Anda di halaman 1dari 7

Nama: Kenhael Arkaan Husein

PUSAT KAJIAN HUMANIORA-FAKULTAS FILSAFAT


UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN NPM : 6051901153
Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141
Kelas : DB

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2019–2020


BAHASA INDONESIA (MKU180130)

Hari /tanggal : Selasa, 24 Maret 2020


Waktu : 8.00 – 10.00 (120 menit)

Dosen Koordinator : Mardohar Batu Bornok Simanjuntak, S.S., M.Si.


Dosen Kelas 1. Joko Pranowo, Drs., M.Pd.
2. Kristining Seva, S.S., M.Pd.
3. Asnita Sirait, S.Pd., M.Hum.
4. Thomas Thomson Radesman Lingga, S.S., S.Sas., M.Hum.
5. Kurniasih, M.Hum.
6. Topik Mulyana, S.S., M.Hum.
7. Budi Setiandari, S.Pd., M.Hum.
8. Tri Joko Her Riadi, S.S., M.A.

1. Isilah kolom Nama, NPM, dan Kelas pada sudut kanan atas lembar soal ini.
2. Periksalah kelengkapan soal ujian yang Anda terima!
3. Jawablah seluruh soal di lembar soal ini! Jangan mengosongkan jawaban!
4. Soal yang tidak dijawab/dikosongkan dianggap salah.
5. Tulisan Anda harus jelas dan dapat dibaca. Jika tulisan tidak terbaca, maka jawaban
Anda dianggap salah.
6. Tulislah jawaban Anda dengan menggunakan bolpoin! Tidak boleh menggunakan
pensil.

I. MENGIDENTIFIKASI KALIMAT KUNCI (KK), KALIMAT PENDUKUNG (KP), KALIMAT


CONTOH (KC) PARAGRAF (BOBOT 30)

(1) Menumpuknya sampah plastik di lautan, sudah lama menjadi keprihatinan


internasional. (2) Saat ini, di Samudra Pasifik, Atlantik dan Hindia telah terbentuk
massa plastik dalam volume dan luasan yang sangat besar. (3) Massa sampah
plastik ini 80% berasal dari daratan dan 20% dari kegiatan yang berlangsung di
laut. (4) Terkumpulnya sampah plastik yang berasal dari daratan berasal dari
aktifitas di sepanjang pantai atau pun muara sungai yang kemudian terbawa melalui
arus air. (5) Salah satu timbunan sampah plastik laut yang terkenal adalah the Great
Pasific Garbage Patch (GPGP) yang terletak antara Kepulauan Hawai dan Kalifornia
di Amerika Serikat, yang terus membesar hingga berukuran 1,6 juta km 2 atau
hampir seluas daratan Indonesia. (6) Hal yang lebih memprihatikan dari sampah-
sampah plastik ini adalah lebih dari setengah sampah plastik tersebut mempunyai
massa yang lebih ringan dari air laut sehingga akan terapung dan terbawa arus laut
dan tidak mungkin keluar dari kawasan tersebut sampai mereka mengalami
degradasi menjadi serpihan yang berukuran kecil, yang dinamakan mikroplastik.
(7) Setelah menjadi mikroplastik, maka sampah plastik akan lebih sulit untuk
dibersihkan.

(Sumber: Perang Terhadap Sampah Plastik oleh Robertus Wahyudi Triweko;


dengan beberapa penyesuaian)

(8) Teknologi informasi mendorong lahirnya beragam media sosial digital. (9)
Sebagai contoh, Facebook lahir dan menjadi sosok artifisial yang memungkinkan
penggunanya terhubung dengan teman lama atau baru tanpa harus bertemu secara
langsung. (10) Selain itu YouTube memberikan kesempatan kepada banyak
penggunanya untuk aktif mengunggah konten mulai dari hal yang berbobot ringan
sampai pembicaraan mengenai lubang hitam. (11) Ragam media ini bahkan menjadi
ladang pekerjaan baru bagi para penggunanya karena memberikan keuntungan
secara finansial. (12) Ada lagi Instagram yang memungkinkan penggunanya berbagi
cerita melalui foto yang diunggahnya, dan juga seringkali menjadi media promosi.
(13) Situs jejaring sosial kini bukan lagi sebatas mengirim pesan singkat, tetapi juga
data, foto, informasi, bahkan sering dijadikan bahan rujukan oleh masyarakat. (14)
Namun tidak jarang juga media-media ini menimbulkan dampak negatif seperti
menyebarkan berita palsu yang sering kali sengaja dilakukan dengan tujuan
menciptakan keresahan. (15) Media digital pada akhirnya memberikan ruang bagi
siapapun untuk menentukan apa yang harus dipercayai, dipraktikan, bahkan
diterima sebagai ideologi baru.

Kalimat Kategori Kalimat (KK/KP/KC)

1 KK

2 KP

3 KC

4 KP

5 KC

6 KP

7 KP

8 KP

9 KC

10 KC

11 KP

12 KC

13 KP

14 KP

15 KK
II. MEMBUAT PARAGRAF (BOBOT 70)

MENYEMAI TOLERANSI DI KEMAH LINTAS IMAN

Pada awalnya rasa penasaranlah yang mendorong Asifa Khoirunnisa (22) mengikuti
kemah pemuda lintasiman(youth interfaith camp atau YIC) tiga tahun lalu.
Menghabiskan tiga hari bersama 30-an anak muda lain, dia mengaku memperoleh
perspektif baru dalam memandang keberagaman.

Lahir di Cigadung, Kota Bandung, Sifa tumbuh dalam keluarga besar dengan latar
belakang pesantren yang kuat. Pendidikan dasar dan menengah dia tuntaskan di
madrasah. Hingga remaja, Sifa meninggali dunia yang relatif seragam. Kenginannya
berkuliah di Jurusan Perbandingan Agama, sekarang Studi Agama-agama,di
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung, membuat semua
orang kaget.

“Orangtua bertanya-tanya untuk apa saya kuliah di jurusan seperti itu. Mereka
khawatir nantinya tidak akan ada pekerjaan yang cocok bagi saya. Butuh perjuangan
untuk meyakinkan mereka dan alhamdulilah saya berhasil,” kata Sifa ketika ditemui
di Bandung akhir Oktober 2019 lalu.

Di kampus di kawasan Cibiru inilah, karena ajakan teman, Sifa berkenalan dengan
kegiatan-kegiatan lintas iman yang tidak biasa. Dia bergabung dalamsekelompok
anak muda yang mengunjungi gereja. Lain waktu, dia datang ke vihara. Bagi Sifa,
semua itu merupakan pengalaman pertama kali seumur hidup.

Puncaknya, pada pertengahan 2016, Sifamengikuti kemah pemuda lintas iman yang
diselenggarakan Jakatarub (Jaringan Kerja Sama Antar Umat Beragama) di
Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Itulah pengalaman tiga hari yang, dalam istilah
Sifa, membukakan mata.

“Kemah itu memberikan saya perspektif baru dalam memandang keberagaman.


Dengan berdialog langsung dengan teman-teman beda agama, bahkan ada yang
tidak beragama, saya bisa sedikit demi sedikit memahami mereka. Bukan lagi
prasangka yang didahulukan,” ujar Sifa.

Pulang dari kemah, Sifa dan beberapa temannya mendirikan Salim (Sahabat Lintas
iman). Sebagian besar anggotanya merupakan mahasiswa di kampus UIN SGD dan
para anak muda lain yang tinggal di kawasan timur Bandung. Beragam kegiatan
yang pernah dilakukan Salim di antaranya kunjungan ke gereja dan pondok
pesantren. Ada juga acara bedah buku dan pasar murah.

Salim juga tercatat pernah mengadakan kunjungan dan diskusi dengan para
pemeluk Ahmadiyah di kawasan Cikutra, Kota Bandung. Ahmadiyah merupakan
salah satu kelompok minoritas yang rentan menjadi korban persekusi. Awal 2019
ini, misalnya, puluhan orang membubarkan acara mereka. Pemerintah Provinsi
Jawa Barat pada 2011 bahkan mengeluarkan Peraturan Gubernur yang melarang
aktivitas penyebaran ajaran.

“Dengan mendengarkan langsung kisah mereka, kami memiliki pemahaman yang


cukup untuk bersikap adil. Saya meyakini dialog merupakan kunci toleransi,” kata
Sifa.

Peneguh Perjuangan

Bagi Rifqi Taofiq Sidqi (29), kemah pemuda lintasiman adalah sebuah peneguhan. Ia
merupakan pengurus PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) di Universitas
Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya ketika bergabung dengan puluhan anak muda lain di
Lembang selama tiga hari pada 2012. Sepulang dari kemah, ia membulatkan tekad
menjadi seorang aktivis keberagaman.

Bersama empat teman alumni kemah, Rifqi menginisiasi pembentukan Kompasiman


(Komponen Lintas iman) di Tasikmalaya. Kegiatan mereka bukan saja mengunjungi
tempat ibadah dan berdiskusi, tetapi secara konsisten memberikan pendampingan
dan advokasi bagi minoritas korban tindak intoleransi.

Tercatat ada banyak kasus intoleran di Tasikmalaya dalam beberapa tahun terakhir,
seperti penyegelan dan penutupan rumah ibadah Jemaah Kristen dan Ahmadiyah
serta penerbitan perda diskriminatif terhadap perempuan. Usulan pendirian UKM
(Unit Kegiatan Mahasiswa) Kristen di salah satu perguruan tinggi sampai saat ini
juga belum kesampaian. Kompasiman sendiri pada 2016 menelan pil pahit ketika
sekelompok orang membubarkan diskusi tentang keberagaman.

“Bergabung dengan Jakatarub dan mengikuti kemah pemuda lintas iman bukan saja
memperkaya perspektif, tapi juga memperluas jejaring. Untuk kepentingan advokasi
di Tasikmalaya, yang jauh dari Bandung dan Jakarta, jejaring yang luas penting
sekali,” kata Rifki.

Kasus intoleransi di Tasikmalaya merupakan cerminan persoalan yang dihadapi


Jawa Barat. Dalam berbagai riset dan survei tentang intoleransi, provinsi terpadat di
Indonesia ini selalu ada di atas. Setara Institute melaporkan 29 peristiwa
pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan di Jawa Barat, tertinggi di
Indonesia, sepanjang 2017. Tahun sebelumnya, jumlah pelanggaran mencapai 41
kasus.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), sepanjang 2016, mencatat 21
pengaduan terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan di Jabar. Jumlah ini
merupakan yang terbanyak dibandingkan provinsi-provinsi lain di Indonesia.
Beberapa kasus yang menjadi sorotan ketika itu adalah permasalahan GKI Yasmin di
Bogor, penyegelan beberapa gereja di Cianjur, penghambatan izin gereja di
Bandung, serta persoalan eks-Gafatar dan Ahmadiyah.

Di tingkat nasional, kondisinya tak jauh berbeda. Riset oleh Wahid Foundation
menemukan 278 tindakan kekerasan atas nama agama pada 2018, naik
dibandingkan dengan tahun 2017 yang berjumlah 265 tindakan. Negara menjadi
aktor terbanyak dalam melakukan pelanggaran. Jumlahnya mencapai 138 kasus,
naik signifikan dari tahun sebelumnya sebanyak 95 kasus.

Komunitas-Komunitas Baru

Kekhawatiran terhadap menguatnya intoleransi inilah yang mempersatukan para


pegiat dari berbagai latas belakang agama dan kepercayaan di Bandung untuk
membuat wadah bersama, dinamai Jakatarub, pada 2002. Rapat pembahasannya
dilakukan di kompleks vihara, masjid, dan gereja. Kemah pemuda lintas iman (YIC),
salaha satu kegiatan unggulan Jakatarub bekerja sama dengan Gereja Kristen
Indonesia (GKI), pertama kali diselenggarakan pada 2005. Total sudah 12 kali
kemah literasi digelar dengan melibatkan ratusan remaja dan pemuda.

Koordinator Presidum Jakatarub Wawan Gunawan menyatakan, kemah pemuda


lintas iman sejak awal menyasar remaja dan anak muda di bangku SMA dan kuliah.
Acara tiga hari ini, yang berisi banyak kegiatan luar ruangan, melibatkan sebanyak
mungkin agama dan keyakinan yang ada di Jawa barat, termasuk Ahmadiyah dan
Syiah. Konsep utamanya adalah mempertemukan mereka secara langsung agar
terjadi dialog untuk saling mengenal dan saling memahami.
Materi kemah, menurut Wawan, terus diperbarui. Dalam 3-4 tahun terakhir, anak-
anak muda peserta kemah dibekali dengan beberapa keterampilan praktis, seperti
pembuatan film pendek, advokasi, serta literasi media. Keterampilan-keterampilan
ini menjadi bekal tambahan dalam aksi mempromosikan toleransi.

“Kami ingin agar kemah pemuda lintas iman tidak berhenti menjadi kegiatan tiga
hari. Justru ujian dimulai setelah kemah selesai dan mereka kembali ke lingkungan
masing-masing,” tutur Wawan yang menjabat Ketua Umum Jakatarub periode 2008-
2017.

Salim di Bandung dan Kompasiman di Tasikmalaya merupakan dua komunitas hasil


kemah pemuda lintas iman yang aktif berkegiatan hingga hari ini. Ada sedikitnya
enam komunitas lain di tujuh kabupaten/kota di Jawa Barat, yakni Gradasi (Gerakan
Pemuda Inklusi) di Cimahi, Koin (Komunitas Interfaith) di Jatinangor, Pelita
(Pemuda Lintas Agama) di Cirebon, KPL (Komunitas Pemuda Lintas Agama) di
Indramayu, Fopulis (Forum Pemuda Lintas Iman) di Sukabumi, dan Tabib
(Toleransi Anak Muda Bhineka Tunggal Ika Bogor) di Bogor.

“Tidak semua komunitas seaktif Salim dan Kompasiman. Itulah salah satu tantangan
yang kami hadapi akibat keterbatasan sumber daya. (Komunitas) Yang di daerah-
daerah menjadi sulit dirawat,” ucap Wawan.

Inisiatif Bermunculan

Jakatarub bukan satu-satunya komunitas atau lembaga swadaya yang


menyelenggarakan kemah lintas iman. Banyak inisiatif, dengan nama khasnya
masing-masing, bermunculan. Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC)
Indonesia, misalnya, secara rutin juga menghelat kemah lintas iman. Tahun ini,
mereka mengundang para remaja dan anak muda di tujuh kota. Surabaya menjadi
kota pertama penyelenggaraan kemah pada Oktober 2019.

“Yang penting itu bukan materi (kemah) tapi dialog. Di situ mereka (peserta)
menemukan bahwa prasangka soal Kristen dan Islam ternyata tidak selalu (benar)
begitu, Tidak semua (prasangka) yang mereka pikirkan sama,” ujar Faiz Miftahul
Huda, Ketua YIPC Jawa Timur.

Mengomunikasikan prasangka menjadi titik mula kemah lintas iman YIPC. Dialog
tidak ditujukan untuk menghadirkan konsensus soal doktrin agama. Dalam sesi
scriptural reading,misalnya, alih-alih menyediakan ruang debat soal kebenaran
agama, para peserta diajak untuk mengenal warta kebaikan yang hadir dalam ayat-
ayat Injil dan Al-Quran. Mereka bergantian membaca dan menyimak lantunan kitab
suci.

Makin meluasnya inisiatif menggelar kemah lintas iman terbukti dengan kegiatan
yang dilakukan oleh Sahabat Sophie di Megamendung, Kabupaten Bogor, pada
pertengahan September 2019 lalu. Acara tiga hari ini merupakan kali pertama
komunitas bentukan Kongregasi Hati Kudus Yesus, salah satu ordo biarawati
Katolik.

“Saya selama ini selalu mengambil jarak dengan pemeluk Kristen, tapi di sini
mereka menyambut kami yang muslim dengan sangat hangat,” kata Oktavia
Rahmawati (20), mahasiswi asal Kota Bandung yang mengaku memiliki gambaran
buruk atas agama lain akibat paparan cerita sinetron di televisi.

Direktur Eksekutif Wahid Foundation Mujtaba Hamdi meyakini kemah lintas iman
dapat menjadi salah satu inisiatif baik yang berkontribusi dalam upaya menangkal
menjamurnya praktik intoleransi. Syaratnya, kegiatan yang lahir dari komunitas ini
dikerjakan secara sungguh-sungguh. Rangkaian kegiatannya harus sampai pada aksi
nyata membangun sikap kritis masyarakat terhadap isu keberagaman.

“Kalau hanya berhenti di seremoni dan panggung depan saja, sementara panggung
belakangnya tidak dibenahi, (kemah lintas iman) tidak akan berdampak panjang,”
ujar Mujtaba.

Sumber: https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-01323065/menyemai-
toleransi-di-kemah-lintas-iman

Kemukakan OPINI PRIBADI Anda tentang isu atau topik yang diangkat dalam artikel
di atas dalam dua paragraf: SATU PARAGRAF DEDUKTIF dan SATU PARAGRAF
INDUKTIF. Tambahkan pengalaman konkret atau pengalaman pribadi. Panjang
paragraf minimal TUJUH KALIMAT, dan paling sedikit paragraf tersebut harus
memuat LIMA KALIMAT MAJEMUK. JIKA ANDA DICURIGAI MELAKUKAN PLAGIASI,
NILAI UTS ANDA AKAN DINOLKAN!

JAWABAN:

Di Indonesia, perilaku intoleransi banyak terjadi padahal Indonesia adalah


negara yang memiliki banyak keberagaman. Menurut saya, dasar dari sebuah
perilaku intoleransi adalah karena adanya rasa enggan atau mungkin takut untuk
mengenal perbedaan. Padahal, apabila kita mencoba untuk lebih terbuka, mungkin
dari perbedaan tersebut dapat menimbulkan solidaritas antar manusia yang
mengesampingkan perbedaan tersebut. Berdasarkan dari pengalaman pribadi yang
6 tahun bersekolah di lingkungan yang sangat beragam dan hingga sekarang kuliah
di lingkungan yang memiliki keberagaman suku, ras dan agama pula, rasa
solidaritas tidak muncul hanya sekedar dari persamaan agama, suku dan ras saja
melainkan dari menjalin silaturahmi yang baik dengan orang orang yang memiliki
perbedaan dengan kita. Karena, perbedaan suku, ras dan agama bukanlah suatu
penghambat untuk kita menjalin tali silaturahmi. Dari silaturahmi yang baik maka
akan tercipta rasa solidaritas antar manusia yang memiliki keberagaman maka akan
dijauhkan dari perilaku Intoleransi. Seperti Asifa dan Taofik yang menghadiri
perkumpulan di lembang tersebut yang merupakan wujud dari silaturahmi antar
manusia yang memiliki keberagaman. Asifa dan Taofiq beserta yan lainnya
kemudian menyadari dari pertemuan tersebut memahami kunci toleransi dan dari
perbedaan tersebut dapat membangun jaringan yang luas apabila saling toleransi.

Baik yang Asifa, Rifki Taofiq dan yang lainnya lakukan adalah hal yang bagus
untuk terjadinya saling toleransi. Mereka sadar perilaku intoleransi kedepannya
akan sangat berbahaya jika dilakukan terus menerus. Berkembangnya sikap
toleransi di kalangan pemuda dapat menimbulkan efek jangka panjang untuk
kedepannya. Lahirnya komunitas komunitas yang berisikan perbedaan agama
merupakan suatu inovasi yang bagus untuk berkembangnya sikap toleransi.
Komunitas – komunitas tersebut seperti yakni Gradasi (Gerakan Pemuda Inklusi) di
Cimahi, Koin (Komunitas Interfaith) di Jatinangor, Pelita (Pemuda Lintas Agama) di
Cirebon, KPL (Komunitas Pemuda Lintas Agama) di Indramayu, Fopulis (Forum
Pemuda Lintas Iman) di Sukabumi, dan Tabib (Toleransi Anak Muda Bhineka
Tunggal Ika Bogor) di Bogor dan masih banyak lagi. Komunitas – komunitas
tersebut terlahir karena adanya sikap prihatin terhadap perilaku intoleransi. Semua
hal tersebut dapat terjadi karena diawali dari kemah pemuda lintas iman (YIC)
tersebut.______________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________
_____

_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai