Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

“Gambaran Epidemiologi Kejadian TBC Bersumber dari Udara Di Wilayah


Puskesmas Rappokalling Tahun 2018”

Dosen : Baharuddin S.K.M., M.Kes

Disusun Oleh :

Apriana (1810050)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA MAKASSAR

TAHUN 2020-2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah dengan judul “Gambaran Epidemiologi Kejadian
TBC Bersumber dari Udara Di Wilayah Puskesmas Rappokalling Tahun
2018”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas individu dalam
mata kuliah Epidemiologi Lingkungan.
            Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-teman
maka disusunlah Makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini
diharapkan dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi salah satu
syarat tugas kami di perkuliahan. Karya tulis ini diharapkan bisa
bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
            Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh
bantuan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun karya tulis ini penulis
telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat karya tulis
yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik
dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
            Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan penulis berharap
semoga karya ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 29 Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Gambaran Epidemiologi Kejadian Penyakit TBC 4
B. Gambaran Epidemiologi Upaya-upaya Pencegahan TBC 5
BAB III PENUTUP 6
A. Kesimpulan 6
B. Saran6
DAFTAR PUSTAKA7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosa dan paling sering
menginfeksi bagian paru-paru. Penyebaran penyakit TB bersumber dari
orang ke orang melalui udara, ketika orang dengan TB paru batuk, bersin
atau meludah sehingga mendorong kuman TB ke udara bebas.
Seseorang dapat terinfeksi penyakit TB hanya dengan menghirup kuman
TB masuk ke dalam paru-paru (CDC: Basic TB Facts, 2012).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa, suatu basil tahan asam
yang ditularkan melalui udara. Tuberkulosis dapat menyebar dari satu
orang ke orang lain melalui transmisi udara (droplet dahak pasien
penderita tuberkulosis). Pasien yang terinfeksi Tuberkulosis akan
memproduksi droplet yang mangandung sejumlah basil kuman TB ketika
mereka batuk, bersin, atau berbicara. Orang yang menghirup basil kuman
TB tersebut dapat terinfeksi Tuberkulosis..
Menurut WHO dalam Global Tuberculosis Report 2017, TB
merupakan salah satu penyakit dari 10 penyebab kematian di dunia. TB
juga merupakan penyebab utama kematian yang berkaitan dengan
antimicrobial resestence dan pembunuh utama penderita HIV. Pada tahun
2016, diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru (insidensi) TB di seluruh
dunia, diantaranya 6,2 juta laki-laki, 3,2 juta wanita, dan 1 juta adalah
anak-anak. Dan diantara penderita TB tersebut, 10% diantaranya
merupakan penderita HIV positif. 7 negara yang menyumbang 64% kasus
baru TB di dunia adalah India, Indonesia, Tiongkok, Filipina, Pakistan,
Nigeria, dan Afrika Selatan. Pada tahun yang sama, 1,7 juta orang
meninggal karena TB termasuk didalamnya 0,4 juta merupakan penderita
HIV. Namun secara global, tingkat kematian penderita TB mengalami
penurunan sebanyak 37% dari tahun 2000-2016 (WHO, 2017).
Sejak tahun 1995 Indonesia telah menerapkan strategi baru
program penanggulangan penyakit TB paru yang direkomendasikan oleh
WHO. Strategi tersebut menerapkan panduan obat efektif dan konsep
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Salah satu
implementasi DOTS ialah digunakannya obat jangka pendek yang ampuh
membunuh kuman tuberculosis paru dan diberikan dengan pengawasan
(PMO) Pengawas Menelan Obat dan adanya jaminan ketersediaan obat
(Rizka Tri, 2013). Strategi ini telah membawa keberhasilan dalam
pengobatan TB paru dari 83% (2004) menjadi 91% (2005). Selain itu,
hampir seluruh propinsi mencapai kemajuan dalam pengobatan penderita
dan peningkatan penemuan kasus baru TB paru menular antara tahun
2004-2006. Meskipun demikian, beban TB di Indonesia masih sangat
tinggi.
Prevalensi TB pada tahun 2014 sebesar 647 per 100.000
penduduk meningkat dari 272 per 100.000 penduduk pada tahun 2013.
Angka insidensi tahun 2014 sebesar 399 per 100.000 penduduk
meningkat dari 183 per 100.000 penduduk pada tahun 2013. Demikian
juga dengan angka mortalitas pada tahun 2014 sebesar 41 per 100.000
penduduk meningkat dari 25 per 100.000 penduduk pada tahun2013
(Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Pada tahun 2015 ditemukan jumlah
kasus TB sebanyak 390.910 kasus, meningkat bila dibandingkan semua
kasus TB yang ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus.
Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih itnggi daripada
perempuan yaitu 1,5 kali.
Data dari profil kesehatan Republik Indonesia tahun 2016
menyatakan terdapat 156.723 kasus baru TB paru BTA positif yang terdiri
dari 95.382 (61%) laki-laki dan 61.341 (39%) wanita. 1.507 (0,96%)
penderita TB BTA positif merupakan anak usia 0-14 tahun, 117.474
(74,96%) penderita TB BTA positif merupakan usia produktif (15-54
tahun),dan 37.742 (24,08%) penderita TB BTA positif merupakan lansia.
Sedangkan hasil cakupan penemuan semua kasus penyakit TB sebanyak
298.128 (174.675 laki-laki, 123.453 wanita) dengan CDR (Case Detection
Rate) sebesar 60,59%.
Propinsi Sulawesi Selatan menduduki peringkat keenam dengan
jumlah penemuan kasus baru TB di Indonesia di bawah Jawa Barat, Jawa
Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Sumatera Utara, dengan jumlah
12.972 (7.613 laki-laki, 5.359 wanita) kasus, dengan penderita TB paru
BTA positif sebanyak 7.139 kasus (4.277 laki-laki, 2.862 wanita). Pada
tahun 2015 jumlah kasus TB BTA positif di propinsi Sulawesi Selatan
terbanyak terdapat di Kota Makassar sebesar 1.928 kasus yaitu 1.205
(62,5%) pada laki-laki dan 723 (37,5%) pada wanita. Sedangkan jumlah
seluruh kasus TB di Kota Makassar sebesar 3.639 kasus yaitu 2.192
(60,24%) pada laki-laki dan 1.447 (39,76%) pada wanita. Kasus TB pada
anak umur 0-14 tahun di Kota Makassar sebesar 210 kasus. Angka
kesembuhan (Cure Rate) Kota Makassar sebesar 1.214 (73,09%) dari

2
1.661 pasien TB BTA positif yang diobati (Profil Kesehatan Sulawesi
Selatan, 2015).
Puskesmas Rappokalling merupakan salah satu puskesmas
dengan tingkat penderita TB paru BTA (+) yang tinggi di Kota Makassar.
Pada tahun 2016 Puskesmas Rappokalling menempati urutan ke-11
puskesmas dengan tingkat kejadian TB paru BTA (+) dari 46 puskesmas
di Kota Makassar. Namun pada tahun 2017 Puskesmas Rappokalling
menempati urutan kelima puskesmas dengan tingkat kejadian TB paru
BTA (+) tertinggi di Kota Makassar.
Faktor-faktor risiko terjadinya penyakit TB diantaranya yaitu faktor
individu (umur, jenis kelamin, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan,
sosial ekonomi), faktor lingkungan rumah, kebiasaan merokok, riwayat
kontak, dan sebagainya. Hasil penelitian Fitriani (2013) menunjukkan
adanya hubungan kejadian TB paru dengan umur, tingkat pendapatan,
kondisi lingkungan rumah, perilaku, dan riwayat kontak dengan penderita
TB paru. Penelitian oleh Butiop HML dkk (2015) juga menunjukkan ada
hubungan kontak serumah dengan kejadian TB paru.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran epidemiologi kejadian penyakit TBC yang
Bersumber dari Udara di Wilayah Puskesmas Rappokalling Tahun
2018?
2. Bagaimana gambaran epidemiologi upaya-upaya pencegahan
penyakit TBC Bersumber dari Udara tersebut?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan
mengenai Penyakit TBC Bersumber dari Udara bagi pembaca
b. Sebagai salah satu tugas individu dalam mata kuliah
Epidemiologi Lingkungan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi kejadian penyakit
TBC Bersumber dari Udara di Wilayah Puskesmas Rappokalling
Tahun 2018
b. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi upaya-upaya
pencegahan penyakit TBC Bersumber dari Udara tersebut

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Epidemiologi Kejadian Penyakit TBC


1. Host (Orang)
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian, yang memiliki
karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien penderita penyakit TB paru BTA (+) dan suspek TB paru yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rappokalling
Kecamatan Tallo Kota Makassar dan tercatat pernah melakukan
pengobatan di Puskesmas Rappokalling pada tahun 2017. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 126 penderita TB paru BTA (+) dan 381
suspek TB paru.
2. Waktu Kejadian
Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan mulai dari tanggal 13 April
2018 sampai 14 Juni 2018
3. Tempat/Lingkungan
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir Kecamatan Tallo Kota
Makassar yaitu wilayah kerja Puskesmas Rappokalling (Kelurahan
Rappokalling, Kelurahan Tamua, Kelurahan Buloa, dan Kelurahan
Tallo). Pemilihan lokasi penelitian ini dipilih karena beberapa wilayah
berbatasan langsung dengan lautan (Kelurahan Buloa dan Kelurahan
Tallo) dimana masyarakatnya sebagian besar berada dalam status
sosial ekonomi rendah atau keluarga miskin, pemukiman yang kumuh,
dan sanitasi lingkungan yang kurang. Jumlah penderita TB paru BTA
(+) di Puskesmas Rappokalling setiap tahun meningkat sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut.

B. Gambaran upaya-upaya Pencegahan TBC


Ada beberapa tips untuk meminimalisir risiko penularan TBC dengan
tindakan atau upaya pencegahan TBC, seperti :
1. Hindari kontak langsung
Menghindari kontak langsung dengan penderita TBC adalah salah
satu hal terpenting dalam pencegahan TBC. Jika Anda tidak dapat
menghindari kontak dengan mereka, kenakan masker dan sarung
tangan. Ingat, gantilah masker secara berkala dan buang di tempat
sampah. Apabila Anda yang menderita TBC, hindari tempat-tempat

4
yang ramai supaya Anda tidak menyebarkan penyakit ini kepada
orang lain.
2. Konsumsi makanan bergizi
Salah satu langkah pencegahan TBC lainnya adalah menerapkan
hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat dan istirahat yang
cukup. Konsumsilah makanan yang mengandung vitamin C untuk
meningkatkan kekebalan tubuh. Usahakan untuk mengonsumsi
setidaknya 4-5 porsi sayuran dan buah setiap hari.
3. Menerapkan kebiasaan sehat
Menerapkan kebiasaan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan
air mengalir adalah bentuk dari pencegahan TBC. Selain itu, saat
batuk atau bersin, sebaiknya tutup mulut dan hidung Anda dengan
tisu.
Langkah ini memang sederhana, namun sangat penting agar Anda
tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
4. Rajin berolahraga
Usahakan untuk melakukan olahraga setiap hari. Tak perlu olahraga
yang berat, Anda cukup melakukan jogging selama 45 menit. Dengan
melakukan olahraga, sirkulasi darah menjadi lancar sehingga dapat
meningkatkan kekebalan tubuh Anda dan terbebas dari segala
penyakit, seperti TBC.
5. Memiliki ventilasi yang memadai
Bakteri penyebab TBC dapat menyebar lebih mudah dalam ruangan
yang kecil dan tertutup karena tidak ada sirkulasi udara. Jika ventilasi
di rumah kurang memadai, cobalah untuk membuka jendela supaya
kualitas udara di dalam rumah menjadi baik dan sinar matahari juga
bisa masuk ke dalam rumah. Kuman penyebab TBC umumnya dapat
bertahan hidup di udara bebas selama 1-2 jam, tergantung dari ada
tidaknya paparan sinar matahari, kelembapan, dan sistem ventilasi di
rumah. Pada kondisi gelap, lembap, dan dingin, kuman TB dapat
bertahan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Namun, bakteri TBC
bisa langsung mati jika terpapar oleh sinar matahari langsung. Itu
sebabnya, kita dianjurkan untuk membuka jendela dan tirai saat cuaca
cerah. Biarkan sinar matahari masuk untuk membunuh kuman-kuman
TBC yang mungkin tinggal dalam rumah anda.
6. Pemberian Vaksin BCG
Ini merupakan langkah pencegahan TBC paling dini yang bisa Anda
lakukan pada anak. Jangan lewatkan pemberian vaksin BCG agar
anak Anda memiliki kekebalan terhadap bakteri penyebab TBC.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosa dan paling sering
menginfeksi bagian paru-paru. Penyebaran penyakit TB bersumber dari
orang ke orang melalui udara, ketika orang dengan TB paru batuk, bersin
atau meludah sehingga mendorong kuman TB ke udara bebas.
Seseorang dapat terinfeksi penyakit TB hanya dengan menghirup kuman
TB masuk ke dalam paru-paru (CDC: Basic TB Facts, 2012).
Beberapa tips untuk meminimalisir risiko penularan TBC dengan
tindakan atau upaya pencegahan TBC, yaitu dengan menghindari kontak
langsung dengan penderita TBC, konsumsi makanan bergizi, menerapkan
kebiasaan sehat, rajin berolahraga, memiliki ventilasi yang memadai, serta
melakukan vaksin BCG.

B. Kritik dan Saran


Bagi petugas kesehatan khususnya tenaga kesehatan masyarakat
disarankan untuk senantiasa meningkatkan komunikasi, baik penyuluhan
terkait penyakit TBC, cara pencegahan penyakit TBC sesuai dengan
tugas kita yaitu preventif atau pencegahan, dan juga lebih memperhatikan
kader kesehatan dalam program pengendalian TB di Indonesia khususnya
di wilayah kerja Puskesmas Rappokalling sehingga dapat mengurangi
angka kejadian penyakit TBC.

6
DAFTAR PUSTAKA

Madarina, Adhenda. 2020. Langkah-langkah Pencegahan TBC. Di


https://www.sehatq.com/artikel/lakukan-langkah-langkah-
pencegahan-tbc-ini-agar-tidak-tertular (Di akses pada 29Maret)

Yunus, Muh. Yusran. 2018. Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan


Kejadian TB Di Wilayah Puskesmas Rappokalling Di
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Y
TRlZmI5NzM4NTZjNWQyOGViN2MyZDBmNjFiZjZmZTVkY2QzODB
lZA==.pdf (Di akses pada 29 Maret)

Anda mungkin juga menyukai