Gangguan Sistem Urinaria
Gangguan Sistem Urinaria
A.15 2
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-
buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004). Bakteriuria
bermakna (significant bacteriuria): bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan
mikroorganisme murni lebih dari 105 colony formingunit (cfu/ml) pada biakan urin.
Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria
asimtomatik (convert bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai persentasi
klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien
dengan persentasi klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria bermakna (significant
pyuria), bila ditemukan netrofil >10 per lapangan pandang. (Sukandar, E., 2004).
Infeksi saluran kemih tidak hanya menyerang laki-laki saja, tetapi mampu
menyerang wanita bahkan resiko terbesar menyerang wanita. Wanita lebih berisiko
mengalami ISK dikarenakan tubuh wanita memiliki saluran uretra yang lebih pendek, maka
wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih .
ISK berhubungan dengan saluran kemih yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria,
dan uretra. Bagian-bagian saluran kemih tersebut memiliki fungsi masing-masing.
Fungsi-fungsi tersebut tentunya terdapat sesuatu hal yang mengganggu salah satunya
yaitu mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan adanya infeksi
pada saluran kemih. Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan infeksi
saluran kemih sejauh ini adalah E. coli yang diperkirakan bertanggung jawab
terhadap 80% kasus infeksi, 20% sisanya disebabkan oleh bakteri Gram negatif lain
seperti Klebsiella dan spesies Proteus, dan bakteri Gram positif seperti Cocci,
Enterococci dan Staphylococcus saprophyticus. Organisme terakhir dapat ditemui
pada kasus-kasus infeksi saluran kemih wanita muda yang aktif kegiatan seksualnya.
Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan abnormalitas struktural saluran
kemih sering disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten seperti Pseudomonas
aeruginosa , Enterobacter dan spesies Serratia. Bakteri-bakteri ini juga sering ditemui
pada kasus infeksi nosokomial, terutama pada pasien yang mendapatkan kateterisasi
urin (Bint dan Berrington, 2003).
B. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan umum yaitu mengetahui konsep Infeksi Saluran
Kemih.
Tujuan lain yaitu:
1. Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dewasa 1.
2. Sebagai media pembelajaran dari mata kuliah keperawatan dewasa 1.
3. Mereview sistem urinaria.
BAB II
PEMBAHASAN
2) Ureter
3) Veisika Urinaria
Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari kandung
kemih sampai keluar tubuh. Pada wanita uretra pendek dan terletak didekat
vagina. Pada uretra laki – laki mempunyai panjang 15 – 20 cm. ( Daniel S,
Wibowo, 2005 ). Pada laki-laki terdiri dari uretra prostaria, uretra membranosa,
uretra kavernosa. Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan
paling dalam), dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki
berfungsi sebagai saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma). Sedangkan
uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit
kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena,
dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di
sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai
saluran eksresi.
Fungsi Ginjal :
a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.
b. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan.
c. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh
bagian tubulus ginjal.
d. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh.
e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan
sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.
f. Hemeostasis Ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi
air dalam darah. (Guyton, 1996 ).
2. Epidemioogi
3. Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada
yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria
sepertiProteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki
tetapi kurang dari 5 % pada anak perempuan ), Klebsiella pneumonia dan
Pseudomonasaeruginosa dapat juga sebagai penyebab. Organisme gram positif
sepertiStreptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan
Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan
struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada
ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan
Pseudomonas (Lumbanbatu, S.M., 2003).
4. Patofisiologi
Secara umum mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih dengan
tiga cara yaitu:
1) Asenden, yaitu jika masuknya mikroorganisme adalah melalui uretra dan
cara inilah yang paling sering terjadi. Masuknya mikroorganisme dalm
kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki
uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya
ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik,
pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi sehingga bakteri
naik dari kandung kemih ke ginjal.
5. Faktor Risiko
Faktor risiko adalah hal-hal yang secara jelas mempermudah terjadinya suatu
kejadian. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya ISK oleh MDRO
yaitu :
1) Usia
Prevalensi ISK meningkat secara signifikan pada manula.
Bakteriuria meningkat dari 5-10% pada usia 70 tahun menjadi 20% pada
usia 80 tahun. Pada usia tua, seseorang akan mengalami penurunan sistem
imun, hal ini akan memudahkan timbulnya ISK. Wanita yang telah
menopause akan mengalami perubahan lapisan vagina dan penurunan
estrogen, hal ini akan mempermudah timbulnya ISK. Pada usia tua,
seseorang mudah terpapar infeksi MDRO khususnya Methicillin-resistant
S. aureus (MRSA) karena beberapa faktor seperti penurunan status
fungsional dan frailty syndrome.
2) Diabetes Mellitus
Insidensi pyelonefritis akut empat sampai lima kali lebih tinggi
pada individu yang diabetes daripada yang tidak. Hal itu dapat terjadi
karena disfungsi vesica urinaria sehingga memudahkan distensi vesica
urinaria serta penurunan kontraktilitas detrusor dan hal ini meningkatkan
residu urin maka mudah terjadi infeksi. Faktor lain yang dapat
menyebabkan ISK adalah menderita diabetes lebih dari 20 tahun,
retinopati, neuropati, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah
perifer. Konsentrasi glukosa urin yang tinggi juga akan merusak fungsi
fagosit dari leukosit polimorfonuklear. Kombinasi dari beberapa faktor
diatas menjadi penyebab insidensi ISK dan keparahan ISK pada pasien
diabetes mellitus.
3) Kateter
Sebagian besar ISK terjadi setelah pemasangan kateter atau
instrumentasi urin lainnya. Pada pasien yang terpasang kateter, bakteri
dapat memasuki vesica urinaria melalui 4 tempat : the meatus-cathether
junction, the cathether-drainage tubing junction, the drainage tubing-bag
junction, dan pintu drainase pada kantung urin Pada kateterisasi dengan
waktu singkat, bakteri yang paling banyak ditemukan adalah E. coli.
Bakteri lain yang ditemukan adalah P. aeruginosa, K. pneumonia,
Staphylococcus epidermidis, dan enterococcus. Pada kateterisasi jangka
panjang, bakteri yang banyak ditemukan adalah E. coli, bakteri ini
menempel pada uroepitelium.
4) Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang terlalu banyak dan tidak rasional dapat
menimbulkan resistensi. Hal ini terjadi terutama pada pasien yang
mendapat terapi antibiotik dalam 90 hari sebelumnya. Penggunaan
antibiotik yang tidak rasional mengurangi jumlah bakteri lactobacillus
yang melindungi. Hal ini menimbulkan jumlah pertumbuhan E. coli yang
tinggi di vagina. Pada percobaan kepada kera, pemberian antimikroba β-
lactam meningkatkan kolonisasi E. coli, pemberian trimethoprim dan
nitrofurantoin tidak meningkatkan kolonisasi E. coli..25 E. coli merupakan
penyebab terbanyak ISK. Resistensi E. coli terhadap antibiotik meningkat
dengan cepat, terutama resistensi terhadap fluorokuinolon dan
cephalosporin generasi 3 dan 4.
7) Keganasan hematologi
Pasien dengan keganasan hematologi misalnya leukemia akut dan
neutropenia mempunyai risiko tinggi untuk terkena infeksi. Bakteri yang
menyebabkan infeksi pada pasien neutropenia dan kanker bisa merupakan
bakteri gram negatif (E. coli, P. aeruginosa, Klebsiella) atau bakteri gram
positif (S. Aureus dan Enterococcus). Neutrofil memegang peranan
penting sebagai agen pertahanan tubuh manusia dalam melawan berbagai
bakteri, oleh karena itu penurunan jumlah neutrofil yang ekstrim
menyebabkan peningkatan resistensi bakteri. Kemoterapi dosis tinggi,
neutropenia yang parah dan berkepanjangan, serta profilaksis
fluorokuinolon dan trimethoprim-sulfamethoxazole merupakan pemicu
terjadinya infeksi pada pasien keganasan hematologi oleh bakteri yang
resisten terhadap antibiotik.
8) Pasien hemodialisa
Pasien yang menjalani hemodialisa akan lebih rentan terpapar
MDRO, maka meningkatkan risiko terjadinya ISK oleh MDRO.
Peningkatan kerentanan itu disebabkan oleh dialisat yang terkontaminasi,
transien bakteremia yang disebabkan karena terdapat akses ke pembuluh
darah yang menjadikannya sebagai port d’entree bakteri MDRO, dan
kelebihan Fe. Kateter dialisis melukai lapisan kulit normal sehingga
membentuk jalan masuk bakteri ke pembuluh darah. Keberadaan benda
asing dalam tubuh menimbulkan kekurangan imun lokal dengan jalan
pengaktifan fungsi fagosit dari sel polimorfonuklear. Hal ini akan
menyebabkan “exhausted neutrophils” yang menimbulkan penurunan
aktivitas pembunuhan bakteri secara nyata jika kemudian terinfeksi
bakteri.
2) Glomerulonefritis Kronik
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel –
sel glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut
yang tidak membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis kronik
sering timbul beberapa tahun setelah cidera dan peradangan glomerulus
sub klinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urin) dan proteinuria
( protein dalam urin ) ringan, yang sering menjadi penyebab adalah
diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Hasil akhir dari peradangan adalah
pembentukan jaringan parut dan menurunnya fungsi glomerulus. Pada
pengidap diabetes yang mengalami hipertensi ringan, memiliki prognosis
fungsi ginjal jangka panjang yang kurang baik ( Corwin, Elizabeth, J.
2000).
3) Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut adalah infeksi pada ginjal yang biasanya terjadi
akibat infeksi kandung kemih, dapat terjadi di satu atau ke dua ginjal.
Gejala – gejala umumnya timbul secara cepat dalam beberapa jam atau
hari dan mencakup demam yang sering 103 F atau lebih, menggigil
kedinginan, nyeri pinggang dan disuria ( Corwin, Elizabeth, J. 2000 ).
4) Pielonefritis Kronik
Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat
terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada penderita
batu. Gejala–gejala umum seperti demam, menggigil, nyeri pinggang,
dan disuria. Atau memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis
akut, tetapi juga menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal ( Corwin,
Elizabeth, J. 2000 ).
5) Sistitis
Sistitis adalah infeksi kandung kemih, merupakan tempat tersering
untuk infeksi. Gejala yang timbul yaitu disuria ( nyeri waktu berkemih ).
Peningkatan frekuensi berkemih, perasaan ingin berkemih, adanya sel –
sel darah putih dalam urin, nyeri punggung bawah / suprapubis, demam
yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah ( Corwin,
Elizabeth , J. 2000 ).
6) Gagal ginjal
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ
ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja
sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan
kalium di dalam darah atau produksi urin. Gagal ginjal yang terjadi
secara mendadak adalah gagal ginjal akut. Gagal ginjal yang berkaitan
dengan menurunnya fungsi ginjal secara progresif irreversible disebut
gagal ginjal kronik, biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit atau
kerusakan ginjal (Corwin, Elizabeth, J . 2000).
b. Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat
menyebabkan rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada
perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang
mnyengat dari urin.
c. Uretritis.
Inflamasii atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar
pada saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan
gangguan pada penis.
8. Pemeriksaan Diagnostik
1) Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih.
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB
sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2) Bakteriologis
a. Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis adalah pemeriksaan yang
dilakukan langsung dengan mata tanpa penambahan reagen atau
zat kimia tertentu. Pemeriksaan makroskopis ini meliputi
pemeriksaan volume, warna, kejernihan, bau. Untuk pemeriksaan
derajat keasaman ( pH ) dan berat jenis dilakukan dengan tes
cepat multistick.
a) Volume Urin
Mengukur volume urin bermanfaat untuk ikut
menentukan adanya gangguan faal ginjal , kelainan dalam
kesetimbangan cairan badan dan berguna untuk
menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi
kuantitatif urin. Volume urin dewasa normal daerah
tropis untuk urin 24 jam berkisar antara 750 ml dan 1250
ml. Faktor yang mempengaruhi jumlah urin adalah :
suhu, iklim, jenis dan jumlah makanan, pekerjaan
jasmani, banyaknya keringat yang dikeluarkan, umur dan
luas permukaan badan (Gandasoebrata, 2006 ).
b) Warna Urin
Warna urin yang dikeluarkan tergantung dari
konsentrasi dan sifat bahan yang larut dalam urin. Warna
urin dapat berubah oleh karena : obat – obatan, makanan,
serta penyakit yang diderita. Warna urin normal: Putih
jernih, kuning muda atau kuning. Warna urin
berhubungan dengan derasnya diuresis ( banyak kencing ),
lebih besar diuresis lebih condong putih jernih. Warna
kuning urin normal disebabkan antara lain oleh urocrom
dan urobilin. Pada keadaan dehidrasi atau demam, warna
urin lebih kuning dan pekat dari biasa ginjal normal.
( Gandasoebrata, 2006 )
Adanya infeksi traktus uranius urin akan berwarna putih
seperti susu yang disebabkan oleh bakteri, lemak dan
adanya silinder. Warna urin patologis lain adalah :
Warna kuning coklat ( seperti teh ) penyebabnya
adalah bilirubin.
Warna merah coklat penyebabnya hemoglobinuria
dan porpyrin.
Warna merah dengan kabut coklat penyebabnya
darah dengan pigmen– pigmen darah.
Warna coklat hitam penyebabnya melanin dan
warna hitam disebabkan oleh pengaruh obat -
obatan. (Kee, Joyce LeFever,1997)
c) Kekeruhan
Urin yang baru dikemihkan biasanya jernih.
Kekeruhan yang timbul bila urin didiamkan beberapa jam
disebabkan oleh berkembangnya kuman Kekeruhan
ringan bisa disebabkan oleh nubecula. Pada infeksi traktus
urinarius, urin akan keruh sejak dikemihkan yang
disebabkan lendir, sel – sel epitel dan lekosit lama – lama
mengendap. ( Gandasoebrata, 2006 )
d) Bau Urin
Biasanya spesifik. Normal baunya tidak keras. Bau
khusus pada urin dapat disebabkan oleh makanan
misalnya : jengkol, pete, durian dan yang disebabkan obat
– obatan, misalnya : mentol, terpentin. Pada karsinoma
saluran kemih, urin akan berbau amoniak karena adanya
kuman yang menguraikan ureum dalam urin.
( Gandasoebrata, 2006 )
b. Mikroskopis
Pemeriksaan Mikroskopis Urin:
a) Sebaiknya dipakai urin baru, bila tidak bisa maka
sebaiknya disimpan pada kulkas maksimal 1 jam atau
disimpan dengan diberi pengawet.
b) Sebaiknya digunakan urin pagi karena urin pagi lebih
kental dan bahan – bahan yang terbentuk belum rusak atau
lisis.
c) Botol penampung harus bersih dan dihindari dari
kontaminasi. ( Gandasoebrata, 2006 )
c) Torak , silinder.
Tempat pembentukan silinder adalah tubuli ginjal.
Dan adanya silinder dalam jumlah yang banyak dalam
urin menandakan adanya kelainan pada ginjal
( Gandasoebrata, 2006 ).
d) Sel Epitel
Bentuk sel epitel saluran kemih berbeda – beda dari
bagian atas sampai bawah. Adanya sel epitel berasal dari
traktus urogenetalis bagian atas menunjukkan adanya
pelepasan abnormal dari sel epitel tersebut.
(Gandasoebrata, 2006 )
e) Kristal
Adanya kristal dalam urin kurang bermanfaat untuk
klinik, kecuali apabila ditemukan kristal cystin atau sulfa.
Adapun kristal – kristal dalam urin normal:
Dalam urin asam ; asam urat, natrium urat dan
jarang sekali calsium sulfat. Kristal asam urat
biasanya berwarna kuning.
Dalam urin asam atau yang netral atau yang agak
lindi ; calsium oksalat, dan kadang – kadang asam
hipurat.
Dalam urin lindi atau kadang – kadang dalam
netral ; ammonium – magnesium fosfat
( triplefosfat ) dan jarang – jarang calsium fosfat
Dalam urin lindi ; calsium carbonat dan calsium
fosfat ( Gandasoebrata, 2006).
Bakteri , Spermatozoa , Protozoa, dll. Adanya
infeksi pada traktus urogenitalis akan
menunjukkan adanya bakteriuria. Spermatozoa
tidak menunjukkan gejala klinis.
c. Biakan bakteri
Guna menentukan adanya bakteriuria, artinya infeksi saluran
kemih dengan bakteri, sekarang tersedia beberapa cara diagnosa,
yaitu:
a) Tes sedimentasi mendeteksi secara mikroskopis adanya
kuman dan lekosit di endapan dalam urin.
9. Penatalaksanaan Medik
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
1) Terapi antibiotika dosis tunggal.
2) Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari.
3) Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu.
4) Terapi dosis rendah untuk supresi.
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor
kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah
penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
Pyridium, suatu analgesic urinarius jug dapAt digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi.
Berikut ini adalah deskripsi beberapa agen antimikroba yang umum
digunakan dalam terapi infeksi saluran kemih:
1) Siprofloksasin
Obat golongan kuinolon ini bekerja dengan menghambat DNA
gyrase sehingga sintesa DNA kuman terganggu. Siprofloksasin terutama
aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk Salmonella, Shigella,
Kampilobakter, Neiseria, dan Pseudomonas. Obat ini juga aktif terhadap
kuman Gram positif seperti Str. pneumonia dan Str. faecalis, tapi bukan
merupakan obat pilihan utama untuk Pneumonia streptococcus (Anonim,
2008).
2) Trimetropim-Sulfametoksazol (kotrimoksazol)
Sulfametoksazol dan trimetoprim digunakan dalam bentuk
kombinasi karena sifat sinergisnya. Kombinasi keduanya menghasilkan
inhibisi enzim berurutan pada jalur asam folat (Anonim, 2008).
Mekanisme kerja sulfametoksazol dengan mengganggu sintesa asam folat
bakteri dan pertumbuhan lewat penghambat pembentukan asam
dihidrofolat dari asam para-aminobenzoat. Dan mekanisme kerja
trimetoprim adalah menghambat reduksi asam dihidrofolat menjadi
tetrahidrofolat (Tjay dan Raharja, 2007).
3) Amoksisillin
Amoksisilin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja
dengan cara menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan
untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif,
penisilin akan menghasilkan efek bakterisid (Tjay dan Rahardja, 2007).
Amoksisillin merupakan turunan ampisillin yang hanya berbeda pada
satu gugus hidroksil dan memiliki spektrum antibakteri yang sama. Obat
ini diabsorpsi lebih baik bila diberikan per oral dan menghasilkan kadar
yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan (Anonim, 2008).
4) Seftriakson
Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi
ketiga. Berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman,
berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman
untuk ketangguhan dindingnya (Tjay dan Rahardja, 2007).Seftriakson
memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan sefalosprin yang
lain sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Obat ini diindikasikan
untuk infeksi berat seperti septikemia, pneumonia, dan meningitis
(Anonim, 2008).
5) Gentamisin
Gentamisin merupakan aminoglikosida yang paling banyak
digunakan. Spektrum anti bakterinya luas, tetapi tidak efektif
tehadap kuman anaerob (Anonim, 2008). 6. Ampisilin Ampisilin
adalah antiseptik infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis,
bronkitis kronis, salmonelosis invasif da n gonore (Anonim, 2008).
Ampisilin efektif terhadap beberapa mikroba gram-negatif dan
tahan asam, sehingga dapat diberikan per oral (Istiantoro dan Gan,
2005).
b. Supra infeksi
Keadaan ini merupakan infeksi baru yang disebabkan oleh
mikroba patogen atau jamur pada pengobatan infeksi primernya
dengan antibiotik. Keadaan ini relatif sering dan potensial
berbahaya karena mikroba penyebabnya Enterobakter,
Pseudomonas, Candida, atau jamur lainnya, sulit diinfeksi dengan
anti infeksi yang tersedia sampai kini (Sastramihardja, 1997).
2) Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi yangberhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
b. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan
atau nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan
di rumah.
Intervensi :
a. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas
38,50°C
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam
tubuh
b. Catat karakteristik urine
Rasional :Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
c. Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra
indikasi
Rasional :Untuk mencegah stasis urine
d. Monitor pemeriksaan ulang urine kultuur dan sensivitas untuk
menentukan respon terapi.
Rasional :Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap
keadaan penderita.
e. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara
komlit setiap kali kemih.
Rasional :Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
f. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan
kering.
Rasional :Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri
yang membuat infeksi uretra.
4) Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah,
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a. Nyeri yang menetap atau bertambah.
b. Perubahan warna urine.
c. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit,
perasaan ingin kencing menetes setelah berkemih.