Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PERCOBAAN III
DIGITASI DAN OVERLAY

OLEH :

NAMA :
NIM :
ASISTEN :

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 FISIKA
BANJARBARU

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Informasi Georafis (Georaphic Information Sistem) adalah
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, yang dirancang untuk
bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Sistem ini mengcapture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi,
menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada
kondisi bumi. GIS dapat didefinisikan sebagai suatu alat yang dapat digunakan
untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data
yang bereferensi geografis.
Digitasi peta merupakan pekerjaan memindahkan peta dalam bentuk
lembaran peta (hardcopy) ke dalam komputer. Pada tahap ini, peta yang masih
dalam bentuk lembaran kertas kemudian diubah ke dalam bentuk format digital,
yaitu format yang dapat dibaca dan diolah oleh komputer. Alat untuk merekam
atau memindahkan data tersebut dinamakan digitizer. Selain itu, proses ini juga
dapat dilakukan dengan menggunakan scanner.
Hasil digitasi biasanya belum sempurna, karena masih dapat dijumpai
kesalahan atau tidak akurat. Kesalahan tersebut umumnya terjadi akibat
ketidaktelitian manusia dalam proses digitasi peta atau karena faktor kemampuan
alat yang terbatas. Sehingga pada tahap ini yang dilakukan ialah mengoreksi dan
memperbaiki data atau simbol yang salah atau tidak tepat. Kesalahan- kesalahan
yang umumnya terjadi, dalam bentuk overshoot (garis lebih), undershoot (garis
tidak nyambung), garis ganda, kesalahan dalam pelabelan, dan lain-lain.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain :
1. Untuk mengetahui proses digitasi pada ArcGIS.
2. Untuk mengetahui proses overlay pada ArcGIS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) yang


selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem berbasis komputer (CBIS) yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis.
SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objekobjek
dan fenomena di mana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau
kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan system komputer yang
memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi
geografis: masukan, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data),
analisis dan manipulasi data, dan keluaran (Aronoff, 1989).
Digitasi merupakan proses mengubah fitur geografis pada peta analog
(format raster) menjadi format digital (format vektor) menggunakan meja digitasi
digitizer yang dihubungkan dengan computer. Digitizer merupakan perangkat
pada meja digitasi digunakan untuk melacak fitur fitur yang ada pada peta analog
yang kemudian disimpan sebagai data spasial. Digitasi juga dapat dilakukan
dengan on screen, yaitu digitasi pada layar komputer / laptop dengan bantuan
piranti lunak seperti ArcGIS, ArcView, dan piranti lunak lainnya(Fadilla, 2004).
Digitasi merupakan proses pembentukan data yang berasal dari data raster
menjadi data vektor. Dalam Sistem Informasi Geografis dan pemetaan digital,
data  vektor  banyak digunakan  sebagai  dasar  analisis  dan  berbagai  proses.
Digitasi pada ArcView dilakukan pada dokumen View dan disimpan di dalam
sebuah shapefile (*.shp). Oleh karena itu, proses digitasi didahului dengan
pembuatan sebuah shapefile kosong. Peta hasil digitasi selanjutnya dapat
digunakan dalam proses overlay (Soenarmo, 1994).
Digitasi merupakan proses pembentukan data yang berasal dari data raster
menjadi data vektor. Dalam Sistem Informasi Geografis dan pemetaan digital,
data  vektor  banyak digunakan  sebagai  dasar  analisis  dan  berbagai  proses.
Digitasi pada ArcView dilakukan pada dokumen View dan disimpan di dalam
sebuah shapefile (*.shp). Oleh karena itu, proses digitasi didahului dengan
pembuatan sebuah shapefile kosong. Peta hasil digitasi selanjutnya dapat
digunakan dalam proses overlay (Nichols, 2012).
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan
dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan
sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data
raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata
lain resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya dari permukaan bumi yang
diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang
direpresentasikan oleh satu sel, maka semakin tinggi resolusinya. Data raster
sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual,
seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya.
Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file, semakin tinggi
resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada
kapasitas perangkat keras yang tersedia. Kemudian, data vektor adalah data yang
direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (poligon). Ada
tiga tipe data vektor (titik, garis, dan poligon) yang bisa digunakan untuk
menampilkan informasi pada peta. Titik bisa digunakan sebagai lokasi sebuah
kota atau posisi menara radio. Garis bisa digunakan untuk menunjukkan rute suatu
perjalanan atau menggambarkan batasan (boundary). Poligon bisa digunakan
untuk menggambarkan sebuah danau atau sebuah negara pada peta dunia. Dalam
format vektor, bumi direpresentasikan sebagai suatu mosaik dari garis (arcline),
poligon (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik
yang sama), titik point (node yang mempunyai label) dan nodes (merupakan titik
perpotongan antara dua baris). Setiap bagian dari data vektor dapat saja
mempunyai informasi - informasi yang bersosiasi satu dengan lainnya seperti
penggunaan sebuah label untuk menggambarkan informasi pada suatu lokasi. Peta
vektor terdiri dari titik, garis, dan poligon. Masing – masing format data
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan
sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang
dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisis. Data
vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi
sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster
biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi
lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis.
(Danoedoro, 1990).
Dalam model data raster setiap lokasi direpresentasikan sebagai suatu
posisi sel. Sel ini diorganisasikan dalam bentuk kolom dan baris sel-sel dan biasa
disebut sebagai grid. Dengan kata lain, model data raster menampilkan,
menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks
atau pixel yang membentuk grid. Setiap pixel atau sel ini memiliki atribut
tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Setiap baris matriks berisikan
sejumlah sel yang memiliki nilai tertentu yang merepresentasikan suatu fenomena
geografis. Nilai yang dikandung oleh suatu sel adalah angka yang menunjukan
data nominal. Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi atau ukuran
pixelnya di permukaan bumi. Pada model data raster, matriks atau array diurutkan
menurut koordinat kolom (x) dan barisnya (y). Pada sistem koordinat pixel
monitor komputer, titik asal sistem koordinat raster terletak di sudut kiri atas.
Nilai absis (x) akan meningkat ke arah kanan, dan nilai ordinat (y) akan membesar
ke arah bawah – seperti terlihat pada gambar di atas. Walaupun demikian. sistem
koordinat ini sering pula ditransformasikan sehingga titik asal sistem knordinat
rerletak di sudut kiri bawah, makin ke kanan nilai absisnya (x) akan meningkat.
dan nilai ordinatnya (y) makin meningkat jika bergerak ke arah atas. Masukan
spasial raster disimpan di dalam layer yang secara fungsionalitas direlasikan
dengan unsur-unsur petanya. Contoh sumber-sumber masukan spasial raster
adalah citra satelit, misalnya NOAA. Spot, Landsat, Ikonos dan lain-lain.
Kemudian citra radar dan model ketinggian digital seperti DTM atau DEM dalam
model data raster (Sumaryono, 1999).
Digitizing adalah proses menggambar ulang fitur geografi pada peta
analog menjadi format digital dengan digitizing tablet atau mouse yang
dihubungkan dengan komputer, hasil dari proses digitasi ini kemudian disimpan
dalam bentuk data spasial. Metode digitasi secara umum dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan menggunakan digitizer yang menggunakan meja digitasi
dan yang langsung onscreen di layar monitor. Digitasi onscreen paling sering
digunakan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan alat
lainnya dan lebih mudah dikoreksi apabila terjadi kesalahan. Kemudian, overlay
adalah pengaturan data geografi dalam tema yang terpisah berformat *.lyr, dan
masing – masing tema ini juga dapat di-overlay menjadi satu data layer yang
terintegrasi menjadi map document berformat *.mxd (Nugroho dan Susilo, 2010).
Overlay adalah prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi
Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas
grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot.
Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang
lain beserta atribut – atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang
memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut. Overlay merupakan proses
penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut
sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk
digabungkan secara fisik. Pemahaman bahwa overlay peta (minimal dua peta)
harus menghasilkan peta baru adalah hal mutlak. Dalam bahasa teknis harus ada
poligon yang terbentuk dari dua peta yang di-overlay. Jika dilihat data atributnya,
maka akan terdiri dari informasi peta pembentukya. Misalkan Peta Lereng dan
Peta Curah Hujan, maka di peta barunya akan menghasilkan poligon baru berisi
atribut lereng dan curah hujan. Teknik yang digunakan untuk overlay peta dalam
SIG ada dua yakni union dan intersect. Jika dianalogikan dengan bahasa
matematika, maka union adalah gabungan, intersect adalah irisan. Hati-hati
menggunakan union dengan maksud overlay antara peta penduduk dan
ketinggian. Secara teknik bisa dilakukan, tetapi secara konsep overlay tidak
(Soenarmo, 1994).
DAFTAR PUSTAKA

AronoffS. 1989. Geographic Information Systems: A Management Perspective.


Ottawa, Ont., Canada: WDL Publications.

Danoedoro, P. 1990. Beberapa Teknik Operasi dalam Sistem Informasi Geografis.


UGM. Yogyakarta.

Fadilla,R. 2018. Analisis Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap


Rencana Tata Ruang / Wilayah di Kecamatan Penjaringan Kota
Administratif Jakarta Utara Menggunakan Sistem Informasi Geografis.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Galati, S. R. 2006. Geographic Information Systems Demystified. Artech House.


Boston.

Nichols, J. 2012. Basic Facts on Geographic Information Systems. John Wiley &
Sons Ltd. New Jersey.

Nugroho, A. & Y. S. B. Susilo. 2010. Pembuatan Peta Digital Topografi Pulau


Panjang, Banten, Menggunakan ArcGIS 9.2 dan Surfer 8. Jurnal
Pengembangan Energi Nuklir. 12(1) : 38 – 44.

Soenarmo, S. H. 1994. Pengindraan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi


Geografi untuk Bidang ilmu Kebumian. ITB. Bandung.

Sumaryono. 1999. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Reboisasi


Di Sub DAS Roraya-Kendari. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahun Ke-8
MAPIN (Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai