Anda di halaman 1dari 7

REKONSILIASI OBAT

I. Pengertian
Rekonsiliasi obat merupakan suatu proses yang dikomunikasikan secara konsisten saat
seorang pasien berpindah layanan kesehatan seperti saat pasien masuk rumah sakit, saat
pasien pindah bangsal atau unit, dan saat pasien berpindah antar instansi pemberi
layanan.kesehatan. dalam proses rekonsiliasi obat terdapat informasi terkait penggunaan
obat yang akurat dan komprehensif.
Menurut Institute for Healthcare Improvement dalam buku Kemenkes RI tahun 2019,
rekonsiliasi obat adalah proses mendapatkan daftar obat yang sedang pasien gunakan baik
resep dan non-resep secara rinci dan akurat, termasuk dosis dan frekuensi.
II. Tujuan
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien.
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter.
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
d. Mencegah kesalahan penggunaan obat (kelalaian, duplikasi, salah obat, salah dosis,
interaksi obat).
e. Menjamin penggunaan obat yang aman dan efektif.
III. Manfaat
Bagi pasien manfaat yang dirasakan adalah terhindar dari kesalahan penggunaan obat.
Bagi tenaga kesehatan khususnya apoteker, rekonsiliasi obat memberikan manfaat sebagai
wadah berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Selain itu rekonsiliasi obat merupakan
media penyampaian informasi yang detail mengenai obat.
IV. Pelaksanaan
a. Rekonsiliasi obat saat admisi
1) Melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat.
2) Melakukan konfirmasi akurasi riwayat penggunaan obat dengan cara
memverifikasi beberapa sumber data (rekam medis admisi sebelumnya, catatan
pengambilan obat di apotek, obat yang dibawa pasien).
3) Membandingkan data obat yang pernah atau sedang digunakan pasien sebelum
admisi dengan resep pertama dokter saat admisi, apakah terdapat perbedaan.
4) Melakukan klarifikasi dengan dokter penulis resep apakah obat dilanjutkan
dengan aturan pengobatan tetap atau berubah atau obat dihentikan.
5) Mencatat hasil klarifikasi di formulir rekonsiliasi obat saat admisi.
6) Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat
mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap
informasi obat yang diberikan.
b. Rekonsiliasi obat saat transfer
Kegiatan yang dilakukan apoteker pada rekonsiliasi obat saat transfer antar ruang
rawat adalah membandingkan terapi obat pada formulir instruksi pengobatan di
ruang sebelumnya dengan resep/instruksi pengobatan di ruang rawat saat ini dan
daftar obat yang pasien gunakan sebelum admisi.
c. Rekonsiliasi obat saat pasien pulang (discharge)
Membandingkan daftar obat yang digunakan pasien sebelum admisi dengan obat
yang digunakan 24 jam terakhir dan resep obat pulang.
V. Tahap Rekonsiliasi Obat
1) Pengumpulan Data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan pasien
(nama obat, dosis, frekuensi, rute, kapan obat mulai diberikan, kelanjutan pemberian
obat, riwayat alergi pasien serta ESO). Khusus untuk data alergi dan ESO dicatat
tanggal kejadiannya.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat
pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam medik. Data obat yang dapat digunakan
tidak lebih dari tiga bulan sebelumnya. Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik
resep maupun obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
2) Komparasi

Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang, dan akan
digunakan. Ketidakcocokan dapat terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, diganti,
ditambahkan tanpa ada proses pendokumentasian pada rekam medik.

3) Konfirmasi
Melakukan konfirmasi kepada dokter bila ditemukan ketidaksesuaian
dokumentasi, maka harus menghubungi dokter kurang dari 24 jam.
4) Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat
mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap
informasi obat yang diberikan.
VI. Peran Perawat dalam Rekonsiliasi Obat
 Melaksanakan prinsip 6 BENAR pemberian obat
 Mengantisipasi kemungkinan terjadinya ESO yang tidak diharapkan (adverse reaction)
 Sebagai pembela pasien dalam menerapkan etik legal advocate, perawat merupakan
pertahanan terdekat dengan pasien menghadapi medication error
 Memastikan pemberian obat aman untuk pasien
 Mendokumentasikan semua data yang berkaitan dengan pemberian obat dan respon
pasien terhadap obat
 Kolaborasi bersama dokter dan apoteker
 Memberi pendidikan kepada pasien dan atau keluarga mengenai penggunaan obat yang
benar
 Memberikan informasi mengenai ilmu dan ketrampilan baru tentang pemberian obat
kepada rekan kerja perawat atau tenaga kesehatan lain
 Melakukan atau terlibat dalam penelitian yang berkaitan dengan obat
VII. Formulir Rekonsiliasi Obat
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Petunjuk teknis standar pelayanan


kefarmasian di rumah sakit. Jakarta.
Setiawan, E., Irawati, S., Presley, B., & Wardhani, S, A. (2015). Persepsi dan kecenderungan
keterlibatan apoteker di apotek pada proses rekonsiliasi obat. Jurnal Sains
Farmasi & Klinis, 2(1), 91-95.

Anda mungkin juga menyukai