1. g. Untuk menyempurnakan palatum, palatum sekunder mendekati bagian posterior palatum
primer, dan menyatu. Ketiga proses ini menyatu/ fusion, membentuk palatum lengkap, palatum keras dan palatum lunak. Selama 12 minggu perkembangan prenatal. Rongga mulut terpisah dengan rongga hidung kemudian dilanjutkan dengan perekmbangan septum nasal. Pembentukan tulang atau ossifikasi mulai terjadi pada anterior palatum keras saat fusion palatal lengkap. Pada bagian posterior palatum lunak, mesenkim dari brancial arches 1 dan 2 bergerak untuk membentuk otot palatal. Kanal nasopalatinal yang berpasangan tetap pada bidang median pada palatum mature di bagian pertemuan palatum primer dan dan palatum sekunder. Kanal tersebut terdapat pada palatum keras mature di foramen insisivus, pembukaan bilateral kanal insisivus. Irreguler suture meluas dari foramen insisivus ke tulang alveolar dari maxilla, diantara insivus lateral dan kaninus pada tiap sisi. Hal tersebut menentukan batas antara penyatuan palatum primer dan secondary palate. Penyatuan tulang ini sempurna setelah satu tahun postnatal, dan overlying ephitelium telah menyatu.
h. Selama minggu ke lima perkembangan prenatal, terjadi pembentukan segmen intermaksilari
yaitu hasil dari penyatuan dua prosessus nasal media di dalam embrio. Segmen ini adalah suatu massa internal berbentuk baji yang meluas ke inferior dan bagian dalam nasal dan septum nasal yang terletak diantara permukaan prosesus intermaksilaris. Segmen intermaksilaris ini akan membentuk palatum primer, suatu massa triangular. Selama minggu ke enam pada perkembangan prenatal, prosessus maksilaris bilateral membentuk dua palatal shelves atau prosessus lateral palatines. Shelves akan berkembang ke inferior dan ke bagian dalam stomodeum pada arah vertikal di sepanjang kedua sisi lidah yang sedang berkembang. Palatine shelves ini berkembang ke arah bawah sejajar dengan permukaan lidah dan menyatu dengan yang lain dengan palatum primer dan akan membentuk palatum sekunder. Untuk pembentukan palatum yang lengkap terjadi karena penyatuan dari palatum sekunder dengan bagian posterior palatum primer. Ke tiga prosessus menyatu secara sempurna, membentuk palatum akhir bagian lunak dan keras selama minggu ke dua belas perkembangan prenatal. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63777/Chapter%20II.pdf? sequence=4&isAllowed=y Topik 9 2. Septum membagi kavurn nasi menjadi dua ruang, kanan dan kiri. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang yang membentuk septum adalah lamina perpendikularis os etmoid, os vomer, krista nasalis maksila dan krista nasalis palatum. Bagian tulang rawan adalah karrilago septum (lamina kuadraangularis) dan kolumela. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi oleh mukosahidung. Bagian terbesar dari septum nasi dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid posterior dan tulang rawan septum anterior; vomer membentuk bagian posterior dari septum nasi, sementara krura medial dari kartilago alar mayor dan prosesus nasal bawah (krista) maksila membentuk bagian anterior septum. Lamina perpendikularis os etmoid membentuk sepertiga atas atau lebih septum nasi; ini berhubungan dengan bagian horizontal os eternoid. Di bagian anterior dan superior berhubungan dengan os frontal dan os nasal, di posterior berhubungan dengan tonjolan os sfenoid, di postero-inferior dengan os vomer dan antero-inferior dengan kartilago septum. Uluran kartilago septum berbanding terbalik dengan ukuran lamina perpendikularis osetmoid . Vomer terletak di septum nasi bagian posterior dan inferior. Dibagian superior membentuk sendi os sfenoid dan lamina perpendikularis os etrnoid, dan di bagian inferior dengan krista nasalis os maksila dan os palatina. Tulang rawan septum bagian posterior mempunyai pinggir yang tipis dan masuk ke dalam alur dari lamina perpendikularis os etmoid, dan pinggir posterior juga masuk celah krista nasalis. Periosteum dan perikondrium dari tulang rawan septum dihubungkan oieh jaringan konektif yang dibentuk oleh ligamentum yang memungkinkan terjadinya gerakan dari tulang tersebut. Apabila jaringan konektif itu tidak ada atau salah satu sisi alur atau celah dari krista nasal tidak tumbuh dengan asfenopalatina,a palatina mayor dan alabialis superior. A.stenopalatina mendarahi bagian posterior septum nasi dan dinding lateral hidung, khusus yana posterior. A. etmoidalis anterior dan posterior adalah cabang dari oftalmika yang berasal dari a. karotis intema. A.etmoidalis anterior adalah pembuluh darah kedua terbesar yang mendarahi hidung bagian dalam, yang mendarahi kedua bagian antero-superior dri septum dan dinding lateral hidung. Maka dislokasi tulang rawan septum mudah terjadi Septum nasi didarahi oleh a.etmoidalis anterior dan posterior, vena - vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arteri. Bagian anterior dan superior rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n. nasosiliaris yang berasal dari n.oftalmikus (n. V-1). Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n. maksila melalui ganglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatinum, selain memberikan persarafan sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut sensoris dari n. maksila (n. V-2), serabut parasimpatis dari n petrosus profundus. Disamping mensarafi hidung, ganglion sfenopalatina mensarafi kelenjar lakrimalis dan palatum.