Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 1

1. Jelaskan prinsip dasar pemberian obat?


Jawab : Dalam memberikan OBAT, harus memperhatikan :
a) Resep obat yang diberikan harus tepat
b) Hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep & selalu
menggunakan prinsip 12 benar yaitu:
 Benar pasien
 Benar obat
 Benar dosis
 Benar waktu pemberian
 Benar dokumentasi
 Benar pendidikan kesehatan tetang pasien
 Hak pasien untuk menolak
 Benar pengkajian
 Benar evaluasi
 Benar reaksi terhadap makanan
 Benar reaksi dengan obat

2. Jelaskan apa yang dimaksud penggunaan obat yang rasional dan bagaimana kriteria
pengobatan rasional?
Jawab : Penggunaan obat rasional menurut who yakni “pasien yang menggunakan obat
harus didasari pada hasil diagnosa klinik, dengan dosis yang sesuai untuk suatu periode
waktu yang memadai dengan harga yang terjangkau”.
Dan menurut who ( 1987), pemakaian obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria:
a) Sesuai dengan indikasi penyakit
b) Tersedia setiap saat dengan harga terjangkau
c) Diberikan dengan dosis yang tepat
d) Cara pemberian dengan interval waktu pemberian obat yang tepat
e) Lama pemberian yang tepat
f) Obat yang diberikan harus efektif, dengan mutu terjamin dan aman.
3. Apa yang dimaksud dengan “benar” dalam pemberian obat, dalam praktek keperawatan?
Jawab :
a) BENAR PASIEN
BENAR PASIEN Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas
klien dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Sebelum obat diberikan,
identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas)
atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan
mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasiyang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.Jadi terkait dengan klien yang benar, memiliki implikasi keperawatan
diantaranya mencakup memastikan klien dengan memeriksa gelang identifikasi
dan membedakan dua klien dengan nama yang sama.

b) OBAT YANG BENAR


OBAT YANG BENAR OBAT YANG BENAR Obat memiliki nama dagang dan
nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar
namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Untuk menghindari
kesalahan, sebelum memberi obat kepada pasien, label obat harus dibaca tiga
kali : (1) pada saat melihat botol atau kemasan obat, (2) sebelum menuang/
mengisap obat dan (3) setelah menuang/mengisap obat. Jika labelnya tidak
terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya
hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin, quinidin dan
quinine, Demerol dan dikumarol, dst. Bagaimana implikasi keperawatannya?
Dapatkah saudara menyebutkannya? Benar, implikasi keperawatannya adalah
pertama, periksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah. Jika perintah tidak
lengkap atau tidak sah, beritahu perawat atau dokter yang bertangung jawab.
Kedua, ketahui alasan mengapa pasien mendapat terapi tersebut dan terakhir lihat
label minimal 3 kali.
c) BENAR DOSIS
BENAR DOSIS BENAR DOSIS Sebelum memberi obat, perawat harus
memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang
menulis resep atau apoteker, sebelum dilanjutkan ke pasien.Sebelum menghitung
dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan mengenai rasio dan
proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh
perawat lain. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi.
Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap
ampul atau tabletnya. Misalnya dapat dilihat pada gambar dibawah, Diazepam
Tablet, dosisnya berapa? Ini penting !! karena 1 tablet amplodipin dosisnya ada 5
mg, ada juga 10 mg. Jadi anda harus tetap hati tetap hati-hati dan teliti! Implikasi
dalam keperawatan adalah perawat harus menghitung dosis dengan benar.

d) RUTE YANG BENAR


RUTE YANG BENAR RUTE YANG BENAR Obat dapat diberikan melalui
sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik
ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan
melalui oral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

e) BENAR WAKTU
BENAR WAKTU BENAR WAKTU Waktu yang benar adalah saat dimana obat
yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu
dalam sehari, seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d (tiga kali sehari), q.i.d (empat kali
sehari), atau q6h (setiap 6 jam), sehingga kadar obat dalam plasma dapat
dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½) yang panjang, maka obat
diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa
kali sehari pada selang waktu yang tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum
makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan (Kee
and Hayes, 1996). Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh
kadar yang diperlukan, harus diberikan satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu/produk susu karena
kandungan kalsium dalam susu/produk susu dapat membentuk senyawa kompleks
dengan molekul obat sebelum obat tersebut diserap. Ada obat yang harus diminum
setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya
asam mefenamat.

f) BENAR DOKUMENTASI
BENAR DOKUMENTASI BENAR DOKUMENTASI Sebagai suatu informasi
yang tertulis, dokumentasi keperawatan merupakan media komunikasi yang
efektif antar profesi dalam suatu tim pelayanan kesehatan pasien. Disamping itu
dokumentasi keperawatan bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien sebagai
indikator kualitas pelayanan kesehatan, sumber data untuk penelitian bagi
pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan. Dokumentasi merupakan suatu metode
untuk Farmakologi Dalam Keperawatan 26 mengkomunikasikan suatu informasi
yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan kesehatan, termasuk
pemberian obat-obatan. Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu
kegiatan/aktivitas tertentu secara sah/legal. Pendokumentasian asuhan
keperawatan merupakan penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat
tentang informasi kesehatan klien termasuk data pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Carpenito, 1998) Dalam
hal terapi,setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu
dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya atau
obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

g) BENAR PENDIDIKAN KES


BENAR PENDIDIKAN KES BENAR PENDIDIKAN KESEHATAN PERIHAL
MEDIKASI EDIKASI EDIKASI KLIEN Pasien harus mendapatkan informasi
yang benar tentang obat yang akan diberikan sehingga tidak ada lagi kesalahan
dalam pemberian obat. Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan
pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang
berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang
baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang
diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari
obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan
yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, dsb
4. Jelaskan indicator dari penggunaan obat yang rasional!
Jawab : indicator dari penggunaan obat yang rasional mempunyai 2 indikator, yaitu :
a) Indikator Inti
 Indikator peresepan
1) Rerata jumlah item dalam tiap resep
2) Presentase peresepan dengan nama generik
3) Presentase peresepan dengan antibiotik
4) Presentase peresepan dengan suntikan
5) Presentase peresepan yang sesuai dengan daftar Obat Esensial
 Indikator pelayanan
1) Rerata waktu konsultasi
2) Rerata waktu penyerahan obat
3) Presentase obat yang sesungguhnya diserahkan
4) Presentase obat yang di label secara adekuat
 Indikator Fasilitas
1) Pengetahuan pasien mengenai dosis yang benar
2) Ketersediaan Daftar Obat Esensial
3) Ketersediaan key drugs

b) Indikator Tambahan
Indikator ini tidak kurang pentingnya dibandingkan indikator inti, namun sering
data yang digunakan sulit diperoleh atau interprestasi terhadap data tersenut
mungkin sarat muatan lokal.
 Presentase pasien yang diterapi tanpa obat
 Rerata biaya obat tiap peresepan
 Presentase biaya untuk antibiotik
 Presentase biaya untuk suntikan
 Peresepan yang sesuai dengan pedoman pengobatan
 Presentase pasien yang puas dengan pelaynan yang diberikan
 Presentase fasilitas kesehatan yang mempunyai akses kepada informasi
yang obyektif
5. Apa dampak dari pengobatan yang tidak rasional dan berikan contoh pengobatan yang
tidak rasional tersebut!
Jawab :
a) Memberikan preskripsi / resep yang boros
b) Pemborosan terhadap biaya pengobatan
c) Menggunakan obat yang salah indikasi
d) Menggunakan macam obat yang lebih dari yang diperlukan
e) Mengunakan dosis obat yang berlebih
f) Menggunakan obat yang relatif tidak aman dan kurang efektif

Contoh pengobatan yang tidak rasional :

Penderita ISPA non pneumonia pada anak umumnya mendapatkan antibiotika yang
sebenarnya tidak diperlukan. Sebaliknya pada anak yang jelas menderita pneumonia
justru tidak mendapatkan terapi yang adekuat.

6. Jelaskan bagaimana mengatasi masalah yang berkaitan penggunaan obat yang tidak
rasional!
Jawab : upaya mengatasi masalah penggunaan obat yang tidak rasional adalah:
a) Pengendalian kecukupan obat
b) Perbaikan sistem suplai
c) Pembatasan sistem peresepan dan dispensing obat
d) Pembentukan dan pemberdayaan komite farmasi dan terapi ( KFT)
e) Informasi Harga
f) Pengaturan pembiayaan

7. Jelaskan bagaimana cara menghindari/mencegah kesalahan dalam pemberian obat?


Jawab: untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan gar perhitungan obat benar
untuk diberikan kepada pasien maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti alat untuk membelah tablet, spuit atau sendok khusus,
gelas ukur, obat cair harus dilengkapi alat tetes.
 Perhatikan titik desimal dalam dosis & bedakan anatara singkatan mg dan mcg
( bila ditulis tangan )
 Bentuk dosis asli jangan diubah : tablet lepas berkala ( bentuk berlapis /
matriksnya khusus), tablet bersalut tidak boleh digerus karena ciri lepas berkala
hilang
 Ada tablet yang tidak boleh digerus, misal : tablet salut enterik
 Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap
ampul atau tabletnya. Contoh: amlodipine tablet, dosisnya ada yang 5 mg dan ada
juga yang 10 mg

8. Jelaskan bagaimana cara pemilihan dan cara penggunaan obat?


Jawab :
Cara pemilihan obat :
a) Gejala atau keluhan penyakit
b) Kondisi khusus misalnya hamil, menyususi, bayi, lanjut usia, diabetes melitus dll.
c) Pengalaman alergi ata reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu
d) Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi
obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
e) Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat
dengan obat yang sedang diminum
f) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada
apoteker

Cara penggunaan obat :

Pemakaian obat yang tepat memiliki beberapa pertimbangan, salah satunya adalah
sifat fisikia kimia obat, mengikuti ritme biologis tubuh dan/ atau mengikuti t1/2 obat yang
digunakan. Sebagai contoh penggunaan antorvastatin dan simvastatin memiliki
perbedaan. Antrovastatin dapat diberikan pada sore hari, sedangkan simvastatin harus
diberikan malam hari. Hal ini terjadi karena t1/2 anorvastatin adalah 14 jam, sedangkan
simvastatin 2 jam, sehingga simvastatin harus segera digunakan pada waktu biologis
tubuh untuk sinstetis kolestrol, yaitu pada waktu malam hari. Golongan biofosfronat
harus diberikan dengancara pasien harus duduk dikarenakan sifat kimia obat yang iritaif,
sehingga dengan duduk diharapkan berinteraksi singkat dengan saluran cerna atas dan
segera memasuki lambung.

9. Sebutkan lokasi/tempat pemberian obat parenteral!


Jawab : obat parental diberikan melalui :
a) Intracutan
Memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan kulit,yang di lakukan pada
lengan bawah bagian dalam atau di tempat lain yang di anggap perlu.

b) Subcutan
Pemberian obat melalui suntikan subkutan adalah memasukkan obat ke dalam
jaringan ikat jarang di bawah lapisan dermis.
Lokasi suntikan subkutan adalah lengan, abdomen, dan tungkai dengan jarum
pada posisi 45 derajad. Otot Vastus Lateralis merupakan lokasi penyuntikan yang
paling dipilih untuk anakanak.

c) Intramuskular
1) Muskulus Deltoideus
2) Muskulus Vastus lateralis
3) Muskulus Ventrogluteal
4) Muskulus Dorsogluteal

d) Intravena
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.
Adapun tempat injeksi adalah
1. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika).
2. Pada tungkai (vena saphenous).
3. Pada leher (vena jugularis).
4. Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis).

10. Apa yang perlu didokumentasikan dalam setiap pemberian obat?


Jawab :
Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/aktivitas tertentu secara
sah/legal. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan penulisan dan pencatatan
yang dilakukan oleh perawat tentang informasi kesehatan klien termasuk data pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Dalam hal terapi,setelah
obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya atau obat itu tidak dapat diminum,
harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

Dokmentasi terdiri dari beberapa bagian antara lain :


a) Nama Obat
b) Nama Pasien
c) Dosis
d) Rute/jalur/cara ( tempat pemberian)
e) Waktu dan tanggal
f) Oleh siapa obat itu diberikan ( inisial dan tanda tangan perawat/petugas yang
memberikan
g) Alasan kenapa obat diberikan
h) Respon klien terhadap pengobatan perlu dicatat untuk beberapa macam obat :
 Nakotika – bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan rasa nyeri
 Analgesik non – narkotik
 Sedativa
 Antiemetik
 Reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan, seperti irigasi
gastrointestinal atau tanda – tanda kepekaan kulit.

11. Apa yang perlu anda lakukan jika seorang klien menolak untuk menerima pengobatan?
Jawab : Jika pasien menolak pemberian obat atau obat itu tidak dapat diminum atau
sedang menjalani pemeriksaan atau prosedur yang membuat sebuah dosis terlewat, maka
perawat harus memberikan INFORM CONSENT dalam pemberian obat kemudian
didokumentasikan dalam catatan perwat, termasuk juga menuliskan alasan pasien
menolak pemberian obat atau alasan obat tersebut diberikan dan dilaporkan dan
memberitahukan bahaya pembatalan pengobatan yang mungkin terjadi kepada pasien.
12. Apa hal-hal utama yang harus dicatat dalam setiap pemberian obat?
Jawab :
supaya dapat tercapainya pemberian obat yang AMAN, seorang perawat harus melakukan
6 HAL YANG BENAR :
a) Klien/pasien yang benar
b) Obat yang benar
c) Dosis yang benar
d) Waktu yang benar
e) Cara/rute yang benar
f) Dokumentasi yang benar
PLUS
2 hal tambahan yang berhubungannya dengan HAK PASIEN dalam pemberian
obat:
a) hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat
b) hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat

13. Apa implikasi dalam perawatan bagi setiap rute pemberian obat?
Jawab :
a) Nilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat – obatan
per oral.
b) Pergunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat. Teknik steril dibutuhkan
dalam rute parental.
c) Berikan obat – obat pada tempat yang sesuai
d) Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah ditelan

Implikasi dalam keperawatan mencakup:

a) Berikan obat pada saat yang khusus. Obat – obat dapat diberikan ½ jam sebelum atau
sesudah waktu yang tertulis dalam resep
b) Berikan obat – obat yang terpengaruh oleh makanan seperti captopril, diberikan
sebelum makan
c) Berikan obat – obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi mukosa
lambung, diberikan bersama – sama dengan makanan
d) Tanggung jawab perawat untuk memeriksa diagnostik, seperti endoskopi, tes darah
puasa, yang memrupakan kontraindikasi pemebrian obat
e) Periksa tangggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan
ke apotek ( tergantung peraturan)
f) Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang 24 jam
( misalnya setiap 8 jam bila diresep tertulis yang sama sepanjang 24 jam ( misalnya
setiap 8 jam bila diresep tertulis t.i.d) untuk menjaga kadar terapeutik dalam darah.
TUGAS 2

1. Jelaskan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan obat!


Jawab :
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat yakni :
a) Menimbang manfaat risiko faktor yang saling mempengaruhi dan menentukan
seperti kebutuhan efektivitas efek samping dan beban biaya
b) Gunakan obat yang paling established ( obatnya sudah terpilih untuk identifikasi
tertentu sudah sering digunakan dan ternyata efektif besar sudah tercantum dalam
atau Daftar obat esensial atau formularium rumah sakit
c) Trailor drug need kebutuhan jenis obat harus disesuaikan untuk setiap penderita
d) Gunakan obat yang diketahui paling baik sesuai dengan pengetahuan farmakologi
obat tersebut sehingga dapat diketahui dengan tepat dosis untuk setiap keadaan
jadwal pemberian dan potensinya untuk menghindari timbulnya efek samping
e) Tailor drug dose. Dosis obat harus disesuaikan dengan penderita Karena tidak
semua penderita memerlukan proses yang sama
f) Gunakanlah dosis efektif terkecil penambahan dosis tidak selalu meningkatkan
intensitas efek dengan memperbesar dosis efek samping akan lebih sering timbul.
g) Pilihlah cara pemberian yang paling aman sebagai acuan pemberian oral lebih
aman dan murah jika dibandingkan dengan pemberian parental obat dengan
bioavailabilitas yang cukup baik jangan diberikan secara parenteral kecuali dalam
kondisi keselamatan jiwa yang menuntut obat harus cepat berefek
h) Jangan membeli sediaan karena produk baru pelajari dulu khasiat dosis indikasi
kontraindikasi dan efek sampingnya
i) Jangan ketinggalan menggunakan obat baru yang lebih baik
j) Cocokkan data atau material promosi pabrik obat dengan buku-buku atau jurnal
terbaru dan kritik isinya karena semua ke perpustakaan termasuk Browser yang
dikeluarkan perusahaan obat dimaksud untuk menunjang penjualan obat

2. Jelaskan macam-macam bentuk respon penderita terhadap obat, baik berdasarkan aspek
fisiologi, patologi dan lingkungan!
Jawab :
Faktor-faktor fisiologi yang mempengaruhi respon penderita terhadap obat dapat digolongkan
berdasarkan usia seperti berikut ini.
a) Anak. Usia, berat badan, luas permukaan tubuh atau kombinasi faktor-faktor ini dapat
digunakan untuk menghitung dosis anak dari dosis dewasa. Untuk perhitungan dosis,
usia anak dibagi dalam beberapa kelompok usia sebagai berikut:
 Neonatus: bayi baru lahir hingga usia 1 bulan
 Bayi: usia 1 bulan hingga 1 tahun
 Balita: usia 1-5 tahun
 Anak-anak: usia 6-12 tahun
Berat badan digunakan untuk menghitung dosis yang dinyatakan dalam mg/kg. Akan
tetapi, perhitungan dosis anak dari dosis dewasa berdasarkan berat badan saja sering
kali menghasilkan dosis anak yang terlalu kecil karena anak mempunyai laju
metabolisme yang lebih tinggi sehingga per kg berat badan nya sering kali membutuhkan
dosis yang lebih tinggi dari orang dewasa (kecuali pada neonatus). Luas permukaan
tubuh lebih tepatnya digunakan untuk menghitung dosis anak karena banyak fenomen
fisik lebih erat hubungannya dengan luas permukaan tubuh.

b) Neonatus dan Bayi Prematur Pada usia ekstrim ini terdapat perbedaan respons yang
terutama disebabkan oleh belum sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik tubuh
yaitu:
 Fungsi biotransformasi hati
 Fungsi eksresi ginjal hanya 60-70% dari ginjal dewasa
 Kapasitas ikatan protein plasma yang rendah
 Sawar darah-otak serta sawar kulit belum sempurna

Dengan demikian diperoleh kadar obat yang tinggi dalam darah dan jaringan. Di
samping itu terdapat peningkatan sensitivitas reseptor terhadap beberapa obat.
Akibatnya terjadi respons yang biasa diberikan berdasarkan perhitungan luas
permukaan tubuh. Prinsip umum penggunaan obat pada neonatus dan bayi
prematur adalah:

 Hindarkan penggunaan sulfonamid, aspirin, heksaklorofen (kadar berapapun


untuk kulit yang tidak utuh, kadar 3% atau lebih untuk kulit yang utuh)
morfin, barbiturat IV.
 Untuk obat-obatan lain: Gunakan dosis yang lebih rendah dari dosis yang
dihitung berdasarkan permukaan tubuh. Tidak ada pedoman umum untuk
menghitung berapa besar dosis harus diturunkan, maka gunakan educated
guess atau, bila ada, ikuti petunjuk dari pabrik obat yang bersangkutan.
Kemudian monitor respons klinik penderita, dan bila perlu monitor kadar
obat dalam plasma, untuk menjadi dasar penyesuaian dosis pada masing-
masing penderita.
c) Usia Lanjut Perubahan respon penderita usia lanjut disebabkan oleh banyak faktor
seperti penurunan fungsi ginjal terutama fungsi glomerulus dan sekresi tubuli
merupakan perubahan faktor farmakokinetik yang terpenting. Penurunan fungsi filtrasi
menurun 30% pada orang berusia 65 tahun jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Perubahan farmakokinetik lainnya adalah penurunan kapasitas metabolisme beberapa
obat, berkurangnya kadar albumin plasma sehingga kadar obat bebas dalam darah
tinggi, pengurangan berat badan dan cairan tubuh serta penambahan lemak tubuh
(sehingga dapat mengubah distribusi obat), dan berkurangnya absorbsi aktif.
Hasil dari perubahan ini adalah sebagai berikut.
 kadar obat yang lebih tinggi dan bertahan lebih lama dalam darah dan jaringan.
Waktu paruh obat dapat meningkat hingga 50%.
 Perubahan faktor-faktor farmakodinamik, yaitu peningkatan sensitivitas
reseptor, terutama reseptor di otak, dan penurunan mekanisme homeostatik,
misalnya homeostatik kardiovaskuler terhadap obat antihipertensi.
 Adanya berbagai penyakit
 Penggunaan banyak obat sehingga kemungkinan interaksi obat lebih tinggi.

Akibatnya, seringkali terjadi respon yang berlebihan atau efek toksik serta berbagai
efek samping bila mereka mendapat dosis yang biasa diberikan kepada orang
dewasa muda. Prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut adalah:

 Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan, artinya hanya bila ada
indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo, berikan plasebo
sesungguhnya, dalam artian bukan plasebo yang mengandung bahan aktif.
 Pilih obat yang memberikan rasio manfaat-risiko paling menguntungkan bagi
penderita usia lanjut. Misalnya jika diperlukan hipnotik, jangan digunakan
barbiturat. Dan juga berikan obat yang tidak berinteraksi dengan obat lain
atau penyakit lain pada penderita yang bersangkutan.
 Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa
diberikan kepada penderita dewasa muda.
 Selanjutnya sesuaikan dosis obat berdasarkan respons klinik penderita, dan
bila perlu dengan monitor kadar obat dalam plasma penderita. Dosis
penunjang yang tepat pada umumnya lebih rendah daripada dosis untuk
penderita dewasa muda.
 Berikan regimen dosis yang sederhana (yang ideal 1x sehari) dan sediaan
obat yang mudah ditelan (sebaiknya sirup atau tablet yang dilarutkan dalam
air) untuk memelihara kepatuhan penderita.
 Periksa secara berkala semua obat yang dimakan penderita, dan hentikan
obat yang tidak diperlukan lagi.

Faktor-faktor patologis yang mempengaruhi respon penderita terhadap obat terbagi menjadi
beberapa golongan berdasarkan organ utama yang melakukan fungsi farmakokinetik tubuh sebagai
berikut.

1. Penyakit Saluran Cerna Penyakit ini dapat mengurangi kecepatan dan jumlah obat yang
diabsorbsi pada pemberian oral melalui perlambatan pengosongan lambung, percepatan waktu
transit dalam saluran cerna, malabsorbsi, dan metabolisme dalam saluran cerna. Prinsip umum
pemberian obat pada penyakit saluran cerna adalahsebagai berikut.

 Hindarkan obat iritan (misalnya KCl, aspirin, anti-inflamasi nonsteroid


lainnya) pada keadaan stasis/hipomotilitas saluran cerna.
 Hindarkan sediaan lepas lambat dan sediaan salut enterik pada keadaan
hiper maupun hipomotilitas saluran cerna
 Berikan levodopa dalam kombinasin dengan karbidopa 4) Untuk obat-obat
lain: dosis harus disesuaikan berdasarkan respons klinik penderita dan atau
bila perlu melalui pengukuran kadar obat dalam plasma.

2. Penyakit Kardiovaskuler Penyakit ini mengurangi distribusi obat dan aliran darah ke hati
dan ginjal untuk eliminasi obat, sehingga kadar obat tinggi daam darah dan menimbulkan efek yang
berlebihan atau bahkan efek toksik. Prinsip umum pemberian obat pada penyakit saluran cerna
adalah sebagai berikut.

 Turunkan dosis awal maupun dosis penunjang


 Sesuaikan dosis berdasarkan respons klinik penderita dan/atau bila perlu
melalui pengukuran kadar obat dalam plasma.
 Penyakit Hati Penyakit ini mengurangi metabolisme obat di hati dan sintesis
protein plasma sehingga meningkatkan kadar obat, terutama kadar obat
bebasnya dalam darah dan jaringan, sehingga mengakibatkan terjadi respon
yang berlebihan atau efek toksik. Tetapi perubahan respon ini baru terjadi
pada penyakit hati yang parah, dan tidak terlihat pada penyakit hati yang
ringan karena hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar. Pada
penyakit hati yang parah juga terdapat peningkatan sensitivitas reseptor di
otak terhadap obat-obat yang mendepresi SSP, diuretik yang menimbulkan
hipokalemi, dan obat yanng menyebabkan konstipasi, sehingga pemberian
obat-obat ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik. Berkurangnya
sintesis faktor-faktor pembekuan darah pada penyakit hati meningkatkan
respons penderita terhadap antikoagulan oral. Edema dan asites pada
penyakit hati kronik dapat diperburuk oleh obat-obat yang menyebabkan
retensi cairan, misalnya antiinflamasi nonsterois, kortikosteroid dan
kortikotropin. Di samping itu, ada obat-obat yang hepatotoksik.
Hepatotoksisitas yang berhubungan dengan dengan besarnya dosis terjadi
pada dosis yang lebih rendah, dan hepatotoksisitas yang idiosinkratik terjadi
lebih sering pada penderita dengan penyakit hati. Prinsip umum pemberian
obat pada penyakit saluran cerna adalah sebagai berikut.
 Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasinya terutama melalui ekskresi
ginjal
 Hindarkan penggunaan: obat-obatan yang mendepresi SSP (terutama
morfin), diuretik tiazid dan diuretik kuat, obat-obat yang menyebabkan
konstipasi, antikoagulan oral, kontrasepsi oral, dan obat-obat hepatotoksik.
Sedatif yang paling aman pada penyakit hati adalah oksazepam dan
lorazepam
 Gunakan dosis yang lebih rendah dari nomal, terutama untuk obat-obat
yang eliminasi utamanya melalui metabolisme hati. Tidak ada pedoman
umum untuk menghitung besarnya penurunan dosis, makan gunakan
educated guess. Mulailah dengan dosis kecil, kemudian dosis disesuaikan
dengan respon klinik penderita, dan bila perlu dilakukan pengukuran kadar
obat dalam plasma, serta uji fingsi hati pada penderita dengan fungsi hati
yang fluktuatif.
4. Penyakit Ginjal Penyakit ini mengurangi ekskresi obat aktif maupun metabolitnya yang
aktif melalui ginjal sehingga meningkatkan kadarnya dalam darah dan jaringan, dan menimbulkan
respons yang berlebihan atau efek toksik. Di samping itu peyakit ginjal dapat mengurangi kadar
protein plasma atau mengurangi ikatan protein plasma sehingga kadar obat bebas dalam darah
meningkat, terjadi perubahan keseimbangan elektrolit dan asam-basa, meningkatkan sensitivitas
atau respon jaringan terhadap beberapa obat, dan mengurangi atau menghilangkan efektivitas
beberapa obat. Prinsip umum penggunaan obat pada gagal ginjal adalah sebagai berikut.

 Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasi utamanya melalui metabolisme


hati, untuk obatnya sendiri maupun untuk metabolit aktifnya.
 Hindarkan penggunaan: golongan tetrasiklin untuk semua derjat gangguan
ginjal (kecuali doksisiklin dan minosiklin yang dapat diberikan asal fungsi
ginjal tetap dimonitor), diuretik merkuri, diuretik hemat K, diuretik tiazid,
antidiabetik oral, dan aspirin (parasetamol mungkin merupakan analgesik
yang paling aman pada penyakit ginjal).
 Gunakan dosis yang lebih rendah dari normal, terutama untuk obat-obat
yang eliminasi utamanya melalui ekskresi ginjal

3. Jelaskan pertimbangan pemilihan dan penggunaan obat berdasarkan kondisi khusus!


Jawab :

4. Jelaskan macam-macam bentuk respon penderita terhadap obat, baik berdasarkan aspek
farmakoinetika dan farmakodinamika
Jawab :

5. Bagaimana hubungan antara dosis, rute pemberian obat terkait respon tubuh terhadap
obat?

Anda mungkin juga menyukai