TRIGGER FINGER
Oleh:
Pembimbing:
dr. Ernie, Sp.KFR.
Laporan Kasus
TRIGGER FINGER
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik di Departemen Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Periode 13 Agustus 2018 s.d. 29 Agustus 2018.
Palembang, Agustus2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kasus
yang berjudul “Trigger Finger”. Laporan Kasus ini merupakan salah satu syarat
Kepaniteraaan Klinik di Departemen Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum
Pusat Dr.Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepad adr. Ernie, Sp.KFR.,
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan laporan kasus ini, serta pihak yang telah banyak membantu hingga
laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
3.1.Anatomi Manus............................................................................................ 16
BAB V.KESIMPULAN............................................................................................ 36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. ZA
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Palembang
Agama : Islam
Kunjungan : 15 Agustus 2018
No. Med Rec : 0000432299
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Nyeri dan kaku pada jari tangan (jari telunjuk dan jari tengah) kanan.
2
- Riwayat kolesterol : (+)
- Riwayat diabetes mellitus :(-)
- Riwayat penyakit jantung :(-)
- Riwayat operasi : (-)
e. Riwayat Pekerjaan
Sebagai wiraswasta hampir setiap hari pasien menulis dan membantu
mengangkut barang ke dalam toko.
3
- Tredelenburg gait : tidak ada
- Waddle gait : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
Bahasa / Bicara
Komunikasi verbal : normal
Komunikasi non verbal : normal
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mm/Hg
Nadi : 84x/menit, isi cukup irama teratur
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 36,3oC
Kulit : normal
Status Psikis
Sikap : kooperatif Orientasi : normal
Ekspresi wajah : datar Perhatian : normal
b. Saraf-saraf Otak
Nervus Kanan Kiri
I. N. Olfaktorius T.A.K T.A.K
II. N. Opticus T.A.K T.A.K
III. N. Occulomotorius T.A.K T.A.K
IV. N. Trochlearis T.A.K T.A.K
V. N. Trigeminus T.A.K T.A.K
VI. N. Abducens T.A.K T.A.K
VII. N. Fasialis T.A.K T.A.K
VIII. N. Vestibulocochlearis T.A.K T.A.K
IX. N. Glossopharyngeus T.A.K T.A.K
4
X. N. Vagus T.A.K T.A.K
XI. N. Accesorius T.A.K T.A.K
XII. N. Hypoglossus T.A.K T.A.K
c. Kepala
Bentuk : normal
Ukuran : normo cephali
Posisi
- Mata : normal
- Hidung : normal, simetris
- Telinga : normal, simetris
- Mulut : simetris
- Wajah : simetris
- Gerakan abnormal : tidak ada
d. Leher
Inspeksi : statis, simetris, struma (-), trakea di
tengah
Palpasi :tidak teraba pembesaran KGB, kaku
kuduk (-), tumor (-), JVP 5-2 cmH2O
Luas Gerak Sendi
Ante /retrofleksi (n 65/50) : 65/50
Laterofleksi (D/S) (n 40/40) : 40/40
Rotasi (D/S) (n 45/45) : 45/45
Tes Provokasi
Lhermitte test/ Spurling : tidak ada kelainan
Test Valsava : tidak ada kelainan
Distraksi test : tidak ada kelainan
Test Nafziger : tidak ada kelainan
5
e. Thorax
Bentuk : simetris
Pemeriksaan Ekspansi Thoraks : Eks.& Ins. Maksimum (tidak
dilakukan)
Paru-paru
- Inspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi (-)
- Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, pelebaran sela iga (-)
- Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : batas-batas jantung normal
- Auskultasi :BJ I & II (+) normal, HR 84x/menit, reguler,
murmur (-), gallop (-)
f. Abdomen
- Inspeksi : datar
- Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba
- Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
g. Trunkus
Inspeksi
- Simetris : simetris
- Deformitas : tidak ada
- Lordosis : tidak ada
- Scoliosis : tidak ada
- Gibbus : tidak ada
- Hairy spot : tidak ada
- Pelvic tilt : tidak ada
6
Palpasi
- Spasme otot-otot para vertebrae: tidak ada
- Nyeri tekan (lokasi) :tidak ada
Luas gerak sendi lumbosakral
- Ante/retro fleksi (95/35) : 95/35
- Laterofleksi (D/S) (40/40) : 40/40
- Rotasi (D/S) (35/35) : 35/35
Test provokasi
- Valsava test :tidak ada kelainan
- Tes Laseque :tidak ada kelainan
- Test: Baragard dan Sicard :tidak ada kelainan
- Niffziger test :tidak ada kelainan
- Test LSR :tidak ada kelainan
- Test: O’Connell :tidak ada kelainan
- FNST :tidak ada kelainan
- Test Patrick :tidak ada kelainan
- Test Kontra Patrick :tidak ada kelainan
- Tes gaernslen :tidak ada kelainan
- Test Thomas :tidak ada kelainan
- Test Ober’s :tidak ada kelainan
- Nachalasknee flexion test :tidak ada kelainan
- Mc.Bride sitting test :tidak ada kelainan
- Yeoman’s hyprextension :tidak ada kelainan
- Mc. Bridge toe to mouth sitting test :tidak ada kelainan
- Test schober :tidak ada kelainan
7
- Tremor : tidak ada tidak ada
- Nodus herbenden : tidak ada tidak ada
Palpasi
Neurologi
Motorik Dextra Sinistra
Gerakan Luas Terbatas
Kekuatan
Abduksi lengan 5 5
Fleksi siku 5 5
Ekstensi siku 5 5
Ekstensi wrist 5 5
Fleksi jari-jari tangan Tidak bisa 5
dinilai karena
nyeri
Abduksi jari tangan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Tropi Eutropi Eutropi
Refleks Fisiologis
Refleks tendon Normal Normal
biseps
Refleks tendon Normal Normal
triseps
Refleks Patologis
Hoffman Tidak ada Tidak ada
Tromner Tidak ada Tidak ada
Sensorik
Protopatik Normal
Proprioseptik Normal
Vegetatif Tidak ada kelainan
8
Penilaian fungsi tangan Dextra Sinistra
Anatomikal normal normal
Grips terganggu normal
Spread normal normal
Palmar abduct normal normal
Pinch terganggu normal
Lumbrical normal normal
9
- Moseley test : (-) (-)
- Adson maneuver : (-) (-)
- Tinel test : (+) (-)
- Phalen test : (+) (-)
- Prayer test : (-) (-)
- Finkelstein : (-) (-)
- Promet test : (-) (-)
Neurologi
Motorik kanan Kiri
Gerakan Luas Luas
Kekuatan
Fleksi paha 5 5
Ekstensi paha 5 5
Ekstensi lutut 5 5
Fleksi lutut 5 5
Dorsofleksi pergelangan kaki 5 5
Dorsofleksi ibu jari kaki 5 5
Plantar fleksi pergelangan kaki 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Tropi Eutropi Eutropi
Refleks Fisiologis
10
Refleks tendo patella Normal Normal
Refleks tendo Achilles Normal Normal
Refleks Patologis
Babinsky Tidak ada Tidak ada
Chaddock Tidak ada Tidak ada
Sensorik
Protopatik Normal
Proprioseptik Normal
Vegetatif Tidak ada Kelainan
11
Test tunel pada sendi lutut tidak dilakukan tidak dilakukan
Test homan tidak dilakukan tidak dilakukan
Test lain-lain tidak dilakukan tidak dilakukan
A. EKG
Kesan:
Sinus Rhytm, HR 98 x/m, Gelombang p normal, Gelombang QRS
normal, PR interval Normal, ST Change (-), Hiperterofi ventrikel (-)
EKG Normal
12
B. Laboratorium
V. EVALUASI
No Level ICF Kondisi saat ini Sasaran
1 Struktur dan Jempol dan jari tengah tangan Mengembalikan fungsi
fungsi tubuh kanan terasa nyeri dan kaku. fisiologis tendon yang
Sulit untuk ditekuk dan mengalami iritasi dan
diluruskan kembali. Teraba penebalan.
nodul pada bagian bawah jari
tengah dan jempol.
2 Aktivitas Tidak bisa makan Mengembalikan kemampuan
menggunakan tangan kecuali pasien untuk dapat beraktivitas
dengan sendok. secara normal sehari-hari.
Tidak nyaman saat
berpegangan dengan tangan
13
kanan.
Saat sholat, gerakan sholat
tidak sempurna.
3 Partisipasi Pekerjaan ibu rumah tangga Mengembalikan kemandirian
seperti mencuci, mengepel, dan partisipasi aktif pasien
dan belanja ke pasar tidak bisa dalam lingkungan sosialnya.
dilakukan lagi melainkan harus
dengan bantuan orang lain.
Catatan: ICF International Clasification of Function (WHO 2002)
Okupasi Terapi
ROM Exercise : Tidak ada
ADL Exercise : Tidak ada
Ortotik Prostetik
Ortotic : Finger Splint
Prostetik : Tidak ada
14
Alat bantu ambulansi : Tidak ada
Terapi Wicara
Afasia : Tidak Dilakukan
Disartria : Tidak Dilakukan
Disfagia : Tidak Dilakukan
IX. PROGNOSA
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. AnatomiManus
3.1.1.1. Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung
distal ulna dan radius,dann dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal.
Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang
tersebut adalah scaphoid, lunatum, triquetrum, pisiforme, trapezium,
trapezoideum, capitatum, dan hamatum.6
3.1.1.2. Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan
bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal.
Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan
menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang
karpal dan metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti
menyilang telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu.
Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang
sesamoid.7
3.1.1.3. Phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya
(phalangs proksimal, medial, distal). Sendi engsel yang terbentuk antara tulang
phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu.7
16
Gambar 1. Tulang-tulang tangan, ossa manus; dilihat dari palmar.6
18
tenosinovitis (tendinitisyang disertai dengan peradangan pada selubung pelindung
tendon), biasanya di bahu, pergelangan tangan, jari tangan, pingggul, pergelangan
kaki, dan kaki.7,11,14
Tendon pada jari-jari melewati ligamen, yang bertindak sebagai katrol.
Sebagaimana kita ketahui trigger finger adalah suatu bentuk cedera akibat
aktivitas berlebihan yang berulang-ulang dengan gejala mulai dari tanpa rasa sakit
dengan sesekali bunyi gemeretak / menyentak jari, untuk disfungsi parah dan rasa
sakit dengan jari terus terkunci dalam posisi menekuk ke bawah ke telapak
tangan.7
3.1.3 Persarafan
Semua saraf yang mempersarafi tungkai atas berjalan dari lengan atas,
lengan bawah, kemudian ke tangan melewati pergelangan tangan. Tiga saraf
utama yang mempersarafi tungkai atas adalah: saraf radialis, saraf medianus,
dan saraf ulnaris (Gambar 4).Saraf ini membawa sinyal dari otak ke otot-otot
yang menggerakkan lengan, tangan, jari, dan ibu jari. Saraf juga membawa
berbagai macam sinyal seperti sentuhan, nyeri, dan suhu kembali ke otak.7
19
Gambar 4. Persarafan pada tangan.
Saraf radialis berjalan di sepanjang tepi jempol, sisi lengan bawah. Saraf
ini berjalan pada akhir tulang jari-jari ke bagian belakang tangan. Saraf radialis
juga memberi sensasi ke bagian belakang tangan dari ibu jari ke jari ketiga. Selain
itu, saraf ini juga berjalan ke belakang ibu jari dan hanya di luar buku jari utama
dari permukaan belakang cincin dan jari tengah.7
20
Saraf medianus berjalan melalui sebuah terowongan pada pergelangan
tangan, yang disebut carpal tunnel . Saraf ini memberikan sensasi ke sisi telapak
ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan setengah dari jari manis.Selain itu, saraf
medianus juga memiliki cabang yang mengontrol otot-otot tenar jempol. Otot-otot
tenar membantu menggerakan ibu jari dan membuat ujung masing-masing jari
dapat menyentuh ibu jari pada sisi yang sama, yang disebut gerakan oposisi.7
Saraf ulnaris bergerak melalui terowongan terpisah, yang disebut kanal
Guyon. Terowongan ini dibentuk oleh dua tulang karpal dan ligamen yang
menghubungkan mereka. Setelah melewati kanal ini, cabang-cabang saraf ulnaris
keluar untuk memberikan sensasi ke jari kelingking dan setengah jari manis.
Cabang-cabang saraf ini juga mempersarafi otot kecil di telapak dan otot yang
menarik ibu jari ke arah telapak tangan.7
21
3.2. Trigger Finger
3.2.1. Definisi
Trigger finger atau tenosinovitis stenosing juga dikenal dengan nama jari
yang macet. Trigger finger adalah gangguan umum yang sering terjadi dan
ditandai dimana jari yang dibengkokkan tibe-tiba tidak dapat diluruskan kembali
serta berhubungan dengan disfungsi dan nyeri yang disebabkan penebalan
setempat pada suatu tendo fleksor, dalam kombinasi adanya penebalan di dalam
selubung tendon pada tempat yang sama.1,8,9
3.2.2. Epidemiologi
Trigger finger adalah penyakit yang paling sering terjadi di antara dekade
ke 5 dan 6 kehidupan. Perempuan 6 kali lebih sering terkena dibandingkan dengan
laki-laki, meskipun alasan predileksi usia dan jenis kelamin ini tidak sepenuhnya
jelas. Faktor risiko pemicu terjadinnya trigger finger adalah antara 2 dan 3%,
tetapi meningkat menjadi 10% pada penderita diabetes. Insidens pada penderita
diabetes terkait dengan onset penyakit, dan tidak berhubungan dengan diabetes
yang terkontrol. Risiko menjadi lebih tinggi pada pasien dengan karpal tunnel
sindrome, penyakit de Quervain, hypothyroidism, rheumatoid arthritis, penyakit
ginjal, dan amyloidosis. Jari manis adalah yang paling umum terpengaruh, diikuti
oleh jempol dan jari lainnya.1
3.2.3. Etiologi
Penyebab potensial trigger finger telah dapat dijelaskan, tetapi etiologi
tetap idiopatik, artinya penyebabnya tidak diketahui. Kemungkinan disebabkan
oleh trauma lokal akibat stres dan degeneratif. Ada yang menghubungkan
penyebab trigger finger karena penggunaan fleksi tangan yang terus-menerus dan
pada tiap individu sering disebabkan banyak faktor. Oleh karena itu sering disebut
dengan tenosinovitis stenosing (stenosans tenovaginitis khusus pada jari).
Stenosing berarti penyempitan terowongan (selubung tendon). Tenosynovitis
1,10
berarti radang tendon.
22
Pasien dengan riwayat penyakit collagen vascullar seperti rheumatoid
artritis, diabetes mellitus, arthitis psoriatis, amyloidosis, hipotiroid, sarkoidosis,
dan pigmented vilonodular synovitis memiliki faktor resiko lebih besar terkena
trigger finger dibandingkan orang yang yang tidak memiliki riwayat tersebut.9
Mekanisme terjadinya keadaan ini adalah adanya aktifitas-aktifitas fisik
yang berat dan berulang-ulang pada orang yang mempunyai kecenderungan
pengumpulan cairan di sekitar tendon dan sendinya seperti pasien diabetes
mellitus dan rheumatoid artritis. Pengumpulan cairan di sekitar tendon ini
menyebabkan terjadinya penebalan nodul tendon (biasanya pada tendon m. flexor
digitorum profundus) sehingga tendon yang bengkak ini bisa mengganggu
gerakan normal pada tendon. Adanya pembengkakan ini mudah sekali
menyebabkan tendon terjepit sehingga jari susah untuk difleksikan (macet) atau
terkunci pada posisinya dan mengakibatkan jari terasa sakit dan mengeluarkan
suara “klik” apabila gaya lebih keras diberikan.1,11
Kejadian trigger finger kongenital umumnya disebabkan oleh adanya
nodul pada tendon fleksor polisis longus. Sementara pada orang dewasa, beberapa
kasus yang terjadi mungkin berhubungan dengan trauma berulang.1,10
3.2.4. Patofisiologi
Tendon adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang. Setiap
otot memiliki dua tendon, yang masing-masing melekat pada tulang. Ketika otot
berkontraksi, tendon akan menarik tulang, sehingga terjadi gerakan sendi. Tendon
pada jari-jari melewati ligamen, yang bertindak sebagai katrol.7
Pada trigger finger terjadi peradangan dan hipertrofi dari selubung tendon
yang semakin membatasi gerak fleksi dari tendon. Selubung ini biasanya
membentuk sistem katrol yang terdiri dari serangkaian sistem yang berfungsi
untuk memaksimal kekuatan fleksi dari tendon dan efisiensi gerak di metakarpal.
Nodul mungkin saja dapat membesar pada tendon, yang menyebabkan tendon
terjebak di tepi proksimal katrol ketika pasien mencoba untuk meluruskan jari,
sehingga menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Ketika upaya lebih kuat dibuat
untuk meluruskan jari, dengan menggunakan kekuatan lebih dari ekstensor jari
23
atau dengan menggunakan kekuatan eksternal (dengan mengerahkan kekuatan
pada jari dengan tangan lain), jari macet yang terkunci tadi terbuka dengan
menimbulkan rasa sakit yang signifikan pada telapak distal hingga ke dalam aspek
proksimal jari.1,9,10
Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah
jalur yang melewati katrol. Jika nodul terdapat pada distal katrol, maka jari dapat
macet dalam posisi yang lurus. Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal
dari katrol, maka jari pasien dapat macet dalam posisi tertekuk.Biasanya, tendon
fleksor pada jari mampu bergerak bolak-balik di bawah katrol penahan. Penebalan
selubung tendon fleksor membatasi mekanisme pergerakan normal.1,3
Biasanya, tendon fleksor pada jari mampu bergerak bolak-balik di bawah
katrol penahan. Penebalan selubung tendon fleksor membatasi mekanisme
pergerakan normal. Nodul mungkin saja dapat membesar pada tendon, yang
menyebabkan tendon terjebak di tepi proksimal katrol A1 ketika pasien mencoba
untuk meluruskan jari, sehingga menyebabkan kesulitan untuk bergerak. Ketika
upaya lebih kuat dibuat untuk meluruskan jari, dengan menggunakan kekuatan
lebih dari ekstensor jari atau dengan menggunakan kekuatan eksternal (dengan
mengerahkan kekuatan pada jari dengan tangan lain), jari macet yang terkunci tadi
terbuka dengan rasa sakit yang signifikan pada telapak distal hingga ke dalam
aspek proksimal digit. Hal yang kurang umum terjadi antara lain nodul tadi
bergerak pada distal katrol A1, mengakibatkan kesulitan pasien meregangkan
jari.1,3
24
tidak nyaman di jari dan sendi. Kekakuan akan bertambah jika pasien tidak
melakukan aktifitas, misalnya saat bangun pagi. Dan kadang kekakuan akan
berkurang saat melakukan aktifitas. Kadang-kadang jika tendon terasa bebas bisa
bergerak tegak akan dirasakan sendi seperti terjadi "dislokasi" / pergeseran sendi.
Pada Kasus kasus yang berat jari tidak dapat diluruskan bahkan dengan bantuan.
Pasien dengan diabetes biasanya akan terkena lebih parah.1,2,3
Pada tingkat sendi palmaris distal, nodul bisa teraba lembut, biasanya di
atas sendi metakarpofalangealis (MCP). Jari yang terkena bisa macet dalam posisi
menekuk atau pada posisi ekstensi.3 Trigger finger dapat sangat menyakitkan bagi
pasien. Dalam kasus yang parah, pasien tidak mampu untuk menggerakkan jari
yang melampaui rentang gerak. Pada ibu jari yang macet, pada palpasi yang
lembut dapat ditemukan nodul pada aspek palmar sendi MCP pertama dari sendi
palmaris distal.1,11
3.2.6. Diagnosis
Keluhan awal dapat berupa “klik” yang tidak nyeri pada gerakan jari.
Selanjutnya dapat menjadi nyeri baik pada fleksi maupun ekstensi, dan terjadi
pada sendi MCP dan PIP. Nodul yang nyeri juga dapat timbul sebagai akibat
25
pembengkakan intratendon, dapat dipalpasi pada area palmar MCP. Keluhan
kekakuan dan bengkak pada MCP dirasakan pada pagi hari atau mereka terbangun
dengan jari yang terkunci dan baru melemas sepanjang hari. Riwayat trauma pada
area tersebut dapat dilaporkan Seiring berkembangnya penyakit, jari dapat
terkunci pada posisi fleksi dan membutuhkan manipulasi pasif untuk mencapai
ekstensi sempurna. Hal ini terjadi karena mekanisme fleksi pada jari cukup kuat
untuk mengatasi pembatasan dan pendangkalan selubung retinakular, sedangkan
ekstensor tidak. Karena pasien takut untuk melakukan manipulasi pasif karena
nyeri dapat menyebabkan kontraktur sekunder pada PIP dan kekakuan jari.1,3
Secara umum penegakan diagnosis pada Trigger finger cukup dengan
pemeriksaan fisisk saja, tidak ada tes laboratorium yang diperlukan dalam
diagnosis jari macet. Jika ada kecurigaan tentang kondisi, adanya diagnosis yang
terkait, seperti diabetes, rheumatoid arthritis, atau penyakit lain pada jaringan ikat,
antara lain, hemoglobin glikosilasi (HgbA1c), gula darah puasa, atau faktor
rheumatoid harus diperiksa.Secara umum, tidak ada pencitraan yang diperlukan
dalam kasus jari macet. Tidak ada tes lebih lanjut yang biasanya diperlukan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya HbA1c dan
Rheumatoid factor.1,2,5
26
malam hari, parestesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf
medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar.
Gejala klinis CTS menurut Grafton (2009) adalah sebagai berikut :
-
Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan.
-
Nyeri di telapak, pergelangan tangan, atau lengan bawah, khususnya
selama penggunaan.
-
Penurunan cengkeraman kekuatan.
-
Kelemahan dalam ibu jari
-
Sensasi jari bengkak, ( ada atau tidak terlihat bengkak)
-
Kesulitan membedakan antara panas dan dingin.
27
3.2.8. Tatalaksana
Pada Mei 2014, the European HANDGUIDE Group mempublikasi
panduan tatalaksana trigger finger. Pilihan terapi diantaranya yaitu penggunaan
ortosis (splinting), injeksi krtikosteroid, injeksi kortikosteroid dan pemakaian
ortosis, serta terapi pembedahan. Secara umum tatalaksana trigger finger
dibedakan menjadi terapi konservatif dan terapi pembedahan. Terapi konservatif
meliputi terapi medikamentosa dengan pengobatan OAINS dan injeksi
kortikosteroid, serta terapi non medikamentosa dengan imobilisasi dan
penggunaan ortosis “splinting". Terapi injeksi secara umum disetujui sebagai
terapi lini pertama dan terapi pembedahan dilakukan pada mereka yang gagal
dengan terapi injeksi atau pasien dengan kondisi patologis yang diketahui tidak
membaik dengan terapi konservatif, seperti rheumatoid arthritis (RA).1,2,3
28
Gambar 6. Tempat injeksi yang tepat pada trigger finger. A1: lokasi
pulley A1. NV: lokasi struktur neurovaskuler. X: tempat injeksi.1
a. Program fisioterapi
1. Pemanasan
- Pemanasan superfisial dengan infra red
- Pemanasan profunda berupa Shortwave Diathermy
29
2. Stimulasi listrik
Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk
mencegah atau memperlambat terjasi atrofi sambil menunggu proses
regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. Misalnya, dengan
faradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot redukasi
dari aksi otot, melatih fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi serta
mencegah atau merenggangkan perlengketan. Latihan otot-otot
tangan.
30
Gambar 17. Teknik Splint
c. Home Program
- Kompreskan es selama lima sampai lima belas menit pada daerah yang
bengkak dan nyeri.
- Hindari aktifitas yang mengakibatkan tendon mudah teriritasi, seperti
latihan jari yang berulang-ulang.
3.2.9. Komplikasi
Komplikasi dapat timbul karena pasien takut untuk melakukan manipulasi
pasif karena nyeri sehingga dapat menyebabkan kontraktur sekunder pada sendi
PIP dan kekakuan jari. Selain itu, komplikasi umumnya timbul akibat tindakan
pengobatan, walaupun jarang terjadi. Pada injenksi kortikosteroid dapat terjadi
atrofi dermal, nekrosis lemak, hipopigmentasi kulit, peningkatan sementasi
glukosa darah pasien diabetes dan yang paling terjadi yaitu rupture tendon. Pada
tindakan operatif dapat terjadi cedera saraf dan arteri, tendon bowstringing,
infeksi, distrofi reflex simpatis, kekakuan, transeksi saraf, nyeri tempat insisi,
deformitas fleksi, dan rekurensi (3%).1,3,12
32
3.2.10. Prognosis
Secara fungsional, mereka dengan trigger finger memiliki disabilitas dan
nyeri yang lebih berat terutama pada keadaan akut. Sehingga diperlukan
pemulihan dengan terapi konservatif maupun operatif.6 Kebanyakan pasien
merespon terhadap injeksi kortikosteroid walaupun efektifitasnya tidak maksimal
pada kondisi kronis (>6 bulan), diabetes mellitus, dan bila jari yang terkena
multipel. Namun, secara umum pasien yang diterapi menunjukkan prognosis yang
baik dengan komplikasi minimal. Beberapa kasus mungkin dapat sembuh secara
spontan dan kemudian berulang kembali.1,3,13
3.2.11. SKDI
Kompetensi dokter umum untuk tenosinovitis supuratif adalah 3A, yaitu
sebagai berikut:15
33
BAB IV
ANALISIS KASUS
35
BAB V
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
37
12. Miyamoto H, Miura T, Isayama H, Masuzaki R, Koike K, Ohe T. Stiffness of
the first annular pulley in normal and trigger fingers. J Hand Surg Am. 2011
Sep. 36(9):1486-91.
13. Langer, D et al. 2016. Long-term functional outcome of trigger finger. Disabil
Rehabil. 40(1):90-95.
14. Geso LD, Fillippuci E, Meenagh G, Gutierrez M, Ciappeti A. CS injection of
tenosynovitis in patients with chronic inflammatory arthritis: the role of US.
2012 March;1-3.
15. Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Edisi ke-2. Penerbit Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta.
38