Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 8 No.

2, September 2014
ISSN : 1978-225X

PROFIL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG


DIINFEKSIKAN Trypanosoma evansi DAN DIBERIKAN
EKSTRAK KULIT BATANG JALOH
(Salix tetrasperma Roxb)
Blood Profile of Rats (Rattus norvegicus) Infected with Trypanosoma evansi
Treated with Willow Tree Bark Extract (Salix tetrasperma Roxb)

Yudha Fahrimal1, Eliawardani1, Afira Rafina2, Al Azhar3, dan Nuzul Asmilia4


1
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
4
Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
E-mail: yudhafahrimal@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran darah (hematokrit, eritrosit, leukosit, dan diferensial leukosit) tikus yang diinfeksi
Trypanosoma evansi (T. evansi) dan diberi ekstrak kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Duapuluh lima ekor tikus jantan dibagi secara
acak ke dalam 5 kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok 0 (K0) tanpa perlakuan, kelompok I (K1) hanya
diinfeksikan dengan 103 T. evansi, kelompok II (K2) diinfeksikan dengan 10 3 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 30 mg/kg bobot
badan, kelompok III (K3) diinfeksikan 10 3 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 45 mg/kg bobot badan, dan kelompok IV (K4)
diinfeksi dengan 103 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 60 mg/kg bobot badan. Infeksi T. evansi dilakukan secara intraperitoneal
sedangkan ekstrak diberikan secara oral selama 3 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ± SD nilai hematokrit dan
eritrosit tikus dari K1, K2, K3 dan K4 lebih rendah dari K0. Sebaliknya, rata-rata ± SD jumlah leukosit (103/µl) lebih tinggi dari K0. Diferensial
leukosit menunjukkan jumlah masing-masing sel leukosit semua tikus dalam kelompok perlakuan meningkat setelah pemberian ekstrak kulit
batang jaloh kecuali eosinofil dan limfosit yang justru menurun. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa Infeksi T. evansi menurunkan kadar
hematokrit dan eritrosit namun meningkatkan kadar leukosit tikus dan pemberian ekstrak kulit batang jaloh dosis rendah dalam waktu yang
singkat mampu mengembalikan profil darah tikus mendekati nilai normal.
_____________________________________________________________________________________________________________________
Kata kunci: Trypanosoma evansi, ekstrak kulit batang jaloh, eritrosit, leukosit, hematokrit

ABSTRACT
This study was performed to determine blood profile (level of hematocrite, erythrocyte, leukocyte, and differential leucocytes) of rats infected
with Trypanosoma evansi (T. evansi) and treated with willow tree bark (Salix tetrasperma Roxb) extract. The study used a unidirectional
completely randomized design. Subjects were 25 male rats randomly assigned to 5 groups consisting of 5 rats. Group 0 (K0) were untreated
control, group I (K1) were rats infected with 10 3 T. evansi, group II (K2) were rats infected with 103 T. evansi and treated with 30 mg/kg body
weight of willow tree bark extract, group III (K3) were rats infected with 10 3 T. evansi and treated with 45 mg/kg BW of willow tree bark extract,
and group IV (K4) were rats infected with 103 T. evansi and treated with 60 mg/kg body weight of willow tree bark extract. Infection was
performed by intraperitonal injection and willow tree bark extract was given orally for 3 consecutive days. Result of this study showed that
haematocrite and erythrocyte values from KI, KII, KIII, and KIV rats were lower than those of control rats (K0). However, Leukocyte values
(103/μL) were higher than those of control group. On the other hands, means of rat leukocyte from treated groups were higher than those of
untreated control. Differential leukocyte count showed that number of neutrophil, basophil and monocyte increased while number of eosinophil
and lymphocyte were lower than those of untreated control. It can be concluded that T. evansi infection might reduce hematocrite and
erythrocyte values,but increased leukocyte of rats and administration of low doses of willow tree bark extract for a short period of time might
improve blood profile of rats close to its normal value.
_____________________________________________________________________________________________________________________
Key words: Trypanosoma evansi, willow tree bark extract, erythrocytes, leukocytes, hematocrite

PENDAHULUAN anjing (Partoutomo, 1995). Penyebaran penyakit


diperantarai oleh gigitan vektor serangga penghisap
Tripanosomiasis (surra) hewan merupakan penyakit darah, terutama Tabanus sp., Chrysop sp., dan
menular akut atau kronis pada hewan yang disebabkan Haematopota spp. (Hoare, 1972).
oleh protozoa hemoflagelata patogen Trypanosoma Upaya pengendalian penyakit surra sampai saat ini
evansi (T. evansi). Penyakit parasit darah ini pada masih sangat tergantung kepada obat-obat komersial.
awalnya ditemukan oleh Evans tahun 1880 pada kuda Tripanosida yang sudah lazim digunakan diantaranya
di India, dan kemudian diketahui menginfeksi berbagai suramin, diminazene azeturat, isometamedium,
jenis hewan berdarah panas di berbagai negara. Derajat quinapyramine, dan cymelarsan. Akhir-akhir ini,
kerentanan hewan-hewan ini terhadap tripanosomiasis resistensi Trypanosoma terhadap obat tripanosida ini
berbeda-beda, namun kuda, unta, dan anjing diketahui sudah terjadi di berbagai negara Asia (Stevenson et al.,
paling rentan terhadap penyakit ini. Tripanosomiasis 1985, Zhang, et al., 1991; Zhou et al., 2004), dan
tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia dan Afrika (Afewerk et al., 2000; Delespaux et al., 2008).
menyerang hewan seperti kuda, sapi, kerbau, dan Di Indonesia, hampir semua isolat T. evansi yang ada

164
Jurnal Kedokteran Hewan Yudha Fahrimal, dkk

di Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor resisten ekor dan diteteskan pada permukaan kaca obyek,
terhadap isometamedium atau diminazen azeturate kemudian dibuat sediaan apus tipis. Darah diwarnai
(Sukanto et al., 1987) sehingga perlu dilakukan dengan pewarnaan Giemsa dan diperiksa secara
penemuan obat baru yang mampu mengobati penyakit mikrokopis dan dihitung jumlah parasit pada 10 bidang
surra. Obat baru tersebut haruslah mempunyai sifat pandang pada pembesaran 1000x (Paim et al., 2011).
aman, mudah didapat, murah, dan dari sumber yang
terbarukan. Kriteria ini dapat dipenuhi oleh tanaman Sampel Darah
yang ada di alam. Sampel darah diambil pada hari ke-3 pasca-infeksi.
Salah satu tanaman yang diduga mengandung bahan Pengambilan darah (3 ml) dilakukan dengan punksi
antitripanosoma adalah jaloh (Salix tetrasperma Roxb). jantung setelah tikus dianestesi dengan kloroform.
Hal ini dikarenakan ekstrak kulit batang jaloh efektif Setelah pengambilan darah tikus dikorbankan secara
terhadap Plasmodium bergei (P. bergei) (Asmilia, anestesia. Untuk pemeriksaan hematologi 1 ml darah
2010). Trypanosoma evansi dan P. bergei adalah dari setiap tikus ditempatkan pada tabung yang
parasit protozoa dalam darah yang berada dalam satu mengandung 10% asam etilen diamin tetraasetat
kelas Apicomplexa. Penelitian ini mencoba mengkaji (EDTA).
peranan ekstrak kulit batang jaloh dalam mencegah
terjadinya tripanosomiasis dan pengaruhnya terhadap Pemeriksaan Hematologi
profil darah tikus. Telah diketahui bahwa tikus sangat Nilai hematokrit diperoleh melalui sentrifugasi
peka terhadap T. evansi dan menunjukkan berbagai menggunakan mikrosentrifus (Sigma) pada 16.000 rpm
perubahan hematologi dan biokimia (Wolkmer et al., selama 5 menit. Jumlah eritrosit dan diferensial leukosit
2009 yang disitasi Paim et al., 2011). Hasil penelitian masing-masing dihitung menggunakan metode Hayem
ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dan Turk melalui pengamatan mikroskopis
efek antitripanosoma dari ekstrak kulit batang jaloh dan sebagaimana yang dijelaskan oleh Schalm et al. (1995).
pengaruh ekstrak tersebut terhadap gambaran darah
tikus. Analisis Data
Data kuantitatif dari parameter yang diukur
MATERI DAN METODE dianalisis berdasarkan analisis varian dan dilanjutkan
dengan uji beda nyata terkecil.
Dua puluh lima ekor tikus putih (Rattus novergicus)
strain Wistar berumur 3 bulan dengan bobot badan 80- HASIL DAN PEMBAHASAN
100 g dikandangkan pada suhu ruangan dan diberikan
pakan pelet tikus komersial dan menerima air ad Hematokrit
libitum. Tikus dibagi ke dalam lima kelompok Rata-rata ± SD nilai hematokrit darah tikus K0, KI,
perlakuan yang masing-masing terdiri atas 5 ekor. KII, KIII, dan KIV disajikan pada Tabel 1. Rata-rata
Kelompok K0 (kontrol negatif) adalah tikus yang tidak nilai hematokrit darah tikus kelompok K0 dalam
diinfeksi dengan T. evansi dan tidak diberikan ekstrak penelitian ini 40% dan masih berada dalam batas
kulit batang jaloh. K1, K2, K3 dan K4 adalah tikus kisaran nilai hematokrit normal 39-53% (Aboderin dan
yang diinfeksikan dengan 0,3 ml darah yang Oyetayu, 2006). Rata-rata nilai hematokrit darah tikus
mengandung 1x103 T. evansi secara intraperitoneum yang diinfeksi T. evansi lebih rendah (33,6%)
dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh secara oral dibandingkan nilai hematokrit tikus K0. Tikus yang
dengan dosis masing-masing 0, 30, 45, dan 60 mg/kg diinfeksi T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang
bobot badan selama 3 hari berturut-turut. jaloh dosis 30-60 mg/kg bobot badan (K2, K3, dan K4)
memiliki nilai hematokrit yang lebih tinggi daripada
Pembuatan Ekstrak Kulit Batang Jaloh tikus K1(kontrol positif), tetapi nilai hematokritnya
Pembuatan ekstrak etanol menggunakan modifikasi lebih rendah dan berbeda nyata (P<0,05) daripada tikus
metode yang dikemukakan oleh Jones dan Kinghorn K0.
(2005). Secara singkat, 3 kg kulit batang jaloh yang Penurunan nilai hematokrit pada kelompok tikus
masih segar (baru diambil dari pohon) dikeringkan yang diinfeksi dengan T. evansi tanpa diberi ekstrak
pada suhu ruangan dan dipotong-potong sepanjang 2,5 kulit batang jaloh disebabkan karena jumlah
cm dan dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol parasitemia yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
selama 24 jam. Proses maserasi dilakukan secara pernyataan Wayan et al. (1981) dan Paim et al. (2011)
berulang-ulang sampai diperoleh larutan jernih. Larutan yang menyatakan bahwa pada saat parasitemia tinggi
hasil maserasi disaring dengan menggunakan kapas dan terjadi penurunan nilai hematokrit, jumlah eritrosit, dan
kertas saring. Selanjutnya ekstrak diuapkan dengan kadar hemoglobin.
menggunakan rotary evaporator pada suhu berkisar 30- Pemberian ekstrak kulit batang jaloh per oral
40 C sampai diperoleh ekstrak kasar/kental. mampu meningkatkan nilai hematokrit darah tikus yang
diinfeksi T. evansi (Tabel 1). Meskipun peningkatan ini
Perkiraan Status Parasitemia tampaknya tidak dipengaruhi oleh dosis ekstrak yang
Kejadian dan derajat parasitemia pada masing- diberikan, nilainya secara nyata lebih tinggi
masing hewan diperiksa setiap hari dengan dibandingkan nilai hematokrit tikus yang diinfeksikan
pemeriksaan apusan darah. Darah diambil dari vena dengan T. evansi tapi tidak diberikan ekstrak kulit

165
Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 8 No. 2, September 2014

batang jaloh. Diduga bahwa ekstrak kulit batang jaloh yang diinfeksi T. evansi dan diberikan ekstrak kulit
mengandung senyawa yang mampu menghambat batang jaloh 30-60 mg/kg bobot badan (K2-K4)
infeksi T. evansi sehingga pengaruhnya terhadap menunjukkan peningkatan dibandingkan jumlah
hematokrit berkurang. Uji fitokimia menunjukkan eritrosit tikus pada K1. Besarnya peningkatan ini
bahwa pada ekstrak tanaman jaloh terkandung sejumlah sejalan dengan meningkatnya dosis ekstrak kulit batang
tanin, triterpen, viz. β-amyrin, lupeol, kalsinasterol, jaloh yang diberikan.
steroids (viz. β-sitosterol dan stigmasterol) (Bhakuni et Penurunan jumlah eritrosit pada kelompok KI
al., 1971). disebabkan karena rusaknya sel darah merah akibat
Faktor lain yang dapat menyebabkan penurunan nilai infeksi yang terjadi (Wayan et al., 1981; Paim et al.,
packed cell volume (PCV) adalah kesalahan teknis saat 2011). Hal ini sejalan dengan pendapat Ressang (1984)
pengambilan, penanganan dan penghantaran sampel bahwa toksin yang dikeluarkan oleh T. evansi dapat
darah (Harvey, 2001) serta lisis sel-sel darah akibat menyebabkan peruntuhan eritrosit sehingga jumlah
waktu penyimpanan yang lama (Hohenhaus, 2007). Pada eritrosit menurun dan terjadi anemia. Jenis anemia yang
penelitian ini semua faktor tersebut sudah diminimalkan disebabkan oleh infeksi tripanosomiasis ini bersifat
sehingga pengaruhnya terhadap nilai hematokrit dapat tidak responsif (Paim et al., 2011)
diabaikan.
Leukosit Total
Jumlah eritrosit Rata-rata ±SD jumlah leukosit darah tikus K0, KI,
Rata-rata ± SD jumlah eritrosit tikus K0, KI, KII, KII, KIII, dan KIV setelah diberi perlakuan selama 3
KIII, dan KIV setelah diberi perlakuan selama 3 hari hari berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 2.
berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah Rata-rata jumlah leukosit pada tikus kelompok K0
eritrosit normal pada tikus menurut Aboderin dan dalam penelitian ini adalah 14,8x103 dan masih berada
Oyetayu (2006) berkisar 7,2x106-9,6x106. Rata-rata dalam kisaran jumlah leukosit normal yaitu 5,103-
eritrosit pada kelompok K0 adalah 7,62x106 dan masih 25,103 sel/μl (Aboderin dan Oyetayu, 2006). Jumlah
berada dalam kisaran normal tersebut. Jumlah eritrosit leukosit pada tikus yang terinfeksi T. evansi meningkat
pada tikus kelompok KI mengalami penurunan dan dan nilainya berbeda nyata dari tikus kelompok kontrol.
berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan jumlah eritrosit Peningkatan leukosit yang nilainya berbeda secara
pada tikus kelompok K0. Jumlah eritrosit pada tikus nyata dari tikus kelompok kontrol juga didapat pada

Tabel 1. Rata-rata ± SD tingkat parasitemia, nilai hematokrit, dan jumlah eritrosit darah tikus (%) setelah diberi perlakuan
selama 3 hari berturut-turut
Perlakuan Tingkat parasitemia Nilai hematokrit Jumlah eritrosit
(%) (%) (106/ μl)
K0 (kontrol, tidak diinfeksi T. evansi dan tidak diberi ekstrak
0,00±0,00 a 40,00±0,70a 7,62±0,33d
kulit batang jaloh)
K1 (diinfeksi T. evansi dan diberi ekstrak kulit batang jaloh
16,60±1,95b 33,60±2,70b 2,50±0,72a
dosis 30 mg/kg bobot badan)
K2 (diinfeksi T. evansi dan diberi ekstrak kulit batang jaloh
9,00±6,04cd 36,60±3,91ab 4,64±0,95b
dosis 30 mg/kg bobot badan)
K3 (diinfeksi T. evansi dan diberi ekstrak kulit batang jaloh dosis
7,80±5,76d 35,60±3,20b 6,30±0,52c
45 mg/kg bobot badan)
K4 (diinfeksi T. evansi dan diberi ekstrak kulit batang jaloh
14,80±3,35bc 35,80±3,56b 6,60±0,55c
dosis 600 mg/kg bobot badan)
a, ab, b, bc, c, cd, d
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Tabel 2. Rata-rata±SD jumlah leukosit dan diferensial leukosit tikus setelah diberi perlakuan selama 3 hari berturut-turut
Jumlah Neutrofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit
Perlakuan leukosit (103/μl) (103/μl) (103/μl) (103/μl) (103/μl)
(103/μl)
K0 (kontrol, tidak diinfeksi T. evansi dan 14,80±11,3a 3,200,80a 3,601,08a 0,200,20a 16,401,50a 0,200,20a
tidak diberi ekstrak kulit batang jaloh)
K1 (diinfeksi T. evansi dan diberi 40,40±3,04b 1,000,55a 16,801,20b 0,200,20a 17,860,86a 1,600,24b
ekstrak kulit batang jaloh dosis 30 mg/kg
bobot badan)
K2 (diinfeksi T. evansi dan diberi 38,20±1,78b 4,00 1,76ac 6,401,86a,c 0,40 0,24 a 8,602,66b 2,801,02 b
ekstrak kulit batang jaloh dosis 30 mg/kg
bobot badan)
K3 (diinfeksi T. evansi dan diberi ekstrak 34,80±2,90b 8,600,81b 7,200,86c 0,200,20 a 6,001,70b 1,600,51b
kulit batang jaloh dosis 45 mg/kg bobot
badan)
K4 (diinfeksi T. evansi dan diberi 31,80±3,20a 4,201,76ac 7,201,07c 0,400,24 a 9,801,93b 2,400,68b
ekstrak kulit batang jaloh dosis 600
mg/kg bobot badan)
a, ac, b, c
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

166
Jurnal Kedokteran Hewan Yudha Fahrimal, dkk

tikus terinfeksi T. evansi yang diberikan ekstrak kulit menggunakan kambing kerdil di Afrika yang
batang jaloh dosis 30-60 mg/kg bobot badan. menemukan bahwa infeksi T. evansi menyebabkan
Peningkatan nilai leukosit ini lebih rendah, namun monositemia berat (penurunan monosit sangat rendah)
nilainya tidak berbeda nyata dari tikus kelompok (Ogbaje et al., 2011). Hal ini mungkin terkait dengan
terinfeksi T. evansi tanpa perlakuan ekstrak kulit batang fungsi dari monosit sebagai sel pertahanan awal
jaloh (K1). spesifik pada tikus untuk menyingkirkan benda asing
Peningkatan jumlah leukosit pada tikus kelompok yang masuk ke dalam tubuh.
K1 sampai K4 menunjukkan tingkat imunitas yang
muncul untuk melawan infeksi T. evansi. Infeksi T. Eosinofil
evansi meningkatkan jumlah sel darah putih (Wayan et Tikus yang diinfeksi dengan T. evansi mengalami
al., 1981). Imunitas seluler merupakan cara utama kenaikan jumlah eosinofil dan nilainya berbeda nyata
melawan infeksi T. evansi pada tikus, bukannya dengan kelompok kontrol (Tabel 2). Temuan ini mirip
respons imun humoral (Queiroz et al., 2001). Terdapat dengan yang ditemukan oleh Paim et al (2011) bahwa
kecenderungan semakin meningkat dosis ekstrak kulit tikus terinfeksi T. evansi memiliki jumlah eosinofil
batang jaloh semakin menurun jumlah leukosit. Akan lebih tinggi meskipun nilainya tidak berbeda secara
tetapi, data dari jumlah leukosit total saja tidak dapat nyata dari kelompok kontrol. Hasil penelitian pada
memberikan informasi yang spesifik mengenai status kambing kerdil di Afrika juga menemukan bahwa
kekebalan dari hewan sehingga diperlukan infeksi T. evansi menyebabkan kenaikan eosinofil
penghitungan jumlah masing-masing jenis sel dari namun nilainya tidak berbeda nyata dengan kelompok
leukosit (Aboderin dan Oyetayo, 2006). kontrol (Ogbaje et al., 2011). Kenaikan jumlah
eosinofil ini wajar dan mungkin terkait dengan lama
Diferensial leukosit dan tingkat infeksi karena eosinofil bertugas khusus
Hasil yang diperoleh menunjukkan variasi jumlah untuk menanggulangi infeksi parasit (Roitt et al.,
sel yang meningkat atau menurun baik pada kelompok 2001).
yang terinfeksi maupun pada kelompok tikus terinfeksi Hasil yang berkebalikan, yakni nilai eusinofil
yang diberikan ekstrak kulit batang jaloh (Tabel 2). sedikit menurun akibat infeksi T. evansi ditemukan
pada kerbau oleh Damayanti et al. (1994). Hasil
Neutrofil penelitian ini dan penelitian lain di atas menunjukkan
Jumlah neutrofil pada tikus yang diinfeksi oleh T. keunikan dari infeksi T. evansi dan semakin
evansi menurun dan nilainya berbeda sangat nyata mempertegas pernyataan bahwa perbedaan hewan
(P<0,01) dari kelompok kontrol. Hasil yang diperoleh menampakkan efek patologi yang berbeda.
ini sesuai dengan temuan dari Paim et al. (2011) bahwa Pemberian ekstrak kulit batang jaloh dengan dosis
tikus yang diinfeksikan dengan T. evansi mengalami 30-60 mg/kg bobot badan pada tikus yang diinfeksikan
neutrofilia. Berbeda dengan tikus, kerbau yang dengan T. evansi menyebabkan penurunan jumlah
diinfeksikan dengan parasit darah ini mengalami eosinofil dibandingkan tikus yang dinfeksi oleh T.
peningkatan jumlah neutrofil (Damayanti et al., 1994). evansi tetapi tidak diberikan ekstrak. Meskipun
Jumlah neutrofil juga bervariasi antar kelompok penurunan jumlah eosinofil, yang bertugas
perlakuan. Pemberian ekstrak jaloh pada tikus yang menanggulangi infeksi parasit, ini masih sedikit lebih
diinfeksikan T. evansi menaikkan jumlah neutrofil tinggi daripada tikus kelompok kontrol (tanpa infeksi),
melebihi batas normal dengan kenaikan tertinggi terjadi kondisi ini mengindikasikan bahwa ekstrak kulit batang
pada tikus yang diberikan dosis 45 mg/kg bobot badan jaloh memiliki efek anti terhadap T. evansi.
(Tabel 2). Penyebab dari kondisi ini belum diketahui
dengan pasti dan memerlukan penelitian lebih lanjut Limfosit
untuk mengetahui hubungan antara jumlah neutrofil Jumlah limfosit pada kelompok yang diinfeksikan
dengan status infeksi, perjalanan penyakit dan dosis dengan T. evansi meningkat meskipun nilainya tidak
ekstrak jaloh yang diberikan dengan jangka waktu berbeda nyata (P>0,05) dengan kelompok kontrol
penelitian yang lebih lama. (Tabel 2). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Paim
et al. (2011) bahwa tikus terinfeksi oleh T. evansi
Monosit mengalami limfositosis, dan menunjukkan peranan
Tikus dari semua kelompok perlakuan jumlah limfosit dalam sistem tanggap kebal seluler. Hal yang
monositnya lebih tinggi dibandingkan tikus tanpa menarik adalah pemberian ekstrak kulit batang jaloh
infeksi dan jumlah monosit tertinggi terdapat pada dosis 30-60 mg/kg bobot badan pada kelompok tikus
kelompok tikus yang diberikan ekstrak kulit batang yang diinfeksikan dengan T. evansi justru menurunkan
jaloh dosis 30 mg/kg bobot badan (Tabel 2). Hasil jumlah limfosit di bawah jumlah limfosit tikus pada
temuan ini berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh kelompok kontrol (Tabel 2). Karena limfosit
Paim et al. (2011) bahwa tikus yang diinfeksikan merupakan sel imun yang berperanan penting dalam
dengan T. evansi memiliki jumlah leukosit yang tidak sistem tanggap kebal humoral dan selular (Schalm et
berbeda secara nyata dengan tikus kontrol yang tidak al., 1995), hasil ini menunjukkan bahwa senyawa yang
terinfeksi. Hasil yang diperoleh berbanding terbalik terkandung dalam ekstrak kulit batang jaloh
dengan hasil yang diperoleh pada penelitian kemungkinan bersifat imunodepresi.

167
Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 8 No. 2, September 2014

Basofil Delespaux, V., D. Geysen, P. Van den Bossche, and S. Geerts. 2008.
Molecular tools for the rapid detection of drug resistance in
Jumlah basofil pada kelompok kontrol (K0),
animal Trypanosomes. Trends in Parasitol. 24:236-242.
kelompok yang diinfeksikan T. evansi (K1) dan Harvey, J.W. 2001. Atlas of Veterinary Hematology: Blood and Bone
kelompok terinfeksi T. evansi yang diberikan ekstrak Marrow of Domestic Animals. W.B. Saunders Company, USA.
kulit batang jaloh 60 mg /kg bobot badan (K4) tidak Hoare, C.A., 1972. The Trypanosomes of Mammals. A Zoological
Monograph. Backwell Scientific Publications, Oxford.
berbeda nyata (P>0,05) (Tabel 2). Kelompok yang
Hohenhaus, A.E. 2007. Transfusions Containing Red Blood Cells.
diinfeksikan T. evansi dan diberikan ekstrak kulit Proceeding of the WSAVA Congress in Australia. Australia.
batang jaloh dosis 30 mg/kg bobot badan (K2) dan 45 Jones, W.P. and D.G. Kinghorn. 2005. Extraction of Plant Secondary
mg/kg bobot badan (K3) meningkat dan berada di atas Metabolites: Methods in Biotechnology. In Natural Products
Isolation. S. Sarker, D., S.Z. Latif, and A.I. Gray (Eds.). Vol 20,.
normal, meskipun tidak berbeda nyata dengan
2nd ed. Humana Press inc. Totowa, New Jersey.
kelompok kontrol. Gambaran ini menunjukkan bahwa Ogbaje, C.I., I.A. Lawal, and O.J. Ajanusi. 2011. Infectivity and
infeksi T. evansi tidak menyebabkan perubahan jumlah pathogenicity of Sokoto (Northern Nigeria) isolate of
basofil. Peningkatan basofil pada tikus kelompok K2 Trypanosoma evansi in West African dwarf goats. Int. J. Anim.
Vet. Advanc. 3(3):117-124.
dan K3 mungkin disebabkan oleh pengaruh lain yang
Paim, C.F., M.M.M.F. Duarte, M.M. Costa, A.S. Da Silva, P.
belum diketahui. Wolkmer, C.B. Silva, C.B.V. Paim, R.T. França, C.M.A.
Mazzanti, S.G. Monteiro, A. Krause, and S.T.A. Lopes. 2011.
KESIMPULAN Cytokines in rats experimentally infected with Trypanosoma
evansi. Exp. Parasitol. 128:365-370.
Partoutomo, S. 1995. Study on the epidemiology of T. evansi in Java.
Infeksi T. evansi menurunkan kadar hematokrit dan Thesis. Department Biomedical and Tropical Veterinary
eritrosit namun meningkatkan kadar leukosit tikus. Science. James Cook University. Australia.
Pemberian ekstrak kulit batang jaloh dosis rendah Queiroz, A.O., P.A. Legey, S.C.C. Xavier, and A.M. Jansen. 2001.
Specific antibody levels and antigenic recognition of wistar rats
dalam waktu yang singkat mampu mengembalikan
inoculated with distinct isolates of Trypanosoma evansi.
profil darah tikus mendekati nilai normal. Semakin Memórias do Instituto Oswaldo Cruz. 96:965-967.
rendah dosis ekstrak kulit batang jaloh, semakin bagus Resang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi Kedua.
efeknya dalam meningkatkan nilai hematokrit. Percetakan Bali, Denpasar.
Roitt, I., J. Brostoff, and D. Male. 2001. Immunology. 6th ed. Mosby.
Philadelphia, USA.
DAFTAR PUSTAKA Schalm, O.W., N.C. Jain, and E.J. Carrol, 1995. Veterinary
Hematology. 3rd ed. Lea and Febiger, Philadephia.
Aboderin, F.I. and V.O. Oyetayo. 2006. Haematological studies of rats Stevenson, P., G. Okech., C. Mwendia, and K.R. Sones. 1985.
fed different doses of probiotic, Lactobacillus plantarum, isolated Comparison of the Isometamedium-based trypanocidal drugs
from fermenting corn slurry. Pakistan J. Nutr. 5:102-105. Samorin® and Veridium® in cattle under field conditions at
Afewerk, Y., P.H. Clausen, G. Abebe, G. Tilahun, and D. Mehlitz. Nguruman, Kenya. Acta Trop. 77:195-201.
2000. Multiple-drug resistant Trypanosoma congolense Sukanto, I.P., R.C. Payne, dan R. Graydon. 1987. Tripanosomiasis di
populations in village cattle of Metekel District, North-West Madura: Survei parasitologik dan serologik. Penyakit Hewan.
Ethiopia. Acta Trop. 76:231-238. (13):14-16.
Asmilia, N. 2010. Uji Preklinis Antimalaria Ekstrak Ethyl Asetat Wayan, T.A., B. Narianodan, dan S. Mangkuwijdojo. 1981. Perubahan
Daun Jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Laporan. Proyek hematologi kelinci yang diinfeksi dengan Trypanosoma evansi.
Penelitian I-MHERE. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Proceeding Seminar Nasional II. Jakarta:35-43.
Syiah Kuala, Banda Aceh. Zhang, ZQ, C. Giroud, and T. Baltz. 1991. In vivo and in vitro
Bhakuni, D.S., M.L. Dhar, M.M. Dhar, B.N. Dhawan, B. Gupta, and sensitivity of Trypanosoma evansi and T. equiperdum to
C.R. Srimal. 1971. Screening of Indian plants for biological diminazene, suramin, MelCy, quinapyramine and
activity: Part III. Indian J. Exp. Biol. 9:91-102. isometamidium. Acta Trop. 50:101-110.
Damayanti, R., R.J. Graydon, and P.W. Ladds. 1994. The Pathology Zhou, J., J. Shen, D. Liao, Y. Zhou, and J. Lin. 2004. Resistance to
of eperimental Trypanosoma evansi infection in the Indonesian drug by different isolates Trypanosoma evansi in China. Acta
buffalo (Bubalus bubalis). J. Comp. Path. 110:237-252. Trop. 90:271-275.

168

Anda mungkin juga menyukai