Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh :

YUNITA ELLY FARIDA


NIM. 1810113

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020/2021
1. THT ( TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN)
a. Anatomi fisiologi THT (singkat, jelas, padat)

ANATOMI TELINGA
Telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani. Telinga luar
atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari
tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S,
dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang
telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat = Kelenjar serumen) dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.

Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
Batas luar : Membran timpani
Batas depan : Tuba eustachius
Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )
Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal,kanalisfasialis,tingkaplonjong(ovalwindow),tingkap
bundar (round window) dan promontorium.

Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

FISIOLOGI TELINGA
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran
(area 39-40) di lobus temporalis.

ANATOMI HIDUNG
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari
biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap lingkungan yang
tidak menguntungkan. Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol
pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga
bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah
kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang
mudah digerakkan.
Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari apeks
disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal hidung dan menyatu
dengan dahi. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu diposterior bagian
tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela
dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung. Disini bagian bibir atas membentuk cekungan
dangkal memanjang dari atas kebawah yang disebut filtrum. Sebelah menyebelah kolumela
adalah nares anterior atau nostril(Lubang hidung)kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi
oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan
lubang hidung. Bahagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum
disebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh
septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk
kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior
(koana)yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.

FISIOLOGI HIDUNG
Hidung berfungsi sebagai indra penghirup , menyiapkan udara inhalasi agar dapat
digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius
berlapis semu yang berwarna kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-sel syaraf yaitu sel
penunjang, sel basal dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara
inspirasi akan melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan. Partikel yang besarnya 5-6
mikrometer atau lebih, 85 % -90% disaring didalam hidung dengan bantuan TMS. Fungsi
hidung terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu (1)Sebagai jalan nafas, (2) Alat pengatur
kondisi udara, (3) Penyaring udara, (4) Sebagai indra penghidu, (5) Untuk resonansi suara, (6)
Turut membantuproses bicara,(7) Reflek nasal.

ANATOMI TENGGOROKAN
Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra, terdiri dari
faring dan laring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah epiglottis, ini menutup jika ada
makanan dan minuman yang lewat dan menuju esophagus.
Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut terletak di
depan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah. Bibir dan pipi
terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris yang dipersarafi oleh nervus fasialis.
Vermilion berwarna merah karena ditutupi lapisan sel skuamosa. Ruangan diantara mukosa pipi
bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris.
Palatum dibentuk oleh dua bagian: premaksila yang berisi gigi seri dan berasal
prosesusnasalis media, dan palatum posterior baik palatum durum dan palatum mole, dibentuk
olehgabungan dari prosesus palatum, oleh karena itu, celah palatum terdapat garis tengah
belakang tetapi dapat terjadi kearah maksila depan.
Lidah dibentuk dari beberapa tonjolan epitel didasar mulut. Lidah bagian depan
terutamaberasal dari daerah brankial pertama dan dipersarafi oleh nervus lingualis dengan
cabang kordatimpani dari saraf fasialis yang mempersarafi cita rasa dan sekresi kelenjar
submandibula. Saraf glosofaringeus mempersarafi rasa dari sepertiga lidah bagian belakang.
Otot lidah berasal dari miotom posbrankial yang bermigrasi sepanjang duktus tiroglosus ke
leher. Kelenjar liur tumbuh sebagai kantong dari epitel mulut yang terletak dekat sebelah depan
saraf-saraf penting. Duktus sub mandibularis dilalui oleh saraf lingualis. Saraf fasialis melekat
pada kelenjar parotis.
Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut. Faring adalah suatu
kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit
dibagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus
setinggivertebra servikalis ke enam. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui
koana,ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan
dengan laring dibawah berhubungan melalui aditus laring dan kebawah berhubungan dengan
esophagus.Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih empat belas
centimeter; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring
dibentuk oleh selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia
bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring, dan laringofaring (hipofaring).

FISIOLOGI TENGGOROKAN
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan untuk
artikulasi.
Proses menelan
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan dari mulut ke faring
secara volunter. Tahap kedua, transport makanan melalui faring dan tahap ketiga, jalannya
bolus melalui esofagus, keduanya secara involunter. Langkah yang sebenarnya adalah:
pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum
mole mendorong bolus ke orofaring. Otot supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan
laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi.
Gerakan yang kuat dari lidah bagian belakang akan mendorong makanan kebawah melalui
orofaring, gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus
dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan
otot krikofaringeus berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan
melalui esofagus dan masuk ke lambung.

Proses Berbicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan faring.
Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring.
Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m.salpingofaring dan
m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring
superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole
ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh
tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam
mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama
m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua
gerakan ini bekerja tidak pada waktu bersamaan.
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi, tetapi ada
pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat bersamaan
dengan gerakan palatum.

WOC FARINGITIS
Sumber referensi : id.scribd

WOC TONSILITIS
Sumber referensi : id.scribd

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


JUDUL SPO PERAWATAN POST TONSILEKTOMI

Pengertian Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan
intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca
anastesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah sesudah pasien dioperasi
agar keadaan pasien pulih kembali seperti semula.
Persiapan alat 1. APD
2. Sphygmomanometer air raksa
3. Stetoskop
4. Arloji
5. Nasal kanula
6. Buku catatan
7. Bronkodilator
1. Posisikan pasien trendelenburg
Persiapan pasien
1. Menutup sketsel atau sampiran
Persiapan lingkungan
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien
dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anastesi regional
Langkah-langkah posisi semi fowler.
(sesuai fase/tahap) 2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
8. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
9. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk
kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada
unit dimana pasien akan dipindahkan.
10. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
11. Menyiapkan dan menerima pasien tersebut
1. Perhatikan respon pasien
Evaluasi

Gambar

Referensi Standar Prosedur Operasional Untuk Rumah Sakit (2015)


Note : Standar minimal SPO, Anda dapat menambahkan poin lainnya bila perlu
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

JUDUL SPO IRIGASI TELINGA


Pengertian Irigasi telinga adalah tindakan yang bertujuan untuk membersihkan
atau mengeluarkan kotoran telinga atau benda asing yang ada di
dalam telinga dengan cara membilas saluran telinga luar dengan air
yang steril.
Tujuan Untuk mengeluarkan kotoran telinga

Indikasi 1. Ekstraksi benda asing telinga


Kontraindikasi 1. Perforasi membran timpani
Persiapan alat 1. Zeil dan alas
2. 2 buah bengkok
3. Bak instrumen berisi cotton bud(kapas lidi)dan kapas steril
4. Kom
5. Pinset telinga kalau perlu
6. Semprit telinga
7. Cairan yang diperlukan (Peryhidrol 13%, Larutan Permanganat
Kaliens 1:4000, Larutan Bicarbonas Natriens 3%, air hangat 38° C
500-1000 cc)

Persiapan pasien 1. Perawat memberitahu tujuan dan cara prosedur yang akan
dilaksanakan dengan melakukan komunikasi selama pelaksanaan.
2. Menyiapkan lingkungan pasien.
3. Memasang skerem di sekeliling tempat tidur pasien.
4. Mengatur posisi pasien, minta pasien duduk dengan kepala
miring, telinga yang akan diobati menghadap ke atas.

Persiapan lingkungan
1. Menutup sketsel atau sampiran

1. Mencuci tangan
Langkah-langkah 2. Memasang zeil dan alasnya
(sesuai fase/tahap) 3. Memberi 1 bengkok pada pasien, pasien diminta untuk memegang
dan tadahkan di bawah telinga yang akan diirigasi.
4. Menuangkan cairan dalam kom
5. Kotoran telinga dibersihkan dahulu dengan cotton bud sampai
bersih, kapas kotor diletakkan dalam bengkok.
6. Cairan dihisap dengan spuit, keluarkan udara yang ada di
dalamnya.
7. Pada orang dewasa, telinga ditarik ke atas dan ke belakang (pada
anak kecil telinga ditarik ke bawah dan belakang)
8. Dengan tangan lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas
dari liang telinga.
9. Mengeringkan telinga dengan lidi kapas hingga bersih.
JUDUL SPO IRIGASI TELINGA
10. Memasukkan kapas biasa untuk menampung cairan/kotoran yang
mungkin masih keluar.
11. Membereskan alat.
12. Mencuci tangan.
Evaluasi
1. Perhatikan respon pasien

Gambar

Referensi BLOGPERAWAT.NET(2018)SPO IRIGASI TELINGA


Note : Standar minimal SPO, Anda dapat menambahkan poin lainnya bila perlu......................

Anda mungkin juga menyukai