reproduksi Wanita. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Hartono T. 2006. Keguguran oleh Toksoplasmosis pada Usia Kehamilan Muda di Rumah

Sakit Hasan Sadikin. Bandung : Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia hal 24.

Pusarawati S, Ideham B, Kusmartisnawati, Tantular I S, Basuki S. 2013. Atlas Parasitologi

Kedokteran. Jakarta : EGC.

Rahmad A, Dwintasari S W. 2011. Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta: FKUI. Riyanto A.

2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soejoedono R. 2004. Zoonosis. Bandung: FKH IPB. Subekti DT, Arrasyid NK. 2006.

Immunopatogenesis Toxoplasma gondii Berdasarkan Perbedaan Galur. Jurnal

Veteriner. Vol.6 No.3:128-145.

Zulkoni H A. 2011. Parasitologi untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat dan Teknik

Lingkungan. Yogyakarta : Nuha Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai