BANJIR
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Teknik Pengendalian dan Konservasi
Lingkungan
Disusun oleh :
Kelompok 2 TEP-A
Ayustin Mei Linda Ulfa 151710201002
Ika Nurhasanah 151710201024
Rochmat Taufik Hidayat 151710201025
Mario Dwi Adrianto 151710201030
Usamah Abdul Hamid 151710201030
Fitra Maulana 151710201105
Summeyatun Wahyunei 131710201042
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana merupakan peristiwa yang timbul karena adanya perubahan lingkungan yang
berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Bencana tersebut dapat disebabkan oleh keadaan alam
seperti perubahan iklim yang tidak menentu, semakin meningkatnya pemanasan global,
pencemaran air yang dapat menyebabkan terjadinya banjir, erosi, kekurangan sumber air, dapat
membuat sumber penyakit, tanah longsor, dapat merusak ekosistem sungai, selain pencemaran
air pencemaran udara, efek rumah kaca dan sebagainya juga berpengaruh terhadap masalah
lingkungan. Terjadinya suatu bencana dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian
terhadap manusia, korban jiwa, serta dampak psikologis.
Banjir merupakan suatu fenomena alam yang didahului oleh hujan dengan intensitas yang
tinggi dan dengan durasi yang cukup lama di suatu aliran. Jika daya serap air oleh permukaan
tanah yang terbatas maka sisa air akan mengalir di permukaan tanah. Aliran yang mengalir
tersebut akan mengalir keseluruh daerah dan berkumpul di aliran akhir yaitu sungai. Apabila
kapasitas aliran sungai tidak mencukupi maka air akan meluap dan menyebabkan genangan air
banjir. Bencana banjir dapat terjadi karena gagalnya fungsi tanggul penahan banjir, tingginya
curah hujan dan durasi hujan utamanya dipengaruhi oleh letak dan kondisi topografi/geografi
suatu daerah, iklim, siklus tahunan iklim, dan juga perubahan iklim global, serta daya serap atau
kemampuan tanah untuk menahan air yang dipengaruhi oleh jenis tanah, kondisi
topografi/geografi tanah, jenis dan intensitas tanaman/pohon-pohonan yang semakin berkurang.
Terjadinya banjir dapat ditanggulangi dengan memperbaiki fungsi sungai dan selokan,
melakukan reboisasi tanaman khususnya jenis tanaman dan pepohonan yang dapat menyerap air
dengan cepat, memperbanyak dan menyediakan lahan terbuka hijau, mengurangi pembangunan
di tepi sungai dan pembangunan gedung-gedung tinggi dan besar yang dapat menyebabkan
kurangnya ruang terbuka hijau.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi banjir dan hal-hal yang terkait didalamnya.
2. Mengetahui tentang perubahan iklim dan efek rumah kaca.
3. Mengetahui tentang siklus hidrologi.
4. Mengetahui dampak yang disebabkan oleh banjir pada bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.
5. Mengetahui cara mitigasi dan adaptasi pada bencana banjir.
6. Mengetahui etika dan kearifan lokal masyarakat dalam menangani masalah banjir.
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui banjir dan hal-hal yang terkait didalamnya.
2. Dapat mengetahui tentang perubahan iklim dan efek rumah kaca.
3. Dapat mengetahui tentang siklus hidrologi.
4. Dapat mengetahui dampak yang disebabkan oleh banjir pada bidang sosial, ekonomi, dan
lingkungan.
5. Dapat mengetahui cara mitigasi dan adaptasi pada bencana banjir.
6. Dapat mengetahui etika dan kearifan lokal masyarakat dalam menangani masalah banjir.
2.3 Siklus Materi
Siklus materi merupakan perputaran meteri pada suatu ekosistem. Materi terdiri dari
manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Siklus materi antara lain siklus air, siklus
oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus sulfur.
2.3.1 Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke atmofir dan
kemudian kembali ke bumi lagi dalam bentuk hujan, salju, maupun es. Neraca air tahunan
diberikan dalam nilai reltif terhadap hujan jatuh didaratan. Siklus hidrologi terbagi menjadi tiga
yaitu siklus hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang, dan siklus hidrologi panjang (Wismarini
dan Ningsih, 2010: 43). Menurut Hardiyanto et al. (2016:160) siklus hidrologi secara umum
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan air dari laut, danau ataupun
sungai. Sedangkan transpirasi adalah proses pengupan yang terjadi oleh karena respirasi
tumbuhan hijau.
2. Evapotranspirasi, adalah gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi.
3. Kondensasi, adalah proses perubahan wujud uap air hasil evaporasi, menjadi kembali kebentuk
yang lebih padat yaitu butiran-butiran air mikro yang membentuk awan. Proses kondensasi ini
dipengaruhi oleh suhu udara, awan dapat terbentuk pada saat suhu udara dingin.
4. Setelah mengalami proses kondensasi membentuk awan kemudian awan akan mencapai kondisi
jenuh. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya
akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
5. Infiltrasi, adalah keadaan dimana air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori
tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat
bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki
kembali sistem air permukaan.
6. Air Permukaan, adalah air yang bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau. Semakin landai suatu lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
1. Dampak positif bencana banjir biasanya bersifat jangkah panjang sesudah banjir anatara lain:
a. Banjir bisa menyeret bahan bahan yang menyubat di saluran air karena arus banjir memiliki
kekuatan lebih kuat dari pada arus biasa.
b. Pengembalikan lahan tandus / kering menjadi lahan yang subur dengan bertambahnya air.
f. Membuat manusia saling peduli karena dalam terkena dampak banjir mausia akan saling
membatu antara satu dengan yang lain.
2. Dampak negatif bencana banjir biasanya bersifat pada saat kejadian dan sesudah kejadian antara
lain:
a. Sarana dan prasarana mengalami kerusakan terhantam oleh arus banjir yang kuat
b. Erosi dan tanah longsor akibat terkikisnya lapisan tanah akibat air.
c. Tercemarnya air bersih karena air banjir membawa kotoran dan menutupi sumber sumber air
seperti sumur sumur.
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Kerkaitan Antara Pemanasan Global, Perubahan Iklim, dan Banjir
Pemanasan global adalah tidak seimbangnya lingkungan hingga menyebabkan proses
peningkatan suhu rata-rata atmosfer dan daratan di bumi. Seperti emisi gas rumah kaca dari hasil
proses pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) inilah salah satu penyebab
pemanasan globalnya. Pemanasan yang membuat tidak seimbangnya lingkungan meliputi suhu
dan udara, menjadikan perubahan iklim dalam ekosistem yang memberi dampak pada kehidupan
di bumi. Dampak yang akan terjadi sehingga berkaitan dengan banjir adalah :
1. Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim. Perubahan iklim menyebabkan musim
sulit diprediksi. Petani tidak dapat memprediksi perkiraan musim tanam akibat musim yang juga
tidak menentu. Akibat musim tanam yang sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak
menentu maka musim produksi panen juga demikian. Hal ini berdampak pada curah hujan yang
tidak seperti normalnya. Ketika curah hujan melebihi batas normal akan membuat fenomena
banjir di daerah hujan tersebut.
2. Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan naiknya
permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil
tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman
penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas
sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi
kehidupan masyarakat. Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak
menentu juga menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas banjir. Ketika hujan turun
dengan deras maka yang akan terjadi volume air akan lebih banyak dan mudah menjadikan
banjir disuatu tempat.
2. Aspek Kelembagaan
Aspek kelembaagan ini meliputi lembaga yang berperan didalamnya dan peraturan yang
diterapkan. Lembaga yang berperan aktif dalam masalah banjir di kawasan Kali Kemuning ini
yaitu yang pertama pemerintah daerah Kabupaten Sampang selaku pembuat kebijakan dalam
menyelesaikan masalah banjir. Kedua, yaitu petugas PU (Pekerja Umum), disini petugas PU
memiliki peran untuk merawat dan mengelola lingkungan disekitar Kali Kemunging. Ketiga
yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar Kali Kemuning. Masyarakat memiliki peran yang cukup
penting dalam hal pengelolahan DAS Kali Kemuning. Hal ini dikarena sebagian besar faktor
terjadinya banjir disebabkan oleh kegiatan masyarakat disana, seperti mendirikan bangunan di
sekitar sungai dan melakukan alih fungsi lahan menjadi pemukiman.
Upaya pemerintah dalam penanggulangan bencana untuk mengurangi dampak resiko
bencana banjir dengan melakukan beberapa program pembangunan seperti pada pasal 6 (a)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Selain itu juga pemerintah daerah Kabupaten Sampang juga menghimbau kepada masyarakat
mengenai pentingnya menjaga DAS dan penghijauan pada bagian hulu dan hilir. Hal ini sesuai
dengan beberapa peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah seperti :
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya AlamHayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 No. 49; Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3419).
2. UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 mengenai etika lingkungan.
4. UU No. 7 Th 2004, PP No. 37 Th 2012, PP No. 38 Th 2011 dan lain-lain mengenai pengelolaan
daerah aliran sungai (DAS).
3. Aspek Lokasi
Aspek lokasi ini berkaitan dengan pendirian bangunan di bantaran Kali Kemuning.
Seharusnya bendirian pemukiman ini berjarak kurang lebih 50-100 m dari pinggir sungai.
Tujuanya agar tidak terjadi penciutan volume sungai dan agar ekosistem di pinggir sungai tetap
terjaga. Upaya yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Sampang ini yaitu dengan
melakukan normalisasi bangunan dibantaran Kali Kemuning. Tujuannya yaitu untuk
mengembalikan bentuk dari DAS Kali Kemuning, selain itu juga untuk menjaga ekosistem yang
ada di Kali Kemuning.
3.2.2 Keadaan Topografi Kabupaten Sampang
Kabupaten Sampang terdiri atas bentangan perbukitan, ketinggian tempat antara 0 – 300
meter dpl dan kemiringan dengan rata – rata antara 2 - 25%. Daerah aliran sungai Kali kemuning
mempunyai luas kurang lebih 345km dengan elevasi bagian hulu kurang lebih 200m dan elevasi
bagian hilir kurang lebih 4m dari permukaan air laut ke sungai. Keadaan seperti ini sangat
mendukung atas terjadinya proses erosi tanah yang mebawa sedimen – sedimen dari bagian atas
yang akan menyebabkan pengendapan dialiran sungai dan menyebabkan pendangkalan sungai
sehingga daya tampung sungai akan air hujan yang terus menerus menyebabkan banjir.
Disamping keadaan topografi, banjir dikarenakan keadaan lingkungan alam yang tidak
mendukung proses siklus hidrologi atau proses perputaran air di permukaan bumi.
3.2.3 Pengaruh perubahan iklim terhadap terjadinya banjir di kali Kemuning
Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sampang adalah sekitar 91,78 mm/tahun, sedangkan
rata-rata jumlah hari - hari hujan mencapai 6,47 hh/tahun.Kelembapan udara mencapai rata-
rata66 - 70 persen, sedangkan untuk suhu udara di Sampang rata-rata 25-32 derajat Celsius.
Kemudiankecepatan angin di Sampang rata-rata 45 kilometer per jam dari arah
tenggara.Berdasarkan data yang ada, curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Kedungdung
yakni 173,58 mm/tahun, sedangkan curah hujan terendah terdapat diKecamatan Sreseh.Dengan
keadaan cuaca di daerah Sampang seperti itu, membuat intensitas hujan di daerah tersebut
semakin tinggi. Hasilnya banyak daerah sampang tergenang banjir setiap tahunnya. Begitu pula
yang membuat kali Kemuning meluap kedataran hingga terjadi banjir ketika hujan deras
(Anonimus, Tanpa Tahun).
3.2.4 Keterkaitan Siklus Hidrologi dengan Banjir pada Kali Kemuning Kabupaten Sampang
Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke atmofir dan
kemudian kembali ke bumi lagi dalam bentuk hujan, salju, maupun es. Siklus hidrologi atau
yang dikenal sebagai siklus air ini sangat mempengaruhi terjadinya beberapa bencana pada
permukaan bumi. Pengaruh siklus hidrologi terhadap bencana di permukaan bumi yaitu saat
terjadinya hujan. Tingginya curah hujan ini dapat menimbulkan beberapa bencana salah satunya
yaitu banjir. Salah satu daerah di Indonesia yang sering dilanda banjir pada musim penghujan
yaitu bantaran Kali Kemuning Kabupaten Sampang. Dalam kurun waktu satu tahun daerah ini
biasanya mengalami banjir sebanyak 4 kali. Seringnya terjadi banjir di daerah ini yaitu di
sebabkan curah hujan yang cukup tinggi setiap tahunnya. Curah hujan tahunan di daerah ini
mencapai 91,78 mm/ tahun dan rata-rata jumlah hari hujan yaitu sekitar 6,47 hh/tahun
(Triwidiyanto dan Navastara, 2013: 43).
Selain itu terjadinya banjir juga disebabkan karena proses infiltrasi air yang tidak
maksimal. Terganggunya proses infiltrasi ini disebabkan karena banyaknya alih fungsi lahan
menjadi pemukiman dan persawahan yang menyebabkan proses penyerapan air menjadi
terganggu. Hal ini menyebabkan air yang harusnya diserap kedalam tanah akhirnya tergenang di
daratan dan mengakibatkan banjir.
1.2 Saran
1. Manusia dalam hal ini berperan penting dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan agar
dapat mengurangi terjadinya bencana seperti banjir.
2. Pentingnya dilakukan reboisasi dan perbaikan pada DAS agar dapat mengurangi dampak
terjadinya banjir saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
3. Perlunya kesadaran sejak dini mengenai pentingnya menjaga lingkungan untuk kelangsungan
hidup manusia dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon secara
berlebihan tanpa adanya penanaman kembali, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Amni Zarkasyi Rahman. 2015. Kajian Mitigasi Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=405476&val=8841&title=KAJIAN
%20MITIGASI%20BENCANA%20TANAH%20LONGSOR%20DI%20KABUPATEN
%20BANJARNEGARA. [Diakses pada 23 Februari 2017].
Anonimus. Tanpa Tahun. Kabupaten Sampang. http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-
content/uploads/potensi-kab-kota-2013/kab-sampang-2013.pdf [ Diakses pada 28 Februari
2017].
Anonimus. Tanpa Tahun. lib.ui.ac.id/file?file=digital/124278-S...Hubungan%20iklim...pdf.[ Diakses
pada 20 Februari 2017].
Anonimus. Tanpa Tahun. http://repository.usu.ac.id/bits-tream/123456789/3-1455/4/Chapter%20II.pdf.
[Diakses pada 23 Februari 2017].
Budianta, D. Tanpa Tahun. Pentingnya Etika Lingkungan Untuk Meminimalkan Global Warming.
http://eprints.unsri.ac.id/197/2/PENTINGNYA%2520ETIKA%2520LING KUNGAN.pdf
[Diakses pada 21 Februari 2017].
Hardiyanto, Isnanto, R. R., dan Windasari, I. P. 2016. Pembuatan plikasi Augmented Reality Siklus
Hidrologi sebagai Media Pembelajaan Berbasis Android. Jurnal Teknologi dan Sistem
Komputer. 4(1): 159-166.
Henita Rahmayanti. 2014. Adaptasi Masyarakat Kota Rawan Bencana.http://unj.ac.id/bauk/wp-
content/uploads/2015/09/Adaptasi-Masyarakat-Kota-Rawan-Bencana1.pdf. [Diakses pada 23
Februari 2017].
Hidayati dan Suryanto. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pertanian dan Strategi
Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan. journal.umy.ac.id/in-
dex.php/esp/article/download/1217/1275. [Diakses pada 20 februari 2017].
Marfai, M. A. 2012. Pengantar Etika Lingkungan Dan Kearifan Lokal. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pawirodiromo, W. 2012. Seismologi Teknik dan Rekaya Kegempaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ramdhani, L. E. 2009. Banjir Sebagai Dampak Deforestasi Di Kal-Tim. http://download
.Portalgaruda.org/article. php?article = 250626& val= 6 702&title=BANJIR%20SEBAGAI
%20DAMPAK%20DEFORESTASI%20DI% 20KAL-TIM [Diakses pada 20 Februari 2017].
Setiawan, I. Tanpa Tahun. Bencana Alam dan Peran Manusia.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197106041999031-
IWAN_SETIAWAN/bencana_alam_dan_manusia.pdf [Diakses pada 21 Februari 2017].
Soemarno. 2011. Pendugaan Resiko Bencana.
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/PENDUGAAN-RISIKO-BENCANA-DAN-
PENGELOLAANNYA.doc [Diakses pada 21 Februari 2017].
Suparmini, Setyawati S, Sumunar D, R, S. 2014. Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal
Masyarakat Baduy. journal.uny.ac.id/index.php/humaniora/article/download/.../2995. Jurnal
Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64. [Diakses pada 23 Februari 2017].
Triwidiyanto, A., dan Navastara, A. M. 2013. Pemintakatan Resiko Bencana Banjir Akibat Luapan
Kali Kemuning di Kabupaten Sampang. Jurnal Teknik Pomits. 2(1): 43
Wismarini, D., dan Ningsih, D. H. U. 2010. Analisis Sistem Drainase Kota Semarang Berbasis Sistem
Informasi Geografi dalamMembantu Pengambilan Keputusan bagi Penanganan Banjir.Jurnal
Teknologi Informasi DINAMIK. 15(1): 41-51.