Anda di halaman 1dari 3

Topik 8

1. g. Untuk menyempurnakan palatum, palatum sekunder mendekati bagian posterior palatum


primer, dan menyatu. Ketiga proses ini menyatu/ fusion, membentuk palatum lengkap, palatum
keras dan palatum lunak. Selama 12 minggu perkembangan prenatal. Rongga mulut terpisah
dengan rongga hidung kemudian dilanjutkan dengan perekmbangan septum nasal. Pembentukan
tulang atau ossifikasi mulai terjadi pada anterior palatum keras saat fusion palatal lengkap. Pada
bagian posterior palatum lunak, mesenkim dari brancial arches 1 dan 2 bergerak untuk
membentuk otot palatal. Kanal nasopalatinal yang berpasangan tetap pada bidang median pada
palatum mature di bagian pertemuan palatum primer dan dan palatum sekunder. Kanal tersebut
terdapat pada palatum keras mature di foramen insisivus, pembukaan bilateral kanal insisivus.
Irreguler suture meluas dari foramen insisivus ke tulang alveolar dari maxilla, diantara insivus
lateral dan kaninus pada tiap sisi. Hal tersebut menentukan batas antara penyatuan palatum
primer dan secondary palate. Penyatuan tulang ini sempurna setelah satu tahun postnatal, dan
overlying ephitelium telah menyatu.

h. Selama minggu ke lima perkembangan prenatal, terjadi pembentukan segmen intermaksilari


yaitu hasil dari penyatuan dua prosessus nasal media di dalam embrio. Segmen ini adalah suatu
massa internal berbentuk baji yang meluas ke inferior dan bagian dalam nasal dan septum nasal
yang terletak diantara permukaan prosesus intermaksilaris. Segmen intermaksilaris ini akan
membentuk palatum primer, suatu massa triangular. Selama minggu ke enam pada
perkembangan prenatal, prosessus maksilaris bilateral membentuk dua palatal shelves atau
prosessus lateral palatines. Shelves akan berkembang ke inferior dan ke bagian dalam
stomodeum pada arah vertikal di sepanjang kedua sisi lidah yang sedang berkembang. Palatine
shelves ini berkembang ke arah bawah sejajar dengan permukaan lidah dan menyatu dengan
yang lain dengan palatum primer dan akan membentuk palatum sekunder. Untuk pembentukan
palatum yang lengkap terjadi karena penyatuan dari palatum sekunder dengan bagian posterior
palatum primer. Ke tiga prosessus menyatu secara sempurna, membentuk palatum akhir bagian
lunak dan keras selama minggu ke dua belas perkembangan prenatal.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63777/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
Topik 9
2. Septum membagi kavurn nasi menjadi dua ruang, kanan dan kiri. Septum dibentuk oleh tulang
dan tulang rawan. Bagian tulang yang membentuk septum adalah lamina perpendikularis os
etmoid, os vomer, krista nasalis maksila dan krista nasalis palatum. Bagian tulang rawan adalah
karrilago septum (lamina kuadraangularis) dan kolumela. Septum dilapisi oleh perikondrium
pada bagian
tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi oleh
mukosahidung.
Bagian terbesar dari septum nasi dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid posterior dan
tulang rawan septum anterior; vomer membentuk bagian posterior dari septum nasi, sementara
krura medial dari kartilago alar mayor dan prosesus nasal bawah (krista) maksila membentuk
bagian anterior septum. Lamina perpendikularis os etmoid membentuk sepertiga atas atau lebih
septum nasi; ini berhubungan dengan bagian horizontal os eternoid. Di bagian anterior dan
superior berhubungan dengan os frontal dan os nasal, di posterior berhubungan dengan tonjolan
os sfenoid, di postero-inferior dengan os vomer dan antero-inferior dengan kartilago septum.
Uluran kartilago septum berbanding terbalik dengan ukuran lamina perpendikularis osetmoid .
Vomer terletak di septum nasi bagian posterior dan inferior. Dibagian superior membentuk sendi
os sfenoid dan lamina perpendikularis os etrnoid, dan di bagian inferior dengan krista nasalis os
maksila dan os palatina. Tulang rawan septum bagian posterior mempunyai pinggir yang tipis
dan masuk ke dalam alur dari lamina perpendikularis os etmoid, dan pinggir posterior juga
masuk celah krista nasalis. Periosteum dan perikondrium dari tulang rawan septum dihubungkan
oieh jaringan konektif yang dibentuk oleh ligamentum yang memungkinkan terjadinya gerakan
dari tulang tersebut. Apabila jaringan konektif itu tidak ada atau salah satu sisi alur atau celah
dari krista nasal tidak tumbuh dengan asfenopalatina,a palatina mayor dan alabialis superior.
A.stenopalatina mendarahi bagian posterior septum nasi dan dinding lateral hidung, khusus yana
posterior. A. etmoidalis anterior dan posterior adalah cabang dari oftalmika yang berasal dari a.
karotis intema. A.etmoidalis anterior adalah pembuluh darah kedua terbesar yang mendarahi
hidung bagian dalam, yang mendarahi kedua bagian antero-superior dri septum dan dinding
lateral hidung. Maka dislokasi tulang rawan septum mudah terjadi Septum nasi didarahi oleh
a.etmoidalis anterior dan posterior, vena - vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arteri. Bagian anterior dan superior rongga hidung mendapat persarafan
sensoris dari n. etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n. nasosiliaris yang berasal dari
n.oftalmikus (n. V-1). Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari
n. maksila melalui ganglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatinum, selain memberikan
persarafan sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung.
Ganglion ini menerima serabut sensoris dari n. maksila (n. V-2), serabut parasimpatis dari n
petrosus profundus. Disamping mensarafi hidung, ganglion sfenopalatina mensarafi kelenjar
lakrimalis dan palatum.

Anda mungkin juga menyukai