Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SISTEM PENGHANTARAN OBAT

MUKOADHESIF

Disusun Oleh

Kelompok 4 :

Arif Lukman Hakim (1701094)

Istihazah Putri (1701108)

Nurul Susianti (1701120)

Wina Yustisia (1701134)

Yani Novitasari (1601060)

S1-6C

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Gressy Novita, M. Farm., Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Mukoadhesif“. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari mata kuliah
Sistem Penghantaran Obat. Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari
dukungan serta bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan – masukan
kepada penulis, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Gressy
Novita, M. Farm., Apt, selaku dosen mata kuliah Sistem Penghantaran Obat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan atas pembuatan makalah ini.


Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
mencapai kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.

Pekanbaru, 01 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................5

1.3 Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

2.1 Defenisi...........................................................................................................................6

2.2 Stuktur dan Kandungan Mukosa.....................................................................................7

2.3 Sediaan Mukoadhesif …………………………………………………………………..9

2.4 Interaksi Mukoadesif ……………………………………………………………….....10

2.5 Perkembangan Mukoadesif …………………………………………………………...11

2.6 Mekanisme Mukoadesif ………………………………………………………….........12

2.7 Polimer Mukoadesif …………………………………………………………………..17

2.8 Target Formulasi Mukoadesif ………………………………………………………...19

BAB III.....................................................................................................................................23

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………...........................23

Daftar pustaka..........................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat yang tersedia di pasarang saat ini untuk terapi menjadi pilihan yang untuk
mengatasi berbagai penyakit. Akan tetapi, tidak jarang frekuensi pemberian obat yang terlalu
sering dinilai kurang menguntungkan karena terkait efek samping yang dihasilkan. Sebagai
alternative, dapat dilakukan formulasi obat konvensional dalam bentuk sediaan lepas lambat.
Bentuk sediaan oral lepas terkendali atau lepas lambat telah dikembangkan selama tiga decade
terakhir karena dapat memberikan keuntungan terapi yang cukup seperti memberikan
kemudahan administrasi (mengurangi biaya pengobatan) karena jumlah tablet yang diberikan
tidak banyak, meningkatkan kepatuhan pasien dan fleksibilitas dalam formulasi.

Mukoadhesif adalah sistem penghantaran obat yang memanfaatkan sifat-sifat musin


dalam mukosa saluran cerna. Sistem penghantaran ini digunakan untuk
memformulasikansediaan lepas terkendali dengan tujuan memperpanjang waktu tinggal obat
tersebut di saluran cerna dan mengatur kecepatan serta jumlah obat yang dilepas. Ada
beberapa definisi mukoadhesif yaitu :

1. keadaan dimana dua material yang salah satunya bersifat biologi bersatu untuk
periode waktu yang cukup lama karena adanya gaya antarmuka
2. kemampuan suatu bahan baik sistemik maupun biologi untuk  periode waktu yang
lain
3. terikatnya suatu sistem pembawa obat pada lokasi biologi spesifik permukaan biologi
dapat berupa jaringan epitel atau mukus yang melapisi  permukaan jaringan
4. antaraksi antara permukaan musin dengan polimer sintesis atau alami
Secara umum mukoadhesif merupakan bentuk sediaan bioadhesif yang membentuk
ikatan dengan membran mukosa sehingga bertahan pada membran tersebut dalam satu
periode waktu yang diperlama. Dalam formulasi digunakan satu ataulebih hidrokoloid
pembentuk gel dalam kadar tinggi ( 20-75 % b/b ) seperti hidroksipropil metil selulosa yang
mempunyai kekuatan mukoadhesif sebesar 125, dan carbopol sebesar 185. Kombinasi
keduanya diharapkan akan memberikan kekuatan mukoadhesif sangat baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa defenisi dari mukoadesif ?


2. Mengapa diperlukan bentuk sediaan mukoadesif ?
3. Bagaimana mekanisme kerja mukoadesif ?
4. Bagaimana perkembangan mukoadesif ?
5. Apa saja contoh bentuk sediaan mukoadesif ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui defenisi mukoadesif


2. Mengetahui tujuan diperlukannya bentuk sediaan mukoadesif
3. Mengetahui mekanisme kerja mukoadesif
4. Mengetahui perkembangan mukoadesif
5. Mengetahui contoh-contoh bentuk sediaan mukoadesif

BAB II

ISI

2.1 Defenisi
Mukoadhesif berasal dari kata mukosa dan adhesi. Mukosa merupakan membran pada
tubuh yang bersifat semipermeable dan mengandung musin, sedangkan adhesi adalah gaya
tarik-menarik antar molekul yang tidak sejenis atau keadaan dimana 2 permukaan yang
diadakan bersama oleh gaya antarmuka, yang dapat terdiri dari gaya-gaya valensi, aksi atau
keduanya saling terkait. Jadi mukoadhesif adalah sistem yang dirancang untuk melekat pada
lapisan mukosa, dimana terjadi interaksi antara polimer alam atau sintetik dengan substrat
biologi yaitu permukaan mukus. Sistem mukoadhesif terbentuk melalui interaksi antara
polimer hidrofilik dengan bahan dalam formulasi suatu obat, dimana polimer tersebut dapat
melekat pada permukaan biologis dalam waktu yang lama. Sistem penghantaran ini
digunakan untuk memformulasikan sediaan lepas terkendali dengan tujuan memperpanjang
waktu tinggal obat dan waktu kontak obat di tempat aplikasi atau absorpsinya sehingga
dapat meningkatkan bioavailabilitas obat.

Mukoadhesif adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus
yang menutupi permukaan epitell permukaan dan molekul musin yang merupakan
konstituen utama dari mucus. Sistem penghantaran obat secara mukoadesif adalah sistem
penghantaran obat dengan menggunakan bahan polimer yang memiliki sifat mukoadesif
setelah terjadinya proses hidrasi yaitu mengikat lebih lama pada cairan mukosa, sehingga
dapat digunakan untuk menghantarkan obat pada target sitenya dalam waktu yang lebih
lama. Rute pemberian obat dengan sistem penghantaran secara mukoadesif adalah oral,
bukal, vaginal, nasal dan ocular. Dalam pembuatan sediaan obat mukoadesif perlu
diperhatikan penggunaan polimer. Polimer-polimer yang dapat digunakan dalam sediaan
obat mukoadesif dibagi dalam dua golongan yaitu polimer hidrofilik dan hidrogel. Yang
termasuk dalam polimer hidrofilik adalah polimer yang mengandung grup karboksilik
contohnya Poli Vinil Pirolidon (PVP), Metil Cellulosa (MC), Sodium Carboxy Metil
Cellulosa (SCMC), dan derivate selulosa lainnya. Yang termasuk dalam hidrogel adalah
polimer yang mampu dikembangkan ketika menyerap air yang artinya ketika berada pada
jaringan terjadi gaya adhesi. Contoh polimer golongan ini adalah Carbopol, Polyacrylates,
Chitosan, dan lain-lain.

Salah satu cara untuk mendapatkan sistem penghantar obat dengan pelepasan
obatdimodifikasi di saluran pencernaan adalah dengan membuat sediaan bioadhesif.
Bioadhesi adalah suatu senyawa yang mampu berinteraksi dengan bahan biologis dan saling
terikat selama periode waktu yang lama. Apabila adhesive terikat pada mucus disebut
mukoadhesi. Leung dan robinson mendefinisikan mukoadhesi sebagai interaksi antara
permukaan musin dengan polimer sintesis atau alam. Kekuatan bioadhesi sutu polimer atau
seri polimer ditentukan oleh asal polimer, media lingkungan dan variable fisiologi. Faktor
polimer mencakup bobot molekul,konsentrasi polimer aktif, fleksibilitas rantai polimer dan
konformasi ruang. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan bioadhesi meliputi
pH, waktu kontak awal, seleksi model permukaan substrat dan pengembangan. Adapula
variable fisiologis mencangkup pertukaran mucus dan tingkat penyakit.

Bioadhesi adalah suatu fenomena antarmuka, dimana terjadi gaya tarik menarik
antara molekul permukaan substrat biologis dan polimer alami atau sintetis, yang
memungkinkan polimer untuk melekat pada permukaan biologis untuk jangka waktu yang
lama.Dalam ilmu farmasi, ketika lampiran perekat adalah untuk mukus/lendir atau selaput
lendir, maka fenomena ini disebut sebagai mukoadhesif.

2.2 Stuktur dan Kandungan Mukosa

A. Kandungan mukosa

Membran mucus manusia relative permeable dan dapat dilewati oleh obat. Mucus
merupakan sekresi jernih dan kental yang merekat membentuk lapisan tipis gel kontinu
menutupi dan beradhesi pada epitel mukosa. Mucus disekresi oleh sel goblet sepanjang
epitel atau kelenjar eksokrin dengan acini sel mucus. Mukus merupakan secret jernih dan
kental serta melekat, membentuk lapisan tipis, berbentuk gel kontinyu yang menutupi
permukaan epitel mukosa. Mukus disintesis oleh sel goblet. tebal mukus bervariasi antara 50
– 450 μm. di dalam mukus terdapat musin yang mengandung glikoprotein dengan berat
molekul yang memungkinkan untuk polimer dapat menempel dan mengalami penetrasi.
Mukus biasanya terdiri dari 95% air ; 0,5-1% protein bebas. Namun, komposisi ini dapat
berbeda pada setiap individu walau hanya dengan perbedaan konsentrasi yang kecil.
Komponen utama mukus yang bertanggung jawab pada viskositas serta adhesi dan
kohesinya adalah glikoprotein, suatu protein berbobot molekul tinggi yang memiliki unit
jenis monosakarida, yaitu L-fruktosa, D-galaktosa, N-asetil-D-glukosamin, N-asetil-D-
galaktosamin dan asam sialat. Dengan adanya gugus-gugus tersebut membuat musin dapat
berikatan dengan gugus fungsi yang ada pada polimer.

Pada hakekatnya semua tempat mukus dapat digunakan untuk pemberian dan
absorpsi obat , seperti mukus di saluran cerna, nasal, ocular, vaginal, rectal, oral dan
periodontal. Oleh kareana itu sediaan oral dapat dibuat dalam bentuk mukoadhesif. Konsep
bioadhesi sejak tahun 1980 telah digunakan untuk sistem penghantaran obat. Sistem ini
dibuat dengan memasukkan bahan yang memiliki sifat adhesi ke dalam formula sediaan,
sehingga dapat tinggal di tempat yang dekat dengan jaringan tempat terjadinya absorpsi
obat, pelepasan obat dekat dengan tempat kerja , untuk meningkatkan bioavailabilitasnya
dan meningkatkan aksi local atau efek sistemik.

Potensi yang digunakan pada pembawa (carrier) sediaan mukoadhesif terletak pada
kemampuan berkontak secara intensif dengan barrier epitel sehingga memperpanjang waktu
tinggalnya di tempat terjadinya absorpsi, efektifitas obat pada penggunaan mukoadhesif oral
dapat dicapai dengan baik melalui peningkatan lama waktu tinggal obat di saluran cerna.

Walaupun demikian ada beberapa masalah yang membatasi penggunaan sistem


pemberian ini. Permasalahannya adalah absorpsi obat di saluran cerna dipengaruhi oleh
factor. Fisiologis lambung dan usus, faktor sifat fisikokimia lingkungan usus kecil serta luas
permukaan lokasi terjadinya absorpsi.

Masalah fisiologis yang dihadapi pada sistem penghantaran mukoadhesif di lambung


adalah :

1. Mobilitas lambung yang kuat pada fase III, akan menjadi satu gaya yang dapat
melepaskan adhesive.
2. Kecepatan penggantian musim merupakan hal yang penting, baik pada keadan
lambung kosong maupun penuh. Adhesive akan merekat pada mukus selama mukus
ada dan jika mukus lepas dari membrane , polimer tidak mungkin nempel jika tempat
terikatnya tertutup.
3. Ph lambung normal 1,5-3 tidak sesuai untuk bioadhesi.

2.3 Sediaan Mukoadesif

Mukoadesif adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan
mucus yang menutupi permukaan epitel dan molekul musin yang merupakan konstituen
utama dari mucus. Bentuk sediaan mukoadesif berpotensi untuk melokalisasi obat pada
daerah tertentu sehingga memperbaiki dan meningkatkan bioavaibilitas obat tersebut. Selain
itu, bentuk sediaan ini memunculkan interaksi yang kuat antara polimer dan lapisan mucus
jaringan untuk membantu meningkatkan waktu kontak. Adapun beberapa keuntungan yang
didapat dari bentuk sediaan mukoadesif ini adalah :

a. Memperpanjang waktu tinggal sediaan dilokasi penyerapan sehingga meningkatkan


bioavaibilitas
b. Aksesbilitas baik
c. Penyerapan obat cepat dikarenakan suplai darah besar dan laju aliran darah baik
d. Peningkatan kepatuhan pasien

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesif :

a. Konsentrasi polimer, semakin tinggi konsentrasi polimer yang digunakan maka gaya
adhesi akan semakin kuat.
b. Konformasi polimer, konformasi polimer seperti bentuk heliks dapat meyembunyikan
gugus aktif polimer sehingga akan menurunkan kekuatan adhesi.
c. Bobot molekul polimer, pada polimer linear semakin besar bobot molekulnya maka
kemampuan mukoadhesif akan semakin tinggi pula, sedangkan interpenetrasi
molekul polimer lebih banyak terjadi dengan berat molekul polimer yang rendah.
Berat molekul optimal untuk mukoadesif maksimum tergantung pada jenis polimer.
Berat molekul polimer hingga 100.000 akan memiliki kekuatan bioadesif yang tinggi.
Bila melampaui tingkat ini, tidak ada keuntungan lebih lanjut.
d. Fleksibilitas rantai polimer, penting untuk interpenetrasi dan pengikatan rantai
polimer dengan rantai musin. Jika penetrasi rantai polimer ke mukosa berkurang,
maka akan menurunkan kekuatan mukoadhesif.
e. Derajat dehidrasi, jika berlebihan akan mengurangi kemampuan mukoadhesif karena
pembentukan mucilage yang licin.
f. pH, dapat mempengaruhi muatan pada permukaan mukosa dan polimer sehingga
akan mempengaruhi adhesi. pH bioadesif terhadap substrat antarmuka dapat
mempengaruhi adesi bioadesif yang memiliki gugus terionisasi. Bioadesif banyak
digunakan dalam pemberian obat yang memiliki banyak anion asam karboksilat. Jika
pH lokal berada di atas pK polimer, maka sebagian besar polimer akan terionisasi,
jika pH di bawah pK polimer, maka sebagian besar tidak terionisasi. Perkiraan pKa
untuk polimer poli (asam akrilat) adalah antara 4 dan 5. Kekuatan perekat maksimum
dari polimer pada pH sekitar 4-5 dan menurun secara bertahap di atas pH 6.
g. Waktu kontak awal antara system mukoadhesif dan lapisan mukosa, semakin tinggi
waktu kontak awal maka kemampuan mukoadhesif juga akan meningkat.
h. Variasi fisiologis, seperti ketebalan mukus dan pergantian musin dapat
mempengaruhi mukoadhesi. Tingkat turn over lendir dapat dipengaruhi oleh kondisi
penyakit dan juga oleh perangkat bioadesif. Selain itu, sifat permukaan dapat sangat
bervariasi tergantung pada lokasi tubuh dan keberadaan penyakit lokal atau sistemik.

2.4 Interaksi mukoadesif

Interaksi mukosa / mukoadhesif terjadi karena ada ikatan kimia. Agar terjadi peristiwa
adhesi, molekul harus memiliki ikatan antar muka. Ikatan tersebut dapat terjadi dengan
beberapa cara :
1. Ikatan ionic, merupakan ikatan antara dua ion yang saling tarik menarik satu sama
lain melalui interaksi elektrostatik untuk dapat membentuk ikatan yang kuat
misalnya ikatan ionic dalam garam (NaCl).
2. Ikatan kovalen, merupakan ikatan yang memiliki pasangan electron yang
digunakan secara bersamaan antar atom dsn membentuk ikatan yang kuat.
3. Ikatan hydrogen, merupakan ikatan pada atom hydrogen yang terikat kovalen
dengan atom elektronegatif seperti oksigen, flour atau nitrogen yang memiliki
pasangan electron bebas. Ikatan yang terbentuk umumnya lebih lemah daripada
ikatan ionic dan kovalen.
4. Ikatan Van Der Waals, merupakan ikatan yang terbentuk lemah dan terjadi
interaksi dipol-dipol dan dipol-dipol teinduksi.
5. Ikatan hidrofobik, lebih tepat disebut sebagai efek hidrofobik yang merupakan
ikatan langsung yang terjadi ketika senyawa yang bersifat non polar dilarutkan
dalam air. Molekul air yang berdekatan dengan senyawa non polar membentuk
struktur ikatan hydrogen yang menurunkan sistem entropi.

2.5 Perkembangan Mukoadesif

Formulasi sistem penghantaran obat mukoadhesif mulai diperkenalkan pada tahun 1947
ketika gom tragacanth dan serbuk adhesif dental yang mengandung penisilin untuk aplikasi
kedokteran gigi. Tahun 1950, Orahesif dan Orabase sebagai mukoadhseif untuk jaringan oral.
Awal tahun 1980-an, dilakukan penelitian dan pengembangan sediaan mukoadhesif secara
terarah dan sistematis.

Sistem penghantaran obat mukoadhesif ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan


sediaan bukal, sublingual, vaginal, rektal, nasal, okular, serta gastrointestinal. Prinsip
penghantaran obat dengan sistem mukoadesif adalah memperpanjang waktu tinggal obat pada
organ tubuh yang mempunyai lapisan mukosa. Sistem mukoadhesif akan dapat meningkatkan
kontak yang lebih baik antara sediaan dengan jaringan terjadinya absorpsi sehingga dapat
memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat diberbagai bidang,
khususnya farmasi telah menghasilkan perubahan yang signifikan dalam teknologi sediaan
farmasi, khususnya obat-obatan. Berbagai bentuk dan sistem penghantaran obat telah banyak
dikembangkan untuk menggantikan bentuk dan sistem penghantaran obat yang konvensional.
Sistem penghantaran obat dikatakan ideal jika dapat diberikan dengan satu kali pemberian
untuk seluruh periode pengobatan, menghasilkan kadar obat dalam darah yang relatif konstan
selama periode waktu tertentu untuk mendapatkan efek obat yang optimal dan menghantarkan
obat langsung ke sasaran. Sistem penghantaran obat dengan pelepasan yang dimodifikasi
(modified release drug delivery system) merupakan sistem penghantaran obat yang mendekati
ideal. Namun, obat yang diberikan secara oral, memiliki keterbatasan dalam hal lamanya obat
(residence time) berada dalam saluran pencernaan, khususnya pada daerah-daerah terjadinya
absorbsi. Sistem penghantaran obat mukoadhesif yang menghasilkan bentuk sediaan
berinteraksi lebih lama dengan mukosa yang terdapat dalam lambung dan usus, merupakan
salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan waktu tinggal obat
dalam lambung. Dengan sistem ini, obat akan ditahan untuk waktu yang lebih lama dalam
saluran pencernaan, sehingga diharapkan proses absorpsinya menjadi lebih optimal. Selain itu
dengan adanya lokalisasi obat pada suatu daerah absorbsi, akan menyebabkan proses absorbsi
obat menjadi lebih efektif. Selain waktu tinggal obat dalam saluran pencernaan, sifat kelarutan
dan permeabilitas obat juga merupakan factor yang mempengaruhi proses absorbsi.

2.6 Mekanisme Mukoadesif

Prinsip dari mukoadhesif adalah obat dapat disatukan dengan suatu polimer yang akan
tertahan di membran mukosa, kemudian obat dapat berpindah masuk ke jaringan. Dapat
mengurangi frekuensi pemberian hanya dengan dosis kecil dan menurunkan kecepatan
eliminasinya serta dapat menghindari first past metabolisme tidak seperti oral. Bioadhesi
merupakan fenomena yang tergantung pada sifat bioadhesive. Tahap pertama melibatkan
kontak yang rapat antara bioadhesif dan membran, baik dari permukaan bioadhesif yang
memiliki pembasahan bagus, maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua,
setelah diadakan kontak, penetrasi bioadheshif ke dalam
celah-celah permukaan jaringan atau antarrantai dari bioadhesive dengan mukus yang
terjadi. Pada tingkat molekuler, mukoadhesi dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul.
Interaksi antara dua molekul terdiri dari daya tarik dan daya tolak.

Mekanisme Mukoadhesif :

1. Tahap Kontak

Tahap ini melibatkan kontak langsung yang terjadi antara mukoadhesif dan membran
mukus. Melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif dan membran, baik dari
permukaan bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus, maupun dari pengembangan
bioadhesif. Dengan mengembang dan menyebarnya sediaan maka akan terjadi kontak
yang lebih kuat terhadap lapisan mucus.

2. Tahap Konsolidasi

Pada tahap ini setelah diadakan kontak, penetrasi bioadhesif ke dalam celah-celah
permukaan jaringan atau antar rantai dari bioadhesif dengan mukus terjadi. Interaksi tersebut
terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari gaya Van der Waals,
daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik. Interaksi daya tolak terjadi
karena tolakan elektrostatik dan tolakan sterik. Untuk terjadi mukoadhesif, interaksi daya
tarik harus lebih besar daripada tolak-menolak non-spesifik. Dimana polimer mukoadesif
diaktifkan dengan adanya kelembaban yang dapat melenturkan sistem sehingga
memudahkan molekul terbebas dan dapat berikatan secara Van der Waals dan ikatan
hydrogen.
Teori mukoadhesi :

Ada 7 teori tentang mukoadhesi, yaitu:

1. Teori elektronik
Teori Elektronik didasarkan pada pemikiran bahwa bahan mukoadhesif dan biologis
memiliki muatan listrik yang berlawanan. Dengan demikian, ketika kedua bahan
berhubungan, maka akan terjadi transfer elektron untuk membentuk lapisan elektronik ganda
pada antarmuka. Kekuatan tarikan dalam lapisan elektronik ganda ini menentukan kekuatan
mukoadhesif. Teori elektronik mengatakan bahwa bahan mukoadesif dan mucus mempunyai
struktur elektronik yang berlawanan. Ketika terjadi kontak antara keduanya maka akan
terjadi perpindahan elektrom yang menyebabkan terbentuknya lapisan ganda dari elektronik
bermuatan pada antarmuka keduanya.

2. Teori Adsorpsi
Menurut teori adsorpsi, perangkat mukoadhesif melekat pada mukus dengan interaksi
kimia sekunder, seperti ikatan Van der Waals, hidrogen, atau interaksi hidrofobik.

3. Teori pembasahan (Wetting)


Teori pembasahan berlaku untuk sistem cair yang memiliki afinitas terhadap permukaan
untuk penyebarannya. Afinitas ini dapat ditentukan dengan menggunakan teknik
pengukuran sudut kontak. Aturan umum menyatakan bahwa semakin rendah sudut kontak
maka semakin besar afinitas. Sudut kontak harus sama atau mendekati nol untuk
memberikan spreadability yang memadai.

Gambar: Pengaruh sudut kontak antara bentuk sediaan dan membran mukosa

4. Teori difusi
Teori difusi menggambarkan interpenetrasi rantai polimer dan musin dengan kedalaman
yang cukup untuk menciptakan ikatan perekat semi-permanen. Laju penetrasi tergantung
pada koefisien difusi, fleksibilitas, sifat rantai mukoadhesif, dan waktu kontak. Kekuatan
adesi polimer tercapai bila kedalaman penetrasi kurang lebih setara dengan ukuran rantai
polimer. Agar difusi terjadi, adalah penting bahwa komponen bioadesi dan mukus
memiliki struktur kimia yang mirip. Semakin besar kesamaan struktur, ikatan mukoadhesif
akan lebih baik.
5. Teori Dehidrasi

Pada teori dehidrasi, bahan yang bersifat gel pada saat berada di lingkungan cair, ketika
kontak dengan mukus akan menyebabkan dehidrasi dari mukus karena adanya perbedaan
tekanan osmotik. Perbedaan gradien konsentrasi antara cairan dengan formulasi akan terjadi
hingga tercapai keseimbangan osmotik. Proses tersebut meningkatkan waktu kontak
formulasi dengan membran mukus.

6. Teori fraktur

Teori ini paling banyak digunakan dalam studi pada pengukuran mekanik mukoadesi.
Teori ini menganalisis gaya yang dibutuhkan untuk memisahkan dua permukaan setelah
adesi terjadi. Teori ini terfokus pada kekuatan yang diperlukan untuk memisahkan suatu
bagian, tidak mempertimbangkan penetrasi atau difusi dari rantai polimer.

Gambar: progres pecahnya ikatan pada berbagai tempat: fraktur dalam lapisan yang
sudah terhidrasi dari sediaan mukoadesif (A); fraktur pada antarmuka antara sediaan dan
lapisan mukus (B); fraktur dalam lapisan mukus (C)

7. Teori mekanik
Teori mekanik menganggap adesi terjadi karena pengisian oleh bahan mukoadesif cair
yang tidak teratur pada permukaan yang kasar. Kekasaran permukaan biologis dapat
meningkatkan luas antarmuka yang tersedia untuk terjadinya interaksi antara sediaan dan
lapisan biologis.

2.7 Polimer Mukoadesif


Polimer memainkan peranan yang penting dalam sistem mukoadhesif untuk
memperpanjang waktu tinggal obat di tempat yang diingikan. Polimer untuk sistem
mukoadhesif yang paling banyak diteliti adalah makromolekul hidrofilik, baik berupa
polimer alami atau polimer sintetis dan semi sintetis , yang memiliki banyak gugus ikatan
hydrogen seperti gugus hidroksil ,karboksil, dan gugus amin. Beberapa contoh polimer
mukoadhesif antara lain :

a) Polimer kationik, misalnya kitosan


b) Polimer anionic, misalnya carbopol, poli (asam metakrilat ), dan natrium alginate.
c) Polimer non-ionik, misalnya hidroksipropil metilselulosa (HPMC), hidroksietil selulosa, dan
metil selulosa

Polimer yang dapat melekat pada lapisan mukosa dapat dibedakan menjadi tiga kategori,
yaitu:

a) Polimer menjadi lengket saat kontak dengan air


b) Polimer yang melekat melalui ikatan nonspesifik dan nonkovalen
c) Polimer yang berikatan dengan reseptor yang spesiifik pada permukaan sel.

Suatu polimer yang ideal untuk sistem penyampaian obat bioadesif harus memiliki
karakteristik sebagai berikut :
• Polimer dan produk degradasi harus non toksik dan nonabsorbable.
• Nonirritant.
• Membentuk ikatan nonkovalen yang kuat dengan lendir atau permukaan sel epitel.
• Harus melekat dengan cepat pada jaringan lembab dan memiliki beberapa kekhususan
tempat.
• Harus memungkinkan penggabungan obat dengan mudah dan tidak menghalangi
pelepasan.
• Polimer harus tidak terurai pada penyimpanan atau selama masa simpan bentuk sediaan.
• Biaya polimer harus tidak tinggi sehingga bentuk sediaan yang dibuat tetap kompetitif.

Akhir-akhir ini juga telah dikembangkan polimer-polimer mukoadhesif baru, seperti lectin
dan tiomer. Lektin adalah glikoprotein yang dapat mengenali molekul gula secara spesifik.
Lektin dapat berikatan secara non-kovalen pada membran sel sehingga adhesi yang terjadi
disebut sitoadhesi. Lektin yang paling umum ditemukan adalah lektin yang diisolasi dari
Abrus precatroius, Agaricus bisporus, Anguilla Anguilla.

Klasifikasi polimer mukoadesif :

2.8 Target Formulasi Mukoadesif


1. Ocular Delivery
Zat aktif dengan cepat dihilangkan dari rongga mata dengan adanya pembentukan air
mata dan refleks berkedip yang terus-menerus. Ini mengakibatkan bioavailabilitas zat aktif
dapat ditingkatkan dengan memasukkan atau menempelkan ke mata sehingga waktu tinggal
obat meningkat.
Contoh : Pilogel®

2. Nasal Cavity

Rongga hidung juga merupakan tempat yang potensial untuk pengembangan formulasi
MDDS. Lapisan mukosa hidung memiliki luas permukaan sekitar 150 – 200 cm2. Waktu
tinggal partikel pada mukosa hidung bervariasi antara 15 dan 30 menit.

Contoh : Rhinocort®, Nasacort®, Beconase®

3. Buccal Cavity
Rongga bukal memiliki luas permukaan yang sangat terbatas sekitar 50 cm2 tetapi
akses mudah ke lokasi membuatnya disukai untuk menyampaikan bahan aktif. Mukosa
buccal mengacu pada bagian dalam pipi dan bibir. Penghantaran obat melalui rongga buccal
menghindari first pass metabolisme dan pemberiannya mudah. Polimer bioadhesif dapat
menahan sediaan sehingga berada pada lokasi absorpsi.

Contoh : Buccastem®

Gambar : aksi dari tablet bukal

4. Vagina dan Rectum

MDDS mengurangi migrasi dari sistem penghantaran sehingga dapat meningkatkan


efikasi terapetiknya. Vagina dan dubur juga telah dieksplorasi untuk penyampaian zat aktif
baik sistemik dan lokal. Zat aktif yg dimaksudkan untuk penyampaian sistemik oleh rute
pemberian ini tidak mengalami first pass metabolism di hati.

Contoh : Crinone®, Anacal®


5. Gastrointestinal Delivery

Sistem pencernaan adalah tempat potensial untuk pengembangan formula


Mucoadhesif. Lapisan mukus pada sistem pencernaan memiliki ketebelan 40-50 μm.
Polimer mucoadhesif mengatur waktu transit pada sistem penghantaran. Berbagai macam
polimer mucoadhesif : chitosan, poly acrylic acid, poly methacrylic acid, sodium
carboxymethyl cellulose.

Keuntungan dari sistem penghantaran obat mukoadesif :

a. Memperlama waktu tinggal sediaan pada tempat absorpsi


b. Dengan meningkatnya waktu tinggal dapat meningkatkan absorpsi dan efikasi terapetik
dari obat.
c. Absorpsi cepat karena supply darah besar dan kecepatan aliran darah baik.
d. Meningkatkan bioavailabilitas karena tidak adanya first pass metabolisme
e. Obat dilindungi dari degradasi pada lingkungan asam pada saluran pencernaan.
f. Meningkatkan kepatuhan pasien karena pemberian obat

Sediaan Mukoadhesif Komersial :


Tipe formulasi mukoadesif :

1. Formulasi mukoadesif solid


a. Tablet
b. Tablet hisap
2. Formulasi mukoadesif semi-solid :
a. Gel
3. Formulasi mukoadesif cair/liquid :
a. Ciran kental
b. Gel yang membentuk cairan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mukoadhesif adalah sistem yang dirancang untuk melekat pada lapisan mukosa,
dimana terjadi interaksi antara polimer alam atau sintetik dengan substrat biologi yaitu
permukaan mukus. Sistem mukoadhesif terbentuk melalui interaksi antara polimer
hidrofilik dengan bahan dalam formulasi suatu obat, dimana polimer tersebut dapat
melekat pada permukaan biologis dalam waktu yang lama. Sistem penghantaran ini
digunakan untuk memformulasikan sediaan lepas terkendali dengan tujuan
memperpanjang waktu tinggal obat dan waktu kontak obat di tempat aplikasi atau
absorpsinya sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas obat. Bentuk sediaan
mukoadesif berpotensi untuk melokalisasi obat pada daerah tertentu sehingga
memperbaiki dan meningkatkan bioavaibilitas obat tersebut. Selain itu, bentuk sediaan ini
memunculkan interaksi yang kuat antara polimer dan lapisan mucus jaringan untuk
membantu meningkatkan waktu kontak.
DAFTAR PUSTAKA

Bahaudin, I.A.A., Mamora, Y.E., Setiawan, P.I., dan Permatasari, I.Y., 2012, Polimer
Mukoadhesif Eksipien Sediaan Farmasi, Makalah, Fakultas Farmasi, Universitas
Indonesia
Gurny R and Junginger HE, editor. 1990. Bioadhesion- Possibilities and Future Trends.
Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft : Stuttgart.P.13-4
Morales, J.O., dan Mc. Conville, J.T., 2011. Manufacture and Characterization of
Mucoadhesive Buccal Films, European Journal of Pharmaceutics and
Biopharmaceutics, 77:187-199.
Mortazavi, S.A. 2011. Investigation of Various Parameters Influencing the Duration of
Some Polymer Containing Disc. International Journal of Pharmaceutics.409.p.128-136
Singh, Sameer., Kalpana Prajapati., A.K Pathak., A.Mishra . 2011. Formulation and
Evaluation of Floating Tablet of Catopril. International Journal of Pharmtech
Research 3.p.333-341
Smart, J.D. 2005. The Basis and Underlying Mechanism of Mucoadhesion. Adv. Drug
Delivery Rev 57.p.1553-55
Zate, S.U., et al. 2010. Gastro Retentive Bioadhesive Drug Delivery System : a Review.
Internatinal Journal of PharmTech Research 2(2).p. 1227-1235

Anda mungkin juga menyukai