Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Kesehatan Reproduksi Ibu, Remaja, dan Lansia”

Disusun Oleh :

Kelompok I

Muh. Yusril Awal (1810034)

Apriana (1810050)

Eky Arfennya Thana (1810008)

Meriska Amalia Mansur (1810054)

Sefti Arviyani (1810037)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA MAKASSAR

TAHUN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul “Kesehatan Reproduksi Ibu, Remaja, dan Lansia”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas individu dalam mata kuliah
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga.
            Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-teman maka
disusunlah Makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan
dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di
perkuliahan. Karya tulis ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam
proses perkuliahan.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini
bisa menjadi lebih baik.
            Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan penulis berharap semoga
karya ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 10 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARii

DAFTAR ISIiii

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang1

B. Rumusan Masalah2

C. Tujuan2

BAB II PEMBAHASAN3

A. Pengertian Kesehatan Reproduksi3

B. Hak-hak Reproduksi3

C. Kesehatan Reproduksi Ibu, Remaja, dan Lansia4

D. Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi10

BAB III PENUTUP13

A. Kesimpulan13

B. Kritik dan Saran13

DAFTAR PUSTAKA14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang
ini sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia,
penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam
penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan dalam beraktivitas.
Ilmu kedokteran khususnya ilmu kesehatan pun begitu cepat bekembang
mulai dari peralatan ataupun teori sehingga mendorong para pengguna serta
spesialis tidak mau ketinggalan untuk bisa memiliki dan memahami wawasan
serta ilmu pengetahuan tersebut.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak
sekali teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis
kesehatan reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi
mengemban tugas untuk bisa menolong para pasien yang mana demi kesehatan,
kesejahteraan dan kelancaran pasien dalam menjalanakan kodratnya sebagai
perempuan.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para
bidan atau spesialais tetapi sangat penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-
istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi
kesehatan, dan kesejahteraan mereka.
Untuk itu, penulis dalam makalah ini bermaksud ingin memberikan
beberapa pengertian yang mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk
khalayak pembaca khususnya para perempuan. Oleh karena itu penulis
mengambil judul pada makalah ini, yaitu “Kesehatan reproduksi Ibu, remaja dan
lansia”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa itu kesehatan reproduksi?
2. Apa saja hak-hak dalam reproduksi?
3. Bagaimana sistem kesehatan reproduksi pada ibu, remaja, dan lansia?
4. Bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi yang baik dan benar?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan mengenai
Kesehatan Reproduksi Ibu, Remaja, dan Lansia bagi pembaca
b. Sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian kesehatan reproduksi
b. Untuk mengetahui hak-hak dalam reproduksi
c. Untuk mengetahui sistem kesehatan reproduksi pada ibu, remaja, dan
lansia
d. Untuk mengetahui cara menjaga kesehatan reproduksi yang baik dan
benar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Reproduksi


 Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata
produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan
demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat
tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah kesehatan
secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan
prosesnya.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup
fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat,fungsi serta proses
reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas
dari penyakit,melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual
yang aman dan memuaskan sebelum menikah dan sesudah menikah.

B. Hak-hak Reproduksi
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang,
baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial,
suku, umur, agama, dll) untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab
(kepada diri, keluarga, dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak,
serta penentuan waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. Hak reproduksi ini

3
didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia
internasional (Depkes RI, 2002).
Adapun hak-hak dalam reproduksi yaitu:
1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak kebebasan berpikir tentang kesehatan reproduksi
4. Hak untuk bebas dari penganiyayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
5. Hak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait
dengan kesehatan reproduksi
6. Hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran
7. Hak untuk hidup (hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan dan
proses melahirkan)
8. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi

C. Kesehatan Reproduksi pada Ibu


Meningkatkan kesehatan kaum ibu identik dengan membangun
masyarakat sebagai asset bangsa. Betapa tidak, jumlah anak-anak yang masih
dalam asuhan ibu dan perempuan pada umumnya akan menjadi generasi
berkualitas bila diasuh oleh seorang ibu/perempuan yang memiliki tingkat
pengetahuan dan tingkat kesehatan yang baik. Dengan demikian, kesehatan kaum
ibu adalah salah satu modal berhargadalam mengangkat harkat dan derajat
kesehatan bagi suatu negara.
Beberapa penyakit yang sering menyerang seputar organ reproduksi dan
sekaligus penyebab kematian kaum ibu/ kaum perempuan adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, dan penyakit kelamin (terutama HIV/AIDS).
Dibandingkan dengan kaum pria, memang kaum ibu dan perempuan pada
umumnya sangat rentang dengan penyakit seputar organ reproduksi, ditambah lagi
kurangnya kepedulian dalam memelihara kesehatan pada organ reproduksi
tersebut.

4
Selama ini pelayanan kesehatan bagi perempuan identik dengan layanan
kesehatan selama kehamilan dan melahirkan. Terlalu sering hamil dan kelelahan
akibat bekerja dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Ketika masa kehamilan
beberapa penyakit seringkali menghinggapi kaum ibu seperti malaria, hepatitis,
diabetes dan anemia yang berkontribusi pada gangguan kehamilan. Beratnya
penderitaan kaum ibu akibat kerentanan terhadap berbagai gangguan penyakit
mendorong perlunya perhatian besar melalui pemihakan kebijakan publik
dibidang kesehatan.
Kebijakan publik melalui Konvensi CEDAW kedalam UU No. 7 Tahun
1984 tidak banyak membantu kaum ibu dan perempuan pada umumnya untuk
berdaya dalam bidang kesehatan. Padahal pada Pasal 12 Konvensi CEDAW
menyatakan, bahwa negara wajib menghapus diskriminasi terhadap perempuan di
bidang pemeliharaan kesehatan. Negara kadang lalai dalam pemberian pelayanan
kesehatan berkaitan dengan kehamilan, sebelum dan sesudah persalinan serta
pemberian makanan yang bergizi agar bayi yang dikandungnya dapat tumbuh
sehat menjadi generasi cerdas kelak.
Dalam konteks kesehatan masyarakat dibedakan antara kesehatan
reproduksi dengan kesehatan seksual. Kesehatan seksual lebih luas cakupannya
daripada kesehatan reproduksi meski sering diidentikkan kesehatan seksual dan
kesehatan reproduksi. Kesehatan seksual pada dasarnya menyangkut seluruh masa
kehidupan seseorang, bukan hanya sepanjang kurun reproduksi aktif saja. Oleh
karena itu kesehatan seksual didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, emosional,
mental,dan kesejateraan sosial dalam hubungan seksualitas, bukan hanya tidak
adanya penyakit, disfungsi atau kelemahan. Kesehatan seksual membutuhkan
pendekatan positif dan penghargaan (penghormatan) pada hubungan seksualitas
dan seksual, dan juga kemungkinan mendapatkan pengalaman seksual yang aman
dan menyenangkan, bebas dari paksaan, diskriminasi, dan kekerasan.

D. Kesehatan Reproduksi pada Remaja


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat

5
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun
juga sehat secara mental serta sosial kultural.
Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting, terutama
pada remaja. Sebab, masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun
kebiasaan baik menjaga kebersihan, yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja adalah orang yang
berusia 12 hingga 24 tahun. Masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak
menjadi dewasa. Artinya, proses pengenalan dan pengetahuan kesehatan
reproduksi sebenarnya sudah dimulai pada masa ini.
Reproduksi bisa diartikan sebagai proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan kembali keturunan. Karena definisi yang terlalu umum tersebut,
seringnya reproduksi hanya dianggap sebatas masalah seksual atau hubungan
intim. Alhasih, banyak orang tua yang merasa tidak nyaman untuk membicarakan
masalah tersebut pada remaja. Padahal, kesehatan reproduksi, terutama pada
remaja merupakan kondisi sehat yang meliputi sistem, fungsi, dan proses
reproduksi.
Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi
nyatanya bisa memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Salah satu hal yang
sering terjadi karena kurangnya sosialiasi dan edukasi adalah penyakit seksual
menular, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang berakibat pada hilangnya
nyawa remaja.
Nyatanya peran orangtua merupakan satu hal yang penting dalam edukasi
seksual pada remaja. Apalagi saat ini masih belum banyak orang yang peduli
terhadap risiko-risiko yang bisa menyerang remaja “salah pergaulan” tersebut.
Mulai dari ancaman HIV/AIDS, angka kematian ibu yang meningkat karena
melahirkan di usia muda, hingga kematian remaja perempuan karena nekat
mengambil tindakan aborsi.
Pada dasarnya, remaja perlu memiliki pengetahuan seputar kesehatan
reproduksi. Tak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut,
informasi yang benar terhadap pembahasan ini juga bisa menghindari remaja
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

6
Memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi, serta cara
menjaga kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung
jawab. Terutama mengenai proses reproduksi, dan dapat berpikir ulang sebelum
melakukan hal yang dapat merugikan.
Pengetahuan seputar masalah reproduksi tidak hanya wajib bagi remaja
putri saja. Sebab, anak laki-laki juga harus mengetahui serta mengerti cara hidup
dengan reproduksi yang sehat. Pergaulan yang salah juga pada akhirnya bisa
memberi dampak merugikan pada remaja laki-laki pula. Lantas pengetahuan dasar
apa saja yang perlu diketahui remaja.
1. Pengenalan terhadap sistem, proses, serta fungsi alat reproduksi.
Usahakanlah untuk menyampaikan informasi sesuai dengan usia dan kesiapan
anak. Tapi sebaiknya hindari penggunaan istila-istilah tertentu yang malah
bisa mengaburkan makna dan membuat anak tidak mengenal dengan pasti
masalah reproduksi.
2. Risiko penyakit. Aspek ini juga sebaiknya sudah mulai dikenalkan dan
disampaikan pada remaja yang sudah beranjak dewasa. Dengan mengetahui
risiko yang mungkin terjadi, remaja tentu akan lebih berhati-hati dan lebih
menjaga kesehatan reproduksi.
3. Kekerasan seksual dan cara meghindarinya. Remaja perlu dikenalkan
dengan hak-hak reproduksi yang ia miliki. Selain itu, diperlukan juga
pengetahuan tentang kekerasana seksual yang mungkin terjadi, apa saja
jenisnya, dan bagaimana cara mencegahnya terjadi.

E. Kesehatan Reproduksi pada Lansia


Kesehatan reproduki lansia (lanjut usia) meliputi kesehatan fisik dan
mental setiap individu sepanjang siklus kehidupannya sehingga pemeliharaan
kesehatan pasca reproduksi atau sering juga disebut dengan kesehatan lansia juga
perlu mendapat perhatian kita. Masa pasca reproduksi ini ditandai dengan
terjadinya penurunan berbagai fungsi alat atau organ tubuh.

7
Lansia atau Lanjut usia, menurut WHO : Pra lansia 45 – 54 tahun, Lansia
55 – 64 tahun, Aging people 65 tahun keatas dan menurut BKKBN lansia adalah
usia 60 tahun ke atas.
Permasalahan kesehatan pasca reproduksi:
1. Klimakterium
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang
wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif
dari kehidupan sampai masa non-reproduktif. Masa klimakterium meliputi
pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi antara
umur 40-65 tahun.
Gejala:
a) Gangguan neurovegetatif
- Gejolak panas (hot flushes)
- Keringat malam yang banyak
- Rasa kedinginan
- Sakit kepala
- Desing dalam telinga
- Tekanan darah yang goyah
- Berdebar - debar
- Susah bernafas
- Jari-jari atrofi
b) Gangguan psikis
- Mudah tersinggung
- Depresi
- Lekas lelah
- Kurang bersemangat
- Insomania atau sulit tidur
c) Gangguan organik
- Infark miokard (gangguan sirkulasi)
- Aterosklerosis (hiperkolesterolemia)
- Osteoporosis

8
- Gangguan kemih (disuria)
- Nyeri senggama (dispareunia)
2. Andropause
Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai
kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada
wanita. Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, Andro artinya pria
sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara harfiah andropause adalah
berhentinya fungsi fisiologis pada pria, yaitu penurunan produksi
spermatozoa, hormon testosteron dan hormon – hormon lainnya sedemikian
perlahan.
Gejala:
- Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)
- Perubahan suasana hati (mood), disertai penurunan aktivitas intelektual,
kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung.
- Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
- Lemah dan kurang energi
- Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi)
- Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi
secara bertahap
3. Monopause
Menopause berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis,
paudo” berarti periode atau tanda berhenti, hilangnya menopause diartikan
sebagai berhentinya secara definitiv. Pada usia 45 sampai 50 tahun, siklus
seksual biasanya tidak teratur, dan ovulasi tidak terjadi selama beberapa
siklus. Periode dimana siklus berhenti dan hormon-hormon kelamin wanita
menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada disebut sebagai
menopause (Guyton & Hall, 1997).
Gejala:
- Haid menjadi tidak teratur.

9
- Gelombang rasa panas (hot flush), terjadi akibat peningkatan aliran darah
didalam pembuluh darah pada wajah, leher, dada, dan punggung.
- Gejala-gejala psikologis berupa suasana hati, pikiran motivasi, sikap,
reaksi biologis.
- Fatigue, yaitu rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi ovarium.
- Keadaan atrofi, yaitu kemunduran keadaan gizi, suatu lapisan jaringan.
- Pusing atau sakit kepala, keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal,
misalnya: karena meningginya tekanan darah, adanya gangguan
penglihatan.
- Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab
fisik maupun psikis.
- Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (inkontinensia) serta
peradangan pada kandung kemih dan vagina.

F. Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi


Selain dapat meminimalkan terjadinya penyakit, kesehatan reproduksi juga
berpengaruh pada aktivitas seksual dan tingkat kesuburan. Berikut enam cara
menjaga kesehatan reproduksi yang bisa diterapkan:
1. Minum air yang cukup
Cara menjaga kesehatan reproduksi yang pertama adalah dengan
mencukupi asupan cairan. Kekurangan cairan atau dehidrasi bisa menganggu
proses metabolisme tubuh. Asupan cairan yang cukup dapat mencegah
berbagai gangguan pada sistem reproduksi, salah satunya adalah infeksi
saluran kemih. Penyakit ini tak pandang jenis kelamin. Namun, wanita lebih
rentan mengalami kondisi tersebut.
2. Menjaga kebersihan area genital
Organ genital adalah bagian sistem reproduksi yang terlibat langsung
dengan dunia luar. Dari sini, kuman, bakteri, dan virus bisa masuk dan
berjalan lebih jauh ke saluran kemih dan bagian tubuh lainnya. Oleh karena
itu, sangat penting untuk menjaga kebersihan area genital. Jangan biarkan
keringat menumpuk, karena dapat menjadi sarang kuman dan bakteri.

10
Berikut anjuran dari Kementerian Kesehatan tentang menjaga kebersihan area
genital:
- Gunakan handuk yang kering, bersih, lembut, dan tidak lembap.
- Pilih celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap keringat.
- Ganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari.
- Untuk wanita, setelah buang air kecil, bersihkan alat kelamin dari arah
depan ke belakang agar kuman dan bakteri dari anus tidak terbawa masuk
ke organ reproduksi.
- Untuk pria dianjurkan untuk dikhitan atau disunat guna mencegah
terjadinya penularan penyakit menular seksual serta menurunkan risiko
kanker penis.
3. Rajin olahraga
Cara menjaga kesehatan reproduksi berikutnya adalah dengan rutin
berolahraga. Studi yang terbit pada Journal of Reproductive and Biomedicine
memaparkan, olahraga bisa membawa efek positif bagi organ reproduksi pria
maupun wanita. Pada pria, olahraga dapat membantu mengatasi disfungsi
ereksi dan meningkatkan proses pembentukan sperma atau spermatogenesis.
Dua hal tersebut sangat memengaruhi tingkat kesuburan pria.
Sedangkan untuk wanita, aktif bergerak dapat membantu meredakan
berbagai masalah yang muncul ketika haid, misalnya kram atau nyeri perut.
Jika siklus menstruasi tidak teratur, olahraga juga bisa menjadi solusi untuk
mengatasi hal tersebut.
4. Batasi rokok dan alkohol
Dilansir dari News Scientist, pada wanita, rokok dan alkohol bisa
menyebabkan ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, nyeri
saat haid, serta mempercepat gejala menopause.
Sedangkan pada pria, merokok dan konsumsi alkohol dapat memicu
impotensi atau disfungsi ereksi, penurunan hormon testosteron, dan
berdampak serius pada tingkat kesuburan.
5. Tidur yang cukup

11
Tidur adalah waktu yang tepat bagi tubuh untuk mengembalikan atau
me-reset fungsi terbaiknya, termasuk pada organ reproduksi. Menurut sebuah
publikasi di Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat, kurang tidur
bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormon seks, baik pada pria maupun
wanita.
6. Perhatikan pola dan asupan makan
Cara menjaga kesehatan reproduksi yang terakhir adalah dengan
memerhatikan pola dan asupan makanan, yaitu dengan:
- Perbanyak sayur dan buah
- Hindari lemak trans dan lemak jahat
- Perbanyak asupan makanan yang mengandung serat
- Rajin makan produk laut
- Hindari makanan yang mengandung bahan pengawet
- Batasi konsumsi gula dan garam, tapi tidak meninggalkannya secara
keseluruhan
- Konsumsi karbohidrat tidak hanya dari nasi

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk diketahui oleh para
perempuan bakal calon ibu ataupun laki-laki calon bapak. Oleh karena itu
berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sangat penting mengetahui
bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi dengan baik dan benar.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan
sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam
segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta
proses-prosesnya.
Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap
pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab
jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara
untuk melakukannya.

B. Kritik dan Saran


Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah
penting untuk bisa dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang
berumah tangga, supaya kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai dengan
sempurna. Oleh karena itu penulis memberi saran kepada para pihak yang terkait
khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa memberikan pengetahuan dan
wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat dengan cara sosialisasi, sehingga
kesehatan reproduksi masyarakat bisa tercapai dan masyarakat lebih pintar dalam
menjaga kesehatan reproduksinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahkesehatanreproduksi95.blogspot.com/2014/12/makalah-kesehatan-
reproduksi-kespro.html

https://www.halodoc.com/artikel/pentingnya-pengetahuan-kesehatan-reproduksi-
bagi-remaja

http://asuhankebidanan29.blogspot.com/2017/10/kesehatan-reproduksi-lansia-
kebidanan.html

https://www.gooddoctor.co.id/tips-kesehatan/seks/cara-menjaga-kesehatan-

reproduksi-pria-dan-wanita/

14

Anda mungkin juga menyukai