Anda di halaman 1dari 29

TITRASI REDOKS DAN TITRASI IODAMETRI

KIMIA FARMASI KUANTITATIF


KELOMPOK IV :
SYARIFAH LINDRA CITRA (1601054)
TASKIA YULIA PUTRI (1601055)
TENGKU ZATA HULWANI (1601056)
ULFA TARI (1601057)
WENI AFRIYANI (1601059)
YANI NOVITA SARI (1601060)
YOLA MARINA DWIPUTRI (1601061)
S1-IVB

DOSEN PENGAMPU : MUSTIKA FURI,M.Si.,Apt


TITRASI REDOKS
Titrasi redoks  titrasi berdasarkan reaksi reduksi-oksidasi
antara zat yang dianalisa dan titran
Reaksi Oksidasi Reduksi  elektron tidak dibagi, tetapi
dipindahkan dari satu reaktan ke lainnya
Oksidasi  kehilangan elektron
Reduksi  mendapat elektron
Oksidator molekul yang menerima elektron dari molekul lain
(oxidizing agent)
Reduktor molekul yang memberi elektron ke molekul lain
(reducing agent)

reduktor

oksidator
Titrasi redoks merupakan bagian dari Titrasi Volumetri
yang akan terlaksana dengan baik bila :

Kesetimbangan redoks tercapai dengan cepat


setiap penambahan volume titran

Adanya indikator penunjuk TE.stokhiometri

½ reaksi syst oksidasi dan ½ reaksi sistem reduksi


saat titrasi selalu terjadi kesetimbangan pada
seluruh titik pengamatan
TITRASI REDUKSI OKSIDASI
Persamaan umum reaksi oksidasi-reduksi:
Ox1 + Red2  Red1 + Ox2

Ox1 (oksidator) : mereduksi dari Red1


Red2 (reduktor) : mengoksidasi ke Ox2
Reaksi oksidasi:
Ma+  M(a+n)+ + ne-

Reaksi reduksi:
Ma+ + ne-  M(a-n)+

Kecenderungan reduksi dan oksidasi dari bahan tergantung pada


potensial reduksi
Contoh : Perubahan dari :

Fe2+  Fe3+ +2  +3

Cl-  Cl2 -1  0 reaksi oksidasi

Cu  Cu2+ 0  +2

Prinsip reaksi redoks (Reduksi – Oksidasi)

Ox1 + Red2  Red1 + Ok2


½ reaksi syst reduksi

Tereduksi ½ reaksi syst oksidasi


teroksidasi
Proses oksidasi – reduksi terjadi bersama sama pada
pelaksanaan TITRASI.
Secara umum reaksi redoks

Ma+ + ne-  M(a-n)+ : EoV ½ reaksi tereduksi


Ox.1 Red.1 di katoda

Ma+  M(a-n)+ + ne- : E 0 V ½ reaksi teroksidasi


Red.2 Ox.2 di anoda

Contoh:

Fe2+ + Ce4+  Fe3+ + Ce3+


Fe3+ + e-  Fe2+ : Eo = 0,771 Volt
potensial reduksi

Ce4+ + e-  Ce3+ : Eo = 1,61 Volt


Zat Pengoksidasi dan Pereduksi berbeda
dalam kekuatan aktivitas kimia nya

Pengoksidasi kuat
• Kecendrungan kuat mendapatkan e-,
mampu mengambil e- dari zat pereduksi
Pengoksidasi lemah
• Kecendrungan lemah sehingga hanya
dapat mengoksidasi zat pereduksi yang
paling siap menghasilkan e-

Kekuatan zat pengoksidasi dan pereduksi di


tunjukkan ole nilai potensial reduksi nya.
POTENSIAL STANDAR
SETENGAH REAKSI Sistem Redoks Eo Volt
H2O2 + 2H+ + 2e-  2 H2O 1,77
MnO4- + 4H+ + 3e-  MnO2 + 2H2O 1,695
Ce4+ + e-  Ce3+ 1,6 1

MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4 H2O 1,51


Cr2O72- + 14 H+ + 6e-  2Cr3+ + 7H2O 1,3 3
MnO2 + 4H+ 2e-  Mn2+ + 2H2O 1,23
2IO3- + 12H+ + 10e-  I2 + 6H2O 1,20

H2O2 + 2e-  2OH- 0,88


Cu2+ + I- + e-  CuI 0,86
Fe3+ + e-  Fe2+ 0,771
O2 + 2H+ + 2e-  H2O2 0,682
I2(aq) + e-  2I- 0,6197
H3AsO4 + 2H+ + 2e-  HAsO2 + 2H2O 0,559
\
Pengaruh Konsentrasi & Reaksi dari medium

Hubungan antara beda potensial (E) sistim redoks dan


konsentrasi bentuk teroksidasi dan tereduksi ditunjukkan
oleh pers NERNST sbg turunan dari
HK.Termodinamika.

RT [spesies tereduksi]
E = Eo - ------- ln -------------------------------- (1)
nF [spesies teroksidasi]

Eo = potensial standard ln = 2,303 log


R = konstante gas (8,313 joule)
T = temperatur absolut
F = konstante Faraday (96500 coulomb)
n = banyaknya elektron yang ditransf dlm reaksi
Penentuan TAT atau TE.

Kurve Titrasi Redoks

Dalam titrasi redoks zat atau ion yang terlibat dlm


reaksi berubah secara kontinyu, yang akan mempe
ngaruhi perubahan potensial (E) larutan.

Dengan mengalurkan potensial (E) thd perubahan


Vol titran yg ditambahkan  diperoleh kurve titrasi
spt kurve titrasi netralisasi.

Contoh : titrasi garam Fe2+ dg KMnO4 dalam larutan


asam teroksidasi

MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ Mn2+ + Fe3+ + 4H2O


tereduksi
KURVA TITRASI
Langkah-langkah pembuatan kurva titrasi

Sebelum titik ekivalen  hanya sedikit titran yang bereaksi dengan


analit, E menggunakan persamaan Nernst untuk analit

Pada titik ekivalen  mengkombinasikan 2 persamaan Nernst


untuk perhitungan potensial analit dan titran

Setelah titik ekivalen  titran berlebih yang bereaksi dengan


analit, E menggunakan persamaan Nernst untuk titran
KURVE TITRASI

Daerah setelah TE

X TE
E Volt
Daerah
Sebelum
TE

Daerah TE

mL titran
Reaksi yg terjadi reversibel,  larutan akan selalu
mengandung kedua ion awal dan ion yang terbentuk
selama reaksi, dg kata lain pada tiap tahapan titrasi
larutan akan mengandung dua redoks Fe2+ /Fe3+ dan
MnO4-/Mn2+  untuk menghitung E menggunakan
pers 2 atau 3
0,0591 [Fe2+ ]
Pers (2) E = 0,771 – ----------- log -----------
1 [Fe3+ ]

0,0591 [Mn2+ ]
Pers (3) E = 1,51 - -------------- log -----------------------
n [MnO4-] [H+]8
RT
----- x 2,303 = 0,0591 pers (2) & pers (3) memberikan
F hasil yg sama.
F
INDIKATOR REAKSI REDOKS

TE titrasi redoks dapat dilakukan dengan / tanpa indikator


bisa dilakukan jika semua zat pereduksi teroksidasi oleh
oksidator dan memberikan perubahan fisik (warna/tidak
berwarna ) yang bisa teramati dengan jelas.

Contoh : MnO4- dalam suasana H+, warna ungu lembayung


ion MnO4- hilang karena tereduksi  Mn2+ ketika
Semua zat pereduksi telah dititrasi, kelebihan 0,1 mL
permanganat  larutan menjadi merah muda.

Contoh lain: titrasi zat pereduksi dengan larutan Iod,


perubahan warna coklat gelap  tak berwarna dr Iod
I2  I- , karena warna Iod kurang tajam maka utk
mempertajam digunakan indikator amilum  biru kuat
(I 2 <<)
POTENSIAL-POTENSIAL TRANSISI DARI BEBERAPA
INDIKATOR REDOKS
INDIKATOR WARNA WARNA POTENSIAL KEADAAN
REDUKTAN OKSIDAN TRANSISI
Phenosafrani Tak berwarna Merah +0,28 1 M asam
ne
Methylene Tak berwarna Biru 0,53 1 M asam
blue
Diphenylami Tak berwarna Ungu 0,76 1 M H2SO4
ne
Diphenylben Tak berwarna Ungu 0,76 1 M H2SO4
zidine
Ferroin Merah Biru muda 1,11 1 M H2SO4

Nitroferroin Merah Biru muda 1,25 1 M H2SO4

Diphenylami Tak berwarna Merah ungu 0,85 Asam encer


nesulfonic 1 M H2SO4
acid
Indikator  berubah warna ketika E larutann yg di titrasi
mencapai harga tertentu.

Ind oks + ne Ind red

Dengan menerapkan pers Nernst  dapat dituliskan

0,0591 [Ind red]


E = Eoind - ---------- log ---------------- (5)
n [Ind oks]

Utk kepentingan praktek rentang jangkauan indikator


Redoks dinyatakan dengan :

0,0591
E = Eoind - -------------- (6)
n
Contoh :
Indikator Difenilamin Eo = +0,76 volt , n = 2 
Rentang E Indikator redoks :
0,0591
E1 = 0,76 – ----------- = 0,73 volt. Rentang E
2 0,73  0,79 volt

0,0591
E2 = 0,76 + ------------ = 0,79 volt.
2

E=0,73 < < E=0,79


Bentuk berubah bentuk
tereduksi bertahap teroksidasi
tidak berwarna ungu lembayung
E.Ind Redoks dg perub warna / kondisi larutan

Indikator Warna Warna teredk Eo.vol Kondisi


teroks t lrtn
Kompl,Fe(II) 5-nitro-1,10 - Biru pucat Merah ungu +1,25 1M H2SO4
fenantrolin
Asam 2,3-difenilamin dikarbosilat Biru-violet Tak berwarna +1,12 7-10 M
H2SO4
Kompl,Fe(II) 1,10-fenantrolin Biru pucat merah +1,11 1M H2SO4
Erioglaucin A Biru-merah Kuning-hijau +0,98 0,5M H2SO4
As difenilamin sulfonat Merah-ungu Tak berwarna +0,85 Asam encer
difenilamin ungu Tak berwarna +0,76 Asam encer
P-ethoksikrisoidin kuning merah 0,76 1M asam
Biru metilen biru Tak berwarna +0,53 1M asam
Indigo terasulfonat Biru Tak berwarna +0,36 1M asam

fenasafranin biru Tak berwarna +0,28 1M asam


Beberapa sistem redoks
CERIMETRI

Lrt stand : Ce(IV) Sulfat (oksidator)


dpt digunakan spt lrt std KMnO4
dg sistem Titrasi Kembali dg lrtn
stand Na.Oksalat
Ce4+  Ce3+
kuning tdk berwarna  perlu indikator
krg terdukung

(NH4)2Ce(NO3)6 / HClO4
Amonium Heksa Nitro Serat dlm HClO4
Indikator : α Penantroline , Feroin .
Rentang Eind 1,0  1,2 volt /SHE
PEMANGANOMETRI
PERMANGANOMETRI

Metoda titrimetri dg larutan standard KMnO4


Titran KMnO4  oksidator kuat
(+) ^ sebagai self indikator titran
^ TE ditunjukkan oleh perubahan warnanya sendiri
ungu  jambon  tidak berwarna.

(-) ^kekuatan oksidasi tergantung medium larutan,


asam , netral, basa kuat. & reaksi yg terjadi
^dalam medium HCl, KMnO4 teroksidasi oleh Cl-
^Kestabilan larutan terbatas
^larutan standard sekunder (perlu standardisasi)
BROMATOMETR I KBrO3
BROMATOMETRI

- Oksidator kuat, dg laju reaksi rendah


- Standard primer (KBrO3) / kering dg t 150 – 180oC
- Stabil
- Indikator MO, MR , α.Naftaflavon , Quinoline
- Banyak digunakan utk penentuan senyawa organik

- Reaksi yg terjadi.

- BrO3- + 6.H+ + 6e- Br- + 3.H2O

1 greq KBrO3= 1/6 mol Eo = 1,44 %

Penentuan untuk asam2 organik (Oksin),


TITRASI
IODATOMETRI

Iodatometri merupakan titrasi yang dilakukan


secara langsung dengan menggunakanlarutan
KIO3. Iodat adalah oksidator yang lebih kuat
daripada iodium.

Prosedur secara umum menurut FI I:


1.Larutkan zat di dalam air
2. Tambahkan HCL2N
3.Tambahkan Indikator (CHCL3)
4. Titrasi dengan KIO3 0,1 N
IODATOMETRI

KIO3 adalah oksidator kuat


Pembuatan standar KIO3 0,1 N
Timbang dengan saksam 3,5668 g KIO3
larutkan dalam 1,0 liter air
Indikator : amilum
Reaksi :
IO3- + 5 I- + 6 H+ 3 I2 + 3 H2O
Titrasi bersifat langsung suasana asam (H+ )
Contoh penetapan kadar vitamin C
Pembuatan larutan baku KIO3 0,1 N

IO3- + 5I- + 6H+  3 I2 + 3 H2O

0,8918 g KIO3  Beker glas + aquadest


 larut labu ukur kuantitatif
+ aquadest ad 250,0 ml

Atau 0,3567 g KIO3 dilarutkan


dalam air ad 100 ml
Penetapan Kadar Vitamin C

Timbang saksama 500 mg sampel  Erlenmeyer


+ 25 ml aquadest
+ 0,5 ml larutan KI 1%
+ 2 ml larutan amilum 0,5 %
+1 ml larutan HCl 2 %
dititrasi dengan larutan KIO3 0,1 N
ad warna biru stabil
1 ml KIO3 0,1 N setara dengan 8,806 mg asam
askorbat (vitamin C)
1 ml KIO3 0,1 N setara dengan 8,806 mg asam
askorbat (vitamin C)

Kadar Vit C = (V X N X kesetaraan) / (mg sampel x 0,1) x


100%
= (15,50 x 0,1 x 8,806) / (500 x 0,1) x 100%
= 27,30 %
KESIMPULAN Iodatometri

* Titrant: KIO3 dlm suasana asam


* Analat : iodida
• 2 I- 2 I+ + 4e-
• IO3- + 6 H++ 4e I + + 3 H20

IO3- + 6H+ + 2I- 3 I+ + 3H20

•Indikator: CCl4/ CHCl3


• amylum tidak digunakan dalam suasana asam
pekat karena akan terurai

TAT :
Ungu (I2) - tidak berwarna (ICl)
DAFTAR PUSTAKA
• Ibnu, Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik I.
Malang: JICA
• Hamdani, S. 2012. Titrasi Redoks. Jakarta: UI
• SM, Khopkar. 2010. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Jakarta: UI Press
• Steven, 2012. Titrasi Redoks. Bandung: ITB
• Zulfikar. 2010. Titrasi Redoks. Medan: USU

Anda mungkin juga menyukai