MASYARAKAT DI INDONESIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan karunia dan nikmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Terima kasih juga kepada teman-teman yang sudah berlontribusi dalam pemuatan
makalah ini agar selesai tepat pada waktunya.
Akhir kata, kami berharap makalah kami dapat memberi manfaat kepada teman
Mahasiswa yang lain agar dapat menambah ilmu pengetahuannya. Namun
terlepas dari itu, kami mengharapkan kririk dan saran terhadap makalah kami
yang jauh dari kata sempurna.
Penyusun,
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Memahami globalisasi, globalisasi adalah sebuah konsep yang licin dan tidak
mudah dipahami. Meskipun terdapat peningkatan keterkaitan pada fenomena
globalisasi sejak 1980-an, istilah tersebut masih digunakan untuk menunjuk,
secara beragam, pada sebuah proses, sebuah kebijakan, sebuah strategi pemasaran,
sebuah bahaya, atau bahkan sebuah ideologi. Problem dengan globalisasi adalah
bahwa ia bukan sebuah proses tunggal, tetapi sebuah jalinan yang rumit dari
proses-proses, terkadang saling tumpang-tindih dan saling terkait, tetapi juga
terkadang, saling kontradiktif dan saling berlawanan. Karenanya sulit untuk
menyempitkan globalisasi menjadi sebuah tema tunggal. Barang kali usaha
terbaik untuk mendefenisikan ini adalah ide dari Kenichi Ohmae (1989) tentang
sebuah ‘dunia tanpa batas. Ini tidak hanya menunjukan pada kecenderungan
dimana batas-batas politik tradisional, yang berdasarkan pada batas-batas wilayah
nasional dan negara, semakin menjadi lunak; ia juga mengimplikasikan bahwa
pembagian-pembagian masyarakat yang sebelumnya dipisahkan oleh waktu dan
ruang telah semakinn kurang signifikan dan terkadang menjadi tidak relavan.
Scholte (2005) karenanya berpendapat bahwa globalisasi terkait dengan
pertumbuhan hubungan-hubungan ‘suprateritorial’ (sebuah kondisi dimana
kehidupan sosial telah melampaui batas teritorial dengan semakin meningkatnya
komunikasi dan interaksi ‘lintas-batas’ dan ‘lintas-global’ ) antara masyarakat-
masyarakat diseluruh duni. Misalnya, aliran-aliran uang elektronik sekarang dapat
melintasi seluruh penjuru dunia dalam sekali ketukan pada tombol sebuah
komputer yang memastikan mata uang dan pasar-pasar finansial yang lain
bereaksi hampir seketika terhadap peristiwa—peristiwa ekonomi dimanapun
didunia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Modernisasi di indonesia
1. Konsep Modernisasi
Modernisasi dimulai di italia abad ke-15 dan tersebar kesebagian besar dunia barat
dalam lima abad berikutnya. Kini gejala modernisasi telah menjalar pengaruhnya
keseluruh dunia. Manifesto proses modernisasi pertama kali terlihat diinggris
dengan meletusnya revolusi industri pada abad ke-18, yang mengubah cara
produksi tradisional ke modern.
2
Smith (1973), modernisasi adalah proses yang dilandasi dengan seperangkat
rencana dan kebijaksanaan yang disadari untuk mengubah masyarakat ke arah
kehidupan masyarakat yang kontemporer yang menurut penilaian lebih maju
dalam derajat kehormatan tertentu.
1. Syarat-syarat Modernisasi
Modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada faktor
rehabilitasi, modernisasi bersifat preventif, dan kontraktif agar proses tersebut
tidak mengarah pada angan-angan. Modernisasi dapat terwujud melalui beberapa
syarat, yaitu:
1. Ciri-ciri modernisasi
Modernisasi merupakan salah satu modal kehidupan yang ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
3
1. Peradaban Indonesia di Tengah Modernisasi dan Globaisasi
Arus modernisasi dan globalisasi adalah sesuatu yang pasti terjadi dan sulit untuk
dikendalikan, terutama karena begitu cepatnya informasi yang masuk keseluruh
belahan dunia. Hal ini membawa pengaruh bagi seluruh bangsa didunia, termasuk
didalamnya bangsa indonesia. Dengan perkembangan teknologi, informasi, dan
komunikasi, maka dunia menjadi sempit,ruang dan waktu menjadi sangat relatif,
dan dalam banyak hal batas-batas negara sering menjadi kabur bahkan mulai
tidak relavan. Dinding pembatas antar bangsa menjadi semakin terbuka bahkan
mulai hanyut oleh arus perubahan. Oleh karena itu, indonesia menghadapi
kewajiban ganda, disatu pihak melestarikan warisan budaya bangsa dan dipihak
lain membangun kebudayaan nasional yang modern.
Tujuan akhir dari kedua usaha atau kewajiban ini adalah masyarakat modern yang
tipikal indonesia, masyarkat yang tidak hanya mampu membangun dirinya
sederajat dengan bangsa lain, tetapi juga tangguh menghadapi tantangan
kemerosotan mutu lingkungaan hidup akibat arus ilmu dan teknologi modern
maupun menghadapi tren global yang membawa daya tarik kuat kearah pola hidup
yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa (Indra Siswarini, 2006:16).
Globalisasi kebudayaan
4
nike,dan rumah kopi Starbucks, penjualan barang-barang keseluruh dunia
memerlukan kepekaan terhadap kebudayaan dan praktik sosial pribumi.
Globalisasi politik
Globalisasi Ekonomi
Globalisasi ekonomi tercermin dalam ide bahwa tidak ada ekonomi nasional
sekarang ini yang terpisah atau menyendiri: semua ekonomi, sedikit atau banyak
telah diserap kedalam sebuah ekonomi global yang salaing terkait. OECD (1995)
karenanya mendefenisikan globalisasi sebagai ‘sebuah pergeseran dari sebuah
dunia ekonomi-ekonomi nasional yang berbeda-beda menuju sebuah ekonomi
global dimana produksi diinternasionalisasi dan modal finanlisial mengalir secara
bebas dan instan keseluruh penjuru dunia ’. runtuhnya komunisme memberi
dorongan kuat bagi globalisasi ekonomi, dimana ia melancarkan jalan bagi
penyerapan, kedalam sistem kapitalis global, blok negara-negara besar terakhir
yang masih tersisa diluar. Globalisasi ekonomi, dengan demikian juga membantu
mempercepat runtuhnya komunisme, dimana hambatan-hambatan perdagangan
yang lebih rendah, sebuah usaha untuk mengendalikan nilai-tukar dan gerakan
5
modal investasi yang lebih bebas sejak 1980-an telah membantu memperlebar
kesenjangan ekonomi antara barat kapitalis dan timur komunis yang stagnan.
Salah satu implikasi penting dari globalisasi ekonomi adalah berkurangnya
kapasitas pemerintahan-pemirintahan nasional untuk mengatur dan mengelola
ekonomi-ekonomi mereka dan, terutama, untuk menolak restrukturisasi mereka
selaras dengan garis-garis pasar bebas.
Ancaman globalisasi
6
Bangkitnya globalisasi neoliberal
Tidak ada yang baru tentang proses globalisasi ekonomi. Pengembangan struktur-
struktur ekonomi lintas batas dan lintas negara telah menjadi ciri sentral dari
imperialisme dan, dapat diargumenkan, bahwa titik-tinggi globalisasi ekonomi
telah mulai tercapai pada akhir abad ke-19 dengan berlangsungnya persaingan
negara-negara eropa untuk membangun koloni-koloni diafrika dan asia. Akan
tetapi bentuk-bentuk globalisasi lama, terkadang dipandang sebagai proto
globalisasi, biasanya membangun organisasi-organisasi transnasional di balik
proyek-proyek politik ekspansionis.tanpa memandang penyebaran dan
keberhasilan mereka,inperium-inperium tidak pernah berhasil menghapus batasan-
batasan wilayah; mereka hanya sebatas mengatur wilayah-wilayah tersebut
menurut kepentingan kekuasaan-kekuasaan politik yang dominan,sering kali
membentuk batasan-batasan baru antara dunia yang ‘berperadaban’ dan dunia
‘barbarian’. Dalam kasus fenomena globalisasi masa kini, kontra dengan itu,
jaringan saling keterkaitan dan saing ketergantungan ekonomi telah begitu
meluas sehingga memungkinkan, untuk pertama kalinya, untuk melihat ekonomi
dunia sebagai sebuah entitas global tunggal. Ini adalah pengertian dimana
kehidupan ekonomi telah menjadi ‘tak-terbatas’.
Satu perbedaan lebih lanjut adalah bahwa globalisasi diperiode modern telah
berjalan beriringan dengan kemajuan neoliberalisme, sehingga kedua kekuatan
tersebut biasa dianggap sebagai bagian dari fenomena yang sama yang lebih
besar: globalisai neoliberal. Mengapa globalisasi ekonomi dan neoliberalisme
terkait begitu erat? Ini dapat dilihat terjadi karena beberapa alasan. Terutama,
pesaingan internasional yang semakin ketat mendorong pemerintahan-
pemerintahan untuk melakukan deregulasi ekonomi dan penurunan tingkat pajak
dengan harapan dapat menarik investasi dan mencegah pindahnya pindahnya
perusahaan-perusahaan transnasional. Tekanan yang kuat bagi penurunan belanja
publik, dan terutama anggaran-anggaran kesejahteraan, dengan fakta bahwa,
dalam sebuah konteks persaingan global yang semakin meninggi, pengendalian
inflasi telah menggantikan pemeliharaan tingkat pekerjaaan penuh sebagai tujuan
kebijakan ekonomi. Tekanan-tekanan semacam itu, bersama dengan bangkitnya
kembali tingkat pertumbuhan dan produktivitas dari ekonomi AS dan keinerja
yang relatif terus maju dari model-model kapitalisme nasional lain, terutama
dijepang, dan dijerman, berarti bahwa pada akhir 1990-an neoliberalisme tampak
menjadi ideologi yang dominan dari ekonomi dunia ‘baru’. Hanya sedikit negara,
seperti misalnya cina, yang mampu menghadapi globalisasi neoliberal dengan
cara mereka sendiri, membatasi keterlibatan mereka dalam kompetisi dengan,
misalnya mempertahankan tingkat pertukaran mereka yang rendah.
7
runtuhnya komunisme, negara-negara transisi, untuk menjalankan kebijakan-
kebijakan seperti perdagangan bebas, liberalisasi pasar modal, tingkat pertukaran
yang fleksibel, anggaran-anggaran yang seimbang, dan sebagainya. Kemajuan
globalisasi neoliberal bertepatan tidak hanya dengan tiga dekade pertumbuhan di
AS dan peningkatan ekonominya yang baru pada 1990-an, tetapi juga tiga dekade
pertumbuhan ekonomi dalam dunia. Ini mendorong para pendukung
neoliberalisme untuk berargumen bahwa model pertumbuhannya telah jelas
memperlihatkan keunggulannya atas ortodoksi keynesian lama, yang
bagaimanapun, telah menurun sejak keluarnya AS dari sistem tingkat pertukaran
tetap Bretton Wood pada 1971. Inti dari model pertumbuhan neoliberal adalah
pasar-pasar finansial dan proses ‘finansialisasi’. Ini dimungkinkan oleh ekspansi
besar-besaran pada sektor finansial dari ekonomi, yang menjelaskan
meningkatnya pengaruh dari Wall Street, City of London, Frankfurt, singapura
dan lain.dalam proses tersebut, kapitalisme berubah menjadi ‘kapitalisme turbu’,
yang mengambil manfaat dari aliran-aliran uang yang sangat meluas yang sedang
mencari muara dalam investasi yang semakin meningkat dan konsumsi yang
lebih tinggi. Meskipun proses ini melibatkan sebuah pertumbuhan yang cukup
besar dan utang negara dan sering kali swasta, ini dianggap akan tetap stabil
terkait dengan landasan pertumbuhan yang disokong oleh utang tersebut. Ciri-ciri
penting dari model pertumbuhan neoliberal diantaranya adalah keyakinana yang
kuat pada pasar-pasar terbuka dan liberalisasi perdagangan, yang mendorong,
setelah 1995, pembentukan WTO, dan sebuah pergeseran pada banyak ekonomi
maju dari bidang manufaktur semakin banyak diekspor kenegara-negara
berkembang dimana tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya lebih rendah.
8
karena pikiran rasional cenderung berorientasi pada modal dan keuntungan,
dengan melepaskan alam sebagai basis kerja. Inilah yang dikritik oleh Giddens.
“kehidupan kolektif modern ibarat panser raksasa yang tengah melaju hingga
taraf tertentu bisa dikemudikan, tetapi juga terancam akan lepas kendali hingga
menyebabkan dirinya hancur-lebur. Panser raksasa ini akan menghancurkan
orang yang menentangnya dan meski kadang-kadang menempuh jalur yang
teratur, namun ia juga sewaktu-waktu dapat berbelok ke arah yang tak
terbayangkan sebelumnya. Perjalanannya bukannya sama sekali tak
menyenangkan atau tidak bermanfaat; adakalanya memang menyenangkan dan
berubah sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi, sepanjang institusi modernitas
ini terus berfungsi, kita takkan pernah mampu mengendalikan sepenuhnya baik
arah maupun kecepatan perjalanannya. Kita pun takkan pernah merasa aman
sama sekali karena kawasan yang dijelajahinya penuh dengan bahaya”.
Keempat institusi dasar diatas menurut Giddens saling mempengaruhi dan saling
memperkuat. Empat institusi ini pada gilirannya memunculkan empat
9
masalah/ancaman yang ditimbulkan. Sebenarnya Giddens tidak secara spesifik
menjelaskan mana dari empat “institusi” yang paling menonjol atau paling
berperan besar. Kapitalisme memberikan andil terbesar dalam kekeruhan dunia
modern saat ini. Kapitalisme mendorong manusia untuk terus berkompetisi,
sementara industrialisme merangsang manusia untuk berinovasi. Kompetisi
mendorong untuk inovasi teknologi mengalami percepatan perkembangan akibat
dukungan modal dari korporat-korporat raksasa. Para kapitalis tidak henti-
hentinya menemukan produk-produk baru, demikian pula para teknologi. Dalam
hal ini bata-batas teritorial negara (nation-state) tidak dihiraukan, demikian pula
batas-batas kultur. Bahkan manusia sebagai individu juga tidak diperhitungkan.
Yang penting adalah maju dan baru.
Giddens langsung menunjuk tiga akibat yang sekaligus mencirikan dunia modern:
globalisasi, detradisionalisasi, dan social reflexivity. Globalisasi menghubungkan
manusia di seluruh dunia, bukan hanya pada lingkup ekonomi, tetapi juga dalam
segala hal. Komunikasi dan transportasi telah menghubungkan manusia di mana
pun ia berada. Telepon (dan kemudian Internet) membuat orang “bertemu” tanpa
susah payah bertatap muka. Detradisionalisasi bukan berarti hilangnya tradisi.
Tradisi masih ada bahkan “diciptakan”, tetapi tradisi bukan lagi satu-satunya dasar
pembuatan keputusan. Tradisi mendapatkan “status baru”. Jika orang menemukan
bahwa konsultasi dengan tradisi tidak memuaskan, ia dapat berpaling dan
memakai pertimbangan lain dari sumber lain. Yang terakhir ini terkait erat dengan
social reflexivity. Manusia modern memang dapat mengambil keputusan sendiri.
Ia menghadapi banyak informasi, tetapi ia bebas menyeleksi informasi mana yang
ia butuhkan untuk pengambilan keputusan. Arus informasi memang membuatnya
bingung, namun harus mengambil keputusan. Individu sering dapat menolak
sebuah informasi semata-mata ia tidak suka atau karena tidak cocok.
Modernitas menurut Giddens erat juga kaitannya dengan ruang dan waktu.
Dengan datangnya modernitas, ruang makin lama makin dilepaskan dari tempat.
Berhubungan dengan orang yang berjauhan jarak secara fisik makin lama makin
besar peluangnya. Menurut Giddens, tempat semakin menjadi “phantasmagoric”,
artinya “tempat terjadi peristiwa sepenuhnya ditembus dan ditentukan oleh
pengaruh sosial yang jauh jaraknya dari tempat peristiwa itu.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Modernisasi dimulai di italia abad ke-15 dan tersebar kesebagian besar dunia barat
dalam lima abad berikutnya. Kini gejala modernisasi telah menjalar pengaruhnya
keseluruh dunia. Manifesto proses modernisasi pertama kali terlihat diinggris
dengan meletusnya revolusi industri pada abad ke-18, yang mengubah cara
produksi tradisional ke modern. Arus modernisasi dan globalisasi adalah sesuatu
yang pasti terjadi dan sulit untuk dikendalikan, terutama karena begitu cepatnya
informasi yang masuk keseluruh belahan dunia. Hal ini membawa pengaruh bagi
seluruh bangsa didunia, termasuk didalamnya bangsa indonesia. Globalisasi
kebudayaan adalah proses dimana informasi, komoditas dan gambaran yang telah
diproduksi disalahsatu dunia masuk kedalam sebuah aliran global yang cendeung
menipiskan perbedaan-perbedaan kebudayaan antara bangsa-bangsa, wilayah-
wilayah dan individu. Globalisasi politik terlihat pada semakin pentingnya peran
organisasi-organisasi internasional. Globalisasi ekonomi tercermin dalam ide
bahwa tidak ada ekonomi nasional sekarang ini yang terpisah atau menyendiri:
semua ekonomi, sedikit atau banyak telah diserap kedalam sebuah ekonomi global
yang salaing terkait. Giddens mendefinisikan modernitas berdasarkan empat
institusi dasar. Pertama adalah kapitalisme, yang biasanya dicirikan oleh produksi
komoditas kepemilikan modal pribadi, buruh upahan yang tidak memilki hak
milik dan sistem kelas yang berasal dari ciri-ciri ini.
Saran
Tidak ada satu negarapun yang terlepas dari pengaruh globalisasi maupun
modernisasi termasuk indonesia hal tersebut karena tidak ada suatu negara yang
menutup diri dari negara lain. Proses masuknya globalisasi kesuatu negara yang
notabene masih dalam kategori masih berkembang memang ada dampak negatif
dan positif, untuk mencapai suatu negara yang mampu menahan arusnya
globalisasi maka harus adannya sistem proteksi agar pengaruh asing yang masuk
dapat ditanggap dan direspon dengan cermat. indonesia khususnnya belum
mampu dalam memproteksi sehingga masyarakat cenderung menerima semua
unsur-unsur globalisasi dan modernisasi yang belum tentu baik. Tentunya harapan
kita kedepan pemerintah harus memperkuat sistem proteksi agar negara kita tidak
menjadi negara “jajahan” oleh negara maju, dan kualitas sumber daya manusia
harus diprioritaskan demi mencapai perubahan kearah yang lebih baik di sektor
ekonomi, politik, hukum, sosial budaya. Tentunya sebagai bangsa indonesia dan
generasi muda harus optimis menghadapi persaingan dalam era globalisasi.
11
Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/rickoricardo/568fad91e8afbda609b8569b/makalah-
globalisasi-dan-ancaman-terhadap-kebudayaan?page=all
12