Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Perkembangan Ilmu
Manajemen “.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Siti
Khotimah, SE, MM selaku dosen mata kuliah Pengantar Manajemen yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami sangat
berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga
wawasan menyangkut perkembangan ilmu manajemen.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kata-kata yang kurang berkenan.

Pangkalan Bun, 8 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
A. Tujuan................................................................................................ 1
B. Manfaat .............................................................................................. 1
Bab II Pembahasan
A. Perspektif Manajemen Klasik............................................................ 2
B. Perspektif Manajemen Perilaku......................................................... 15
C. Perspektif Manajemen Kuantitatif..................................................... 20
Bab III Penutup
Kesimpulan.............................................................................................. 22
Daftar Pustaka................................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang
Perkembangan Ilmu Manajemen baik secara perspektif manajemen klasik,
prespektif manajemen perilaku maupun perspektif manajemen kualitatif yang
disampaikan melalui penjelasan dalam makalah ini.

B. Manfaat
Memberikan pemahaman mengenai Perkembangan Ilmu Manajemen melalui
makalah yang disusun serta memberikan pengetahuan secara terperinci mengenai
perspektif manajemen baik secara klasik, perilaku maupun kualitatif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perspektif Manajemen Klasik


Perspektif Manajemen Klasik, pendekatan klasik ini perspektif pertama yg
muncul pada abad 20an. Perspekti ini memiliki pendekatan yang berbeda yaitu
Manajemen Ilmiah dan Manajemen Administratif.
Manajemen Ilmiah, pada abad ini bisnis yang ada mulai berkembang dan
modal mudah untuk didapat, tetapi ini membuat kebutuhan atas tenaga kerja
semakin berkurang. Ini yang mengawali adanya manajemen ilmiah ada beberapa
tokoh yang mengawali munculnya Manajemen Ilmiah yaitu Robert Owen (1771-
1858), Frederick Winslow Taylor (1856-1915), Hendry Laurance Gantt (1861-
1919).
 Manajemen Ilmiah
Taylor ialah orang pertama yang mengembangkan manajemen ilmiah. Ia
seorang ahli teknik mesin yang memulai pekerjaannya di pabrik baja Midvale
Steel Company Philadelphia (USA) sebagai pekerja biasa selama enam tahun.
Setelah enam tahun bekerja ia diangkat menjadi Chief Engineer.
Pada tahun 1886, ia meneliti usaha-usaha untuk meningkatkan
produktivitas kerja berdasarkan waktu dan gerak (time and motion study). Ia
berpendapat bahwa efisiensi perusahaan rendah karena banyak waktu dan
gerak-gerak buruh yang tidak produktif. Hasil penelitiannya disajikan di
depan Kongres Sarjana Teknik Amerika, kemudian ditulis dalam bukunya
yang berjudul, The Principles of Scientific Management. Begitu pentingnya
buku tersebut bagi para buruh dan manajer maka pada tahun 1911 diterbitkan
oleh sebuah penerbit.
Semenjak itu, Taylor terkenal sebagai Bapak Manajemen Ilmiah (the
Father of Scientific Management).Dalam berbagai bukunya, istilah

2
manajemen ilmiah sering diartikan berbeda. Arti pertama, manajemen ilmiah
ialah penerapan metode ilmiah dalam studi, analisis, dan pemecahan masalah-
masalah organisasi.
Arti kedua, manajemen ilmiah ialah seperangkat mekanisme atau teknik
(a bag of tricks) guna meningkatkan efisiensi dan keefektifan organisasi.
Taylor juga telah menuangkan gagasan-gagasannya dalam dua makalah yang
berjudul, Shop Management (1903), dan Testimony Before the Special House
Committee (1912). Akhirnya, ketiga karyanya yang telah disebutkan di atas
dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul, Scientific Management.
Taylor telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan
ilmiah dalam manajemen dan mengembangkan teknik-teknik untuk mencapai
efisiensi dan keefektifan organisasi. Ia berasumsi bahwa manusia harus
diperlakukan seperti mesin. Dalam bekerja, setiap manusia harus diawasi oleh
supervisor secara efektif dan efisien. Peran supervisor harus diterapkan
dengan maksimal. Setiap manusia harus berproduksi seperti mesin dan
disuruh bekerja tanpa mengenal waktu dan lelah.
Empat prinsip dasar pemikiran manajemen ilmiah Taylor (Hitt, et al. ,
1986) ialah seperti berikut ini:
1. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang harus diuraikan menurut
bagian-bagiannya, dan cara ilmiah untuk melakukan setiap bagian dari
pekerjaan tersebut perlu ditetapkan sebelumnya. Para pekerja harus
diseleksi dan dilatih secara ilmiah untuk melakukan pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya.
2. Harus ada kerja sama yang baik antara manajer dan pekerja sehingga
segala tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.
3. Harus ada pembagian kerja antara manajer dan para pekerja.
4. Manajer harus menjalankan kegiatan supervisi, memberikan perintah, dan
merancang apa yang harus dikerjakan, sedangkan para pekerja harus bebas
mengerjakan pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka.

3
Keempat prinsip manajemen ilmiah ini didesain untuk memaksimalkan
produktivitas kerja. Mekanisme dan teknik yang dikembangkannya untuk
melaksanakan prinsip-prinsip tersebut di antaranya: studi gerak dan waktu,
pengawasan fungsional, sistem upah per potong diferensial, prinsip
pengecualian, kartu instruksi, pembelian dengan spesifikasi, standardisasi
pekerjaan, peralatan, dan tenaga kerja.
Kegunaan yang diperoleh dari pengembangan teknik-teknik manajemen
ilmiah ini ialah riset operasional, simulasi, dan otomatisasi.
Titik berat dari pemikiran Taylor ialah pada peningkatan efisiensi dan
keefektifan pekerja tingkat bawah dengan cara meningkatkan produktivitas
dan memperbesar bidang produksi. Fungsi manajemen menurut Taylor ialah
Planning, Directing, and Organizing of Work yang disingkat PDO.
 Gantt (1861-1919)
Gantt mengembangkan empat prinsip Taylor di atas yang terkenal
dengan sebutan prinsip Gantt, yaitu 1) kerja sama harus saling
menguntungkan kedua belah pihak, antara manajemen dengan pekerja, 2)
seleksi ilmiah pekerja, 3) sistem bonus untuk merangsang pekerja, dan 4)
instruksi-instruksi kerja yang rinci harus digunakan.
Gantt sangat tertarik tentang cara-cara meningkatkan efisiensi dan
keefektifan kerja. Untuk itu, ia berusaha meningkatkan sistem kerja
organisasi dengan menggunakan jadwal kerja yang terencana. Kontribusi
Gantt yang terkenal dan masih dipakai hingga saat ini adalah teknik
membuat jadwal (time schedulle) dengan menggunakan diagram batang
(bar) mendatar yang kemudian disebut juga Bar Chart atau Gantt Chart.
Gantt chart sangat sederhana sehingga mudah dibuat dan banyak digunakan
orang untuk membuat jadwal.

4
 Gilberth (1868-1924) dan istrinya (1878-1972)
Gilberth yang menangani Biro Konsultasi Manajemen merupakan
kontributor kedua dalam pendekatan manajemen klasik. Frank Gilberth
adalah seorang pelopor pengembangan studi gerak dan waktu yang telah
menciptakan berbagai teknik manajemen yang diilhami Taylor. Untuk
meningkatkan efisiensi dan keefektifan kerja, mereka mempunyai konsep
yang sangat populer, yaitu The one best way (satu cara yang terbaik).
Dari penelitiannya, mereka menemukan bahwa dalam teknik
memasang batu bata dengan 17 gerakan, gerakannya dapat dikurangi
sebesar 70% sehingga hasil kerja dapat meningkat tiga kali lipat, yaitu dari
kecepatan 120 bata per jam menjadi 350 bata per jam. Ia memiliki 12 orang
anak. Dua orang di antaranya menulis buku terlaris pada saat itu dengan
judul, Cheaper by the Dozen. Buku tersebut menggambarkan gagasan
Gilberth untuk mencoba menerapkan teknik manajemen ilmiah dalam
keluarga. Kedua belas anaknya yakin bahwa teknik manajemen ilmiah
yang ditulis tersebut adalah teknik manajemen yang terbaik.
Istrinya Gilberth, lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja
seperti seleksi, penempatan dan pelatihan personalia. Ia mengemukakan
pendapatnya dalam buku The Psychology of Management. Menurut
Gilberth, manajemen ilmiah memiliki tujuan akhir, yaitu membantu para
karyawan dalam mewujudkan seluruh potensinya sebagai makhluk hidup.
 Emerson (1853-1931)
Emerson populer dengan sebutan e17iciency engineering sebagai tipe
konsultasinya. Ia melihat penyakit sistem industri adalah pemborosan. Ia
yakin bahwa hancurnya pabrik bukan disebabkan tanah, pekerja, dan
modal, tetapi karena miskinnya ide-ide untuk berkembang. Akhirnya, ia
menemukan 12 prinsip efisiensi yang sangat terkenal di zamannya. Ke-12
prinsip efisiensi itu ialah 1) tujuan dirumuskan dengan jelas, 2) kegiatan

5
yang dilakukan masuk akal, 3) dikerjakan oleh orang yang benar-benar
kompeten, 4) disiplin, 5) adil, 6) laporan yang reliabel, mutakhir, dan valid,
7) pemberian perintah, 8) standar-standar dan penjadwalan, 9) kondisi yang
memiliki standar, 10) operasi yang memiliki standar, 11) instruksi praktis
tertulis yang memiliki standar, dan 12) ganjaran akibat efisiensi.

Metode manajemen klasik banyak diterapkan dalam berbagai kegiatan


organisasi untuk meningkatkan produktivitas kerja. Studi gerak dan waktu,.
prinsip efisiensi, seleksi pekerja secara ilmiah, perlunya pendidikan dan
pelatihan ternyata mampu meningkatkan produktivitas kerja.
Kritik yang sangat keras dari para ahli perilaku yang mengecam
penganut Taylor menyatakan bahwa Taylor dan penganutnya telah
memperlakukan para pekerja secara tidak manusiawi. Taylor dan pengikutnya
menganggap manusia sebagai faktor produksi yang dapat dimanipulasi dengan
insentif ekonomi. Upah, dibayar berdasarkan hasil yang dikerjakan. Untuk
mengejar upah yang banyak, para pekerja bekerja keras sampai melupakan
anak dan istrinya di rumah. Akibatnya, terjadilah kenakalan anak dan
keretakan keluarga. Untuk mengatasi kelemahan
pendekatan manajemen klasik tersebut, muncul pemikiran para ahli
berikutnya dengan pendekatan baru yang disebut pendekatan teori organisasi
klasik.

 Teori Organisasi Klasik


Teori organisasi klasik menurut para ahli diantaranya sebagai berikut :
1. Lunenburg & Ornstein (2000)
Teori organisasi klasik menurut Lunenburg & Ornstein (2000)
dibedakan atas dua perspektif manajemen, yaitu manajemen ilmiah dan
manajemen administratif. Teori organisasi klasik disebut juga teori
administrasi (Gray, 1990: 52) atau teori manajemen administratif.

6
2. Fayol (1841-1925)
Fayol terkenal sebagai Bapak Teori Ilmiah. Fayol dilahirkan seorang
ahli pertambangan dan berasal dari keluarga aristokratis di Prancis pada
tahun 1841. Ia menjadi manajer utama di pabrik tambang dan metalurgi
yang sangat terkenal di Eropa. Fayol yakin bahwa kesuksesannya
merupakan keterampilan mengembangkan pengalaman dan introspeksi. Ia
mengemukakan teori dan teknik administrasi untuk mengelola organisasi
yang kompleks dalam bukunya yang terkenal dengan judul, Administration
Industrielle et Generale (1916).
Lima tahun setelah menulis buku, ia meninggal dunia. Buku tersebut
selanjutnya diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul General and
Industrial Management. Fayol membagi operasi perusahaan menjadi enam
kegiatan, yaitu 1) teknik, produksi dan manufacturing produk; 2)
komersial, pembelian bahan baku dan penjualan produk; 3) keuangan,
perolehan dan penggunaan modal; 4) keamanan, perlindungan karyawan
dan kekayaan; 5) akuntansi, pelaporan dan neraca keuangan, pencatatan
laba, serta pencatatan statistik; 6) manajerial dan teknik-teknik
kepemimpinan.
Menurut Fayol, ada lima fungsi manajemen, yaitu Planning,
Commanding, Coordinating, and Controlling yang disingkat PCCC. Gulick
(1892) adalah seorang yang berpengalaman di bidang industri dan
pemerintahan. Ia memperbaiki 14 prinsip manajemen Fayol di atas dan
kemudian menuliskannya dalam buku Papers on the Science pada tahun
1937. Fungsi-fungsi manajemen menurut Gullick, yaitu Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, and Budgeting
dengan akronim POSDCoRB. (Gullick & Urwick, 1937). Gulick telah
menyumbangkan pemikiran yang penting dalam manajemen yang terkenal
dengan teori departementasinya untuk melakukan pengorganisasian.

7
3. Urwick (1891-1983)
Urwick adalah seorang konsultan manajemen. Ia adalah salah satu
murid Fayol yang sangat rajin, yang kemudian menulis buku yang
komprehensif tentang pengetahuan manajemen dengan judul, The Element
of Administration. Dalam buku tersebut, ia mengumpulkan dan
menggabungkan pendapat para ahli seperti Taylor, Fayol, dan seterusnya.
Oleh karena itu, ia bukanlah seorang inovator administrasi, tetapi seorang
kolektor pendapat tentang administrasi.
4. Sheldon (1894-1951)
Sheldon adalah seorang eksekutif Inggris pada tahun 1900an. Ia
memandang manajemen melebihi pendapat Fayol dan menyarankan agar
manajemen hendaknya memerhatikan dimensi teknik dan etika. Filosofis
manajemennya menyatakan bahwa untuk mencapai efisiensi teknik yang
tinggi, maka yang harus diperhatikan adalah tanggung jawab sosial yang
tinggi pula.
5. Mooney
Mooney ialah seorang eksekutif General Motors. Dalam bukunya, The
Principles of Organization (1947), ia mendefinisikan organisasi sebagai
kelompok dua orang atau lebih yang bergabung untuk mencapai tujuan
tertentu. Untuk merancang organisasi perlu memerhatikan empat prinsip,
yaitu 1) koordinasi, syarat adanya koordinasi meliputi wewenang, saling
melayani, doktrin (perumusan tujuan), dan disiplin; 2) skalar, proses skalar
mempunyai prinsip, prospek, dan pengaruh sendiri yang tercermin dari
kepemimpinan, delegasi, dan definisi fungsional; 3) fungsional, adanya
fungsionalisme bermacam-macam tugas yang berbeda; 4) prinsip staf,
kejelasan perbedaan antara staf dan line.
Kontribusi utama Mooney bagi manajemen ialah prinsip staf yang
diterapkan di Gereja Katolik. Kesatuan doktrin yang diaplikasikan dalam

8
organisasi militer menegaskan pentingnya mengomunikasikan sasaran dan
rencana kepada bawahan.
 Perkembangan Teori Administrasi
Perkembangan teori administrasi berikutnya dipengaruhi oleh Max
Weber (1864-1920) seorang Jerman peletak dasar sosiologi modern di Jerman
yang kemudian terkenal sebagai Bapak Birokrasi. Teori birokrasi yang
dihasilkan olehnya muncul sekitar Perang Dunia I di mana sering terjadi
pertentangan antarburuh.
Istilah birokrasi berasal dari bahasa Prancis, bureau, yang berarti meja.
Pengertian meja ini berkembang menjadi kekuasaan yang diwenangkan di
meja-meja kantor. Jika kita menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2000), birokrasi mempunyai dua pengertian, yaitu
1. sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah
berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan.
2. cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, dan menurut tata
aturan (adat dan lainnya) yang berliku-liku.
Birokrat ialah 1. pegawai yang bertindak melaksanakan birokrasi yang
dibayar pemerintah, dan 2. seorang anggota birokrasi. Birokratis ialah bersifat
birokrasi, sedangkan birokratisasi ialah proses menuju birokrasi. Birokratisme
ialah paham birokrasi yang menghambat roda pemerintahan atau birokrasi
yang tidak fungsional. Usaha untuk mencegah pelaksanaan birokrasi yang
berlebihan disebut debirokratisasi. Debirokratisasi berarti penataan kembali
prasarana dan sarana organisasi. Debirokratisasi juga dimaksudkan agar
tujuan deregulasi tercapai sehingga kegiatan pembangunan meningkat. Oleh
sebab itu, deregulasi biasanya diikuti debirokratisasi.
Deregulasi berarti melonggarkan peranan pemerintah dan memacu
partisipasi masyarakat di berbagai sektor pembangunan. Walaupun demikian,
deregulasi bukanlah liberalisasi sistem ekonomi.

9
 Praktik Birokrasi
Regulasi dan birokrasi dapat berkembang secara berlebihan karena
lemahnya kontrol; ambisi berlebihan untuk menambah pemasukan daerah;
adanya unjuk kekuasaan pejabat bahwa dirinya harus dianggap penting
sehingga segala Sesuatunya harus melalui persetujuannya; memang
dikondisikan untuk membuka peluang pungutan liar, kolusi, dan korupsi.
Birokrasi menurut Weber merupakan ciri dari pola organisasi yang
strukturnya dibuat sedemikian rupa sehingga mampu memanfaatkan tenaga
ahli secara maksimal. Organisasi harus diatur secara rasional, impersonal, dan
bebas dari sikap prasangka.
Birokrasi Weber memiliki enam pokok berikut:
1. Dalam organisasi ada pembagian tugas dan spesialisasi. Setiap individu
dalam organisasi mempunyai wewenang yang diatur oleh peraturan,
kebijakan, dan ketetapan hukum.
2. Hubungan dalam organisasi bersifat impersonal.
3. Dalam organisasi ada hierarki wewenang, di mana yang rendah pat, kepada
perintah yang lebih tinggi.
4. Administrasi selalu dilaksanakan dengan dokumen tertulis.
5. Orientasi pengembangan pegawai adalah pengembangan karier yang
berarti keahlian merupakan kriteria utama diterima atau ditolaknya
seseorang sebagai anggota organisasi dan berlaku pula untuk
mempromosikannya.
6. Untuk mendapatkan efisiensi maksimal, setiap tindakan yang diambil harus
selalu dikaitkan dengan besarnya sumbangan terhadap pencapaian tujuan
organisasi.
Weber selanjutnya membandingkan organisasi ke dalam dua tipe,
yaitu 1) organisasi karismatik, organisasi yang dipimpin oleh seorang
pemimpin yang memiliki pengaruh pribadi yang sangat besar bagi

10
anggotanya, dan 2) organisasi tradisional, organisasi yang pemimpinnya
diangkat berdasarkan warisan.
Dalam pengambilan keputusan, Weber berpendapat bahwa keputusan
yang diambil harus menghindari penggunaan emosi dan perasaan suka atau
tidak, suka. Birokrasi adalah usaha untuk menghilangkan tradisi organisasi
yang membuat keputusan secara emosional atau berdasarkan ikatan
kekeluargaani yang dapat menyebabkan organisasi tersebut tidak efisien dan
tidak sehat.
Tipe birokrasi Weber sebenarnya tidaklah mempunyai konotasi
prosedur yang berbelit-belit, penundaan pekerjaan dan ketidakefisienan (red
tape) seperti yang terjadi sekarang. Weber juga mengingatkan bahwa birokrasi
dapat menjadi 3 tidak fungsional jika setiap orang terjebak dalam
spesialisasinya masing-masing tanpa mau bekerja sama dengan spesialisasi
lainnya dalam organisasi yang sarna. Spesialisasi justru mengkotak-kotakkan
manusia tanpa jalur komunikasi yang jelas. Birokrasi tidak efisien kalau
pertumbuhan karier memaksa orang untuk mengejar karier dengan melupakan
tugas utamanya di dalam organisasi.
Birokrasi menurut Weber ialah organisasi yang sangat rasional, dingin,
dan terkontrol. Inilah sesungguhnya organisasi terbaik yang pernah dibuat
manusia karena Weber pun menjamin bahwa dengan organisasi birokrasi yang
tertata baik, semua fungsi akan dapat berjalan lancar termasuk fungsi kontrol.
Namun, agaknya Weber berbicara dalam konteks organisasi birokrasi kecil
atau organisasi yang ideal. Sebab, ketika birokrasi ini membesar dan semakin
membesar, ia tak bisa lagi terkontrol dengan baik bahkan oleh dirinya sendiri.
Akibatnya, terjadilah birokrasi dalam streotype-nya yang terkenal dengan
istilah konservatif, lamban, prostatusquo, tidak efisien, bertele-tele, dan selalu
ingin tujuannya tercapai dengan segala cara, kolusi, korupsi, dan nepotisme.

11
Kelebihan birokrasi Weber antara lain :
1. Cocok dengan budaya kita yang paternalistik;
2. Dapat menstabilkan kesatuan dan persatuan bangsa;
3. Ketepatan, kejelasan, kontinuitas, keseragaman memudahkan kontrol
dan kepatuhan pegawai.
Kritik terhadap teori birokrasi antara lain :
1. Merangsang berpikir mengutamakan konformitas,
2. Merupakan rutinitas yang membosankan,
3. Ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil keputusan karena
panjangnya jalur komunikasi, dan
4. Tidak memperhitungkan organisasi nonformal yang seringkali lebih
berpengaruh kepada organisasi formal.

 Keterbatasan Teori Organisasi Klasik dan Sumbangannya


Kritik terhadap teori birokrasi antara lain
1. Merangsang berpikir yang mengutamakan konformitas dan formalitas;
2. Merupakan rutinitas yang membosankan;
3. Ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil keputusan karena
panjangnya jalur komunikasi;
4. Tidak memperhitungkan organisasi nonformal yang seringkali lebih
berpengaruh kepada organisasi formal;
5. Dijalankan secara berlebihan sehingga terjadi over-bureaucratizalion;
6. Kecenderungan menjadi parkinsonian, yaitu terlalu banyak aturan yang
berbelit-belit (simpul-simpul birokrasi) yang diatur oleh orang orang yang
menjadikan simpul-simpul birokrasi untuk menyelewengkan wewenang,
dan
Teori-teori organisasi klasik hanya cocok untuk zamannya yang ketika
itu organisasi relatif stabil dan lingkungan dapat diramalkan. Teorinya sangat
abstrak dan suka diterapkan untuk pengambilan keputusan. Selain itu, saling

12
bertentangan dengan unsur lainnya, misalnya prinsip pembagian tugas
bertentangan dengan adanya prinsip satu komando. Meskipun teori organisasi
klasik mendapat kritikan, tetapi masih dipakai oleh sebagian orang dalam
berorganisasi.
Teori-teori transisi dari manajemen klasik menuju ke pendekatan
hubungan manusiawi cenderung berorientasi kepada manusia dimulai oleh
Follett dan Barnard.
Follett (1868-1933) adalah seorang filsuf dan pekerja sosial yang
pertama kali menerapkan psikologi sosial pada perusahaan dan instansi
pemerintah. Ia menulis tentang pentingnya kerja sama atasan dengan
bawahan, kreativitas, koordinasi, dan pemecahan konflik. Follett percaya
bahwa konflik dapat dibuat konstruktif dengan menggunakan proses integrasi,
yaitu setiap orang yang berkonflik duduk berunding di satu meja untuk
bersama-sama mencari jalan pemecahan bersama atas perbedaan-perbedaan di
antara mereka dengan prinsip menang-menang atau saling menguntungkan.
Esensi dari teori Follett ialah hubungan kerja yang baik tercipta dari
kebersamaan orang-orang bukan di bawah perintah seseorang. Idenya ialah
mengganti power over dengan power with dan menekankan pentingnya
pengendalian diri sendiri daripada pengendalian oleh orang lain (supervisor).
Pendapat Follett yang terkenal adalah manajemen, yaitu bekerja melalui orang
lain.
Barnard (1886-1961) ialah presiden perusahaan Bell Telephone di
New Jersey. Ia menulis bermacam-macam subjek manajemen dalam bukunya,
The Functions of the Executive (1938). Ia memandang organisasi sebagai
sistem kegiatan yang mengarah pada tujuan. Fungsi manajemen menurutnya
adalah perumusan tujuan dan pengadaan sumber daya untuk mencapai tujuan.
Ia juga menekankan pentingnya komunikasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Teori yang dikemukakannya disebut Teori Penerimaan
Wewenang.

13
Esensi dari Teori Penerimaan Wewenang ialah bawahan akan
menerima perintah apabila mereka memahami serta mampu, dan mau
melaksanakan perintah atasannya. Barnard juga dikenal sebagai pelopor
pendekatan sistem. Kontribusi utama Barnard bagi manajemen ialah
pendapatnya tentang tugas para manajer, yaitu membina sistem kerja sama
dalam organisasi formal. Ia juga mengajukan pendekatan sistem sosial yang
komprehensif untuk manajemen.
Simon (1916) mengembangkan pendapat Barnard dan Follett dengan
pendapatnya yang menyatakan bahwa organisasi merupakan alat utama untuk
pengambilan keputusan secara terstruktur, dan ia membantah bahwa individu
tidak dapat membuat keputusan secara rasional. Untuk mengatasinya, maka
keputusan harus dibuat di dalam suatu wadah yang disebut organisasi. Di
dalam organisasi terdapat struktur, kebijakan, prosedur, saluran komunikasi,
dan program pelatihan.
Perspektif klasik manajemen muncul pada abad ke-19 hingga awal
abad ke-20. Sistem pabrik yang pertama kali muncul di tahun 1800-an
memunculkan berbagai tantangan yang tidak pernah dihadapi oleh organisasi
sebelumnya. Berbagai persoalan muncul yang berkaitan dengan perlengkapan
pabrik, pengelolaan struktur manajerial, pelatihan Berbagai persoalan baru
serta perkembangan organisasi-organisasi besar dan kompleks ini menuntut
suatu pendekatan baru untuk mengoordinasikan dan mengontrol, serta
“subspesies manusia ekonomi baru, yakni manajer profesional” pun terlahir.
Antara tahun 1880 dan 1920, jumlah manajer profesional di Amerika
Serikat meningkat dari 161.000 menjadi lebih dari 1 juta. Para manajer
profesional ini mulai mengembangkan dan menguji solusi bagi makin
banyaknya tantangan dalam mengorganisasikan, mengoordinasikan, dan
mengendalikan sejumlah banyak orang serta dimulai oleh perspektif klasik.

14
B. Perspektif Manajemen Perilaku
Perspektif manajemen perilaku/pendekatan perilaku merupakan
pendekatan yang percaya bahwa jika manajer berfokus pada karyawan bukan
pada produksi mekanistik, maka pekerjaan menjadi lebih puas dan dengan
demikian, lebih produktif. Mereka mendukung gagasan manajer harus
paternalistik dan memelihara dalam rangka membangun kelompok kerja yang
produktif dan kuat.
Studi ini merupakan sebuah bidang telaah akademik khusus yang
mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari berbagai
ilmu. Antara lain yaitu ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan
psikologi. Gerakan ilmu perilaku menekankan perlunya untuk studi ilmiah dari
elemen manusia organisasi.
Prespektif manajemen perilaku (behavioral management perspective)
menekankan pada pentingnya manajemen memerhatikan perilaku dan kebiasaan
individu manusia yang terdapat dalam sebuah organisasi dan pentingnya pula
manajemen melakukan perubahan perilaku dan kebiasaan manusia yang ada
dalam organisasi agar organisasi dapat berjalan dengan baik.
Perspektif manajemen perilaku juga merupakan aliran yang menempatkan
penekanan pada sikap individu dan perilaku pada proses kelompok. Aliran ini
adalah praktik penerapan konsep psikologi terhadap tatanan industri. Aliran ini
lebih menekankan pada kebutuhan manusia, kelompok kerja, dan peran faktor
sosial dalam lingkungan kerja.
 Konsep-konsep yang Mempengaruhi Perspektif Manajemen Perilaku
Perspektif manajemen perilaku banyak dipengaruhi oleh konsep-
konsep psikologi yang diaplikasikan dalam sebuah industri. Kontributornya
yaitu :

15
1. Hugo Munstberg (1863-1916)
Hugo Munstberg dikenal sebagai the Father of Industril Psychology
atau Bapak dari Ilmu Psikologi Industri karena dia yang termasuk pertama
kali memperkenalkan aplikasi dari konsep-konsep psikologi dalam
kegiatan industri.
Hugo Munstberg menyatakan bahwa para psikolog bisa memberikan
kontribusi yang sangat berharga dalam sebuah kegiatan bisnis atau industri
dalam hal seleksi pekerja dan upaya-upaya yang dapat memotivasi
pekerja.Hal ini terkait dengan prediksi akan perilaku pekerjanya nanti.
Kegiatan pemotivasian pekerja sehingga sangatlah diperlukan agar
perilaku dan kebiasaan para pekerja yang berbeda-beda dalam
pelaksanaanya dapat diperhatikan namun sekaligus diarahkan kepada
pencapaian tujuan organisasi. Kegagalan dalam pemberian motivasi pada
pekerja akan menyebabkan perbedaan yang ada pada pekerja dari sisi
perilaku dan kebiasaan mendorong ke arah kegagalan organisasi dalam
mencapai tujuannya daripada semestinya.
2. Mary Parker Follet
Menurut Mary Parker Follet definisinya mengenai manajemen,seni
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan melalui orang lain, menunjukkan
bahwa tugas manajemen tidak saja melakukan kegiatan sistematis dalam
rangka pencapaian tujuan, tetapi juga merupakan juga seni dalam
memahami perilaku orang lain sehingga dapat diarahkan kepada
pencapaian tujuan yang sesuai.
Mary Parker Follet juga menganjurkan pentingnya manajemen
memahami peran dan fungsi manusia dalam organisasi secara utuh,
sehingga Follet juga meyakini perlunya organisasi lebih demokratis dalam
memandang pekerja juga para manajernya.

16
3. Elton Mayo
Lahir 26 Desember 1880 adalah  psikolog/sosiolog dan teori tikus
organisasi kelahiran australia. Mayo dikenal karena penelitian-
penelitiannya serta perannya dalam Hawtrone Studies. Ia mengajar di
University of Queensland dari 1919-1923, sebelum pindah ke University
of Pennsylvania. Ia juga mengajar di Harvard Business School pada tahun
1226-1947 dimana ia menjadi profesor di bidang penelitian industrial.
Elton Mayo membuat sebuah studi dan peneliatian, antara lain :
a. Teori Perhatian (Attention Theory)
Pekerja akan lebih produktif jika merasa diperhatikan.
b. Teori Penerimaan Sosial (Social Acceptance Theory)
Pekerja akan menunjukkan produktifitas berdasarkan faktor
penerimaan sosial.
c. The Howthorne Studies
Salah satu kontribusi berharga dalam dunia manajemen adalah apa
yang telah dihasilkan oleh studi yang dilakukan di perusahaan Western
Electric di Howthorne antara tahun 1927 hingga 1932, atau dikenal
sebagai the Howthorne studies atau studi Howthorne.Studi ini terdiri
dari 2 eksperimen, Eksperimen yang pertama dilakukan bagi kelompok
pekerja yang memperoleh manipulasi atas penerangan di tempat
kerjanya. Sedangkan eksperimen kedua dilakukan bagi kelompok
pekerja yang memasang telepon di bank-bank.
Dalam kalangan akademisi umumnya sepakat bahwa Kajian
Hawthrone ini memberi dampak dramatis terhadap arah keyakinan
manajemen terhadap peran perlikau manusia dalam organisasi.
Sehingga Mayo dapat menyimpulkan bahwa:
· Perilaku dan sentimen memiliki kaitan yang sangat erat.
· Pengaruh kelompok sangat besar dampaknya pada perilaku individu.
· Standar kelompok menentukan hasil kerja masing-masing karyawan.

17
· Uang tidak begitu menjadi faktor penentu output bila dibandingkan
dengan standar kelompok, sentimen kelompok, dan rasa aman.

Pendekatan perilaku memiliki 2 perspektif yaitu :


 The Human Relations Approach (Pendekatan Hubungan Kemanusiaan)
Pada dasarnya teori pendekatan hubungan kemanusiaan berargumentasi
bahwa pada dasarnya manusia selalu melakukan respons terhadap konteks
sosial dimana pun dia berada. Sehingga asumsi dasar yang dapat digunakan
dalam teori ini adalah bahwa perhatian manajer atau pimpinan terhadap
bawahannya akan meningkatkan tingkat penerimaan dan sekaligus tingkat
kepuasan dari bawahannya, sehingga tingkat penerimaan dan kepuasan ini
akan mendorong tercapainya peningkatan produktivitas.
Kontributornya yaitu :
1) Abraham Maslow
Abraham Maslow menyatakan bahwa perilaku manusia
dimotivasi oleh keragaman kebutuhan yang dihadapinya. Keragaman
kebutuhan ini direpresentasikannya melalui apa yang dinamakan
dengan “Hierakhi Kebutuhan” (Hierarkhi of Needs), yang termasuk
kebutuhan akan insentif secara keuangan dan juga penerimaan sosial.1
2) Douglas McGregor
Douglas McGregor memberikan kontribusi berharga mengenai
dinamika dalam relasi manusia. Dia memperkenalkan kepada kita
bahwa pada dasarnya manusia dapat diklasifikasikan menjadi tipe X
dan tipe Y. Mereka yang bertipe X biasanya cenderung bersifat pasif,
malas, dan tidak mau bekerja kecuali kalau disuruh, kurang inisiatif,
serta kurang menyukai tantangan, disamping itu juga akan berdisiplin
jika diawasi saja. Untuk mereka yang dikategorikan tipe X ini,
pendekatan manajemen yang harus dilakukan adalah hal yang terkait

18
dengan pengarahan dan pengawasan yang menyeluruh dan terus-
menerus.
Adapun klasifikasi yang kedua adalah tipe Y dimana mereka
yang bertipe Y memilki karakteristik proaktif, menyukai tantangan dan
pekerjaan, memiliki banyak ide dan inisiatif, serta berdisiplin adalah
bagian dari tantangan prestasi yang ingin dicapainya. Untuk mereka
yang berkategori Y ini, pendekatan manajemen ini dapat lebih kepada
pemberian delegasi dan kepercayaan daripada pengawasan terus-
menerus dan menyeluruh.
Douglas McGregor memberikan pandangan yang berdasarkan
studi Hawthorne dan Maslow, yaitu teori X dan teori Y tentang sifat
manusia di tempat kerja.
 Teori X berasumsi bahwa karyawan :
· Tidak mempunyai ambisi.
· Tidak bertanggung jawab.
· Enggan untuk berubah.
· Lebih suka dipimpin daripada memimpin.
·Tidak suka bekerja.
 Teori Y berasumsi bahwa karyawan :
· Suka bekerja.
· Mampu mengendalikan diri.
· Menyukai tanggung jawab.
· Penuh imajinasi dan kreasi.
· Mampu mengarahkan diri sendiri.
Manajer yang berasumsi bahwa karyawan bersifat X akan
bersikap sangat mengatur dan berorientasi pada pengendalian. Sikap
ini dapat mendorong karyawan bersikap pasif, tergantung dan
mempunyai rasa enggan sehingga manajer yang berasumsi bahwa

19
karyawan bersifat Y akan bersikap mendorong karyawan untuk
berpartisipasi, bertanggung jawab dan merasa bebas dan kreatif dalam
melakukan pekerjaan mereka.
 Behavioral Science Approach (Pendekatan Ilmiah Perilaku)
Dalam perkembangan peran manusia dalam organisasi dipresentasikan
dalam teori perilaku organisasi yang mencoba melihat organisasi dari
perspektif yang lebih luas, di antaranya dari perspektif psikologi, sosiologi,
ekonomi, antropologi, hingga medis.
Beberapa topik penting dalam teori ini, di antaranya adalah bahwa
kinerja organisasi sangat terkait dengan kepuasan kerja, stres, motivasi,
kepemimpinan, dinamika kelompok, budaya kerja, pollitik dalam
organisasi, konflik interpersonal, desain organisasi, dan lain sebagainya.

C. Perspektik Manajemen Kuantitatif


Kelompok ketiga dalam melakukan pendekatan studi manajemen adalah
perspektif manajemen kuantitatif yaitu perspektif yang mulai tumbuh dan
berkembang setelah perang dunia kedua.
Manajemen kuantitatif adalah suatu metode ilmiah yang merupakan alat
bantu yang cukup baik bagi manajer dalam mengambil keputusan praktis yang
diarahkan pada solusi terhadap persoalan-persoalan business yang luas dengan
teknik-teknik khusus, dalam rangka mencari cara pemecahan yang optimal dari
suatu sistem.
Diantara dua perspektif yang muncul dalam kelompok manajemen
kuantitatif ini adalah perspektif manajemen sains dan manajemen operasi.
1. Perspektif manajemen sains
Penggunaan istilah hwa manajemen sains ini agaknya mirip dengan
manajemen saintifik atau ilmiah yang diperrkenalkan oleh Taylor. Akan
tetapi, perlu dicatat pebedaannya bahwa perspektif manajemen sains disini

20
lebih menekankan pada penggunaan pada penggunaan model matematika
pada dasarnya merupakan reprensentasi ddari sebuah system, proses, dan
hubungan antara subsistem dalam system tersebut. Sehingga bias disimpulkan
bahwa pespektif ini mencoba menjelaskan realitas dalam kegiatan manajemen
organisasi melalui model.
2. Perspektif manajemen operasi
Berbeda dengan perspektif sains , pendekatan manajemen operasi merupakan
salah satu bentuk aplikasi manajemen sains yang lebih memfokuskan pada
kegiatan tertentu dalam kegiatan manajemen secara operasional. Manajemen
operasi membantu manajemen agar dapat melakukan kegiatan produksi secara
lebih efisien dan efektif.

Penilaian Terhadap Perspektif Manajemen Kuantitatif. Sebagaimana


pendekatan manajemen lainya, perspektif manajemen kuantitatif telah
memberikan kontribusi berharga bagi peningkatan produktivitas organisasi,
terutama yang terkait dengan model pengambilan keputusan dan peningkatan
efisiensi. Tetapi, sebagai sebuah pendekatan model, perspektif ini memiliki
berbagai keterbatasan, terutama jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa perilaku
manusia dalam organisasi tidak mudah untuk dipahami dan dikuantifikasi.
Lebih daripada itu, model matematika yang dibuat sering kali
mensyaratkan pemberlakuan berbagai asumsi yang kadangkala tidak mudah atau
kurang realistis untuk dipenuhi. Kadangkala variabel-variabel yang terlibat dalam
kegiatan manajemen begitu banyak sehingga interkasi antarvariabel sukar untuk
ditentukan sehingga model-model matematika dan riset operasi tidak sepenuhnya
dapat diaplikasikan.

21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Perspektif Manajemen Klasik, pendekatan klasik ini perspektif pertama yg
muncul pada abad 20an. Perspekti ini memiliki pendekatan yang berbeda yaitu
Manajemen Ilmiah dan Manajemen Administratif.
Manajemen Ilmiah, pada abad ini bisnis yang ada mulai berkembang dan
modal mudah untuk didapat, tetapi ini membuat kebutuhan atas tenaga kerja semakin
berkurang. Ini yang mengawali adanya manajemen ilmiah ada beberapa tokoh yang
mengawali munculnya Manajemen Ilmiah yaitu Robert Owen (1771-1858), Frederick
Winslow Taylor (1856-1915), Hendry Laurance Gantt (1861-1919).
Perspektif manajemen perilaku/pendekatan perilaku merupakan pendekatan
yang percaya bahwa jika manajer berfokus pada karyawan bukan pada produksi
mekanistik, maka pekerjaan menjadi lebih puas dan dengan demikian, lebih
produktif. Mereka mendukung gagasan manajer harus paternalistik dan memelihara
dalam rangka membangun kelompok kerja yang produktif dan kuat.
Kelompok ketiga dalam melakukan pendekatan studi manajemen adalah
perspektif manajemen kuantitatif yaitu perspektif yang mulai tumbuh dan
berkembang setelah perang dunia kedua.
Manajemen kuantitatif adalah suatu metode ilmiah yang merupakan alat bantu
yang cukup baik bagi manajer dalam mengambil keputusan praktis yang diarahkan
pada solusi terhadap persoalan-persoalan business yang luas dengan teknik-teknik
khusus, dalam rangka mencari cara pemecahan yang optimal dari suatu sistem.

22
DAFTAR PUSTAKA

Erni Trisnawati, Sule. 2005. Pengantar Manajemen, Jakarta. Kencana.


Siagian P. Sondang, 2008. Pengantar Manajemen, Jakarta. Bumi Aksara.
https://www.slideshare.net/NinnasiMuttaqiin/perkembangan-ilmu-manajemen-
pengantar-manajemen
https://prezi.com/ewlkexalsfms/sejarah-perkembangan-ilmu-manajemen/
https://jurnalmanajemen.com/perkembangan-ilmu-manajemen/
https://abisnis.com/perspektif-manajemen/
https://www.researchgate.net/publication/331280111_PERSPEKTIF_DASAR_KEIL
MUAN_PENGETAHUAN_MANAJEMEN_DAN_ORGANISASI
https://www.coursehero.com/file/34729184/Perspektif-Ilmu-Manajemendocx/
https://prezi.com/cbp9zv3tzpie/k4-perspektif-manajemen-klasik/
https://www.asikbelajar.com/teori-manajemen-klasik-dan-sejarahnya/
https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-manajemen/
https://jurnalmanajemen.com/perkembangan-ilmu-manajemen/
https://studylibid.com/doc/516007/perspektif-manajemen-perilaku
https://prezi.com/l0dh8lwjlbsl/k4-perspektif-manajemen-perilaku/
https://www.coursehero.com/file/p3at8rn7/3-Perspektif-Manajemen-Kuantitatif-
Perspektif-kelompok-ini-melakukan-adopsi/
https://www.coursehero.com/file/p75kvfj/Perspektif-Manajemen-Kuantitatif-
Kelompok-Manajemen-Sains-Pengenalan-penggunaan/

23

Anda mungkin juga menyukai