NIM : 145130101111013
Kelas : 2014A
Pengujian hematologi pada sel darah putih meliputi pengukuran kadar atau nilai
absolut dan nilai relatif dari masing-masing jenis sel darah putih baik PMN maupun MN.
Pada tanggal 21/10/2015, disebutkan bahwa hewan mengalami neutrofilia, Peningkatan nilai
neutrophil absolut dapat mengindikasikan terjadinya stress pada hewan, terjadinya inflamasi
pada jaringan tubuh dan adanya kebutuhan jaringan untuk fungsi fagositik neutrophil. pada
tanggal 26/10/2015, nilai absolut monosit menunjukkan adanya peninngkatan kadar yang
disebut sebagai monositopenia, namun berdasarkan teori, monositopenia biasanya tidak
mengindikasikan penyakit, tetapi mengindikasikan stres, penggunaan obat glukokortikoid,
myelotoksik dan imunosupresan (Salasia, 2014).
Pada nilai relatif leukosit, terjadi peningkatan terus-menerus yang signifikan pada
monosit sehinngga disebut sebagai monositosis Monositosis dapat mengindikasikan beberapa
gangguan seperti penyakit hemolitik, komepensasi penurunan neutrophil dalam darah,
nekrosis dan radang granulomatosa. Monosit merupakan sel leukosit bersifat mononuklear
yang berperan dalam fagositosis benda asing, nilainya akan meningkat apabila terdapat benda
yang dianggap asing oleh tubuh (Salasia, 2014).
3. Platelet
Platelet atau yang sering disebut sebagai trombosit merupakan salah satu bagian
penting dalam sel darah. Pada hasil pemeriksaan hematologi, nilai / kadar platelet dalam
darah dalam rentan waktu 21/10/2015 sampai 5/11/2015 terjadi penurunan, sempat naik
namun belum melebihi kadar normal dari trombosit. Kondisi tersebut dinamakan
trombositopenia. Trombositopenia mengindikasikan beberapa gangguan seperti leukemia,
anemia, kekurangan B12, autoimunitas dan kerusakan sumsum tulang (Salasia, 2014).
Diagnosa Kasus
Berdasarkan penjelasan dari data hematologi dan kimia darah, maka dapat
disimpulkan bahwa anjing mengalami kelainan berupa penyakit Canine Immune Mediated
Hemolytic Anemia (IMHA). IMHA adalah penyebab anemia hemolitik yang paling umum
pada anjing. IMHA menyebabkan kerusakan RBC akibat antibodi terikat membran,
komplemen, atau keduanya. IMHA mungkin berasal dari antibodi yang ditujukan terhadap
antigen RBC hewan itu sendiri atau dari respons kekebalan terhadap agen infeksius atau obat-
obatan terlarang. Faktor predisposisi meliputi parasit hemotropika, obat-obatan, infeksi
bakteri atau virus, hormon, pengaruh genetik, stres, dan mungkin vaksinasi, namun penyebab
IMHA sering tidak diketahui. IMHA paling sering terjadi pada kalangan menengah, anjing
betina dan merupakan penyebab anemia hemolitik yang paling umum pada anjing (Thrall et
al., 2014).
Gejala klinis meliputi onset akut tanda-tanda yang terkait dengan anemia, demam
akibat hemolisis, icterus jika terjadi hemolisis intravaskular. Mungkin ada splenomegali,
petechiae, dan perdarahan jika ada juga trombositopenia yang dimediasi oleh imun, dan tanda
klinis yang terkait dengan trombosis dapat terjadi. Hemolisis ekstravaskular lebih sering
terjadi daripada hemolisis intravaskular. Makrofag fagositosis sel darah merah atau bagian
membran RBC, menghasilkan pembentukan spherocytes, yang selain aglutinasi RBC, adalah
ciri khas IMHA. Sering ditandai leukositosis karena neurofilia left shift dan monositosis,
kemungkinan karena stimulasi sitokin mielopoiesis. Sekitar 33% anjing dengan IMHA juga
memiliki antibodi yang ditujukan terhadap trombosit dan kecenderungan protrombotik dapat
menyebabkan trombositopenia. Diagnosis IMHA dapat didukung oleh tes positif Coombs.
Beberapa anjing dan kucing mungkin memiliki antibodi yang ditujukan terhadap prekursor
eritroid di sumsum tulang, dalam hal ini dapat terjadi anemia non regeneratif (Thrall et al.,
2014).
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan pemeriksaan biokimia diatas maka dapat
dijelaskan bahwa terjadi anemia akibat penurunan jumlah eritrosit, Hb dan PCV. Anemia
yang dihasilkan adalah anemia normositik-normokromik karena nilai MCV dan MCHC
normal. Anemia tersebut juga digolongkan dalam anemia non regeneratif karena nilai RBC,
PCV dan hemoglobin tidak mengalami peningkatan melainkan mengalami penurunan selama
30 hari. Jumlah neutrophil absolut dan monosit relative menandakan sedang terjadinya
aktivitas fagositosis. Peningkatan jumlah monosit ini ditunjang dengan naiknya nilai total
protein dan penurunan jumlah albumin dalam darah. Peningkatan jumlah TP
mengindikasikan terjadinya peningkatan immunoglobulin dalam darah. Peningkatan TP
mengakibatkan penurunan albumin. Penurunan trombosit merupakan akibat dari turunnya
jumlah eritrosit karena anemia. Manifestasi klinis dari terjadinya anemia adalah pucatnya
membrane mukosa. Kerusakan pada hipo dan meso gatrium serta hipomotilitas usus
menyebabkan kurangnya absorbsi nutrisi khususnya vitamin B12 dan unsur FE sehingga
memperburuk terjadinya anemia hemolitik dan indikasi awal terjadinya gagal jantung. Nyeri
pada bagian hipo dan meso gastrium dapat pula disebabkan karena kerusakan organ lien yang
berfungsi untuk menyaring eritrosit (Salasia, 2014).
Apabila dibandingkan dengan hasil kimia darah, maka menurut literature, anemia
hemolitik dapat menyebabkan terjadinya glomerulo nefritik kronis. Hal tersebut ditandai
dengan peningkatan kadar BUN dan kreatinin yang merupakan marker kerusakan padaginjal.
Peningkatan AST dapat disebabkan karena indikasi awal terjadinya kerusakan jantung dan
akibat indikasi awal ikhterus prehepatik akibat anemia hemolitik. Anemia menyebabkan
abnormalitas fungsi dan struktur jantung karena iskemia perifer akibat anemia menyebabkan
vasodilatasi dan penurunan tekanan darah sehingga mengaktivasi sistem renin angiotensin
aldosteron, menyebabkan penurunan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus, serta
meningkatkan absorbsi air dan garam. peningkatan plasma menyebabkan beban jantung
bertambah dan mengakibatkan dilatasi ventrikel. Pada perlangsungan yang lama, terjadi
hipertrofi ventrikel kiri, kematian otot jantung dan gagal jantung yang selanjutnya
memperburuk anemia (Jain, 1993).
Diagnosa Banding
Jain NC. 1993. Evaluation of Anemias and Polycythemias. In: Essentials of Veterinary
Hematology. Jain NC ed. Philadelphia, Lea and Febiger; pp 159-168.
Salasia, Siti Isrina Oktavia. 2014. Patologi Klinik Veteriner : Kasus Patologi Klinis. Penerbit
Samudra Biru. Yogyakarta.
Thrall MA, Weiser MG, Jain N. 2014. Classification and diagnostic approach to anemia. In:
Thrall MA, ed. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Baltimore, MD:
Lippincott Williams & Wilkins; pp 83-88.
Weinkle TK, Center sA, randolph JF. 2002. Evaluation of Prognostic Factors, Survival
Rates, and Treatment Protocols for Immune-Mediated Hemolytic Anemia In Dogs:
151 Cases (1993-2002). JAVMA 2005; 226:1869-1880.