Anda di halaman 1dari 2

CLINICAL CASE

Anjing betina berumur 4 tahun dilaporkan mengalami nyeri pada abdomen bagian
atas, warna feses cokelat tua, warna urine gelap, vomit, demam 41 oC, badan menggigil, kulit
menguning.
Indikator Satua Nilai Normal Interpretasi
n
ALT (SGPT) IU/L 40 15-110 Normal
AST (SGOT) IU/L 15 10-50 Normal
ALP IU/L 200 20-130 Abnormal
GGT IU/L 38 14 Abnormal
BILIRUBIN Mg/dl 0.8 0.0- Abnormal
(conjugated) 0.02
BILIRUBIN Mg/dl 0.11 0.0- Abnormal
(unconjugated 0.02
)
Albumin g/dl 3 2.6-4.3 Normal
Globulin g/dl 3.8 2.3-4.5 Normal

PEMBAHASAN
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus ini adalah pemeriksaan kimia
darah berkaitan dengan uji fungsi hati, selain itu dibutuhkan pula pemeriksaan penunjang lain
seperti pemeriksaan hematologi dan urinalisis untuk mengaitkan hasil kimia darah.
Diagnosa
Anjing mengalami gangguan post hepatik yakni terjadi penyumbatan pada saluran
empedu atau disebut dengan cholestasis.
Analisa Hasil
1. ALP (Alkaline Phosphatase)
Enzim ini berasal terutama dari tulang, hati dan plasenta. Konsentrasi tinggi dapat
ditemukan dalam kanakuli bilier, ginjal dan usus halus. Pada penyakit hati kadar alkalin
fosfatase darah akan meningkat karena ekskresinya terganggu akibat obstruksi saluran biliary
(Ettinger, 2010)
Peningkatan ALP terjadi karena faktor hati atau non-hati. Peningkatan ALP karena
faktor hati terjadi pada kondisi : obstruksi saluran empedu, kolangitis, sirosis, hepatitis
metastase, hepatitis, kolestasis, infi ltrating hati disease. Peningkatan ALP karena faktor non-
hati terjadi pada kondisi : penyakit tulang, kehamilan, penyakit ginjal kronik, limfoma,
beberapa malignancy, penyakit inflamasi/infeksi, pertumbuhan tulang, penyakit jantung
kongestif. Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada obstruksi jaundice, lesi hati, sirosis
hepatik, penyakit paget, penyakit metastase tulang, osteomalasis, hiperparatiroidisme, infus
nutrisi parenteral dan hiperfosfatemia (Ettinger, 2010)
2. GGT (Gamma Glutamil transferase)
GGT terutama terdapat pada hati, ginjal; terdapat dalam jumlah yang lebih rendah
pada prostat, limfa, dan jantung. Enzim ini merupakan marker (penanda) spesifik untuk
fungsi hati dan kerusakan kolestatis dibandingkan ALP. GGT adalah enzim yang diproduksi
di saluran empedu sehingga meningkat nilainya pada gangguan empedu. Enzim ini berfungsi
dalam transfer asam amino dan peptida (Kaneko, 2008).
Peningkatan kadar GGT dapat terjadi pada kolesistitis, koletiasis, sirosis, pankreatitis,
atresia billier, obstruksi bilier, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, pengggunaan
barbiturat, obat-obat hepatotoksik (khususnya yang menginduksi sistem P450). GGT sangat
sensitif tetapi tidak spesifik. Jika terjadi peningkatan hanya kadar GGT (bukan AST, ALT)
bukan menjadi indikasi kerusakan hati (Kaneko, 2008).
3. BILIRUBIN
Bilirubin dimetabolisme oleh hati dan diekskresi ke dalam empedu sedangkan
sejumlah kecil ditemukan dalam serum. Peningkatan bilirubin terjadi jika terdapat pemecahan
sel darah merah berlebihan atau jika hati tidak dapat mensekresikan bilirubin yang dihasilkan
(Fahie, 2005).
Terhambatnya aliran empedu akan menyebabkan cairan empedu, yang terdiri dari
terdiri dari garam empedu, pigmen empedu (bilirubin) serta lemak,  menumpuk dalam darah.
Akibatnya timbul berbagai macam gejala.Kadar pigmen empedu (bilirubin) yang tinggi di
dalam darah akan menyebabkan gejala kuning pada kulit atau mata. Selain itu, pigmen
tersebut akan membuat warna urin menjadi seperti teh pekat dan membuat kulit (Fahie,
2005).
KESIMPULAN DAN SARAT LANJUTAN
DAFTAR PUSTAKA

Ettinger SJ, Feldman EC. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine. Saunders Elsevier;

Fahie MA, Martin RA. 2005. Extra-hepatic biliary tract obstruction: a retrospective study of
45 cases (1983-1993). J Am Anim Hosp Assoc.
Kaneko JJ, Harvey JN, Bruss ML. 2008. Clinical Biochemistry of Domestic Animals. PA:
Elsevier; p 244

Anda mungkin juga menyukai