315190048 /
Sebagian pasangan suami istri (pasutri) merekam video hubungan intim mereka baik dalam
proses pemanasan maupun dalam intinya. Ada yang beralasan itu dalam rangka
membangkitkan semangat dan syahwat. Ada yang hanya ‘iseng’dan adapula yang mengatakan
itu untuk keperluan dokumentasi. Sebagian orang berdalih bahwa ada orang yang dianggap
berilmu yang membolehkan dengan syarat-syarat tertentu.
= Masalah ini kini sedang ramai menjadi pembicaraan kaum Muslim, dan bala’ dari perbuatan
tersebut telah menimpa mereka, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Karena itu, wajib
dijelaskan hukumnya menurut syariah Islam.
Islam telah menetapkan bahwa hubungan badan hanya boleh dilakukan antara seorang laki-laki
dengan isteri dan budaknya (lihat QS al-Muminun [24]: 5-7). Selain itu, syara’ juga telah
menetapkan batas-batas aurat yang harus dijaga kecuali di antara mereka. Bagi suami-istri,
masing-masing diperbolehkan melihat seluruh bagian tubuh pasangannya. Bahz ibn Hakîm telah
meriwayatkan dari bapaknya dari kakeknya, kakeknya berkata:
َ َ ِ كإال َّ من زوجت ْ
َمينُك ْ َ ملَك
ِ َت ي َ ما
َ ْ ك أو ْ حف
َ ْ َ ْ ِ ِ َ َ َظ ع َوْ َرت َ ما نَذ َُر قَا
ْ ل« ا َ َمنْهَا و َ ل اللَّهِ ع َوْ َراتُنَا
ِ ما نَأتِى َ سو ُ ْ قُل
ُ ت يَا َر
»
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah SAW, manakah bagian
aurat kami yang harus kami tutupi dan mana yang boleh kami biarkan?” lalu Rasulullah SAW
bersabda kepadaku, “Jagalah auratmu, kecuali dari istrimu atau hamba sahaya
perempuanmu.” (HR Abu Dawud).
Mesikupun demikian, Islam mengharamkan menceritakan aurat pasangannya dan perihal
hubungan badan itu kepada orang lain. Dalam Hadits riwayat Muslim, Nabi saw bersabda:
َ ل يفْضي إلَى ا َ « إن م
»س َّرهَا َّ ُ ضي إِلَيْهِ ث
ِ م يَنْشُ ُر ِ ْم َرأتِهِ وَتُف
ْ ِ ِ ُ َ ج ُ الر َ م الْقِيَا
َّ ِمة ً َ منْزِل
َ ْة يَو َ ِعنْد َ اللَّه ِ َّ ن أشَ ِّر الن
ِ اس ْ ِ َّ ِ
Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada Hari Kiamat ialah
seseorang yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian suami
menyebarkan rahasia istrinya (HR Muslim dari Abi Said al-Khudri).[1]
Keharaman menceritakan tersebut termasuk keharaman suami yang mempunyai dua istri atau
lebih, yakni hubungan badan suami-istri dengan istri satu disampaikan kepada istri yang lain.
“Tahukah apa permisalan seperti itu?” Kemudian beliau berkata, “Sesungguhnya permisalan
hal tersebut adalah seperti setan wanita yang bertemu dengan setan laki-laki di sebuah gang,
kemudian setan laki-laki tersebut menunaikan hajatnya (bersetubuh) dengan setan perempuan,
sementara orang-orang melihat kepadanya.” (HR Abu Dawud).[2]
Adapun merekam adegan hubungan badan seperti itu untuk keperluan sendiri, termasuk
perbuatan sia-sia dan tidak ada gunanya, yang sebaiknya ditinggalkan:
“Tanda dari baiknya keIslaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat
baginya.” (Hr Ibn Majah)[1]
Lebih dari itu, jika hasil rekaman tersebut lalu disimpan, maka dapat menjadi wasilah yang
mengantarkan kepada perbuatan haram. Sebab, siapa yang dapat menjamin rekaman itu tidak
jatuh kepada orang lain? Dalam hal ini, dapat diterapkan kaidah syara’:
ة
ٌ م
َ ح َّر
َ م َ ْ ة إِلَىال
ُ ِ ح َرام ُ َ سيْل
ِ َاَلْو
َ ُ ُّ ُ « ك
َ ْ ح وَقَد
ُ ست َ َره َ ِ صب
ْ ُم يَّ ُ مال ً ث
َ َ لعِ ْ ل بِاللَّيُ ج ُ الر َّ ل َ م َ ْن يَع
ْ جاهَ َرةِ أ ُ ْ ن ال
َ م َ مِ ن َّ ِ ين وَإ
َ ِجاهِر ُ ْ معَافًى إِال َّ ال
َ م ُ متِي َّ ل أ
ُ ْ ست ْ َر اللَّهِ عَن
»ه ِ ف ُ ش ِ ْ ح يَكُ ِ صبْ ُ ه وَيُ ُّ ست ُ ُره ُ َرب َ َ ة كَذ َا وَكَذ َا وَقَد ْ ب
ْ َ اتي َ ح َ ِت الْبَار
ُ ْ مل
ِ َن ع َ ه ع َلَيْهِ فَيَقُو
ُ َ ل يَا فُال ُ َّ الل
B. Apakah boleh mengatakan bahwa orang-orang syi’ah sebagai anak-anak hasil zina atau
anak-anak hasil nikah mut’ah ?, apakah dibolehkan mengatakan bahwa wanita syi’ah sebagai
wanita pezina? Berikan jawaban anda secara analisis dengan merujuk kepada dalil Aqli dan dalil
Naqli
= Dalil aqli dan naqli ini adalah argument yang bisa menguatkan keyakinan manusia mengenai
Allah SWT. Dalil tersebut asalnya bisa langsung dari logika manusia atau pun dari kitab suci Al-
Qur’an.
Pembahasan
Dalil AQLI merupakan dalil yang berasal dari akal pikiran manusia. Akal pikiran tersebut yang
menuntun manusia dalam memahami keberadaan Allah SWT.
Dalil NAQLI merupakan dalil yang berasal dari kitab suci Al-Qur’an dan juga Al-Hadist. Dalil naqli
ini disebut juga dengan nash atau dalil syar’i.
Dalil naqli dan dalil aqli ini saling melengkapi. Namun harus digaris bawahi bahwa nalil naqli
harus senantiasa didahulukan dari dalil aqli
Mengatakan secara Aqli dan Naqli anak yang menikah mutaah tidak dan anak/permpuas syiah
tidak dapat dikatakan sebagai orang kafir karna tetap boleh berhaji dan juga dalam hadist tidak
ada hokum seperti itu