Anda di halaman 1dari 6

Nama : Putu Ayu Tania Ivana

NIM : 171200265
Kelas : A2D

FITOKIMIA

1. a. Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa


terpen.Senyawa terpen merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari
atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (unit
isoprena), yang bergabung secara head to tail (kepala ekor).

Biosintesis terpenoid adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A


melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang
dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol
menghasilkan rantai karbon bercabang, reaksi-reaksi berikutnya adalah
fosforilasi,eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan isopentenil (IPP)
yang selanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh
enzimisomeriasi. IPP sebagai unit isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekor
dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi
isoprene untuk menghasilkan terpenoid.Penggabungan ini terjadi karena serangan
electron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan
electron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil.
Biosintesa dari terpenoid terjadi 3 reaksi dasar yaitu:
1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-,
di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dan steroid.

b. Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri
umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B dan C
beranggotakan enam atom karbon, dan cincin D beranggotakan lima. Steroid,
semuanya diturunkan dari struktur inti empat-cincin lebur yang sama, memiliki peran
biologis yang bervariasi seperti hormon dan molekul pensinyalan. Steroid 18-karbon
(C18) meliputi keluarga estrogen, sementara steroid C19 terdiri dari androgen seperti
testosteron dan androsteron.
Biosintesis steroid melalui jalur asam mevalonat. Pembentukan kerangka steroid
dimulai dari kondensasi dan famesil pitofosfat (seskuiterpen melalui interaksi ekor-
ekor menghasilkan skualen, dan kemudian berubah menjadi 2,3-epeksiskualen).
Setelah itu terjadi siklisasi berganda dan disusul oleh penataan atom-atom hydrogen
dan gugus metil, yang kemudian menghasilkan lanosterol (pada hewan) atau
sikloartenol (pada tumbuhan).
c. Fenilpropanoid merupakan senyawa fenol di alam yang mempunyai cincin
aromatik dengan rantai samping terdiri dari 3 atom karbon. Golongan fenilpropanoid
yang paling tersebar luas adalah asam hidroksi sinamat, yaitu suatu senyawa yang
merupakan bangunan dasar lignin. Empat macam asam hidroksi sinamat banyak
terdapat dalam tumbuhan. Keempat senyawa tersebut yaitu asam ferulat, sinapat,
kafeat dan p-kumarat. Senyawa fenol ini mempunyai kerangka dasar karbon yang
terdiri dari cincin benzena (C6) yang terikat pada ujung rantai karbon propane.

Biosintesis fenilpropanoid terdiri dari 3 jalur yaitu:


1. Jalur Biosintesa Shikimat
Pembentukan asam shikimat diawali dengan kondensasi aldol antara eritrosa dan
asam fosfoenolpiruvat. Pada kondensasi ini, gugus metilen (C=CH2) dari asam
fosfoenolpiruvat berlaku sebagai nukleofil dan mengadisi gugus karbonil C=O
eritrosa, menghasilkan gula dengan 7 unit atom karbon. Selanjutnya reaksi yang
analog (intramolekuler) menghasilkan asam 5-dehidrokuinat yang mempunyai
lingkar sikloheksana, yang kemudian diubah menjadi asam shikimat.
Asam sinamat, asal mula fenilpropanoid, dibentuk dengan deaminasi enzimatis
langsung fenilalanin, dan asam p-kumarat dapat dibiosintesis dalam cara yang
serupa dari tirosin atau hidroksilasi asam sinamat pada posisi para. Asam p-
kumarat juga dikenal sebagai asam p-hidroksisinamant, adalah pusat perantara
dalam biosintesis beberapa fenilpropanoid.
2. Jalur biosintesa kumarin
Kumarin adalah senyawa fenol yang pada umumnya berasal dari tumbuhan tinggi
dan jarang sekali ditemukan pada mikroorganisme. Dari segi biogenetic, kerangka
benzopiran-2-on dari kumarin berasal dari asam-asam sinamat, melalui orto-
hidroksilasi. Asam orto-kumarat yang dihasilkan setelah menjalani isomerisasi
cis-trans, menjalani kondensasi.
3. Jalur biosintesa Alifenol dan propenil fenol
Senyawa-senyawa Alifenol dan propenil fenol adalah dua jenis senyawa
fenilpropanoida yang berkaitan satu sama lainnya. Senyawa-senyawa ini
umumnya ditemukan bersama-sama dalam minyak atsiri dalam tumbuhan
umbeliferae atau tumbuhan lain yang digunakan sebagai rempah-rempah.
d. Poliketida adalah senyawa fenolik yang berasal dari jalur asetat-malonat. Senyawa
poliketida mempunyai kerangka dasar aromatik yang disusun oleh beberapa unit dua
atom karbon dan membentuk suatu rantai karbon yang linier yakni asam poli β-
ketokarboksilat yang disebut rantai poliasetil.

Biosintesisis poliketida berasal dari suatu reaksi kondensasi asetil-CoA dengan


senyawa malonil-CoA. Asetil-CoA dibentuk dari asam asetat yang mengalami
pengaktivan pada gugus karboksilnya menjadi bentuk tio ester dengan bantuan enzim
Poliketida Sintase (PKS), sedangkan malonil-CoA berasal dari asetil-CoA yang
mengalami karboksilasi pada gugus metilennya.
Pembentukan rantai poliasetil (suatu produk menengah yang berupa rantai karbon
linear poli-β-keton) ini terjadi melalui suatu reaksi kondensasi Claisen antara unit
pemula (asetil-KoA) dan unit perluasan (malonil-KoA). Pembentukan rantai poliasetil
terjadi dengan bantuan enzim poliketida sintase. Setelah terbentuk rantai diketida,
terjadi reaksi perpanjangan rantai dengan adanya penambahan gugus asetil yang
berasal dari malonil-KoA. Reaksi perpanjangan ini sangat ditentukan oleh enzim asil
transferase. Enzim tersebut berfungsi untuk memundahkan gugus asil dari malonil-
KoA ke enzim poliketida sintase agar enzim tersebut hanya melakukan siklus
kondensasi.

e. Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua
tumbuhan. Di dalam tumbuhan flavonoid biasanya berikatan dengan gula sebagai
glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tadi disebut aglikon. Aglikon
flavonoid terdapat dalam dalam berbagai bentuk struktur, semuanya mengandung 15
atom karbon (C) dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C 6 – C3 – C6,
yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau
tidak dapat membentuk cincin ketiga.
Biosintesis flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2
menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15 yang dihasilkan dari
kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang
diperlukan. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yaitu
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom
karbon dari rantai propane berasal dari jalur fenilpropanoida (jalur shikimat).
Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua
jenis biosintesa utama untuk cincin aromatic yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-
malonat. Sebagai akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga
atom karbon dari rantai propane dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti
ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil dan sebagainya.
Jalur sintesis flavonoid bermula dari produk glikolisis yaitu fosfoenol piruvat.
Selanjutnya, produk tersebut akan memasuki alur shikimat untuk menghasilkan
fenilalanin sebagai materi awal untuk alur metabolic fenil propanoid. Alur tersebut
akan menghasilkan 4-coumaryl-coA, yang akan bergabung dengan malonyl-coA
untuk menghasilkan struktur sejati flavonoid. Flavonoid yang pertama kali terbentuk
pada biosintesis ini disebut khalkon. Bentuk lain diturunkan dari khalkon melalui
berbagai alur dan rangkaian proses enzimatik, seperti: flavanol, flavan-3-ols,
proantosianidin (tannin).

f. Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali
dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul
senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis
kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Selain itu ada
beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N
(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus.
Biosintesis alkaloid didasarkan pada hasil analisa terhadap ciri struktur tertentu yeng
sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid. Alkaloid aromatik mempunyai
satu unit struktur yaitu ß-ariletilamina. Alkaloid-alkaloid tertentu dari jenis 1-
benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung dua unit ß-ariletilamina yang saling
berkondensasi. Kondensasi antara dua unit ß-ariletilamina tidak lain adalah reaksi
kondensasi Mannich. Dengan reaksi sebagai berikut: (CH3)2NH + HCHO +
CH3COCH3(CH3)2NCH2CH2COCH3 + H2O. Menurut reaksi ini, suatu aldehid
berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan suatu ikatan karbon-nitrogan dalam
bentuk imina atau garam iminium, diikuti oleh serangan suatu atom karbon
nukleofilik ini dapat berupa suatu fenol.
2. Dasar determinasi suatu tumbuhan yaitu :
a. Struktur atau ciri morfologis
b. Struktur atau ciri anatomis
c. Kandungan kimia
3. Kemotaksonomi adalah telaah kimia dalam suatu kelompok tumbuhan yang terbatas
dan terutama mengenai kandungan metabolit sekundernya, kemudian menggunakan
data tentang kandungan tersebut untuk menggolongkan tumbuhan yang tidak dikenal.
Tumbuh-tumbuhan dari takson yang sama mempunyai hubungan kekerabatan yang
sangat erat, terutama pada takson tingkat familia, genus dan spesies.

Tingkatan takson yang sering digunakan dalam fitokimia, yaitu famili, genus dan
spesies.

4. Tahapan proses penyiapan tanaman sampel untuk penelitian :


a. Panen (Pengambilan Sampel)
Cara pengambilan sampel yang berasal dari bagian tumbuhan/tanaman, yaitu :
- Akar (Radix), diambil bagian yang berada di bawah tanah.
- Batang (Caulis), diambil mulai dari cabang pertama sampai leher akar,
dipotong dengan panjang dan diameter tertentu.
- Kulit batang/klika (Kortex), diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu dan tidak mengambilnya dengan
satu lingkaran penuh pada batang.
- Kayu (Lignum), diambil dari cabang atau batang, kulit dikelupas dan
dipotong-potong kecil.
- Daun (Folium), diambil daun tua (bukan daun kuning) daun kelima dari
pucuk. Daun dipetik satu persatu secara manual.
- Bunga (Flos), dapat berupa kucup, bunga mekar atau mahkota bunga atau
daun bunga, dipetik langsung dengan tangan.
- Rimpang (Rhizoma), diambil dan dibersihkan dari bulu-bulu akar, kemudian
dipotong melintang dengan ketebalan tertentu. Dipanen pada saat daun
meluruh (layu)
- Buah (Fructus), dapat berupa buah matang, buah muda, dipetik dengan tangan.
- Biji (Semen), buah dikupas dan biji dikumpulkan dan dibersihkan, diambil
dari buah yang masak.
- Herba, adalah bagian tanaman yang berada di atas tanah, kecuali dinyatakan
lain, diambil dan dibersihkan.
b. Sortasi basah
Sortasi basah adalah proses pemilahan bahan alam segera setelah dipanen, dengan
tujuan untuk mengurangi bahan alam rusak (cth : berjamur) yang ikut terbawa.
Disebut basah karena masih terdapat kandungan air yang banyak di dalam bahan
alam tersebut (belum dikeringkan).
c. Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang melekat pada bahan alam
yang akan digunakan
d. Perajangan
Perajangan dilakukan bila perlu untuk memudahkan proses pengeringan nantinya.
Proses perajangan berarti memperkecil ukuran dari bahan alam dan memperluas
luas daerah kontak bahan alam untuk penguapan air. Dilakukan dengan
menggunakan peralatan potong yang tidak merusak kandungan senyawa dalam
bahan alam.
e. Pengeringan
Pengeringan ini merupakan tahap yang paling penting untuk mengurangi kadar air
dalam bahan alam dengan tujuan untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme
yang dapat merusak bahan alam.
Pengeringan ini bila perlu dilakukan menggunakan 2 metode.
- Metode pengeringan alami, dilakukan dengan tanpa bantuan alat, dibawah
sinar matahari langsung atau diangin-anginkan.
- Metode pengeringan buatan, dilakukan dengan bantuan alat, seperti
penggunaan oven simplisia.
f. Sortasi kering
Sortasi kering dilakukan segera setelah proses pengeringan selesai dilakukan,
dengan tujuan untuk menghilangkan simplisia yang rusak selama proses sebelum
dan setelah pengeringan agar hanya didapatkan simplisia yang benar-benar baik
dan dapat disimpan dalam waktu yang lama.
g. Pengepakan
Pengepakan simplisia dilakukan di sak simplisia yang kedap udara, karena
walaupun simplisia sudah dalam kondisi kering, kontaminasi mikroorganisme
tetap dapat menjadi bahaya bila penyimpanan tidak dilakukan dengan baik dan
benar.

Anda mungkin juga menyukai