Anda di halaman 1dari 25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Darmawan dan Creswell dalam Khairawati dkk (2018: 8)

penelitian kuantitatif merupakan suatu proses menemukan pengetahuan dengan

mengukur variabel penelitian melalui data berupa angka-angka atau diangkakan

sehingga dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik.

Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan

dan menjelaskan permasalahan tentang hubungan antara prestasi belajar PAI

dengan sikap sosial siswa, maka peneliti menggunakan penelitian kuanitatif

dengan menggunakan analisis korelasional yang berdasarkan pada dua variabel.

Sedangkan jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

korelasional. Penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui

hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya

untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel

(Faenkel dan Wallen, 2008: 328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini

penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat

mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya

melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi, Mc

Millan dan Schumacher dalam (Syamsuddin dan Vismaia, 2009: 25). Penelitian

korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk

70
71

tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat

dikuantitatifkan.

Menurut Gay dalam Sukardi (2004: 166) penelitian korelasi merupakan

salah satu bagian penelitian ex–post facto karena biasanya peneliti tidak

memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan

hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien

korelasi.

B. Ruang Lingkup Penelitian

1) Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

penelitian, Suharsimi Arikunto (2014: 118). Menurut Darmawan dalam

Khairawati dkk (2018: 47) variabel adalah suatu hal yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Ada dua variabel yang

akan diteliti:

a. Variabel Pertama

Variabel pertama (X1) dalam penelitian ini adalah prestasi belajar

PAI siswa, yang diperoleh siswa dari hasil tes tulis yang mencakup ruang

lingkup materi PAI (Qur’an, Akidah, Akhlak, dan Fikih).

b. Variabel kedua

Dalam penelitian ini variabel kedua (X2) adalah sikap sosial siswa

yang diperoleh siswa dari observasi dan angket yang mencakup aspek-

aspek sikap sosial (Peduli, Santun, Jujur, Tanggung Jawab, dan Disiplin).
72

2) Definisi Operasional

Menurut Mustafa dalam Khairawati dkk (2018: 56) menyatakan bahwa

penafsiran variabel secara operasional bertujuan untuk memberikan gambaran

bagaimana suatu variabel akan diukur, jadi variabel harus memiliki

pengertian yang sangat spesifik dan terukur. Oleh karena itu, pendefinisian

variabel secara operasional tidak dapat dilakukan secara sembarangan atau

sesuka hati peneliti, tetapi harus didasarkan pada apa tujuan penelitian dan

dasar teori-teori yang relevan. Adapun definisi operasional dalam penelitian

ini adalah:

a. Prestasi Belajar PAI, Prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu

aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian

terhadap hasil kegiatan belajar dalam bidang akademik. Menggunakan

evaluasi prestasi kognitif, mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi

kognitif (ranah cipta). Dalam evaluasi prestasi kognitif peneliti

menggunakan penilaian sumatif melalui tes tertulis, mengacu pada

indikator pembelajaran dari KI 3 (Pengetahuan) materi pembelajaran PAI

mencakup ruang lingkup materi PAI semester 1 (Qur’an, Akidah, Akhlak,

dan Fikih), materi PAI sebagai berikut:

1) Meniti Hidup dengan Kemuliaan

2) Menjaga Martabat Manusia dengan Menjauhi Pergaulan Bebas dan

Zina

3) Aku Selalu Dekat dengan ALLAH

4) Malaikut Selalu Bersamaku


73

5) Berbusana Muslim dan Muslimah Cermin Kepribadian dan Keindahan

6) Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian

b. Sikap Sosial, sikap sosial adalah kesadaran individu untuk bertindak secara

nyata dan berulang-ulang terhadap objek sosial berdasarkan

pengalamannya. Setiap orang dalam bersikap dan bertingkah laku itu

sesuai dengan perkembangan masing-masing individu tersebut. Dengan

demikian, setiap orang harus mampu berinteraksi dan memiliki kepedulian

terhadap orang lain.

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yang salah satunya

adalah sikap sosial. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial, yaitu

“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru”.

Mengacu pada kurikulum 2013 yang merumuskan tersebut kompetensi

sikap sosial dan penyesuaian dengan materi pembelajaran PAI, yaitu

menunjukkan perilaku:

1) Peduli, Peduli adalah sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan

diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita.

Hal tersebut yang dimaksud dalam peduli sosial yang merupakan sikap

dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat

yang membutuhkan. Hal tersebut sangat tergantung dari bagaimana

empati serta toleran terhadap orang lain peduli, mencakup sikap gotong

royong, kerjasama, serta damai.


74

2) Santun, sikap santun merupakan perilaku seseorang yang menjunjung

tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong dan

berakhlak mulia. Dalam budaya sikap santun salah satunya ditandai

dengan perilaku kepada orang lain, menggunakan bahasa yang sopan,

tidak memiliki sifat yang sombong serta perwujudan santun dalam

bentuk tingkah laku maupun berpakaian dengan pantas.

3) Jujur, Jujur adalah mengucapkan kata-kata dan memberikan informasi

yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Sikap jujur merupakan

perilaku yang didorong oleh hati nurani. Jujur merupakan suatu

keputusan seseorang untuk mengungkapkan perasaannya, kata-katanya

atau perbuatannya bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan

cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya.

Kejujuran sangat penting untuk diterapkan di sekolah sebagai karakter

anak-anak Indonesia saat ini.

4) Tanggung Jawab, tanggung jawab merupakan salah satu nilai karakter

yang perlu ditanamkan di dalam pribadi setiap manusia, supaya menjadi

manusia yang memiliki kepribadian baik. Tanggung jawab adalah sikap

dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang

seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan

(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan. Maka bahwa tanggung

jawab adalah tolak ukur sederhana terhadap sikap dan perilaku

seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.


75

5) Disiplin, secara bahasa disiplin berarti penganut atau pengikut. Disiplin

adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib

karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya

tanpa adanya paksaan dari pihak luar, atau perilaku yang diperoleh dari

pelatihan yang dilakukan secara terus menerus.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Kuala

Mandor B kabupaten Kubu Raya beralamatkan di jalan Trans Kalimantan, RT

2 RW 2, desa/ kelurahan : Kuala Mandor A, kecamatan : Kec. Kuala Mandor

B, kabupaten Kuburaya, provinsi Kalimantan Barat

Peneliti mengambil tempat di SMA Negeri 1 Kuala Mandor B kabupaten

Kubu Raya tersebut dengan pertimbangan, yaitu:

a. Karakteristik siswa yang sesuai dengan yang akan diteliti

b. Memliki minoritas siswa serta pendidik non-muslim.

c. Proses administrasi yang mudah.


76

Gambar 8
Lokasi penelitian

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama tujuh bulan diawali dari bulan

September 2019 sampai dengan Maret 2020.

Tabel 3
Waktu Penelitian

Bulan dan Tahun


No Kegiatan
Sep-Des 2019 Jan 2020 Feb 2020 Mar 2020
1 Pengajuan Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Uji Coba Instrumen
4 Pengambilan Data
5 Pengolahan Data
6 Analisis Data
7 Pembuatan Laporan
D. Populasi Penelitian
77

Menurut Turmudi dkk (2008:9) populasi adalah himpunan semua individu

atau objek yang menjadi bahan pembicaraan atau bahan studi oleh peneliti.

Menurut Sugiyono (2013:55) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas X di SMAN Kuala Mandor B, kabupaten Kubu Raya dengan jumlah

keseluruhan 57 siswa namun yang beragama Islam sebanyak 40 siswa,

sebagimana penulis rangkum dalam tabel berikut:

Tabel 4
Populasi Kelas X SMA 1 Kuala Mandor B

No Kelas L P Jumlah

1 X IPS 1 5 4 9

2 X IPS 2 7 6 13

3 X IPA 6 12 18

Jumlah 40

Penelitian ini memiliki karakteristik sample sebagai berikut:

1. Terdaftar sebagai siswa SMAN 1 Kuala Mandor B, Kubu Raya

2. Terdaftar pada tahun pelajaran 2019/2020.

3. Duduk di kelas X

4. Beragama Islam

Berdasarkan karakteristik tersebut maka sample penelitian ini adalah 40

orang siswa. Dikarenakan jumlah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kuala Mandor

B kabupaten Kubu Raya relatif kecil maka penelitian ini menggunakan seluruh
78

siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kuala Mandor B kabupaten Kubu Raya yang

beragama Islam. Sehingga penelitian ini dari sisi sumber datanya merupakan

sensus.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian karena tujuan utama dari peelitian adalah mendapatkan data. Iskandar

(2008: 76) teknik pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan pendekatan

apa yang digunakan oleh peneliti terhadap masalah yang ingin dikaji. Dalam

penelitian ini, digunakan metode sebagai berikut:

1. Komunikasi Tidak Langsung

Komunikasi tidak langsung ini digunakan untuk memperoleh data pada

variabel sikap sosial keagamaan siswa. Maka dipilihlah untuk menggunakan

angket sebagai alat untuk pengumpulan data dikarenakan sikap sosial siswa

tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya.

Angket dibuat umtuk kemudian disebarkan kepada responden untuk

mendapatkan jawaban yang diperlukan dan dijadikan sampel penelitian untuk

mengetahui sikap sosial siswa kelas X SMA Negeri 1 Kuala mandor B

kabupaten Kubu Raya Tahun Pelajaran 2019/2020.

2. Pengukuran

Teknik pengumpulan data dengan pengukuran yakni peneliti melakukan

tes tulis kepada sempel, sebagai penentu prestasi belajara PAI siswa kelas X

SMAN 1 Kuala Mandor B, Kubu Raya. Tes tulis yang di berikan terkait
79

materi ajar PAI mencakup aspek yang mencakup Al-Qur’an, keimanan,

akhlak dan fikih.

3. Studi Dokumen

Menurut Khairawati dkk (2018:85) dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data yang diperoleh dengan cara melihat atau menganalisis

dokumen-dokumen yang ada sesuai kebutuhan penelitian. Dokumentasi

merupakan salah satu cara untuk mendapat gambaran dari sudut pandang

subjek melalui media tertulis atau berbagai bentuk dokumen lainnya.

Menurut Pohan dalam Sugiyono (2013:23) dokumentasi adalah cara

pengumpulan informasi yang didapatkan dari dokumen, yakni peninggalan

tertulis, arsip-arsip, akta ijasah, rapor, peraturan perundang-undangan, buku

harian, surat-surat pribadi dan lain-lain yang memiliki ketrkaitan dengan

masalah yang di teliti.

F. Instrumen Penelitian

Angket, lembar observasi,dokumentasi dan nilai tes dalam penelitian ini

adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaan lebih mudah dan hasilnya baik. Menurut Sugiyono (2015:102)

instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati.

1. Angket (Kuesioner)

Dalam penelitian ini, fenomena sosial telah ditetapkan secara spesifik

oleh peneliti selanjutnya disebut variabel penelitian dan dalam

operasionalisasi variabel menggunakan skala ordinal.


80

Skala ordinal digunakan untuk memberikan informasi nilai pada

jawaban. Setiap variabel penelitian diukur dengan menggunakan instrumen

pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi

pernyataan-pernyataan tipe Skala Likert’s.

Menurut Sugiyono (2015:93) Skala Likert merupakan alat untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian, indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapar

berupa pernyataan atau pertanyaan.”

Sugiyono (20013: 93-94) skoring dalam angket menggunakan model

skala likert dengan bobot skor untuk kuesioner bersifat posistif dan

penghitungannya sebagai berikut:

a. jawaban Sangat Sering (SS) diberi nilai 4

b. jawaban Sering (S) diberi nilai 3

c. jawaban Jarang (J) diberi nilai 2

d. jawaban Sangat Jarang (SJ) diberi nilai 1.

Sedangkan skoring untuk kuesioner bersifat negatif dan perhitungannya

menggunakan skala likert yaitu sebagai berikut:

a. jawaban Sangat Sering (SS) diberi nilai 1

b. jawaban Sering (S) diberi nilai 2

c. jawaban Sarang (J) diberi nilai 3

d. jawaban Sangat Jarang (SJ) diberi nilai 4.


81

2. Tes

Tes merupakan alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur

keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi, Wina Sanjaya ( 2009:

235). Teknik penilaian tes yang di gunakan adalah tes tulis dengan bentuk tes

pilihan ganda (PG). Untuk menentukan prestasi belajar PAI kelas X melalui

pengkajian Kurikulum yaitu penentuan Tujuan Penelitian dalam RPP mata

pelajaran PAI kelas X Kurikulum 2013 semester 1 tahun pelajaran

2019/2020.

Gambar 9
Penentu Instrumen Tes Tertulis

Kuri Def Instr


K
kulu inis umen
isi tes
m i
tulis

Tes tulis yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan kisi-

kisi dengan bentuk tes pilihan ganda dan esai. Adapun kisi-kisi instrumen

penelitian, dengan mengacu pada ruang lingkup materi PAI kelas X

berdasarkan ranah KI 3 (Pengetahuan) berdasarkan instrumen pembelajaran

pada RPP tiap materi pembelajaran.

3. Pedoman Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dibedakan menjadi:

a. Dokumen Primer, dokumen yang ditulis orang yang langsung mengalami

suatu peristiwa. Contohnya otobiografi.


82

b. Dokumen Skunder, dokumen yang dihasilkan dari peristiwa yang

dilaporkan oleh orang yang mengalaminya dan ditulis oleh orang lain.

Contohnya biografi.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Instrumen

a. Validitas

Validitas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan tingkat-

tingkat kevalidan atau kesahihan ukuran suatu instrument terhadap konsep

yang diteliti. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat, Suharsimi

arikunto (2014: 211). Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan

adalah validitas isi dan validitas konstruk.

1) Validitas Isi

Validitas isi merupakan validitas yang diperoleh dari pengujian

terhadap kelayakan atau kesesuaian isi tes melalui analisis rasional oleh

panel yang berkompeten atau expert judgement (penilaian ahli).

Validitas isi dilakukan melalui instrumen analisis pakar sebagai syarat

validitas isi berdasarkan validitas perbutir dan keseluruhan. Menurut

Lawshe (Ali Hasmy dan Khairawati, 2013: 94). Uji validitas Isi sendiri

kemudian terbagi menjadi validitas analisis per butir dan analisis

keseluruhan butir.
83

a) Analisis Per Butir

Koefisien CVR dari masing-masing butir, rumus koefisien

CVR sebagai berikut:

N
n e−
2
Conten Validity Ratio (CVR )=
N
2

Keterangan:
Ne : Banyak pakar yang sepakat
N : Bamnyaknya pakar yang memvalidasi

b) Analisis Keseluruhan Butir

Pengujian validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan

meminta pertimbangan dari para ahli dan analisis korelasi item-total.

Untuk keseluruhan butir digunakan formula dari Gregory (Ali

Hasmy dan Khairawati, 2013: 95) rumus koefisien CVI sebagai

berikut:

D
Content validity index CVI =
A +B +C+ D

Keterangan

A: adalah banyaknya butir yang dinyatakan kurang relevan oleh

pasangan penelaah.

B: adalah banyaknya butir yang oleh penelaah pertama dinyatakan

kurang relevan tetapi penelaah kedua dinyatakan sangat relevan

C: adalah banyaknya butir yang oleh penelaah pertama dinyatakan

sangat relevan sementara penelaah kedua dinyatakan kurang

relevan.
84

D: adalah banyaknya butir yang dinyatakan sangat relevan oleh

pasangan penelaah.

2) Validitas Konstruk

Menurut Djali dan Pudji (2008: 23) validitas konstruk adalah

validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu

mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan

konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.

Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen

yang dimaksutkan mengukur variabel-variabel konsep, baik yang

sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap,

minat, konsep diri, lokus kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi

berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatmnya performansi

maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat),

intelegensi (kecerdasan intelektual), kecerdasan emosional dan lain-

lain.

Tinggi rendahnya kesahihan suatu instrumen tergantung pada

ketepatan dan kecermatan dalam mengukur apa yang hendak diukur,

Saifudin Azwar (2003: 48) menyatakan bahwa validitas ditentukan oleh

ketepatan dan kecermatan hasil pengukurran. Artinya sejauh manakala

mengukur atribut dari yang seharusnya atau justru mengukur atribut

lain dikatakan sebagai skala yang tidak sahih atau tidak valid.

Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis faktor.

Analiis faktor adalah metode yang dapat digunakan untuk pengukuran


85

tingkah laku, pendapat, intlegensi, personality dan lain-lain, Subash

Sharma (1996: 32). Tujuan dari analisis faktor adalah untuk

menggambarkan hubungan-hubungan kofarian antara beberapa variabel

yang mendasari tetapi tidak teramati, kuantitas randum yang disebut

faktor, Jhonson dan Wichern (2002:54). Vektor random teramati X

dengan p komponen memiliki rata-rata µ dan matrik kovarium.

Sumadi Suryabrata (2000: 40) mengemukakakan bahwa validitas

konstruk mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran

dengan suatu instrumen merefleksikan konstruk teoritik yang mendasari

penyusunan alat ukur tersebut. Instrumen non-tes mempunyai validitas

konstruk, jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur

konsep sesuai dengan yang didefinisikan, maka hasil pengukuran

dengan alat pengukur yang berbasis pada teori itu sudah dipandang

sebagai hasil yang valid.

X =µ+ L f +ε

Keterangan:
µ : Suatu vektor konstanta
L : Muatan-muatan faktor
𝑓 : Suatu vektor random yang disebut faktor-faktor bersama
ε : Faktor-faktor spesifik

b. Reliabilitas

Menurut Nana Sudjana (2004: 16), reliabilitas adalah ketetapan alat

dalam menilai apa dinilainya. Artinya kapanpun alat penilaian tersebut

akan memberikan hasil yang sama. Untuk mengukur tingkat reliabilitas


86

digunakan perhitungan Cronbach Alpha. Adapun rumus yang digunakan

yakni:

s2
r 11 = [ ][
n
n−1
1− r2
st ]
Keterangan:
n : Banyaknya butir soal.
2 :
Sr Jumlah varian skor tiapitem.
2
St : Jumlah skor total.

Adapun kriteria hasil uji reliabilitas tersebut kemudian dibandingkan

dengan nilai tabel kategori reliabilitas, Asep Jihad (2013: 18) sebagai

berikut:

Tabel 5
Kriteria Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

< 0,7 Tidak Reliabel

> 0,7 Reliabel

Dengan ketentuan Jika r hitung > r tabel berarti soal reliabel. Namun

Jika r hitung ≤r tabel maka butir soal tersebut tidak reliabel.

3) Indeks Kesulitan

Indeks kesulitan adalah merupakan peluang untuk menjawab benar

suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan

dalam bentuk indeks. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu

mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak

merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.


87

Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi

kesulitan menjawab soal dan cenderung tidak mempunyai semangat

untuk mencoba memecahkannya.

Indeks kesulitan soal objektif dapat dihitung dengan rumus

(Suharsimi Arikunto, 2013: 208), sebagai berikut:

Np
P=
N

Keterangan:
P : indeks kesukaran/tingkat kesukaran
N p : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
N : jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria Indeks Kesulitan Soal adalah sebagai berikut:


0,00 – 0,30 soal kategori sukar
0,31 – 0,70 soal kategori sedang
0,71 – 1,00 soal kategori mudah

Interpretasi yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang

diperoleh, maka semakin sulit soal yang digunakan. Sebaliknya, semakin

besar indeks yang diperoleh, semakin mudah soalnya. Soal yang baik

adalah soal yang berada di kategori sedang.

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan butir soal untuk dapat

membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan

dengan siswa yang kurang atau belum menguasai materi yang

ditanyakan. Butir soal yang daya pembedanya rendah, tidak ada

manfaatnya akan merugikan siswa yang belajar sungguh – sungguh.


88

Dalam (Suharsimi Arikunto, 2013: 214) tes bentuk objektif dalam

menghitung daya pembeda Nilai D dapat ditentukan menggunakan

persamaan 1) atau 2)

A B BB
1) D = −
A B
2) D = P A −PB

Keterangan:
D = Indeks diskriminasi
A = Jumlah peserta kelompok Atas
A B = Peserta kelompok Atas yang menjawab benar
B = Jumlah peserta kelompok Bawah
BB = Peserta kelompok Bawah yang menjawab benar
P A = Tingkat kesukaran kelompok Atas
PB = Tingkat kesukaran kelompok Bawah

Tabel 6
Klasifikasi Daya Pembeda

0,00 – 0,19 Jelek

0,20 – 0,39 Cukup

0,40 – 0,69 Baik

0,70 – 1,00 Sangat baik

Dari klasifikasi diatas dapat diketahui bahwa butir soal dikatakan

baik jika mempunyai indeks daya pembeda diatas 0,40. Butir soal yang

mempunya indeks daya pembeda negatif tidak baik dan sebaiknya tidak

digunakan.

5) Efektifitas Pengecoh (Distractor)

Efektifitas pengecoh adalah seberapa baik pilihan yang salah

tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui

kunci jawaban yang tersedia. Pada soal bentuk pilihan ganda ada
89

alternatif jawaban (opsi) dimana terdapat satu jawabab benar dan

beberapa jawaban salah atau pengecoh (distractor). Butir soal yang baik,

pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang

menjawab salah. Sebaliknya butir soal yang kurang baik, pengecohnya

akan dipilih secara tidak merata oleh peserta didik yang menjawab salah.

Efektifitas pengecoh/distractor dapat diketahui dengan melihat

pada sebaran jawaban para siswa. Pada sebaran jawaban diperoleh

dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban atau

yang tidak memilih apapun. Dari pola sebaran jawaban dapat ditentukan

apakah pengecoh dapat berfungsi atau tidak. Suatu butir soal dapat

dikategorikan sebagai soal yang baik apabila pengecoh atau distractor

dapat berfungsi dengan baik. Pengecoh yang baik ditandai dengan dipilih

oleh sedikitnya 5% dari peserta tes. Indeks pengecoh dihitung dengan

rumus, (Zainal Arifin, 2016:279):

P
X 100 %
IP= ( N −B )
( n−1 )

Keterangan:
P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n = jumlah alternatif jawaban (soal)
1 = bilangan tetap

Hasil perhitungan setiap pengecoh diinterpretasikan menggunakan

kriteria (Zainal Arifin, 2016:280), sebagai berikut :


90

Tabel 7
Kriteria Efektifitas Pengecoh

Sangat Baik 76% - 125 %

Baik 51% - 75% atau 126% - 150%

Kurang Baik 26% - 50% atau 151% - 175%

Jelek 0% - 50% atau 176% - 200%

Sangat jelek > 200%

2. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah suatu statistik penyajian data melalui tabel,

grafik, perhitungan modus, perhitungan rata-rata, nilai distribusi serta standar

deviasi (Rangkuti, 2006). Menurut Sugiyono (2012) memberikan statistik

deskriptif sebagai berikut:

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis


data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi”.

a. Mean

Menurut Sugiyono (2011: 49) mean merupakan teknik penjelasan

kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut.

Analisis ini digunakan untuk mendiskripsikan data mengenai berapa

besar nilai rata-rata yang diperoleh dari masingmasing variabel penelitian

tersebut. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Σ xi
Me=
n

Keterangan:
Me = Mean (rata-rata)
Σ = Epsilon (baca jumlah)
91

xi = Nilai x ke i sampai ke n
N = Jumlah individu

b. Persentasi

Untuk menghitung persentase suatu jawaban dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

P = (F/N) X 100%

Keterangan:
P : Persentase
F : Frekwensi dari setiap jawaban yang telah menjadi pilihan responden
N : Jumlah responden

3. Analisis Hubungan

Analisis hubungan adalah bentuk analisis variabel (data) penelitian

untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan, bentuk atau arah

hubungan diantara variabel-variabel, dan besarnya pengaruh variabel yang

satu (variabel pertama) terhadap variabel lainnya (variabel kedua).

a. Uji Asumsi

Pada penelitian ini, uji asumsi terdiri dari dua macam, yaitu:

1) Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya

sebaran skor variabel prokrastinasi akademik dan variable

conscientiousness. Uji normalitas sebaran data penelitian

menggunakan teknik kolmogorov smirnov dengan bantuan program

SPSS versi 16.00.

Kaidah yang digunakan untuk menguji normalitas yaitu skor

Sig, yang ada pada hasil penghitungan kolmogorov-smirnov. Apabila


92

angka Sig. lebih besar atau sama dengan 0,05 maka data tersebut

berdistribusi normal akan tetapi apabila kurang dari 0,05 maka data

tersebut tidak berdistribusi normal.


2
2 ( f o+ f h)
x =Σ
fh

Dimana:
x 2 = Chi Kuadrat
f o = frekuensi observasi
f h = frekuensi harapan

Hasil perhitungan x 2hitungdikonsultasikan dengan tabel chi kuadrat

adalah jika x 2hitung > x 2tabel maka dapat dikatakan distribusi data tidak

normal, dan jika x 2hitung < x 2tabel maka data dapat dikatakan berdistribusi

normal (Sugiyono, 2006: 104).

2) Uji Linearitas

Uji linieritas digunakan untuk memenuhi syarat pada analisis

regresi yang mengharuskan adanya hubungan fungsional antara X1

dan X2, pada populasi, yang linear. (Budiyono, 2009: 261). Pengujian

linieritas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa rata-rata yang

diperoleh dari kelompok data sampel terletak dalam garis-garis lurus.

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

yang linier antara kedua variabel penelitian

Kaidah yang digunakan adanya hubungan yang linear adalah

nilai tingkat signifikansi alpha sebesar 0,05.


93

b. Korelasi

Perhitungan korelasi menggunakan Product Moment. Dimana

Product Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk mencari

korelasi antara dua variable yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini

dikembangkan oleh Karl Pearson.

Rumus korelasi Product Moment Karl Pearson, yaitu:


N ∑ xy −( ∑ x )( ∑ y)
√¿ ¿ ¿
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi variable X dengan variable Y
∑ XY = jumlah dari hasil perkalian antara skor variable X dan skor
variable Y
X = skor variabel X
Y = skor variabel Y
N = Number of Case

Tabel 8
Interpretasi Koefisiean Korelasi (r)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 - 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Dengan adanya perhitungan yang bersifat lebih praktis, maka rumus

manual Product Moment tersebut diatas dapat diproses dengan

menggunakan program SPSS.


94

c. Uji Hipotesis (Uji Signifikansi Koefisien Korelasi)

Dalam menganalisis data yang terkumpul dari hasil penelitian dan

menguji hipotesis apakah diterima atau ditolak dengan menggunakan

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila ingin

mencari makna hubungan variable X terhadap Y, maka hasil korelasi

tersebut diuji dengan uji signifikansi dengan rumus :

r √ n−2
t hitung =
√1−r
Dimana:
t hitung = Nilai t
r = Nilai koefisien Korelasi n = Jumlah Sampel

d. Indeks Determinansi

Perhitungan koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan

dalam bentuk persen. Dimana rumus yang digunakan adalah rumus

“Coefficient of Determination” (Ridwan, 2009: 139) atau koefisien

penentu yang dalam hal ini digunakan untuk lebih memudahkan

pemberian interpretasi angka indeks korelasi r product moment pada uji

hipotesis di atas, dengan rumus Coefficient of Determination yaitu:

KD = r² x 100 %

Di mana:
KD = Koefisien determinasi
r = Koefisien korelasi

Anda mungkin juga menyukai