2. Jelaskan apa yang dimaksud penggunaan obat yang rasional dan bagaimana kriteria
pengobatan rasional?
Jawab : Penggunaan obat rasional menurut who yakni “pasien yang menggunakan obat
harus didasari pada hasil diagnosa klinik, dengan dosis yang sesuai untuk suatu periode
waktu yang memadai dengan harga yang terjangkau”.
Dan menurut who ( 1987), pemakaian obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria:
a) Sesuai dengan indikasi penyakit
b) Tersedia setiap saat dengan harga terjangkau
c) Diberikan dengan dosis yang tepat
d) Cara pemberian dengan interval waktu pemberian obat yang tepat
e) Lama pemberian yang tepat
f) Obat yang diberikan harus efektif, dengan mutu terjamin dan aman.
3. Apa yang dimaksud dengan “benar” dalam pemberian obat, dalam praktek keperawatan?
Jawab :
a) BENAR PASIEN
BENAR PASIEN Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas
klien dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Sebelum obat diberikan,
identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas)
atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan
mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasiyang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.Jadi terkait dengan klien yang benar, memiliki implikasi keperawatan
diantaranya mencakup memastikan klien dengan memeriksa gelang identifikasi
dan membedakan dua klien dengan nama yang sama.
e) BENAR WAKTU
BENAR WAKTU BENAR WAKTU Waktu yang benar adalah saat dimana obat
yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu
dalam sehari, seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d (tiga kali sehari), q.i.d (empat kali
sehari), atau q6h (setiap 6 jam), sehingga kadar obat dalam plasma dapat
dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½) yang panjang, maka obat
diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa
kali sehari pada selang waktu yang tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum
makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan (Kee
and Hayes, 1996). Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh
kadar yang diperlukan, harus diberikan satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu/produk susu karena
kandungan kalsium dalam susu/produk susu dapat membentuk senyawa kompleks
dengan molekul obat sebelum obat tersebut diserap. Ada obat yang harus diminum
setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya
asam mefenamat.
f) BENAR DOKUMENTASI
BENAR DOKUMENTASI BENAR DOKUMENTASI Sebagai suatu informasi
yang tertulis, dokumentasi keperawatan merupakan media komunikasi yang
efektif antar profesi dalam suatu tim pelayanan kesehatan pasien. Disamping itu
dokumentasi keperawatan bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien sebagai
indikator kualitas pelayanan kesehatan, sumber data untuk penelitian bagi
pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan. Dokumentasi merupakan suatu metode
untuk Farmakologi Dalam Keperawatan 26 mengkomunikasikan suatu informasi
yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan kesehatan, termasuk
pemberian obat-obatan. Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu
kegiatan/aktivitas tertentu secara sah/legal. Pendokumentasian asuhan
keperawatan merupakan penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat
tentang informasi kesehatan klien termasuk data pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Carpenito, 1998) Dalam
hal terapi,setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu
dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya atau
obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
b) Indikator Tambahan
Indikator ini tidak kurang pentingnya dibandingkan indikator inti, namun sering
data yang digunakan sulit diperoleh atau interprestasi terhadap data tersenut
mungkin sarat muatan lokal.
Presentase pasien yang diterapi tanpa obat
Rerata biaya obat tiap peresepan
Presentase biaya untuk antibiotik
Presentase biaya untuk suntikan
Peresepan yang sesuai dengan pedoman pengobatan
Presentase pasien yang puas dengan pelaynan yang diberikan
Presentase fasilitas kesehatan yang mempunyai akses kepada informasi
yang obyektif
5. Apa dampak dari pengobatan yang tidak rasional dan berikan contoh pengobatan yang
tidak rasional tersebut!
Jawab :
a) Memberikan preskripsi / resep yang boros
b) Pemborosan terhadap biaya pengobatan
c) Menggunakan obat yang salah indikasi
d) Menggunakan macam obat yang lebih dari yang diperlukan
e) Mengunakan dosis obat yang berlebih
f) Menggunakan obat yang relatif tidak aman dan kurang efektif
Penderita ISPA non pneumonia pada anak umumnya mendapatkan antibiotika yang
sebenarnya tidak diperlukan. Sebaliknya pada anak yang jelas menderita pneumonia
justru tidak mendapatkan terapi yang adekuat.
6. Jelaskan bagaimana mengatasi masalah yang berkaitan penggunaan obat yang tidak
rasional!
Jawab : upaya mengatasi masalah penggunaan obat yang tidak rasional adalah:
a) Pengendalian kecukupan obat
b) Perbaikan sistem suplai
c) Pembatasan sistem peresepan dan dispensing obat
d) Pembentukan dan pemberdayaan komite farmasi dan terapi ( KFT)
e) Informasi Harga
f) Pengaturan pembiayaan
Pemakaian obat yang tepat memiliki beberapa pertimbangan, salah satunya adalah
sifat fisikia kimia obat, mengikuti ritme biologis tubuh dan/ atau mengikuti t1/2 obat yang
digunakan. Sebagai contoh penggunaan antorvastatin dan simvastatin memiliki
perbedaan. Antrovastatin dapat diberikan pada sore hari, sedangkan simvastatin harus
diberikan malam hari. Hal ini terjadi karena t1/2 anorvastatin adalah 14 jam, sedangkan
simvastatin 2 jam, sehingga simvastatin harus segera digunakan pada waktu biologis
tubuh untuk sinstetis kolestrol, yaitu pada waktu malam hari. Golongan biofosfronat
harus diberikan dengancara pasien harus duduk dikarenakan sifat kimia obat yang iritaif,
sehingga dengan duduk diharapkan berinteraksi singkat dengan saluran cerna atas dan
segera memasuki lambung.
b) Subcutan
Pemberian obat melalui suntikan subkutan adalah memasukkan obat ke dalam
jaringan ikat jarang di bawah lapisan dermis.
Lokasi suntikan subkutan adalah lengan, abdomen, dan tungkai dengan jarum
pada posisi 45 derajad. Otot Vastus Lateralis merupakan lokasi penyuntikan yang
paling dipilih untuk anakanak.
c) Intramuskular
1) Muskulus Deltoideus
2) Muskulus Vastus lateralis
3) Muskulus Ventrogluteal
4) Muskulus Dorsogluteal
d) Intravena
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.
Adapun tempat injeksi adalah
1. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika).
2. Pada tungkai (vena saphenous).
3. Pada leher (vena jugularis).
4. Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis).
11. Apa yang perlu anda lakukan jika seorang klien menolak untuk menerima pengobatan?
Jawab : Jika pasien menolak pemberian obat atau obat itu tidak dapat diminum atau
sedang menjalani pemeriksaan atau prosedur yang membuat sebuah dosis terlewat, maka
perawat harus memberikan INFORM CONSENT dalam pemberian obat kemudian
didokumentasikan dalam catatan perwat, termasuk juga menuliskan alasan pasien
menolak pemberian obat atau alasan obat tersebut diberikan dan dilaporkan dan
memberitahukan bahaya pembatalan pengobatan yang mungkin terjadi kepada pasien.
12. Apa hal-hal utama yang harus dicatat dalam setiap pemberian obat?
Jawab :
supaya dapat tercapainya pemberian obat yang AMAN, seorang perawat harus melakukan
6 HAL YANG BENAR :
a) Klien/pasien yang benar
b) Obat yang benar
c) Dosis yang benar
d) Waktu yang benar
e) Cara/rute yang benar
f) Dokumentasi yang benar
PLUS
2 hal tambahan yang berhubungannya dengan HAK PASIEN dalam pemberian
obat:
a) hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat
b) hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat
13. Apa implikasi dalam perawatan bagi setiap rute pemberian obat?
Jawab :
a) Nilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat – obatan
per oral.
b) Pergunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat. Teknik steril dibutuhkan
dalam rute parental.
c) Berikan obat – obat pada tempat yang sesuai
d) Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah ditelan
a) Berikan obat pada saat yang khusus. Obat – obat dapat diberikan ½ jam sebelum atau
sesudah waktu yang tertulis dalam resep
b) Berikan obat – obat yang terpengaruh oleh makanan seperti captopril, diberikan
sebelum makan
c) Berikan obat – obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi mukosa
lambung, diberikan bersama – sama dengan makanan
d) Tanggung jawab perawat untuk memeriksa diagnostik, seperti endoskopi, tes darah
puasa, yang memrupakan kontraindikasi pemebrian obat
e) Periksa tangggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan
ke apotek ( tergantung peraturan)
f) Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang 24 jam
( misalnya setiap 8 jam bila diresep tertulis yang sama sepanjang 24 jam ( misalnya
setiap 8 jam bila diresep tertulis t.i.d) untuk menjaga kadar terapeutik dalam darah.
TUGAS 2
2. Jelaskan macam-macam bentuk respon penderita terhadap obat, baik berdasarkan aspek
fisiologi, patologi dan lingkungan!
Jawab :
Faktor-faktor fisiologi yang mempengaruhi respon penderita terhadap obat dapat digolongkan
berdasarkan usia seperti berikut ini.
a) Anak. Usia, berat badan, luas permukaan tubuh atau kombinasi faktor-faktor ini dapat
digunakan untuk menghitung dosis anak dari dosis dewasa. Untuk perhitungan dosis,
usia anak dibagi dalam beberapa kelompok usia sebagai berikut:
Neonatus: bayi baru lahir hingga usia 1 bulan
Bayi: usia 1 bulan hingga 1 tahun
Balita: usia 1-5 tahun
Anak-anak: usia 6-12 tahun
Berat badan digunakan untuk menghitung dosis yang dinyatakan dalam mg/kg. Akan
tetapi, perhitungan dosis anak dari dosis dewasa berdasarkan berat badan saja sering
kali menghasilkan dosis anak yang terlalu kecil karena anak mempunyai laju
metabolisme yang lebih tinggi sehingga per kg berat badan nya sering kali membutuhkan
dosis yang lebih tinggi dari orang dewasa (kecuali pada neonatus). Luas permukaan
tubuh lebih tepatnya digunakan untuk menghitung dosis anak karena banyak fenomen
fisik lebih erat hubungannya dengan luas permukaan tubuh.
b) Neonatus dan Bayi Prematur Pada usia ekstrim ini terdapat perbedaan respons yang
terutama disebabkan oleh belum sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik tubuh
yaitu:
Fungsi biotransformasi hati
Fungsi eksresi ginjal hanya 60-70% dari ginjal dewasa
Kapasitas ikatan protein plasma yang rendah
Sawar darah-otak serta sawar kulit belum sempurna
Dengan demikian diperoleh kadar obat yang tinggi dalam darah dan jaringan. Di
samping itu terdapat peningkatan sensitivitas reseptor terhadap beberapa obat.
Akibatnya terjadi respons yang biasa diberikan berdasarkan perhitungan luas
permukaan tubuh. Prinsip umum penggunaan obat pada neonatus dan bayi
prematur adalah:
Akibatnya, seringkali terjadi respon yang berlebihan atau efek toksik serta berbagai
efek samping bila mereka mendapat dosis yang biasa diberikan kepada orang
dewasa muda. Prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut adalah:
Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan, artinya hanya bila ada
indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo, berikan plasebo
sesungguhnya, dalam artian bukan plasebo yang mengandung bahan aktif.
Pilih obat yang memberikan rasio manfaat-risiko paling menguntungkan bagi
penderita usia lanjut. Misalnya jika diperlukan hipnotik, jangan digunakan
barbiturat. Dan juga berikan obat yang tidak berinteraksi dengan obat lain
atau penyakit lain pada penderita yang bersangkutan.
Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa
diberikan kepada penderita dewasa muda.
Selanjutnya sesuaikan dosis obat berdasarkan respons klinik penderita, dan
bila perlu dengan monitor kadar obat dalam plasma penderita. Dosis
penunjang yang tepat pada umumnya lebih rendah daripada dosis untuk
penderita dewasa muda.
Berikan regimen dosis yang sederhana (yang ideal 1x sehari) dan sediaan
obat yang mudah ditelan (sebaiknya sirup atau tablet yang dilarutkan dalam
air) untuk memelihara kepatuhan penderita.
Periksa secara berkala semua obat yang dimakan penderita, dan hentikan
obat yang tidak diperlukan lagi.
Faktor-faktor patologis yang mempengaruhi respon penderita terhadap obat terbagi menjadi
beberapa golongan berdasarkan organ utama yang melakukan fungsi farmakokinetik tubuh sebagai
berikut.
1. Penyakit Saluran Cerna Penyakit ini dapat mengurangi kecepatan dan jumlah obat yang
diabsorbsi pada pemberian oral melalui perlambatan pengosongan lambung, percepatan waktu
transit dalam saluran cerna, malabsorbsi, dan metabolisme dalam saluran cerna. Prinsip umum
pemberian obat pada penyakit saluran cerna adalahsebagai berikut.
2. Penyakit Kardiovaskuler Penyakit ini mengurangi distribusi obat dan aliran darah ke hati
dan ginjal untuk eliminasi obat, sehingga kadar obat tinggi daam darah dan menimbulkan efek yang
berlebihan atau bahkan efek toksik. Prinsip umum pemberian obat pada penyakit saluran cerna
adalah sebagai berikut.
4. Jelaskan macam-macam bentuk respon penderita terhadap obat, baik berdasarkan aspek
farmakoinetika dan farmakodinamika
Jawab :
5. Bagaimana hubungan antara dosis, rute pemberian obat terkait respon tubuh terhadap
obat?