Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA PADA

KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI


RUMAH SAKIT JIWA
Dr. RM.SOEDJARWADI PROPINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh:

FIRAH AZZAHRA
193203101

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIV


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN HARGA


DIRI RENDAH

Telah Disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Rizqi Wahyu Hidayati, S.Kep, Ns., M.Kep) ( Sri Suyani, S.Kep, Ns) (Firah Azzahra)
A. Pengertian
Konsep diri adalah
 Semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain (Stuart, 2016). Termasuk persepsi individu akan
sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan,
nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginan.
 Cara individu memandang dirinya secara utuh meliputi fisik,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Keliat, 2009).
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari
melalui kontak sosial, pengalaman berhubungan dengan orang
terdekat, orang lain dan dengan realitas dunia. Pandangan individu
tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan
pandangan orang lain tentang dirinya.

B. Rentang Respon Konsep Diri


Respon individu terhadap konsep diri, berfluktuasi sepanjang rentang
respon dari adaptif sampai maladaptif.

Respon Respon
Adaptif maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri postif Harga diri rendah Keracunan identitas
Depersonalisasi

Gambar 1. Rentang respon terhadap konsep diri


 Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima.
 Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi dan menyadari hal positif dan negatif
dalam dirinya.
 Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
 Kerancuan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan
aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan. Aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
 Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

C. Konsep diri terbagi atas (Stuart, 2016) :


a) Citra diri
Kumpulan dari sikap individu yang disadari atau tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang
baru.
b) Ideal diri (self ide)
Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
c) Penampilan peran (role performance)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosila
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.
Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak
mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang dipilih
atau terpilih oleh individu. Menurut Stuart and Sudden (1998) terdapat
5 faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran :
 Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang
sesuai dengan peran
 Konsistensi orang yang berarti terhadap
peran individu
 Keseimbangan dan kesesuaian antara peran
yang dilakukan
 Keselarasan harapan dan kebudayaan
dengan peran
 Kesesuaian situasi yang dapat mendukung
pelaksanaan peran
d) Identitas personal (identity)
Penilaian individu terhadap dirinya sebagai suatu kesatuan utuh,
berlanjut, konsisten dan unik. Ini berarti individu tersebut otonom,
berbeda dengan orang lain termasuk persepsinya terhadap jenis
kelamin.
e) Harga diri
Harga diri adalah semua pikiran, kepercayaaan dan keyakinan
yang diketahui tentang dirinya yang mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Keliat, 2010).
Konsep diri berkembang dengan baik apabila budaya dan
pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan positif,
memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu/ lingkungan dan
dapat beraktualisasi sehingga individu menyadari potensi dirinya.
Konsep diri secara utuh adalah citra tubuh, ideal diri, harga diri,
penampilan peran, dan identitas personal, respon individu terhadap
konsep dirinya. Sepanjang rentang respon konsep diri adaptif sampai
maladaptif.
 Harga diri rendah
1) Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri atau cita-cita atau harapan lansung
menghasilkan perasaan berharga. Gangguan harga diri rendah
(HDR) dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang perasaan diri, merasa gagal dalam mencapai
keinginan (Keliat,2009).
2) Gangguan harga diri rendah dapat terjadi
secara :
 Situsional yaitu terjadi trauma yang
tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,dicerai
suami/istri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh
KKN, dipenjara tiba-tiba), kegagalan-kegagalan dalam
studi, kehilangan orang-orang yang dicintai.
Pada klien yang dirawat HDR, karena :
 Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya:
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat
yang tidak sopan.
 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
 Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai.
 Kronik yaitu perasaan negatif terhadap
diri sendiri berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat.
Klien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif.
3) Tanda dan Gejala :
 Perasaan malu terhadap diri sendiri, terhadap penyakit dan
akibat tindakan perawatan selama di rumah sakit.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri, karena kegagalan –
kegagalan yang dialami.
 Merendahkan diri sendiri, misalnya : saya tidak bisa, saya
tidak mampu apa-apa, saya orang yang bodoh.
 Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien
lebih suka sendiri.
 Percaya diri kurang.
 Mencederai diri, akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri
hidupnya.
Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami :
a. Citra tubuh yang positif
b. Ideal diri yang realistik
c. Konsep diri yang positif
d. Harga diri yang tinggi
e. Penampilan peran yang memuaskan
f. Identitas yang jelas.
D. Etiologi
- Faktor predisposisi
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang :
a) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
b) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipik
peran seks, tuntutan peran kerja dan harapan peran kultural.
c) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan
perubahan dalam struktur sosial.
- Faktor presipitasi
Stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal.
a) Trauma
Seperti; penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
b) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran :
 Transisi peran perkembangan adalah perubahan
normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk
tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.
 Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
 Transisi peran sehat-sakit sebagai akibat pergeseran
dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan
oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan
dan fungsi tubuh.

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapai persepsi diri yang menyakitkan.
 Pertahanan jangka pendek
- Aktivitas yang dapat memberikan pelarian diri
sementara dan krisis identitas. Misalnya : bekerja keras.
- Aktivitas yang dapat memberikan identitas
pengganti sementara. Misalnya: ikut dalam kegiatan kelompok
(pengajian).
- Aktivitas yang secara sementara menguatkan
perasaan diri. Misalnya : olahraga.
 Pertahanan jangka panjang
Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan
potensi diri individu tersebut.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi disosiasi, isolasi,
proyeksi, pergeseran (displacement), berbalik marah terhadap diri sendiri
dan amuk (Azis, 2009)

F. Perilaku dengan Harga Diri Rendah


a) Mengkritik diri sendiri dan atau orang lain.
b) Produktivitas menurun.
c) Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain.
d) Merasa diri tidak bisa.
e) Merasa bersalah.
f) Perasaan negatif terhadap diri sendiri.
g) Pandangan hidup yang pesimis.
h) Mengingkari kemampuan yang dimiliki.
i) Isolasi diri dan perasaan cemas yang berlebihan.
j) Menarik diri dari realitas yang ada.
k) Mengejek diri sendiri dan mencederai diri sendiri.
l) Penyalahgunaan zat.

G. Teori Psikodinamika
a) Teori Psikoanalisa
Setiap manusia akan mengalami tahap tumbuh kembang dari janin
hingga dewasa. Masing-masing tahap akan menimbulkan respon
psikologis pada individu tersebut. Kondisi kegagalan melewati tiap
tahapan dalam tumbuh kembang dapat menimbulkan kecemasan dan
ketidaknyamanan psikologis sehingga individu menggunakan koping
mekanisme untuk mengendalikan kecemasannya. Kecemasan akan
menimbulkan disintegrasi id-ego-superego. Dominasi dari masing-
masing id-ego-superego akan menimbulkan perilaku maladaptif.
Skizofrenia merupakan kumpulan gejala psikosis yang timbul akibat
ketidak seimbangan antara id-ego dan superego.

b) Teori Sosial kultur


Kehidupan sosial budaya berpengaruh terhadap timbulnya gangguan
mental. Kondisi stress lingkungan sosial kultur (perceraian,
kehilangan, kegagalan) menimbulkan rasa terisolasi dan akumulasi
stress sosial kultur menyebabkan psikosis disoders.
c) Teori Interpersonal
Menurut Sulivan Z Peplou dalam teori model interpersonal
mengemukakan bahwa gangguan jiwa muncul akibat ansietas yang
timbul dan dialami dalam hubungan interpersonal. Ketakutan manusia
adalah takut ditolak oleh orang lain karena manusia membutuhkan rasa
aman dan kepuasan dari hubungan interpersonal yang memuaskan.
Teori ini berhubungan erat dengan teori sosial kultur bahwa stress
lingkungan yang menjadi predisposisi masalah harga diri rendah dalam
skizofrenia akibat kegagalan dalam hubungan interpersonal baik dalam
masyarakat maupun keluarga.
Menurut teori interpersonal, perawat berperan sebagai fasilitator
yang membantu klien agar dapat membagi ansietas dan perasaannya
sehingga klien dapat mengendalikan perilakunya.

H. Teori lain yang mendukung


a. Teori Belajar (Operan Conditioning)
Menurut B.F Skinner ,1953 dalam Sulistiawati (2005), operan
conditioning diperlukan dalam hubungan antara perilaku sehari-hari
dengan lingkungan karena perilaku sangat dikontrol oleh lingkungan.
Operan conditioning berisikan reinforcement baik positif maupun
negatif yang dapat diberikan pada perilaku seseorang dalam
berhubungan dengan lingkungan. Reinforcement merupakan hal
penting dalam berhubungan dengan orang lain. Kurangnya
reinforcement positif pada interaksi seseorang dengan lingkungan
menyebabkan seseorang mudah depresi dan mengalami harga diri
rendah. Knci asumsi pada teori ini adalah semakin sedikit
reinforcement positif yang diterima seseorang, maka semakin banyak
kemungkinan terkena skizofrenia yang diwujudkan dalam pemikiran
negatif terhadap diri dan harga diri rendah.
Berdasarkan teori ini, ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan agar
tidak terjadi perilaku negatif seperti harga diri rendah :
a. Pengalaman positif dalam seksualitas
b. Reward terhadap interaksi sosial
c. Kemampuan mengungkapkan perasaan
Oleh karena itu perawatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas interaksi reinforcement positif dan menurunkan interaksi
yang tidak sehat.
b. Teori Eksistensial
Dikembangkan oleh Perls, Glasser, Rogers dan Frank. Pada model ini
dinyatakan bahwa kehidupan akan penuh arti apabila manusia dapat
menerima diri sepenuhnya. Penerimaan diri dapat dicapai melalui
hubungan dengan orang lain. Proses terapi menurut model ini adalah
membantu mengalami keuntungan yang otentik. Masalah klien
diidentifikasi melalui interpretasi dan proses transferensi klien. Peran
klien pada model ini adalah mengungkapkan secara verbal semua
pikiran dan mimpinya untuk diinterpretasikan terapis. Terapis
memfasilitasi klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan
mimpinya.

I. Akibat yang ditimbulkan dari harga diri rendah


a) Menarik diri
b) Perilaku kekerasan
c) Risiko menciderai diri sendiri dan orang lain
J. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang diberikan pada pasien yang mengalami harga
diri rendah, lebih banyak berfokus pada pemeliharaan neurotransmiter
otak. Obat yangs ering dipakai untuk pasien yang mengalami harga diri
rendah adalah :
a.Golongan antipsikotik golongan pertama /Golongan Typical
- Chlorpromazine HCl ( Largactil, Promactil, Meprosetil)
- Trifluoperazine HCl ( Stelazine )
- Thioridazine HCl ( Melleril)
- Haloperidol ( Haldol, Govotil, serenace, lodomer)
b.Antipsikotik golongan kedua ( Golongan Atypical )
- Clozapine (1988) : Clozaril 75–700 mg/day
- Risperidone (1992) : Risperdal 0.5–16 mg/day
- Olanzapine (1994) : Zyprexa 5–20 mg/day
- Quetiapine (Mid 1990s) : Seroquel 25–800 mg/day
- Ziprasidone (Late 1990s) : Geodon 20–160 mg/day
- Aripiprazole (2002, Dec.) : Abilify 10–30 mg/day
Psikopatho flow
Teori Psikoanalisa
 Kegagalan dalam tahap tumbuh kembang
Usia 0-1 thn : kegagalan fase oral, bounding attactment, pengalaman
perpisahan
Usia 1-3 thn : kegagalan fase anal (toilet training), pengalaman perpisahan
Usia 3-6 thn : kegagalan fase falik (identifikasi jenis kelamin)
Usia 6-12 thn : kegagalan fase laten
Usia 12-20 thn : kegagalan fase genital (gagal berhubungan dengan lawan
jenis)
 Peristiwa psikotrauma : pelecehan seksual, bencana alam, kejadian luar
biasa
 Merasa ditolak, disakiti dan kehilangan cinta orang tua

Terpecahnya struktur kepribadian id-ego-superego

Basic Anxietas

Self esteem ↓↓, kepuasan diri ↓↓

Presipitasi : kegagalan, perpisahan dan kehilangan

Kecemasan meningkat

Koping mekanisme maladaptif


(regresi, proyeksi,menghindari, masalah)

Kognitif Perilaku Afektif

- Kritik diri sendiri - produktivitas ↓ - HDR

- Ragu-ragu - destriktif - Perasaan


tidak mampu - menarik diri
mengambil keputusan

- Pesimis - cemas

- Berpikir (-) ttg dirinya - takut

- Curiga - merusak diri


Teori Interpersonal
 Kegagalan dalam tahap tumbuh kembang
Usia 0-1 thn (trust><midtrust) : kegagalan untuk membina rasa percaya kepada
orang lain.
Usia 1-3 thn (autonomy><shame) : merasa malu-malu dan ragu-ragu.
Usia 3-6 thn (initiative>< guility): selalu merasa bersalah dan kurang inisiatif
Usia 6-12 thn (industry><inferiority) : kegagalan bersosialisasi sehingga rendah
diri.
Usia 12-18 thn (identity><role diffusion) : kekaburan peran dan identitas.
Usia 18-30 thn (intimacy><Isolation) : kegagalan dalam komitmen, rasa tidak
puas terhadap pasangan.
Usia 30-65 thn (productive><self absorption) : kegagalan dalam karier
Usia . 65 thn (integrity><despair) : rasa putus asa, hampa, hilang harapan
 Konflik intrapersonal
 Kegagalan, kehilangan

Rasa tidak nyaman dan tidak puas

Kepuasan diri ↓↓
Self esteem ↓↓

Basic Anxietas

Presipitasi : kegagalan atau kehilangan

Kecemasan ↑↑

Koping maladaptif
(Regresi, menarik diri, isolasi, mengindar, marah)
Kognitif Afektif Perilaku
- Perhatian ↓ - Depresi - Menarik diri
- Daya Pikir ↓ - Murung - Inisiatif ↓
- Alogia - Sedih - Avolition
- Tidak puas - Hopeless
- Anhedonia
- HDR
K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor menunjang terjadinya perubahan dalam
konsep diri: harga diri rendah adalah :
1) Penolakan orang tua.
2) Harapan orang tua yang tidak realistis.
3) Kegagalan yang berulang kali.
4) Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain.
b. Faktor Presipitasi
Presipitasi terjadinya gangguan konsep diri: harga diri rendah
dapat ditimbulkan dari dalam atau dari luar yang dibagi
dalam 5 kategori :
 Ketegangan peran
Stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
 Konflik peran.
Ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan
yang dilakukan
 Peran yang tidak jelas
Kurang pengetahuan individu tentang peran yang
dilakukan.
 Peran yang berlebihan
Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan peran
yang kompleks.
 Perkembangan transisi peran
Bertambahnya atau berkurangnya orang penting dalam
kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang
yang berarti.
Transisi peran sehat-sakit yaitu peran yang
diakibatkan oleh keadaan sehat atau sakit. Transisi ini
dapat disebabkan karena kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran dan bentuk, penampilan dan fungsi
tubuh. Perubahan fisik yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan serta prosedur
pengobatan dan perawatan.

L. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan
2. Harga diri rendah kronik
M. RENCANA KEPERAWATAN

Harga Diri Rendah TUM : Tindakan Psikoterapeutik

Setelah dilakukan tindakan 1) Bina hubungan saling percaya.


keperawatan, diharapkan mampu 2) Adakan kontak sering dan singkat
meningkatkan harga diri klien. secara bertahap.
3) Observasi tingkah laku klien.
TUK:
4) Tanyakan keluhan yang dirasakan
Setelah melakukan interaksi dengan
klien.
klien selama … s.d. …. kali,
5) Lakukan strategi pelaksanaan
diharapkan harga diri klien
psikoterapeutik :
meningkat dengan kriteria hasil :
SP I

1. Identifikasi kemampuan melakuka


TUK SP 1 : Klien dapat membina
kegiatan dan aspek positif pasien (
hubungan saling percaya dengan
daftar kegiatan).
perawat, klien dapat
2. Bantu pasien menilai kegiatan yan
mengidentifikasi kegiatan dan
dapat dilakukan saat ini (pilih dari
aspek positif, klien dapat
daftar kegiatan) : buat daftar kegia
meningkatkan harga diri dengan
yang dapat dilakukan saat ini.
mempraktikan kegiatan yang
3. Bantu pasien memilih salah satu
disenangi.
kegiatan yang dapat dilakukan saat
untuk dilatih.
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat d
cara melakukannya).
5. Masukan pada jadwal kegiatan unt
latihan 2 kali per hari.

TUK SP 2 : Klien dapat SP II


mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan pertama yang tel
cara meningkatkan harga diri dilatih dan berikan pujian.
dengan kegiatan ke-2 yang 2. Bantu pasien memilih kegiatan ked
disenangi dalam jadwal harian. yang akan dilatih.
3. Latih kegiatan kedua kedua (alat d
cara).
4. Masukkan pada jadwal kegiatan un
latihan: dua kegiatan masing2 2 ka
per hari.

TUK SP 3 : Klien dapat SP III


mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan pertama dan ked
cara meningkatkan harga diri yang telah dilatih dan berikan pujia
dengan kegiatan ke-3 yang 2. Bantu pasien memilih kegiatan ket
disenangi dalam jadwal harian. yang akan dilatih.
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara
4. Masukkan pada jadwal kegiatan un
latihan: tiga kegiatan, masing-masi
dua kali per hari.

TUK SP 4 : Klien dapat SP IV


mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua,
cara meningkatkan harga diri ketiga yang telah dilatih dan berika
dengan kegiatan ke-4 yang pujian.
disenangi dalam jadwal harian.
2. Bantu pasien memilih kegiatan
keempat yang akan dilatih.
3. Latih kegiatan keempat (alat dan c
4. Masukkan pada jadwal kegiatan un
latihan: empat kegiatan masing-
masing dua kali per hari.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz R (2009).Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa.Semarang :RSJD Dr. Amino


Gonohutomo.
Keliat Budi Ana (2009).Gangguan Konsep DiriEdisi 1. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Keliat, Budi Ana (2010).Proses Keperawatan Kesehatan JiwaEdisi 1. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

NANDA Internasional (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012 – 2014. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.


Singapore: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai