Anda di halaman 1dari 9

NAMA : APRIANA

KELAS : B
NIM : 1810050 JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018

Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencegahan Faktor Risiko Penyakit


Tidak Menular (Studi pada Pedesaan di Yogyakarta)
Community Empowerment to Prevent Risk Factors of Non Communicable
Diseases (Case in A Rural Communities of Yogyakarta)
Heni Trisnowati
Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta
(hentris27@gmail.com)

ABSTRAK
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia. PTM juga mendominasi
penyebab kematian di Indonesia terutama di Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan menginisiasi program intervensi
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat untuk mengendalikan faktor risiko PTM di Indonesia, khususnya
pada daerah pedesaan di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan
melalui Focus Group Discussion dan wawancara mendalam. Informan penelitian adalah tokoh masyarakat dan
kader kesehatan sejumlah 23 orang. Analisis data menggunakan metode tematik content analysis. Proses promosi
keehatan melalui pemberdayaan mayarakat untuk pencegehan PTM di Dusun Modinan adalah sebagai berikut :
1) membangun kepercayaan masyarakat melalui pertemuan dengan tokoh masyarakat membahas tentang PTM; 2)
meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pertemuan kader kesehatan dan melakukan FGD; 3) mengembang-
kan program promosi kesehatan; 4) mengorganisasikan kegiatan promosi kesehatan tentang “Perilaku Cerdik”
meliputi : cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup
dan kelola stres; 5) inisisasi untuk pemeliharaan program. Kesimpulannya promosi kesehatan melalui pember-
dayaan masyarakat merupakan salah satu strategi untuk mencegah faktor risiko PTM. Adanya keterlibatan tokoh
masyarakat, persepsi dan pengetahuan yang positif tentang PTM dari kader kesehatan menentukan keberhasilan
program.
Kata kunci : Pemberdayaan masyarakat, faktor risiko, penyakit tidak menular

ABSTRACT
Non-Communicable Diseases (NCDs) are the leading cause of death in the world. NCDs dominated cause
of death in Indonesia, mainly in Yogyakarta. This study aim to initiate a community intervention program through
community empowerment to control risk factors for NCDs in Indonesia, especially in a rural area of Yogyakarta.
This study used qualitative methods where data were collected by focus group discussions and in-depth interviews.
There were 23 informants of community leaders and health workers. Tematik content analysis was used to analyse
data. The process of community empowerment for the prevention and control of NCDs in Modinan are as fol-
lows: 1) building public trust through meetings with community leaders to discuss about NCDs; 2) raising public
awareness through health cadre meetings and conducting FGD; 3) developing health promotion programs; 4)
organising health promotion activities on “CERDIK Behavior” includes : routine medical chek up, not smoking
doing physical activity, a balanced diet, adequate rest and manage stress; 5) initiation to maintenance program.
In Summary, Empowerment is one of health promotion strategies to prevent risk factors for NCDs. The involve-
ment of community leaders, positive perception and knowledge about NCDs of health cadres determine the success
of the program.
Keywords : Community empowerment, risk factors, non-communicable diseases

Copyright © 2018 Universitas Hasanuddin. This is an open access article under the CC BY-NC-SA license
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
DOI : http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.3710

17
Heni Trisnowati : Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencegahan Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

PENDAHULUAN pa intervensi masyarakat yang dilakukan melalui


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan pemberdayaan masyarakat dibeberapa negara ber-
penyebab utama kematian di dunia. Hal ini ditun- penghasilan menengah dan rendah menunjukkan
jukkan oleh data WHO (World Health Organiza- hasil yang menjanjikan dari segi keberlangsungan
tion) bahwa 63% dari 56 juta kematian disebabkan atau sustainibilitas.4 Strategi promosi kesehatan
oleh PTM pada tahun 2008. Sebagian besar (60%) dengan pemberdayaan masyarakat mengharus-
kematian berhubungan dengan penyakit kardiovas- kan partisipasi yang tinggi dari sasaran sehingga
kuler, diabetes, kanker dan penyakit pernafasan memberikan dampak yang signifikan pada peruba-
kronis.1,2 Kematian akibat PTM diperkirakan akan han perilaku.5 Strategi pemberdayaan masyarakat
terus meningkat di seluruh dunia dan peningkatan diharapkan ada partisipasi yang tinggi dari ma-
terbesar akan terjadi di negara-negara berpengha- syarakat, dan ini merupakan potensi besar untuk
silan menengah dan rendah. Hal ini didasarkan dari perubahan perilaku. Strategi ini telah diaplikasikan
laporan WHO bahwa lebih dari dua pertiga (70%) pada program pencegahan primer HIV. Di In-
dari populasi global akan meninggal akibat penya- donesia, beberapa instansi telah berpengalaman
kit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam
stoke dan diabetes.2 Pada tahun 2030 diprediksi program imunisasi, posyandu balita, posyandu
akan ada 52 juta kematian pertahun karena PTM lansia dan pengendalian diare.6 Namun, pember-
naik 9 juta jiwa dari 38 juta pada saat ini. dayaan masyarakat tersebut sebatas untuk pengen-
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi dalian penyakit menular. Sementara, penelitian
penyebab kematian tertinggi di Indonesia yaitu ini mengembangkan promosi kesehatan melalui
64%. Sebagian besar PTM disebabkan oleh pe- pemberdayaan masyarakat untuk mengendalikan
nyakit kardiovaskuler (30%), selanjutnya kanker faktor risiko PTM di Indonesia, khususnya pada
(13%), penyakit pernafasan (7%), diabetes (3%) daerah pedesaan di Yogyakarta.
dan yang 10 % disebabkan penyakit PTM lain-
nya. Selanjutnya, pada tahun 2008 jumlah laki-laki BAHAN DAN METODE
yang meninggal akibat PTM sebesar 582.300 dan Penelitian ini menggunakan metode kuali-
perempuan sebesar 481.700.2 Berdasarkan data tatif melalui Focus Group Discussion (FGD) dan
profil kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta ta- wawancara mendalam.7 Studi kualitatif digunakan
hun 2012, penyakit cardiovaskuler (CVD) seperti untuk memahami persepsi masyarakat tentang
jantung, stroke, hipertensi merupakan penyebab PTM. Penelitian dilaksanakan di Desa Banyura-
kematian tertinggi selama sepuluh tahun terak- den Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Yog-
hir.3 Pada tahun 2009, PTM mendominasi penye- yakarta. Lokasi ini dipilih sebagai pilot project
bab kematian di Yogyakarta yaitu lebih dari 80% karena berdasarkan penelitian sebelumnya menun-
kematian yang ada di rumah sakit. Pola kematian jukkan kasus PTM tertinggi dan memiliki duku-
akibat gagal jantung menempati urutan ke empat ngan masyarakat (social support) yang tinggi serta
sebagai pola penyebab kematian di DIY.1,3 Gejala dukungan dari penyelenggaran pelayanan kesehat-
ini menunjukkan bahwa penyakit tidak menular an (puskesmas) yang baik. Penelitian dilakukan
menjadi ancaman yang harus diwaspadai teruta- pada Bulan Maret – Agustus 2016. Populasi pe-
ma dalam melaksanakan upaya promotif dalam nelitian adalah Masyarakat Desa Banyuraden Ke-
melaksanakan hidup sehat agar masyarakat dapat camatan Gamping Kabupaten Sleman Yogyakarta.
mengurangi faktor risiko PTM.3 Sasaran atau informan utama program ini adalah
Peningkatan kejadian PTM berhubungan tokoh masyarakat, seperti kepala desa, ketua RW,
dengan peningkatan risiko akibat perubahan gaya ketua RT, dan kader kesehatan. Jumlah informan
hidup, pertumbuhan populasi dan peningkatan penelitian 23 orang yang terdiri dari tokoh ma-
usia harapan hidup.2 Faktor risiko PTM berhubu- syarakat dan kader kesehatan.
ngan dengan perilaku tidak sehat seperti merokok, Untuk menjamin trustworthiness (kuali-
kurang aktivitas fisik, diet kurang buah dan sayur tas data) penelitian kualitatif menggunakan tiga
sehingga upaya pengendalian dan pencegahan teknik yang berbeda yaitu melalui keterlibatan
PTM perlu adanya perubahan perilaku.4,5 Bebera- langsung di masyarakat, peer-debriefing pada in-

18
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018

forman penelitian dan triangulasi diantara tim pe- ditawarkan oleh tim peneliti. Keberadaan tokoh
neliti.8 Peneliti utama meyakinkan pemimpin mas- masyarakat ini merupakan sumber daya yang sa-
yarakat atau tokoh masyarakat untuk berpartisipa- ngat dibutuhkan untuk keberlangsungan program
si pada program. Peneliti pertama dan kedua hadir promosi kesehatan melalui pemberdayaan ma-
pada pertemuan rutin warga, dan pada kegiatan syarakat dalam pencegahan faktor risiko PTM.
intervensi masyarakat. Peneliti utama yang san- Dalam penelitian ini terdapat 23 informan
gat memahami proses promosi kesehatan melalui ibu-ibu sebagai kader kesehatan yang berusia an-
pemberdayaan masyarakat, membuat matrix data tara 32-60 tahun. Tingkat pendidikan informan
kualitatif untuk dibaca dan dikritisi kemudian di- mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Mene-
interpretasikan. Draf analisa data kualitatif didi- ngah Atas. Sebagian besar kader telah mengabdi
skusikan oleh ketiga peneliti untuk diinterpreta- dan mendedikasikan waktu, tenaga dan pikiran
sikan. sebagai kader lebih dari 10 tahun. Sebagian besar
ibu kader bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
HASIL sebagian kecil saja yang bekerja di sektor swasta.
Dusun Modinan adalah bagian dari Desa Para kader telah mengikuti penyuluhan kesehatan
Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten dari puskesmas misalnya tentang cara mencegah
Sleman, Yogyakarta. Menurut informasi dari ka- demam berdarah dengan lebih mengaktifkan juru
der kesehatan melalui FGD, PTM yang banyak pemantau jentik.
diderita warga Modinan adalah diabetes mellitus, Aktivitas sebagai kader kesehatan dijalani
hipertensi, penyakit jantung, stroke, depresi, gagal secara sukarela, tidak ada honor dari masyarakat,
ginjal, asam urat, kolesterol dan kanker. Selain itu, tetapi mereka sangat solid dan bersemangat diseti-
wilayah ini mempunyai koordinator kader kese- ap pertemuan kader. Hal ini dibuktikan dengan ke-
hatan yang aktif menggerakkan masyarakat dan hadiran mereka dipertemuan kader yang diseleng-
mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pus- garakan setiap bulan. Hampir tidak ada yang absen
kesmas. Kader ini merupakan kepanjangan tangan kecuali memang ada keperluan yang sangat pen-
puskesmas karena segala bentuk informasi dari ting dan tidak dapat ditinggalkan. Pekerjaan se-
puskesmas akan disampaikan ke warga melalui bagai kader terkadang dirasa berat karena job desk
koordinator kader ini. Untuk melakukan koordi- yang merangkap, misalnya seorang kader keseha-
nasi dengan para kader kesehatan di Dusun maka tan bisa merangkap sebagai kader posyandu lansia
setiap bulan diadakan pertemuan kader yang dan posyandu balita kemudian merangkap juga se-
membahas permasalahan kesehatan. Selain itu, bagai kader Posbindu PTM. Belum lagi pekerjaan
koordinator kader kesehatan juga selalu membe- pencatatan yang bersifat administratif juga harus
rikan informasi terkini yang berkaitan dengan ma- dilaporkan kepada Puskesmas setiap bulan.
salah kesehatan, misalnya kegiatan laporan kegia- Dari kader-kader inilah program pember-
tan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM dan dayaan masyarakat untuk pengendalian faktor
membuat jadwal personal yaitu daftar nama petu- risiko penyakit tidak menular dapat berjalan se-
gas yang akan mewakili atau membantu kegiatan cara berkesinambungan, misalnya menginisiasi
posbindu ditingkat kelurahan dan kecamatan. kegiatan senam lansia, senam ibu-ibu, saling ber-
Kegiatan masyarakat di wilayah ini cukup bagi informasi seputar tip-tip hidup sehat kemudi-
aktif seperti kegiatan posyandu balita, posyan- an diantara mereka juga ada yang terlibat langsung
du lansia, senam lansia, senam bersama, arisan pada Posbindu PTM yang dilakukan ditingkat
ibu-ibu, arisan bapak-bapak, pengajian ibu-ibu, kelurahan.
pengajian bapak-bapak, dan pengajian remaja. Selanjutnya, dari penelitian diperoleh infor-
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan faktor pen- masi bahwa semua informan pernah mendengar
dukung program pemberdayaan masyarakat untuk istilah PTM misalnya dari radio, televisi, petugas
pencegahan faktor risiko PTM. Selanjutnya, to- kesehatan di puskesmas dan melalui pertemuan
koh masyarakat yang terdiri dari ketua RT, Ketua kader. Bahkan mereka mampu memberi contoh
RW dan para kader kesehatan di wilayah ini sa- penyakit yang dikategorikan sebagai PTM seper-
ngat mendukung program promosi kesehatan yang ti jantung koroner, stroke, gagal ginjal, hipertensi,

19
Heni Trisnowati : Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencegahan Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

asam urat, diabetes melitus, kanker, depresi, dan Faktor risiko penyakit tidak menular ada-
stres. PTM menurut mereka adalah penyakit yang lah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada
tidak dapat menular, penyakit turunan, sementara penyakit yang diderita individu atau masyarakat
penyebab PTM ialah bukan virus, tetapi banyak yang secara statistik  berhubungan dengan pen-
pikiran, sering menahan emosi dan gaya hidup ti- ingkatan kejadian kasus PTM (Gambar 2). Dari
dak sehat seperti pola makan, kurang istirahat, hid- faktor risiko inilah yang kemudian dijadikan dasar
up tidak teratur, dan kurang olahraga. PTM juga penentuan tindakan pencegahan dan penanggula-
menyebabkan kematian pada penderita. Pengala- ngan penyakit PTM. Faktor risiko PTM pada ma-
man informan yang mengalami kematian akibat syarakat di Dusun Modinan adalah sebagain besar
PTM di keluarga adalah ibu, nenek, ibu mertua, keluarga laki-laki seperti suami merokok. Pada
kakak ipar dan suami (Gambar 1). umumnya masyarakat merokok di dalam rumah,

Gambar 1. Persepsi, Pengetahuan dan Pengalaman Masyarakat tentang PTM


(Sumber data Primer, 2016)

Gambar 2. Faktor Risiko PTM pada Masyarakat


(Sumber data Primer, 2016)

20
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018

tetapi setelah penerapan PHBS masyarakat mero- annya. Selanjutnya untuk mengendalikan penyakit
kok di luar rumah misalnya teras rumah. Menurut tidak menular bagi masyarakat yang sudah men-
informan para perokok melakukan perilaku me- derita PTM seperti penyakit gula, informan me-
rokok di teras karena belum ada tempat khusus nyarankan untuk mengunjungi puskesmas, kemu-
untuk merokok. Sementara masih ada saja para dian patuh terhadap nasihat dokter yaitu minum
suami yang merokok di dalam rumah karena me- obat teratur, tidak boleh makan yang asin-asin dan
reka sulit untuk diberi pengertian. Memperhatikan manis, memperbanyak minum air putih, makan
kondisi ini ada seorang informan yang memberi buah dan sayur, mengkonsumsi nasi merah, serta
masukan agar disediakan tempat khusus merokok gula rendah kalori. Seperti kuotasi berikut ini:
dan membuat peringatan tidak merokok di rumah
agar para tamu tidak merokok di dalam rumah. “… misalnya suruh nasi merah, ya nasi
Lebih jauh lagi, yang berkaitan dengan ak- merah biasanya, kalo yang gula itu kan
suruh nasi merah, gulanya pake tropikana
tivitas fisik, warga pada umumnya melakukannya slim,…”
seperti naik sepeda, berjalan kaki di pagi hari, se- (FGD 2)
nam lansia, senam aerobik, mencuci, menyapu,
berjalan ke pasar. Kegiatan senam lansia dilakukan “…Ke puskesmas ya, tidak boleh makan
setiap selasa sore sementara senam aerobik dilak- asin-asin, manis juga,…”
sanakan setiap hari minggu. Kemudian, secara (FGD 1)
umum masyarakat terbiasa makan sayur pada se-
tiap menu makannya namun mereka mengatakan Proses pemberdayaan masyarakat untuk
jarang makan buah. Konsumsi buah dilakukan pencegahan dan pengendalian PTM di Dusun Mo-
setiap 2 atau 3 minggu sekali. Menurut informan dinan adalah sebagai berikut : pertama, memba-
perlu membiasakan makan sayur kepada anak se- ngun kepercayaan masyarakat melalui pertemuan
jak kecil, dan terus mendorong anak untuk makan dengan tokoh masyarakat dalam hal ini adalah
sayur dan buah misalnya dengan selalu menye- ibu RW dan ibu RT serta kader kesehatan yang
diakan sayur dan buah di meja makan. membahas tentang masalah kesehatan khususnya
Informasi yang berhasil digali oleh peneli- PTM, kemudian melakukan Fokus Grup Diskusi
ti terkait dengan tindakan pencegahan yang dapat yang bertujuan untuk menggali kegiatan yang su-
dilakukan untuk mencegah atau mengendalikan dah dilakukan oleh warga yang berkaitan dengan
PTM pada informan adalah 1) melakukan Perilaku pencegahan PTM dan merencanakan kegiatan un-
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti makan ter- tuk menjamin keberlangsungan kegiatan kedepan
atur, makan buah dan sayur, mengatur pola makan secara bersama-sama.
dengan mengurangi lemak dan karbohidrat, me- Kedua, meningkatkan kesadaran ma-
ngurangi menu asin, olahraga secara teratur 30 syarakat melalui pertemuan kader kesehatan. Dari
menit perhari dan melakukan aktivitas fisik secara hasil FGD didapat informasi mengenai persepsi
rutin seperti menyapu, mengepel, mencuci tanpa dan pengetahuan masyarakat tentang PTM dan
mesin, 2) para informan memandang perlu ada- cara pencegahannya. Selanjutnya dari kegiatan
nya penyuluhan kesehatan pada masyarakat yang tersebut diperoleh rekomendasi untuk dilakukan
terkait dengan PTM, mengunjungi penderita dan kegiatan penyuluhan kesehatan pada kelompok
motivasi cara hidup sehat; 3) Melakukan kegia- masyarakat tentang PTM dan pencegahannya.
tan atau aktivitas fisik seperti senam lansia setiap Ketiga, pengembangan program promo-
hari Selasa, senam aeronik setiap hari minggu, dan si kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat
melakukan jalan sehatatau jalan pagi bersama war- dilakukan melalui koordinasi dengan ibu RW, ibu
ga, tetapi belum rutin dilakukan. RT dan kader kesehatan untuk menentukan hari
Saat ini penyakit diabetes melitus di Dusun pelaksanaan program dan sumber daya yang di-
Modinan sangat menjadi perhatian warga karena butuhkan serta rencana pembuatan media promosi
ada kasus anak usia 2 tahun sudah menderita di- kesehatan berupa poster dan leaflet tentang pence-
abetes melitus. Sebelumnya pernah dilakukan pe- gahan PTM.
nyuluhan tentang penyakit DM dan cara pencegah- Keempat pengorganisasian masyarakat :

21
Heni Trisnowati : Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencegahan Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

mengorganisasikan kegiatan bersama masyarakat nyakit ini adalah kematian. Berawal dari data
tentang strategi untuk penanggulangan faktor inilah mulai dikembangkan intervensi promosi
risiko PTM; dalam hal ini telah dilakukan kegiatan kesehatan yang melibatkan masyarakat yaitu
penyuluhan kesehatan tentang pencegahan PTM pemberdayaan masyarakat.10
melalui perilaku “CERDIK” yang merupakan ak- Faktor risiko PTM pada masyarakat di
ronim dari cek kesehatan secara rutin, enyahkan Dusun Modinan adalah sebagian besar keluarga
asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, laki-laki seperti suami merokok, dan konsumsi
istirahat cukup dan kelola stres. Kegiatan penyulu- buah dan sayur masih kurang. Hal ini sesuai de-
han dilakukan bersamaan dengan kegiatan warga ngan teori penyakit tidak menular yang menyebut-
seperti posyandu lansia dan posyandu balita di ru- kan bahwa faktor risiko utama PTM meliputi kon-
mah ibu Dukuh. Kemudian dilakukan pemasangan sumsi tembakau (merokok) kurang konsumsi buah
poster tentang pencegahan PTM di depan rumah dan sayur, obesitas, kurang aktivitas fisik dan kon-
Ibu dukuh dan pembagian leaflet kepada lansia sumsi alkohol. Di Indonesia, konsumsi tembakau
dan keluarganya. Poster dan leaflet digunakan se- pada laki-laki merupakan faktor risiko paling
bagai pengingat kepada masyarakat untuk selalu umum (tinggi). Walaupun Indonesia adalah ne-
membiasakan perilaku CERDIK dalam kehidupan gara pertanian, konsumsi buah dan sayur sebanyak
sehari-hari. 5 kali dalam sehari masih menjadi tantangan kare-
Kelima, adalah inisisasi untuk pemeli- na pengaruh sosial dan budaya. Obesitas dan ku-
haraan program (initiation of maintenance) pelak- rang aktivitas fisik menjadi faktor risiko kesehatan
sanaan program pencegahan faktor risiko PTM utama pada populasi tertentu seperti masyarakat
dengan melibatkan masyarakat sejak awal pe- perkotaan, wanita usia subur dan pada kelompok
rencanaan program sampai pelaksanaan program. masyarakat berpenghasilan menengah ke atas.
Peneliti berusaha mendorong masyarakat untuk Namun, saat ini PTM juga terjadi pada kelompok
terus melakukan kegiatan yang sudah ada kare- masyarakat pedesaan, masyarakat di bawah garis
na kegiatan tersebut sangat mendukung program kemiskinan, kelompok masyarakat berpendidikan
pencegahan PTM seperti senam aerobik. Keber- rendah dan generasi muda.2,11
langsungan program pemberdayaan masyarakat Upaya pencegahan PTM yang dilakukan
untuk pencegahan PTM di Modinan dapat terjaga masyarakat Modinan digunakan sebagai dasar
dengan adanya pertemuan rutin kader kesehatan pengorganisasian program pemberdayaan ma-
yang dilakukan setiap bulan. Dalam pertemuan syarakat untuk pencegahan faktor risiko penyakit
tersebut koordinator kader kesehatan kesehatan tidak menular. Masyarakat Modinan mempunyai
selalu mengingat untuk terus mempraktekkan pe- kebiasaan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan
rilaku “CERDIK”. Sehat (PHBS) seperti makan buah dan sayur, me-
ngatur pola makan dengan mengurangi lemak dan
PEMBAHASAN karbohidrat, mengurangi menu asin, olahraga se-
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan cara teratur 30 menit perhari dan melakukan akti-
penyakit kronis dan tidak ditularkan dari orang ke vitas fisik secara rutin sepeti menyapu, mengepel,
orang. Selanjutnya PTM mempunyai durasi yang mencuci tanpa mesin. Kemudian mereka mempu-
panjang dan umumnya berkembang lambat. Em- nyai kebutuhan penyuluhan kesehatan yang terkait
pat jenis PTM utama menurut WHO adalah pe- dengan pencegahan PTM. Selain itu, mereka juga
nyakit kardiovaskuler (penyakit jantung koroner, mempunyai kegiatan rutin berupa aktivitas fisik
stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma seperti senam lansia, senam aerobik setiap dan
dan penyakit paru obstruktif kronis) dan diabetes.9 melakukan jalan sehat. Kegiatan-kegiatan ini dapat
Istilah PTM tidak asing lagi bagi warga Modinan. berjalan karena peran penting dari kader kesehatan
Mereka mengenal akronim PTM dari media infor- dan di wilayah tersebut. Kondisi ini menjelaskan
masi dan petugas kesehatan serta kader kesehatan bahwa masyarakat modinan memiliki dukungan
di wilayah tersebut. Masyarakat di Modinan cu- sosial yang merupakan indikator keberhasilan
kup memahami PTM dan dapat memberikan con- pemberdayaan masyarakat.10,12 Lebih jauh dalam
toh-contoh PTM, penyebab PTM serta risiko pe- Ottawa Charter 1986 disebutkan bahwa partisipai

22
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018

masyarakat merupakan kunci keberhasilan promo- masalah yang muncul di masyarakat terkait pelak-
si kesehatan,13 dan saat ini terdapat kesepakatan sanaan program kesehatan serta mencari solusi
umum bahwa untuk menjaga kesehatan individu bersama dengan para kader kesehatan dan tokoh
bukan hanya tergantung pada individu tetapi pe- masyarakat (ibu dukuh) agar program dapat ber-
rilaku dan kondisi lingkungan sosial memiliki pe- jalan lebih baik. Sementara teori Bust mengga-
ran penting dalam hal itu.5 bungkan indeks kemampuan masyarakat yang
Promosi kesehatan melalui pemberdayaan terdiri 4 domain yaitu jaringan kemitraan, transfer
masyarakat untuk pencegahan PTM berlangsung pengetahuan, penyelesaian masalah, dan pengem-
secara bertahap dan berkesinambungan. Faktor bangan infrastruktur sebagai indikator pelaksa-
yang mendukung kesuksesan program ini antara naan pemberdayaan masyarakat.12
lain masyarakat memiliki persepsi yang posi- Pendekatan pemberdayaan masyarakat
tif tentang PTM dan mereka memahami bahwa untuk pencegahan faktor risiko PTM di Dusun
pencetus PTM adalah gaya hidup tidak sehat. Modinan terbukti menjadi strategi yang baik un-
Kemudian pengalaman yang menunjukkan bahwa tuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat
PTM menyebabkan kematian pada beberapa ke- lokal, hal ini sesuai dengan teori Laverack 19 yang
luarga membuat mereka waspada akan muncul- menyebutkan bahwa komponen pemberdayaan
nya PTM pada diri mereka dan keluarga. Hal inilah masyarakat antara lain adanya partisipasi, kepe-
yang mendorong mereka untuk melakukan upaya mimpinan, penilaian masalah oleh masyarakat,
pencegahan PTM. Program pencegahan PTM juga penggorganisasian struktur, hubungan dengan
tidak lepas dari peran penting tokoh masyarakat masyarakat, dan manajemen program.10 Selan-
dan kader kesehatan, karena mereka adalah peng- jutnya, hasil penelitian ini juga sejalan dengan
gerak masyarakat dalam setiap kegiatan. Hasil pendapat Smith et al., yang menjelaskan sebagian
penelitian ini sesuai dengan teori yang menyebut- besar pemberdayaan masyarakat terdiri dari par-
kan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan tisipasi, pengetahuan, ketrampilan, sumber daya,
strategi promosi kesehatan yang dilakukan de- berbagi visi, rasa kebersamaan dan komunika-
ngan cara mengembangkan dan mengoptimalkan si.12,13 Namun, ada teori lain yang mengidentifi-
potensi yang ada di masyarakat dengan melibat- kasi pemberdayaan masyarakat lebih umum yaitu
kan mereka sejak awal program.14,6 Tujuan utama membangun infrastruktur untuk menyampaikan
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan program promosi kesehatan, membangun part-
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan nership dan menciptakan lingkungan yang dapat
kesehatan mereka sendiri (visi promosi keseha- menjamin keberlangsungan program dan tujuan
tan).16–18 kesehatan serta membangun kemampuan penyele-
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat saian masalah.11 Perbedaan ini disebabkan kondi-
diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara si masyarakat di lokasi penelitian telah memiliki
lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan modal sosial dan kesadaran yang cukup baik ten-
pengembangan masyarakat dalam bentuk misal- tang program pencegahan PTM sehingga program
nya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemam- promosi kesehatan yang ditawarkan dapat berjalan
puan peningkatan  pendapatan keluarga.16 Sosial- dengan mudah tanpa harus membangun infras-
isasi perilaku “ CERDIK” merupakan bagian dari truktur dari awal.10,18,22
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bertu-
juan untuk memicu masyarakat agar selalu melaku- KESIMPULAN DAN SARAN
kan perilaku sehat. Kegiatan ini dilakukan melalui Masyarakat Modinan sudah cukup me-
penyuluhan dan penggunaan media promosi kese- mahami tentang PTM. Faktor risiko PTM pada
hatan berupa poster dan leaflet. Kemudian, untuk masyarakat Modinan yang paling tinggi adalah
memastikan keberlangsungan program diadakan sebagian besar suami atau laki-laki masih mero-
kegiatan pertemuan kader kesehatan yang dilaku- kok di dalam rumah. Cara Mencegah Penyakit
kan sebulan sekali. Pada kegiatan ini koordinator Tidak Menular pada Masyarakat Modinan antara
kader kesehatan melakukan evaluasi tentang pro- lain : melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
gram kesehatan yang berjalan dan mendiskusikan (PHBS), penyuluhan kesehatan pada masyarakat

23
Heni Trisnowati : Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencegahan Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

yang terkait dengan PTM, dan melakukan kegia- Middle-income Country.[Disertasi] [Umeå]:
tan atau aktivitas fisik bersama. Umeå University; 2013.
Proses pemberdayaan masyarakat untuk 6. Dewi FST, Stenlund H, Marlinawati VU, Öh-
pencegahan faktor risiko PTM berlangsung secara man A, Weinehall L. A Community Interven-
bertahap dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tion for Behaviour Modification: An Experi-
kader kesehatan. Faktor pendukung seperti persep- ence to Control Cardiovascular Diseases in
si dan pengetahuan yang positif tentang PTM, ke- Yogyakarta, Indonesia. BMC Public Health.
terlibatan serta kekompakan para kader membuat 2013;13(1):1043.
program ini dapat berjalan secara berkesinambu- 7. Cresswell J. Research Design Qualitative,
ngan. Lebih jauh lagi, pemberdayaan masyarakat Quantitative, and Mixed Methods Approach-
merupakan salah satu strategi promosi kesehatan es. Second Edition. Sage Publication, Interna-
yang sangat potensial untuk pencegahan dan pe- tional Educational and Professional Publish-
ngendalian faktor risiko PTM di daerah pedesaan. er,; 2003.
Sebagai saran kegiatan ini dapat direplikasi di lo- 8. Hudelson P. Qualitative Research For Health
kasi lain, tetapi tetap memperhatikan karakteristik Programmes. Division of Mental Health,
masyarakat setempat agar program dapat berjalan World Health Organization; 1994.
seperti yang diharapkan dan pada akhirnya dapat 9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
UCAPAN TERIMA KASIH 10. McCloskey DJ, McDonald MA, Cook J. Com-
Direktur Riset dan Pengabdian kepada Ma- munity Engagement: Definitions and Organiz-
syarakat, Kementerian Riset, Teknologi dan Pen- ing Concepts from The Literature; 2013.
didikan Tinggi dengan dukungan dana penelitian 11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
#015/HB-LIT/III/1016#. Bagian Penelitian dan Data dan Informasi Kesehatan : Penyakit Ti-
Pengabdian Masyarakat (P3M) Universitas Res- dak Menular. 2012;48.
pati Yogyakarta dan Tim Peneliti. 12. Kasmel A, Andersen PT. Measurement of
Community Empowerment in Three Commu-
DAFTAR PUSTAKA nity Programs in Rapla (Estonia). Int J Environ
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Res Public Health. 2011 Mar 11;8(12):799-
Ringkasan Eksekutif Data & Informasi Dae- 817.
rah Istimewa Yogyakarta. Jakarta. Kementeri- 13. WHO. Milestones in Health Promotion: State-
an Kesehatan Republik Indonesia; 2013. ments from Global Conferences. Geneva :
2. World Health Organization. Noncommunica- World Health Organization. 2009
ble Diseases Country Profiles. Geneva, Swit- 14. Hawe P, Degeling D, Hall J. Evaluating Health
zerland: World Health Organization; 2011. Promotion A Health Worker’s Guide. Austra-
3. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakar- lia: MacLennan & Petty Pth Limited; 1998.
ta. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogya- 254 p.
karta. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Daerah 15. Bartholomew LK, editor. Planning Health
Istimewa Yogyakarta; 2013. Promotion Programs: an Intervention Map-
4. McCloskey DJ, McDonald MA, Cook J, Ro- ping Approach. 1st ed. San Francisco: Jossey-
berts SH, Updegrove S, Sampson D, et al. Eva- Bass; 2006. 767 p.
luation of Community-Based Interventions 16. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori
for Non-communicable Diseases: Experiences dan Aplikasi. Pertama. Jakarta: Rineka Cipta;
from India and Indonesia. - PubMed - NCBI. 2005. 389 p.
[cited 2017 Mar 29]. Available from: https:// 17. Sagrim M, Noor NN, Thaha RM, Maidin A.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21071458. Kearifan Lokal Komunitas Adat Terpencil
5. Dewi FST. Working with Community: Ex- Suku Taburta Dalam Perilaku Hidup Bersih
ploring Community Empowerment to Support dan Sehat Berbasis Rumah Tangga. Media
Non-communicable Disease Prevention in a Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2015(12);

24
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018

218–227. 689.
18. Gregson R, Court L. Building Healthy Com- 21. Aira T, Wang W, Riedel M, Witte SS. Reduc-
munities : A Community Empowerment Ap- ing Risk Behaviors Linked to Noncommu-
proach. First. London: Community Develop- nicable Diseases in Mongolia: A Random-
ment Foundation; 2010. 94 p. ized Controlled Trial. Am J Public Health.
19. Laverack G. Improving Health Outcomes 2013;103(9):1666–1674.
through Community Empowerment: a Re- 22. International Union For Health Promotion and
view of the Literature. J Health Popul Nutr. Education. Community Health Promotion :
2006;113–120. Creating The Necessary Conditions for Health
20. Dans A, Ng N, Varghese C, Tai ES, Firestone Through Community Empowerment and Par-
R, Bonita R. The Rise of Chronic Non-Com- ticipation. Int Union Health Promot Educ.
municable Diseases in Southeast Asia: Time 2007;14 No 2:80.
for Action. The Lancet. 2011;377(9766):680–

25

Anda mungkin juga menyukai