Anda di halaman 1dari 37

PELUANG

MODUL INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATEMATIKA SEKOLAH

Dosen Pengampu: Dr. Dian Septi Nur Afifah, M.Pd.

DI SUSUN OLEH : DEWI LESTARI

PRODI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA

STKIP PGRI TULUNGAGUNG

2019
DAFTAR ISI

PEMBAHASAN

I. Pengertian Peluang........................................................................................ 1

1.1 Makna Peluang........................................................................................... 2

1.2 Ruang Sampel............................................................................................ 3

1.3 Kejadian..................................................................................................... 4

1.4 Peluang Suatu Kejadian............................................................................. 5

1.5 Sifat-Sifat Peluang..................................................................................... 6

II. Teknik Menghitung...................................................................................... 7

2.1 Prinsip Dasar Menghitung.......................................................................... 8

2.2 Teknik Menghitung...................................................................................... 9

2.2.1 Kaidah Pencacahan atau Aturan Perkalian ........................................... 33

2.2.2 Notasi Faktorial........................................................................................ 35

2.2.3 Permutasi................................................................................................36

2.2.3.1 Permutasi dengan Beberapa Unsur Sama.......................................... 40

2.2.3.2 Permutasi Siklis ................................................................................... 42

2.2.4 Kombinasi................................................................................................ 43

III. Macam – Macam Kejadian ......................................................................... 11

3.1 Kejadian Komplemen.................................................................................. 12

3.2 Kejadian Saling Lepas............................................................................... 13

3.3 Kejadian Saling Bebas ............................................................................... 14

IV. Soal-soal Latihan........................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN

I.PENGERTIAN PELUANG
1.1 Makna Peluang
Teori peluang berasal dari pertanyaan seorang bangsawan Chevalier De Mere
kepada Blaise Pascal pada abad ke -16 mengenai kemungkinan mata –mata dadu
yang keluar jika dadu-dadu dilemparkan. Dari pertanyaan ini kemudian menjadi
sebuah bahan diskusi antar Blaise Pascal dan Piere Fermat.
Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan peluang atau kejadian itu? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, pelajarilah pengertian peluang dan nilai peluang
suatu kejadian berikut.
Percobaan 1

Lemparkan sebuah mata uang logam. Dapatkah kita memastikan sisi yang akan
muncul, sisi angka atau sisi gambar?

Percobaan 2

Lemparkan sebuah dadu. Dapatkah kita memastikan sisi dadu yang akan muncul?

Percobaan 3

Sediakan sebuah kotak. Isikan kelereng berwarna merah, kuning dan hijau masing-
masing sebanyak butir ke dalam kotak tersebut. Aduklah kelereng tersebut,
kemudian tutuplah matamu dan ambillah sebutir demi sebutir secara acak sebanyak
kali pengambilan. Dapatkah kita memastikan, kelereng warna apa saja yang
terambil jika setiap selesai pengambilan, kelereng tersebut dikembalikan lagi ke
dalam kotak?

Pada percobaan , kejadian yang menjadi perhatian adalah munculnya sisi angka
atau gambiyang akan muncul. Kita hanya mengetahui bahwa hasil yang mungkin
muncul adalah sisi angka atau sisi gambar. Tentu saja, kedua sisi ini tidak mungkin
muncul secara bersamaan.
Kejadian munculnya sisi angka atau sisi gambar pada Percobaan tidak dapat
dipastikan, sehingga dinamakan kejadian acak. Demikian pula kejadian munculnya
sisi dadu pada Percobaan dan terambilnya kelereng bewarna merah, kuning atau
hijau pada Percobaan merupakan kejadian acak.

1.2 RUANG SAMPEL


Suatu percobaan akan menghasilkan suatu hasil (outcomes) atau titik sampel.
Himpunan yang berisi semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan dinamakan
ruang sampel. Ruang sampel biasa dinotasikan dengan S.

Contoh :

Suatu percobaan melempar satu mata uang logam . Ruang sampelnya adalah S =
{B,D

Suatu percobaan mengambil satu buah kartu dari 6 buah kartu yang diberi nomor 1
sampe dengan 6, ruang sampelnya adalah S {1,2,3,4,5,6,}

Suatu percobaan melempar satu mata uang logam sebanyak dua kali berurutan.
Ruang sampelnya adalah S = {(B.B),(B,D), (D,B), (D,D)}.

1.3 Kejadian

Dalam pengambilan satu buah kartu dari enam buah kartu yang diberi nomor 1
sampai 6. Jika yang terambil adalah kartu dengan nomor genap maka hasil yang
mungkin adalah kartu 2,4 dan 6. Himpunan {2, 4, 6} merupakan himpunan bagian
dari ruang sampel { 1,2,3,4,5,6}. Himpunan ini disebut kejadian dari suatu
percobaan. Jadi, suatu kejadian adalah, himpunan bagian dari ruang sampel

Contoh:

Suatu percobaan dalam pelemparan satu mata uang logam sebanyak dua kali
berurutan. Ruang sampel S = {BB, BD,DB,DD}. Kejadian munculnya paling sedikit
satu sisi belakang adalah {BB, BD,DB}

Dari percobaan melempar satu buah mata dadu Ruang sampel

S= {1,2,3,4,5,6,}
a. Kejadian munculnya mata dadu kurang dari 4 adalah {1,2,3)

b. Kejadian munculnya mata dadu 6 adalah {6}

c. Kejadian munculnya mata dadu yang habis dibagi 3 adalah {3,6}

Kejadian merupakan suatu himpunan maka himpunan kosong (0) merupakan


kejadian yang tidak mungkin terjadi (kemustahilan). Contoh kemustahilan adalah
terambilnya kartu bernomor 7 dari percobaan pengambilan kartu yang diberi nomor
1 sampai dengan 6.

1.4 Peluang Suatu Kejadian

Definisi : Misalkan suatu ruang sampel S mempunyai elemen-elemen yang


banyaknya berhingga yaitu n(S) dan setiap elemen mempunyai kesempatan muncul
yang sama. Dan A adalah suatu kejadian dengan A  S. Yang mempunyai
elemen sebanyak n(A) . maka peluang kejadian

n( A)
A dinyatakan dengan P (A) dan didifinisikan : P(A) =
n( S )

Dari definisi di atas, mengingat A  S dan   A , maka didapat hubungan bahwa


  AS.

Dari hubungan ini kita dapat menentukan tafsiran besarnya peluang kejadian
sebagai berikut:   A  S  n ( )  n(A)  n(S)  0  n(A)  n(S) 
0 n( A) n( S )
 
n( s ) n( S ) n( S )

O  P ( A)  1

Jadi jelas bahwa besarnya peluang sebarang kejadian A adalah O  P ( A)  1

Jika P(A) = 0 , maka kejadian A disebut kejadian yang mustahil

Jika P(A) = 1 , maka kejadian A disebut kejadian yang pasti


Contoh : 1

Suatu dadu dilempar satu kali. Berapa peluang munculnya muka dadu bermata 2
atau 3

Jawab :

Ruang sampel S = {1,2,3,4,5,6}

n(S) = 6 dan kejadian A = {2,3} , n(A) = 2

n( A) 2 1
Jadi P(A) =  
n( S ) 6 3

Contoh : 2

Terdapat 10 kartu bernomor 1 sampai dengan 10. Diambil 2 kartu secara acak dari
10 kartu tersebut. Berapa peluang terambil 2 kartu bernomor prima ?

Jawab :

Dua kartu diambil dari 10 kartu yang tersedia, maka

10! 10! 10.9


n(S) = 10K2 = =   45
(10  2)!2! 8!2! 2 x1

Kartu bernomor prima yang dimaksud adalah {2,3,5,7}

Sehingga banyaknya kejadian terambil 2 kartu bernonor prima adalah

4! 4 x3
n(A) = 4K2 =  6
2!.2! 2 x1

n( A) 6 2
Jadi peluang terambil dua kartu prima adalah P(A) =  
n( S ) 45 15
Contoh : 3

Dalam suatu kotak terdapat 12 bola, terdiri 5 bola merah, 4 bola putih dan 3 bola
biru. Jika diambil secara acak 3 bola sekaligus, dari kotak itu , berapa peluang
terambil 3 bola merah ?

Jawab :

Tiga bola diambil dari kotak terdiri 12 bola.

12! 10.11 .12


Berarti n(S) = 12 K3 = = = 10.11.2 = 220
9! 3! 1.2.3

Tiga bola merah diambil dari 5 bola merah yang tersedia

5! 4.5
Berarti n(A) = 5K3 = = = 10
2! 3! 1.2

n( A) 10 1
Jadi peluang terambil 3 bola merah adalah P(A) = = =
n( S ) 220 22

1.5 Sifat – Sifat Peluang

1. Jika A = maka p(A) = 0

Contoh:

Delapan bola yang diberi nomor 1 sampai 8 ditempatkan dalam satu kotak. Suatu
percobaan mengambil satu buah bola dari kotak tersebut. Tentukan:

a. ruang sampelnya

b. peluang kejadian: 1) terambil bola nomor 6 2) terambil bola bernomor bilangan


prima

Penyelesaian:

a. Ruang sampel S =

b. Misal:

A = Kejadian terambilnya bola bernomor 6

B = Kejadian terambilnya bola bernomor bilangan prima


n(A) = banyak hasil yang mungkin dari kejadian A

n(B) = banyak hasil yang mungkin dari kejadian B

Diperoleh:

A=

B=

n(S) = 8

n(A) = 1

n(B) = 4

Jadi,

Peluang A = P(A) = =

Peluang B = P(B) = = =

II. TEKNIK MENGHITUNG

2.1 PRINSIP DASAR MENGHITUNG

Prinsip dasar menghitung dalam menyelesaikan soal-soal peluang yaitu :

1. Jika dua percobaan yang dilakukan secara berurutan dengan n 1 hasil yang
mungkin dari percobaan pertama dan n2 hasil yang mungkin dari percobaan
kedua, maka ada n1 x n2 kombinasi hasil dari percobaan pertama dan kedua.

2. Secara sama, jika k percobaan dilakukan berurutan, dengan banyaknya hasil


yang mungkin dari tiap-tiap percobaan berturut-turut adalah n 1, n2, … , nk maka
ada (n1 x n2 x … x nk) hasil yang mungkin dari percobaan-percobaan yang
dilakukan tersebut.

Perhatikan contoh - contoh berikut ini :

1. Pada lomba lari cepat 100 meter, empat orang lolos ke putaran akhir, yaitu Adri
(A), Firdaus (F), Ilham (I), dan Wahyu (W). Pada pertandingan itu terdapat 2
hadiah. Berapa macam susunan pemenang yang mungkin muncul pada akhir
pertandingan?

Penyelesaian :

Pada putaran akhir pertandingan ada 4 kemungkinan pengisian pemenang


pertama, yaitu A, F, I atau W. Setelah salah satu dari mereka mencapai garis akhir,
pelari berikutnya adalah satu dari tiga pelari yang berhasil menjadi juara pertama.
Susunan pemenang pertama dan kedua yang mungkin, dapat disusun pada diagram
pohon berikut ini:

F AF

A I AI

W AW

A FA

F I FI

Putaran akhir W FW

pertandingan

A IA

I F IF

W IW

A WA

W F WF

I WI

Dari diagram diatas dapat ditemukan hasil : 4 x (4-1) = 12 susunan


yang mungkin yaitu {AF, AI, AW, FA, FI, FW, IA, IF, IW, WA, WF, WI}. Huruf
pertama adalah peserta yang menempati juara pertama dan huruf kedua adalah
peserta yang menempati juara kedua.

2. Pada suatu perjalanan dari Jakarta ke Bandung, lalu ke Yogyakarta, dan terakhir
ke Malang. Dari Jakarta ke Bandung ada 2 macam kendaraan yang dapat
digunakan, yaitu bus (B) atau kereta api (K). Dari bandung ke Yogyakarta ada 3
macam kendaraan yang dapat digunakan yaitu bus (B), kereta api (K), dan pesawat
(P), sedangkan dari Yogyakarta ke Malang ada 2 macam kendaraan yang dapat
digunakan yaitu bus (B) dan taksi (T). Berapa macam pilihan untuk perjalanan
tersebut?

Penyelesaian :

Diagram pohon berikut ini dapat menunjukkan pilihan untuk melakukan


perjalanan tersebut :

B BBB

B T BBT

B BKB

B K T BKT

B BPB

P T BPT

Jakarta

B KBB

B T KBT

B KKB

K K T KKK

Bandung B KPB

P T KPT

Malang

Perjalanan pertama dapat menggunakan 2 cara, perjalan kedua dengan 3


cara dan perjalanan ketiga dengan 2 cara. Perhatikan bahwa banyaknya cara
perjalanan yang dapat dipilih adalah 2 x 3 x 2 = 12 cara.
3. Ada 5 buah kartu yang diberi nomor 1,2,3,4, dan 5 di tempat dalam suatu kotak.
Dari kartu-kartu tersebut akan dibentuk bilangan yang terdiri dari 2 angka. Untuk itu
dilakukan 2 percobaan, yaitu pertama mengambil satu buah kartu dari dalam kotak
lalu ditempatkan ditempat satuan pada bilangan yang akan dibentuk, dan percobaan
kedua mengambil kartu kedua lalu ditempatkan ditempat puluhan. Jelas bahwa kartu
pertama yang diambil tidak dikembalikan lagi kedalam kotak sebelum pengambilan
kartu kedua. dari percobaan ini, berapa peluang bilangan yang terbentuk adalah
bilangan genap?

Penyelesaian :

Dengan prinsip dasar menghitung, ada 5 cara pengambilan kartu pertama


dan 4 cara pengambilan kartu kedua. Jadi banyak bilangan seluruhnya yang dapat
terbentuk: 5 x 4 = 20. Angka ini merupakan banyaknya ruang sampel, jadi n(S) = 20.
Sementara itu, cirri-ciri bilangan genap angka satuannya habis dibagi 2. Angka-
angka yang memenuhi syarat itu adalah 2 dan 4. Maka, untuk menghasilkan
bilangan genap, ada 2 cara pengambilan kartu pertama, dan ada 4 cara
pengambilan kartu kedua. Jadi, banyak bilangan genap yang dapat dibentuk 2 x 4 =
8 atau n (Genap) = 8. Dengan demikian peluang bilangan yang terbentuk adalah
bilangan genap = p(genap) = 8 = 2
20 5

2.2 TEKNIK MENGHITUNG


2.2.1 Kaidah Pencacahan atau Aturan Perkalian

Perhatikan contoh berikut :

Ada tiga kota bernama A, B dan C.

Terdapat tiga jalan yang menghubungkan kota A dan B, dan dua jalan yang
menghubungkan kota B dan C. Jika seseorang bepergian dari kota A ke C dan
harus melalui kota B, ada berapa cara jalan yang dapat di tempuh ?
k p

A
 B
C
q
m

Jika nama- nama jalan yang menghubung ketiga kota itu terlihat seperti diagram di
atas, maka semua jalan yang dapat ditempuh untuk bepergian dari A ke C melalui B,
terlihat dalam daftar berikut :

p q

k (k , p) (k , q)

l (l , p) (l , q)

m (m , p) (m , q)

Ada berapa banyak cara jalan yang ditempuh dari kota A ke kota C?

Jawab : Dengan memperhatikan table di atas terdapat ada 6 cara.

6 cara itu dapat diperoleh langsung dari 3 x 2, yaitu banyaknya baris kali
banyaknya kolom tabel tersebut.

Dalam hal sama jika dari A ke B terdapat 6 jalan dan dari B ke C terdapat 8 jalan,
ada berapa banyak cara jalan yang ditempuh dari kota A ke kota C ?

Jelas kiranya bahwa cara yang dapat ditempuh seperti dalam tabel di atas akan
terdapat 6 baris dan 8 kolom. Sehingga seluruhnya terdapat 6 x 8 cara untuk
berpergian dari A ke C melalui B.

Misalnya seorang siswa mempunyai 5 kemeja dan 4 celana yang berbeda warna /
coraknya.

Dengan berapa carakah siswa itu dapat membuat stelan kemeja dan celana ?
Misalkan kemeja itu K1 , K2 , K3 , K4 dan K5 , serta celana tersebut C1 , C2 , C3 dan
C4 . Maka siswa itu dapat membuat stelan kemeja dan celana dengan cara
sebanyak yang termuat dalam tabel berikut :

C1 C2 C3 C4

K1 (K1 , C1) (K1 , C2) (K1 , C3) (K1 , C4)

- - - - -

- - - - -

- - - - -

K5 (K5 , C1) (K5 , C2) (K5 , C3) (K5 , C4)

Lengkapilah tabel di atas !

Semuanya ada 5 baris dan 4 kolom, jadi terdapat 5 x 4 = 20 cara siswa itu dapat
membuat stelan kemeja dan celana.

Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan Kaidah Pencacahan :

“Jika suatu peristiwa dapat terjadi dalam m cara yang berbeda diikuti
peristiwa lain yang dapat terjadi dalam n cara yang berbeda, maka dua peristiwa
berurutan itu dapat terjadi dalam m x n cara yang berbeda”.

Catatan :

Bahwa banyaknya peristiwa pada prinsip di atas dapat diperluas menjadi


lebih dari dua peristiwa.

2.2.2 Notasi Faktorial


Definisi :

nx(n – 1) x(n – 2) x (n – 3) x ………. x 3 x 2 x 1 = n!

dengan n  Asli

Lambang n! di baca : n faktorial

Contoh : 1

a. 5! = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 120
b. 7! = 7 x 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 5040

2. Didefinisikan bahwa :

1! = 1 dan 0! = 1

2.2.3 Permutasi

Definisi : Permutasi dari anggota-anggota suatu himpunan adalah

susunan berurutan dari semua atau sebagian anggota himpunan


itu.

Contoh : 1

Permutasi 1 unsur dari 4 unsur pada himpunan {a, b, c, d}

adalah : a, b, c, dan d . Jadi terdapat 4 macam permutasi.

Pemutasi 2 unsur dari 4 unsur pada himpunan {a, b, c, d} adalah

ab, ac, ad, ba, bc, bd

ca, cb, cd, da, db, dc


Jadi terdapat 12 macam permutasi

Permutasi 3 unsur dari 4 unsur pada himpunan {a, b, c, d} adalah :

abc abd acb acd adb adc

bac bad bca bcd bda bdc

cab cad cba cba cda cdb

dab dac dba dbc dca dcb

Jadi terdapat 24 macam permutasi.

Permutasi 4 unsur dari pada himpunan {a,b,c,d} adalah

abcd bacd cabd dabc

abdc badc cadb dacb

acbd bcad cbad dbac

acdb bcda cbda dbca

adbc bdac cdab dcab

adcb bdca cdba dcba

Jadi terdapat 24 macam permutasi juga

Dengan memperhatikan contoh-contoh diatas maka banyaknya permutasi dari n


obyek yang berbeda dapat di tinjau melalui contoh berikut :

Sediakan 4 buah uang logam dan padanya dituliskan berturut-turut huruf S , I , L dan
A dengan spidol . Kemudian buatlah gambar 4 buah bujur sangkar bersisian seperti
tampak pada gambar berikut :
S L
1 2 3 4

I A

4 cara 3 cara 2 cara 1 cara

Bujur sangkar (1) dapat di tempati oleh sebuah di antara 4 uang logam tersebut. Jadi
ada 4 kemungkinan atau 4 cara.

Setelah bujur sangkar (1) ditempati, maka bujur sangkar (2) dapat ditempati oleh
satu diantara 3 uang logam yang tersisa.

Jadi ada 3 kemungkinan atau 3 cara .

Selanjutnya setelah bujur sangkar (1) dan (2) terisi, maka bujur sangkar (3) dapat di
tempati oleh satu diantara 2 uang logam yang tersisa.

Jadi ada 2 kemungkinan atau 2 cara.

Akhirnya , bujur sangkar (4) tentunya ditempati oleh satu-satunya uang logam yang
tersisa.

Jadi ada 1 kemungkinan atau 1 cara.

Dari uraian di atas, menurut kaidah pencacahan atau aturan perkalian, bujur
sangkar-bujur sangkar itu dapat ditempati oleh uang logam-uang logam tersebut
sebanyak :

4 x 3 x 2 x 1 = 24 cara.

Permutasi k unsur dari n unsur berbeda dengan k  n dilambangkan dengan nPk

Dan dapat kita gali sebagai berikut :


Bujur

Sangka Permutasi Rumus


r

1 buah 1 unsur dari 4 unsur yang 4P1 = 4


berbeda

2 buah 2 unsur dari 4 unsur yang 4P2 = 4 x 3


berbeda

3 buah 3 unsur dari 4 unsur yang 4P3 = 4 x 3 x 2


berbeda

4 buah 4 unsur dari 4 unsur yang 4P4 = 4 x 3 x 2 x 1


berbeda = 24

Dengan memperhatikan kolom terakhir dari tabel di atas di dapat bahwa :

7 P2 = 7 x 6

7 P3 = 7 x 6 x 5

7 P4 = 7 x 6 x 5 x 4

7 P5 = 7 x 6 x 5 x 4 x 3 dst

Sehingga secara umum rumus untuk pemutasi k unsur dari n unsur yang berbeda
dapat dirinci sebagai berikut:

nPk = n(n – 1) (n – 2) (n – 3) ……… (n – k + 1)

( n  k )( n  k  1)......3 x 2 x1
= n(n – 1) (n – 2) (n – 3) ……… (n – k + 1) x
( n  k )( n  k  1)......3 x 2 x1

n( n  1)(n  2)(n  3).......(n  k  1( n  k )( n  k  1)......3 x 2 x1


=
(n  k )(n  k  1).........3 x 2 x1

n!
=
( n  k )!
n!
Jadi n Pk =  Rumus permutasi k unsur dari n unsur yang berbeda.
( n  k )!

dengan : k  n

untuk k = n , didapat

n! n! n!
nPn =    n!
( n  n)! 0! 1

Jadi n Pn = n!  Rumus permutasi dari n unsur yang berbeda

Contoh : 2

5! 5! 5 x 4 x3!
a. 5P2 =    20
(5  2)! 3! 3!

5! 5! 5 x 4 x3 x 2!
b. 5P3 =    60
(5  3)! 2! 2!

c. 5P5 = 5! = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 120

b. Tentukan banyaknya permutasi 4 huruf pada kata “ADIL”

Jawab :

4 P4 = 4!

= 4 x 3 x 2 x 1 = 24

Permutasi dengan Beberapa Unsur yang Sama


Telah ditekankan bahwa mengulang suatu obyek dalam permutasi tidak dibenarkan
kecuali jika dinyatakan secara khusus dalam soal. Sebagai ilustrasi perhatikan
bahasan berikut ini. Berapa banyak permutasi 3 huruf dari kata “ADA” ?.Jika
pertanyaan diatas di jawab dengan rumus permutasi yaitu 3P3 = 3! = 6, jelas salah.
Karena huruf A muncul lebih dari satu kali.

Untuk mengetahui berapa banyak permutasi 3 huruf pada kata “ADA”, kita
membedakan huruf A dengan memberi indeks 1 dan 2 pada A . Jadi terdapat A1 dan
A2. Karena A1 dan A2 dibedakan, maka terdapat 6 permutasi ( = 3P3) sebagai berikut :

A1DA2 , A1A2D , DA1A2 , DA2A1 , A2DA1 , A2A1D

Tanpa membedakan A didapat : ADA , AAD dan DAA. Jelas bahwa dari setiap
permutasi yang tanpa membedakan A, diperoleh 2! = 2 permutasi yang
membedakan A, bilangan 2! = 2 diperoleh dari 2P2 pada {A1, A2} Jika banyaknya
permutasi yang tanpa membedakan A dinyatakan dengan P , maka :

2! x P = 3P3

2! x P = 3!

3!
P=
2!

3 x 2 x1
P= 3
2 x1

Untuk lebih memahami konsep permutasi ini ada baiknya kita perhatikan bahasan
berikut. Berapa banyak permutasi 5 huruf pada kata “AGAMA”,jika huruf A
dibedakan atas A1, A2 dan A3 maka kata “AGAMA” dapat disusun 6 permutasi ,
yaitu :

A1GA2MA3 A1GA3MA2 A2GA1MA3

A2GA3MA1 A3GA1MA2 A3GA2MA1

Bilangan 6 itu berasal dari 3P3 = 3! adalah permutasi dari {A1 , A2 , A3}

Jadi jika banyaknya permutasi 5 huruf pada kata AGAMA seluruhnya dinyatakan
dengan P , maka berlaku : 3! x P = 5P5

5!
P=
3!

Secara umum , jika P menyatakan permutasi n obyek dengan r obyek yang sama
diambil semuanya pada suatu saat, berlaku :
r! x P = nPn

n!
 P= Rumus permutasi n obyek dengan r obyek yang sama
r!

Jika pembicaran permutasi di atas diperluas maka didapat bahwa banyaknya


permutasi dari n obyek dengan n1 obyek yang sejenis pertama, n2 obyek yang
sejenis kedua, n3 obyek yang sejenis ketiga, ……….. dan nk obyek yang sejenis ke
–k

Berlaku : P x n1! x n2! x n3! x …… x nk! = nPn

P . n1! x n2! x n3! x …… x nk! = n!

n!
P = n !.n !.n !.......n !
1 2 3 k

Rumus permutasi n obyek dengan k sekelompok obyek yang sama

Contoh : 1

Tentukan banyaknya permutasi semua huruf pada kata berikut :

a. MAMA b. MATEMATIKA

jawab :

4! 4 x3 x 2! 4 x3
P=   6
2!2! 2!.2! 2
10! 10 x9 x8 x 7 x 6 x5 x 4 x3!
P=  = 1.512.000
2!3!2! 2!.3!.2!

Permutasi Siklis

Permutasi siklis sering disebut dengan permutasi melingkar.

Misalkan kita akan menyusun 4 huruf A, B, C dan D secara melingkar, sepertI


A

D B

diagram berikut : C

Sehubungan dengan diagram tersebut bahwa ABCD, BCDA,

CDAB dan DABC tidak dibedakan. Karena posisi huruf

dalam alur lingkaran tetap, yang berbeda hanyalah awal

membaca atau menulisnya.

Adapun susunan melingkar 4 huruf A, B, C dan D lainya adalah sebagai diagram


berikut

A A A A A

C B D C B C C D B D

D B D B C

Tampak dengan jelas bahwa jumlah seluruh diagram di atas menyatakan banyaknya
permutasi melingkar 4 huruf A, B, C dan D. Yaitu 6 permutasi pada diagram tampak
bahwa huruf A digunakan sebagai acuan atau patokan, sehingga yang dipermutasi
tinggal 3 huruf yang tersisa Dengan kaidah pencacahan banyaknya permutasi di
atas dapat dinyatakan barikut ini :
1 x 3 x 2 x 1 = 3! Atau (4-1)!

Secara umum banyaknya permutasi syclis dari n obyek adalah (n – 1)!

Contoh : 1

Dengan berapa cara 9 jenis kue yang berbeda dapat di susun melingkar di atas dari
sebuah meja .

Jawab :

P = (9 -1) ! = 8! = 8 . 7 . 6 . 5 . 4 . 3 . 2 . 1 = 40.320

Kombinasi

Pada beberapa peristiwa, urutan memegang peranan. Misalnya membuka garasi


dan memasukkan mobil, atau memasang kaos kaki dan mamakai sepatu. Pada
kedua peristiwa tersebut urutan sangat penting.

Hal ini identik dengan permutasi, bahwa urutan adalah penting untuk diperhatikan.

Pada peristiwa lainya, urutan tidak memegang peranan. Misalnya pada saat kita
membayar pembelian suatu barang dengan uang receh senilai Rp. 1500, dengan 2
lembar uang kertas. Hal ini dapat dilakukan memberi uang Rp. 1000 , selanjutnya
Rp. 500. atau sebaliknya. Pada kasus ini urutan tidak penting atau tidak
diperhatikan , yang baku kita membayar uang sejumlah Rp. 1500.

Prinsip dasar peristiwa yang terakhir inilah yang menjadi konsep kombinasi.

Definisi : Kombinasi dari anggota suatu himpunan adalah sebarang pemilihan dari
satu atau lebih anggota himpunan itu tanpa memperhatikan urutan.
Kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda degan r  n , r dan n  asli
n
dilambangkan dengan : nCr atau nKr atau C (n,r) atau Cnr atau  r 
 

Tabel berikut adalah contoh kombinasi 3 unsur dari 4 unsur pada himpunan {A, B, C,
D} dikaitkan permutasi 3 unsur dari 4 unsur pada himpunan yang sama.

Kombinasi = 4K3 Permutasi = 4P3

ABC ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, CBA

ABD ABD, ADB, BAD, BDA, DAB, DBA

ACD ACD, ADC, CAD, CDA, DAC, DCA

BCD BCD, BDC, CBD, CDB, DBC, DCB

Dari tabel di atas didapat bahwa :

4 K3 = 4 dan 4 P3 = 24

Hubungan keduanya adalah bahwa

4 K3 . 3! = 4P3

P3 4! 4.3! 4
4 K3 = 4
= =  4
3! ( 4  3)!3! 1!3! 1

Secara umum kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda dengan r  n, r , n


anggota bilangan asli didapat sebagai berikut :

n Kr . r! = nPr

n Pr
n Kr =
r!
n!
n Kr = Rumus kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda
( n  r )!r!

Contoh

1. Hitunglah 10 K4

Jawab:

10! 10! 7.8.9.10


10 K4 = = = = 7.3.10 = 210
(10  4)!4! 6! 4! 1.2.3.4

Dengan berapa banyak cara suatu panitia terdiri dari 3 orang dapat dipilih dari 10
orang calon yang tersedia.

Jawab :

10! 10! 8.9.10


Banyaknya cara = 10K3 = = = = 4.3.10 =120
(10  3)!3! 7!3! 1.2.3

3. Seorang petani membeli 4 sapi, 3 kuda dan 2 kambing dari seorang


pedagang yang memiliki 6 sapi 5 kuda dan 4 kambing.

Dengan berapa banyak cara petani itu dapat memilih hewan-hewan tersebut.

Jawab :

Petani dapat memilih sapi dengan 6K4 = 15 cara memilih kuda dengan 5K3 =
10 cara dan memilih kambing dengan 4K2 = 6 cara .Jadi dengan kaidah pencacahan
petani tersebut dapat memilih hewan-hewan yang dibeli sebanyak

15 x 10 x 6 = 900 cara.
Kejadian Majemuk

A. Komplemen

Kejadian bukan A dari himpunan S ditulis A' . Jika A mempunyai elemen


sebanyak a dan S mempunyai elemen sebanyak n, maka A' mempunyai
elemen sebanyak (n – a). Sehingga P( A' ) adalah peluang tidak terjadi A,
dan dipenuhi :

n( A' )
P( A' ) =
n( S ) S
A1 =Ac
na
=
n
A
a
= 1-
n

n( A)
=1-
n( S )

P( A' ) = 1 – P(A)

Contoh : 1

Sebuah dadu dilempar 1 kali . Jika A kejadian muncul muka dadu bermata
lebih dari 2, tentukan peluang Ac.

Jawab :
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6 }, n(S) = 6

A = {3, 4, 5, 6 , n(A) = 4

n( A) 4 2
P(A) =  
n( S ) 6 3

2 1
Jadi P(Ac) = 1 – P(A) = 1 – 
3 3

atau : secara langsung

mengingat (A  A' ) = s, maka n(A  A' ) = n(S)

sehingga untuk n(A) = 4 maka n( A' ) = 2

n( A' ) 2 1
Jadi P ( A' ) =  
n( S ) 6 3

Contoh : 2

Dua bola diambil secara acak dari sebuah kantong yang berisi 10 bola merah
dan 8 bola biru. Berapa peluang terambil sedikitnya 1 bola biru.

Jawab :

Kejadian tersebut berarti, keduanya bukan bola merah. Misalkan A kejadian

terambilnya kedua bola merah, maka :

18! 17.18
n(S) = 18 K2 = = = 17. 9 =153
16! 2! 1.2

10! 9.10
n(A) = 10 K2 = = = 45
8! 2! 1.2

45 5
P(A) = =
153 17

Peluang terambil sedikitnya 1 bola biru adalah :


5 12
P( A' ) = 1 – P(A) = 1 – =
17 17

B. Dua Kejadian Saling Lepas

Definisi :

Dua kejadian saling lepas adalah dua kejadian yang tidak dapat terjadi pada
saat

yang bersamaan.

Contoh : 1

Pada pencobaan pelemparan sebuah dadu sebanyak 1 kali. Kejadian A


adalah munculnya muka dadu bermata 1 atau 3, dan kejadian B adalah
munculnya muka dadu bermata 2, 4 atau 6. Jadi A = {1, 3} dan B = {2, 4, 6}

Jelas bahwa kejadian A dan B tidak dapat berlangsung pada saat yang
bersamaan. Dikatakan kejadian A dan B adalah dua kejadian yang saling
lepas.

Jadi A dan B lepas jika A  B   .

Jika dua kejadian dapat terjadi pada saat bersamaan, maka kedua kejadian
itu disebut kejadian yang tidak lepas.

Misalnya pada pelemparan sebuah dadu 1 kali kejadian A adalah munculnya


mata 1, 2 dan 3, dan kejadian B adalah munculnya mata 2, 4, 5 dan 6. Jadi A
= {1, 2, 3} dan B={2, 4, 5, 6}.

Jelas bahwa kejadian A dan B dapat terjadi pada saat bersamaan, yaitu pada
saat munculnya mata 2. Dalam hal ini A  B = {2}
Peluang kejadian A atau B dinyatakan dengan P(A  B), dan dapat dirinci
sebagai berikut :

n(A  B) = n(A) + n(B) – n (A  B)

n( A  B) n( A) n( B) n( A  B)
  
n( S ) n( S ) n( S ) n( S )

P(A  B) = P(A) + P(B) – P(A  B) … (1)

Jika A dan B dua kejadian saling lepas, maka A  B   , berarti n(A  B) = 0


dan P(A  B) = 0 sehingga untuk A dan B dua kejadian yang saling lepas
rumus

(1) menjadi : P(A  B) = P(A) + P(B) ……(2)

Contoh : 2

ua buah dadu lempar bersama sekali.

Jika A = kejadian muncul dua mata dadu berjumlah 10

B = kejadian muncul dua mata dadu berjumlah 6

C = kejadian muncul dadu pertama bermata 3

Tentukan :

a. P(A  B) b.P(B  C)

Jawab :

ll
l 1 2 3 4 5 6

1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)

2 - - - - - -

3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)


4 - - - - - -

5 - - - - - -

6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)

A = {(6,4), (5,5), (4,6), B = {(5,1), (4,2), (3,3), (2,4), (1,5)} dan

C = {(3,1), (3,2), (3,3), (3,4), (3,5), (3,6)}

n(S) = 36, n(A) = 3, n(B) = 5 dan n(C) = 6

3 5 8 2
a. P(A  B) = P(A) + P(B) =   
36 36 36 9

A dan B saling lepas

1
b. B  C = {(3,3)}, P(B  C) =
36

5 6 1 10 5
P(B  C) = P(B) +P(C) – P(B  C) =   = =
36 36 36 36 18

B dan C tidak saling lepas

Kejadian Saling Bebas

Sebuah dadu dilempar 2 kali. Kejadian A adalah munculnya mata 3 pada


pelemparan pertama dan kejadian B adalah munculnya mata 5 pada
pelemparan kedua.

Jelas bahwa munculnya mata 5 tersebut tidak ada hubunganya dengan


munculnya mata 3.

Dua kejadian itu disebut kejadian yang bebas

Definisi :
Dua kejadian adalah saling bebas, jika terjadinya peristiwa yang satu tidak
mempengaruhi terjadinya peristiwa yang lain. Peluang kejadian A dan B
dinyatakan dengan P(A  B) dan berlaku :

P(A  B) = P(A) x P(B)

Contoh : 1

Sebuah mata uang logam dan sebuah dadu dilempar bersama sekali. Berapa
peluang muncul angka pada mata uang dan mata 3 pada dadu ?

Jawab :

1
Misal A = kejadian muncul angka pada uang logam, maka P(A) = dan
2

1
B = kejadian muncul mata 3 pada dadu, maka P(B) =
6

1 1 1
Jadi P(A  B) = P(A) x P(B) = x 
2 6 12

atau

Dengan tabel ruang sampel pencobaan pelemparan sebuah mata uang


logam dan sebuah dadu bersamaan sekali didapat :

d
u 1 2 3 4 5 6

A (A,1) (A,2) (A,3) (A,4) (A,5) (A,6)

G (G,1) (G,2) (G,3) (G,4) (G,5) (G,6)

n( s )  12  1
  P ( A  B) =
n( A  B )  1 12

Definisi :

Suatu kejadian B dikatakan tidak bebas dari suatu kejadian A, jika terjadinya
B hanya dapat berlangsung setelah kejadian A berlangsung.
Peluang B dinyatakan dengan P(B/A), dan dengan kaidah pencacahan di
peroleh bahwa.

P(A  B) = P(A) x P(B/A)

Catatan :

P(B/A) bermakna peluang kejadian B dengan syarat A telah terjadi. Bentuk ini
sering disebut juga dengan peluang kejadian bersyarat atau peluang
bersyarat.

Contoh : 2

Dari seperangkat kartu bridge berturut-turut diambil satu kartu sebanyak 2 kali
tanpa pengembalian. Berapa peluang terambil As pada pengambilan pertama
dan King pada pengambilan kedua ?

Jawab :

Misal A = kejadian terambilnya As pada pengambilan pertama.

4
Jadi P(A) =
52

Dan B = kejadian terambil king pada pengambilan kedua

4
P(B/A) =
51

4 4 4
Sehingga P(A  B) = P(A) x P(B/A) = x 
52 51 663

Soal-soal Latihan

Pilihlah satu jawaban yang tepat !

1. Ani, Binti, Candra, Dinda, Eko dan Fitri akan piket secara bergiliran.
Banyaknya urutan piket yang dapat disusun dengan Ani selalu pada
giliran pertama adalah …
a. 5 c. 12
b. 6 d. 24 e. 120

2. Pengurus suatu kelas terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.


Banyaknya susunan pengurus yang dapat dibentuk jika terdapat 10 calon
adalah ….
a. 120 c. 320
b. 240 d. 640 e. 720

3. Akan dibuat plat nomor kendaraan bermontor yang terdiri dari 3 angka
yang berlainan dari 8 angka yang tersedia. Banyaknya plat yang nomor
yang dapat dibuat adalah …
a. 10 buah c. 56 buah
b. 24 buah d. 60 buah e. 336
buah

4. Banyaknya kata yang dapat disusun dari huruf-huruf pada kata


KEPALA dengan syarat harus bergantian antara huruf konsonan dan
huruf vokal adalah …
a. 18 c. 72
b. 36 d. 360 e. 720

5. Dalam suatu ruangan terdapat 30 orang. Setiap orang saling


bersalaman. Banyaknya salaman yang dilakukan seluruhnya adalah …
a. 435 c. 870
b. 455 d. 875 e. 885

6. Banyaknya bilangan genap yang terdiri dari 3 angka berlainan yang


dapat disusun dari angka-angka 1, 2, 3, 4, 5 adalah …
a. 24 c. 45
b. 36 d. 48 e. 60

7. Terdapat kartu yang bernomor 1, 3, 4, 5, 7 dan 8, banyaknya bilangan


kurang dari 5000 yang dapat disusun dari kartu-kartu tersebut adalah …
c. 120 c. 320
d. 180 d. 510 e. 720

8. Dalam pemilihan murid teladan di suatu sekolah terdapat calon yang


terdiri dari 5 orang putra dan 4 orang putri. Jika akan dipilih sepasang
murid teladan yang terdiri dari seorang putra dan seorang putri, maka
banyaknya pasangan yang mungkin terpilih adalah …
a. 9 c. 18
b. 16 d. 20 e. 36
9. Ada 20 pemain bulu tangkis putra. Akan dibentuk pasangan ganda
dari pemain tersebut, banyaknya pasangan ganda yang dapat dibentuk
adalah …
a. 20 c. 90
b. 45 d. 120 e. 190
10. Seorang saudagar akan membeli 3 ekor kambing dan 4 ekor kerbau
dari seorang yang memiliki 5 ekor kambing dan 5 ekor kerbau. Saudagar
itu dapat memilihnya dengan …cara
a. 15 c. 35
b. 25 d. 50 e. 120

11. Banyaknya segitiga yang dapat dibuat dengan mempergunakan titik-


titik sudut segienam beraturan adalah …
a. 13 c. 15
b. 14 d. 18 e. 20

12. Banyaknya cara duduk 6 orang A, B, C, D. E dan F pada meja bundar,


jika ditentukan bahwa A dan B selalu berdampingan adalah …. cara
a. 240 c. 60
b. 120 d. 48 e. 12

13. Dari 8 anak akan dipilih 3 anak untuk mengikuti lomba KIR.
Banyaknya cara untuk memilih ketiga anak tersebut adalah …
a. 24 c. 336
b. 56 d. 1.680 e. 6.720

14. Dari tujuh tangkai bunga yang berbeda – beda warnanya, akan
dibentuk rangkaian bunga yang terdiri dari tiga warna. Banyaknya cara
menyusun rangkaian bunga tersebut adalah …
a. 30 c. 42
b. 35 d. 70 e. 210

15. Pada pelemparan sebuah dadu sekali , peluang muncul mata dadu
faktor 2 adalah …
a. 1/6 c. 1/3
b. ¼ d. ½ e. 2/3

16. Tiga keping mata uang dilempar bersama satu kali. Peluang muncul
sekurang-kurangnya satu sisi gambar adalah ….
a. 1/8 c. 3/8
b. ¼ d. 7/8 e. 1

17. Dua buah dadu dilempar sekali. Peluang munculnya jumlah mata dadu
sama dengan 7 atau 10 adalah ….
a. 1/4 c. 3/4
b. 1/2 d. 7/8 e. 11/12

18. Dalam kotak terdapat 2 bola merah, 3 bola putih dan 4 bola biru.
Diambil 3 bola sekali gus secara acak. Peluang yang terambil terdiri atas
1 bola putih dan 2 bola biru adalah …
a. 1/21 c. 3/21
b. 1/14 d. 3/14 e. 9/28

19. Sebuah kotak berisi 4 bola hijau dan 6 bola merah. Secara acak
diambil 2 bola dari kotak. Peluang kedua bola yang terambil berwarna
hijau adalah …
a. 8/15 c. 19/35
b. 14/35 d. 2/15 e.
28/35
20. Seorang pedagang kue mempunyai 25 potong kue, 5 diantaranya sisa
kemarin. Seorang membeli tiga potong kue tersebut. Peluang
untuk mendapatkan tiga kue yang baik adalah …
a. 3/5 c. 3/20
b. 4/5 d. 8/25 e. 57/115

21. Pada sebuah kotak terdapat 10 kelereng yang terdiri dari 7 kelereng
berwarna merah dan 3 kelereng berwarna biru. Jika diambil 2 buah
kelereng sekaligus secara acak maka peluang terambil kedua kelereng
tersebut berwarna sama adalah …
a. 8/15 c. 6/15
b. 7/15 d. 4/15 e. 2/15

22. Dalam sebuah kantong terdapat 10 apel merah dan 5 apel hijau. Ani
mengambil 3 apel sekaligus secara acak. Peluang terambil sekurang-
kurangnya satu apel hijau adalah …
a. 89/91 c. 65/91
b. 67/91 d. 24/91 e. 15/72

23. Dalam suatu kelas terdiri dari 35 orang. Peluang seorang siswa
menyukai matematika adalah 0,4. Peluang seseorang siswa menyukai
fisika adalah 0,2. Banyaknya siswa yang menyukai matematika atau fisika
adalah …
a. 4 orang c. 7 orang
b. 6 orang d. 14 orang e. 21
orang

24. Darma wanita suatu instansi setiap bulan mengadakan pertemuan.


Dari jumlah anggota 15 orang, setiap pertemuan disediakan 5 buah
hadiah hadir. Jika semua anggota selalu datang pada setiap pertemuan
dalam setahun, maka harapan seorang untuk mendapatkan hadiah hadir
dalam setahun adalah …
a. 3 kali c. 5 kali
b. 4 kali d. 6 kali e. 8 kali

25. Dua buah dadu dilempar 72 kali. Frekuensi harapan munculnya mata
dadu berjumlah kurang dari atau sama dengan 11 adalah … kali
a. 70 c. 60
b. 68 d. 56 e. 48

DAFTAR PUSTAKA

Marthen Kanginan dan Titin Kustendi. 2000. Matematika untuk SMU Kelas III.
Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Sartono Wirodikromo. 2003. Matematika SMU jilid 2. Jakarta: Erlangga
Tim Instruktor PKG Matematika SMU.2016. Permutasi, Kombinasi dan Probabilitas
(Suplemen Matematika SMA). Yogyakarta.
Dwi Susanti, Wahyudin Djumanta. 2008. Belajar Matematika Aktif dan
Menyenangkan. Jakarta: Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Nuniek Avianti Agus. 2008. Mudah Belajar Matematika. Jakarta: Pusat perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional

Sartono Wirodikromo dan Dedi D. Wandyagin. 1990. Matematika untuk SMA jilid 3.
Jakarta: Erlangga

Tim Instruktor PKG Matematika SMU.1986. Permutasi, Kombinasi dan Probabilitas


(Suplemen Matematika SMA). Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai