Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. BISNIS INTERNASIONAL

Bisnis internasional merujuk pada pertukaran barang, jasa, teknologi, modal


kapital dan/atau pengetahuan melintasi perbatasan nasionaldan pada skala global atau
antar bangsa. Transaksi sumber daya ekonomi yang dilakukan ini meliputi modal,
keterampilan, dan tenaga kerja untu keperluan produksi barang dan jasa fisik
internasional seperti keuangan, perbankan, asuransi, dan konstruksi. Pihak yang
melakukan aktivitas bisnis internasional ini biasanya adalah perusahaan pemerintah,
perusahaan swasta, atau kombinasi antara keduanya. Bisnis internasional dapat
dibedakan menjadi 4 tipe (Ajami, Cool, Goddard, dan Khambata, 2014), yakni:

1. Foreign Trade. Merupakan kegiatan bisnis internasional yang paling sering


digunakan oleh sebagian besar negara. Jenis aktivitas bisnis internasional ini
cenderung identik dengan aktivitas ekspor impor dengan objek barang yang
digunakan adalah visible physical goods dann komoditas.
2. Trade in Service. Merupakan kegiatan bisnis internasional yang objek
barangnya juga berupa tangible goods, seperti: asuransi, perbankan, hotel,
konsultan, biro perjalanan, dan transportasi.
3. Portfolio Investments. Merupakan kegiatan bisnis internasional dalam bentuk
investasi keuangan di negara lain. Biasanya investor memberikannya dalam
bentuk hutang atau modal.
4. Direct Investments. Merupakan kegiatan bisnis internasional yang dibedakan
dari tingkat pengawasan suatu proyek antara perusahaan dengan investor.
Biasanya tingkat pengawasannya dapat bervariasi, mulai dari tingkat
pengawasan penuh dan sebagian.
Dalam melakukan bisnis internasional sendiri, terdapat berbagai motivasi
yang dapat mendorong suatu perusahaan untuk melakukan hal ini. Diantaranya adalah
sebagai berikut

1. Menarik permintaan asing


Beberapa perusahaan tidak dapat meningkatkan pangsa pasarnya di negara
masing-masing karena persaingan yang ketat dalam negeri dan dalam
industrinya. Selain itu, permintaan akan produk-produk perusahaan itu
sendiri kemudian dapat turun karena perubahan dalam selera pelanggan
dalam negeri. Perusahaan-perusahaan seperti Marlboro, Acer, Nokia, Dell,
Samsung, Marlboro, Mc’Donald dan perusahaan asing lainnya, berhasil
memasuki pasar asing atau diluar negara asal untuk menarik sumber
permintaan baru. Dengan adanya sumber permintaan baru ini, maka
perusahaan yang sukses mengelola erusahaan mereka ini dapat memiliki
sumber pendapatan terbaru diluar negara asal.

2. Memanfaatkan teknologi
Banyak perusahaan-perusahaan asing yang senang mendirikan bisnis baru di
berbagai negara berkembang dengan tingkat pengenalan dan penggunaan
teknologi yang tergolong masih rendah. Contoh perusahaan ini adalah
perusahaan AT&T. Perusahaan ini berhasil mendirikan sistem telekomunikasi
baru di negara-negara berkembang. Karena hal ini, Amazon.com kemudian
dapat memanfaatkan keunggulan teknologi yang dimilikinya dengajn
melakukan ekspansi ke negara-negara berkembang yang memiliki kemajuan
teknologi yang rendah. IBM sendiri juga membuka pabrik di Cina, Samsung
dan Suzuki sendiri membuka pabrik di Indonesia.
3. Menggunakan sumber daya yang murah
Sumber daya yang berupa tenaga kerja ini memiliki tariff dan biaya yang
berbeda-beda di tiap negara. Perbedaan ini terlihat jelas di antara suatu negara
maju dan negara berkembang. Perusahaan yang membangun perusahaan
mereka di negara berkembang, umumnya memiliki biaya tenaga kerja yang
lebih murah. Tenaga kerja ini sendiri lebih sering digunakan ketimbang tenaga
kerja mahal di negara-negara maju. Perusahaan yang melakukan bisnis
internasional ini kemudian akan mendirikan fasilitas produksi di lokasi
dimana biaya tenaga kerja dan tanah murah. Sejumlah perusahaan AS
membangun anak perusahaan di negara-negara yang biaya tenaga kerjanya
murah sepeti Converse memiliki pabrik sepatu di Meksiko, Dell Computer
memproduksi disk drive di Asia, Motorola dan General Electric di Taiwan.
Namun perusahaan kemudian harus berhati-hati dengan penggunaan tenaga
kerja yang murah ini. Hal ini karena besarnya keadaan dan kepekaan
masyarakat sekarang terhadap proses pembuatan barang yang dilakukan.
Contohnya dalam pabrik es krim AICE yang menggunakan tenag akerja
murah dan adanya anggapan akan ketidakadilan upah yang membuat
masyarakat mulai melakukan kampanye mogok makan produk AICE.

4. Melakukan diversifikasi secara internasional


Perusahaan ingin melakukan bisnis internasional, untuk mengurangi risiko
terhadap instabilitas laba yang diraup karena mengandalkan penjualan suatu
jenis produk di negara tertentu. Ketiak sebuah perusahaan hanya melakukan
produksi di satu negara saja, maka keutnungan dan kerugian yang akan
dilalui, hanya bakal dirasakan oleh perusahaan itu saja. Namun apabila
perusahaan ini membuka cabang produksi di negara lain, maka ketika
perekoniman suatu negara melemah dan terdapat kerugian yang dilalui oleh
perusahaan, maka perusahaan tersebut masih dapat terbantu dengan
keuntungan yang dimiliki oleh cabang produksi di negara lain. Contohnya PT.
Indofood yang memiliki beberapa produk, seperti Indomie. Misalnya, merk
Indomie di Indonesia mengalami keuntungan dan di Belanda mengalami
kerugian.

Setelah melihat motif suatu perusahaan dalam menajdi perusahaan


internasional, maka berikut adalah cara-cara yang dilakukan dalam melaksanakan
bisnis internasional:
1. Mengimpor.
Mengimpor merupakan suatu kegiatan pembelian produk atau
jasa asing. Kebanyakan perusahaan internasional mengimpor bahan
baku dari negara lain dnegan harga yang lebih murah dan dengan
kualitas yang sama dengan bahan baku dari negara asalnya. Namun
terdapat berbagai faktor yang mempenaruhi impor di suatu negara.
Pertama, tariff atau pajak yang dikenakan pemerintah terhadap bahan
baku yang diimpor. Kedua, pemerintah melakukan pembatasan kuota
atau jumlah impor dari suatu bahan baku. Banyak perusahaan AS yang
mengimpor bahan baku dari negara lain disebabkan karena harga yang
lebih murah dengan kualitas yang sama dari negera asalnya. Secara
umum, hambatan-hambatan perdagangan ini cenderung menghambat
perdagangan dan melindungi hal tertentu dari persaingan asing.
Contoh lainnya yaitu, Negara Indonesia memerlukan kebutuhan
pangan yang lebih besar, oleh karena itu Indonesia mengimpor beras
dari Pakistan.
2. Mengekspor
Mengekspor merupakan penjualan produk atau jasa ke negara
lain. Banyak perusahaan besar maupun kecil yang sering melakukan
kegiatan ekspor ke negara-negara asing lainnya dari negara asal
mereka. Namun jumlah ekspor ini sendiri cenderung kurang sebanding
dengan barang impor yang dibeli oleh suatau perusahaan asing.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ekspor yaitu:
 Neraca perdagangan (balance of trade)
Tingkat ekspor dikurangi dengan tingkat impor
 Defisit perdagangan (trade deficit):
Jumlah dimana impor melebihi ekspor. Namun ketika sebuah
negara mengalami deficit perdagangan, maka sang pelanggan
kemudian memperoleh manfaat dari produk impor perusahaan luar
yang memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dnegan produk
lokal dalam negeri.
Selain itu, kegiatan eksport dalam negeri sneidir mulai terbantu
dengan adanya fasilitas pemesanan online dengan internet. Dengan hal ini,
para calon importir dapat menerima informasi mengenai barang yang akan
diterima mereka dan dapat melacak pemesanan mereka secara online. Contoh
perusahaan seperti DuPont, Intel, dan Zenith menggunakan ekspor sebagai
alat untuk menjual produknya di pasar-pasar luar negeri. Contoh lainnya
seperti, Indonesia yang mengekspor produk kayu ke Uni Eropa.

3. Investasi asing langsung.


Investasi asing langsung memiliki fungsi sebagai alat untuk
melakukan pembangunan anak perusahaan di suatu negara asing.
Penggunaannya dilakukan untuk mengurangi biaya transportasi,
mengindari hambatan perdagangan, penggunaan tanah gratis dengan
kompensasi perusahaan yang kemudian dapat memperkerjakan para
pekerja lokal, dan mengurangi biaya tenaga kerja yang lebih murah.
Contohnya seperti perusahaan otomotif Suzuki yang berasal dari
Jepang, kemudian melakukan investasi langsung dengan membuka
cabang/anak perusahaan di Indonesia, investasi ini dilakukan dengan
membeli tanah dan membangun gedung dan pabrik di Indonesia untuk
penjualan produk mereka, seperti suku cadang, mobil, motor, dll. Agar
lebih mudah, perusahaan Suzuki mendatangkan bahan-bahan dari
Jepang, sedangkan di Indonesia hanya merakit saja.

4. Outsourcing
Perusahaan internasional yang telah memiliki berbagai cabang
produksi dan anak perusahaan harus mengatur agar sebagian produksi
yang dilakukan di negara-negara asing dilaksankaan dengan
menggunakan tenaga kerja yang lebih murah. Outsourcing ini
kemudian dilakukan perusahaan untuk mengurangi beban terhadap
pengeluaran perusahaan. Perusahaan yang melakukan outsourcing
untuk bersaing dengan perusahaan lain mengandalkan penggunaan
tenaga kerja asing yang lebih murah. Contohnya adalah perusahaan
sepatu olahraga Nike. Nike lebih mengutamakan desain, sedangkan
untuk masalah produksi, Nike menyerahkannya kepada Indonesia atau
China. Hal ini karena biaya tenaga kerja mereka yang lebih murah di
Indonesia dan China ketimbang negara asal Nike.

5. Aliansi strategis
Aliansi strategis merupakan suatu perjanjian bisnis antar
perusahaan dimana sumber daya yang digunakan ini kemudian akan
ditanggung bersama untuk mengejar dan mengurus kepentingan
perusahaan bersama. Jenis-jenis strategic alliance ini adalah:
 Usaha Patungan (joint venture). Joint venture adalah perjanjian antara
dua perusahaan yang sedang menangani suatu proyek tertentu.
Misalnya adalah PT Indofood dengan Nestle membentuk perusahaan
patungan, yaitu PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia.
 Perjanjian lisensi internasional (international licensing agreement).
Perjanjian lisensi ini adalah suatu jenis aliansi dimana suatu
perusahaan memperbolehkan perusahaan asing untuk menghasilkan
produk-produknya sesuai dengan instruksi yang spesifik. Contohnya,
negosiasi lisensi teknologi antara Metro corporation dan Impecina
Construction S.A. dari Peru.

Dalam kondisi gloal ini, tidak bisa apabila hanya dilihat dari satu sudut
pandang saja, namun harus pula melihat keadaan negara yang ingin dimasuki oleh
suatu perusahaan internasional. Setiap negara ini memiliki karakteristik-karakteristik
yang harus dipahami oleh suatu perusahaan agar dapat memahami dampak-dampak
yang mungkin dapat memengaruhi bisnis mereka di negara asing tersebut. Berikut
adalah beberapa karakteristik asing yang dapat memengaruhi bisnis internasional:
1. Budaya.
Budaya yang dimiliki oleh setiap negara sangatlah berbeda, karena perbedaan
ini kemudian memacu para perusahaan luar untuk menyesuaikan selera, adat-
istiadat, dan kebiasaan suatu negara. Contohny adalah perusahaan fast food
seperti Mc’Donald ketika berusaha memasuki pasar di Indonesia. Penyesuaian
yang dilakukan Mc’Donald adalah dengan adanya penjualan paket yang berisi
nasi, ayam, dan softdrink, sedangkan paket yang disediakan oleh Mc’Donald di
negara asalnya hanya menyajikan burger, kentang goring, apple tart, bacon, dan
soft drink. Contoh lain lagi adalah perusahaan Mc’Donald yang memasuki pasar
di India, perusahaan ini menjual burger mereka yang tidak terbuat dari daging
sapi. Hal ini karena sapi sendiri dianggap merupakan hewan sakral dan suci,
sehingga Mc’Donald mengganti penggunaan daging sapi di burger mereka
dengan daging ayam.
2. Sistem ekonomi.
Perusahaan internasional juga harus memahami sistem ekonomi yang
digunakan oleh negara yang ingin dimasukinya. Hal ini karena dari sistem
ekonomi tersebut, perusahaan kemudian dapat mempertimbangkan keputusan
mereka terhadap kebijakan bisnis yang akan dilakukannya. Sistem ekonomi suatu
negara juga bisa dilihat dari seberapa besra campur tangan pemerintah negara
tersebut dalam perekonomiannya. Kebijakan-kebijakan ini dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Kapitalisme (Capitalism)
Contoh negara kapitalisme ini adalah Belanda dan Perancis.
Dalam sistem ekonomi kapitalisme, terdapat tiga ciri khas yang
dapat dilihat, yaitu:
 Kepemilikan pemerintah minimal
 Kebanyakan bisnis dimiliki swasta
 Pemilik memiliki hak untuk bersaing dan beruntung
b. Komunisme (Communism)
Contoh negara komunis ini adalah Vietnam dan Korea Utara.
Dalam sistem ekonomi komunisme, terdapat tiga ciri khas yang
dapat dilihat oleh perusahaan, yaitu:
 Pemerintah memutuskan produk apa yang diproduksi dan
berapa jumlahnya
 Pemerintah menyediakan jasa sebagai Pusat Perencana
 Tidak memfokuskan pada keuntungan atau kepuasan
pelanggan
c. Sosialisme (Socialism)
Contoh negara yang menganut sistem sosialisme adalah Kuba.
Dalam sistem ekonomi sosialisme, terdapat lima ciri khas yang
dapat dilihat oleh perusahaan, yaitu:
 Bercorakkan antara kapitalisme dan komunisme
 Industri dasar dimiliki oleh pemerintah
 Pemilik swasta mengoperasikan beberapa bentuk usaha
 Tarif pajak tinggi dibebankan atas pendapatan
 Pemerintah menawarkan manfaat kepada pemganggur
d. Sistem ekonomi yang terakhir adalah Privatisasi. Privatisasi
merupakan penjualan bisnis yang dimiliki dan diolah oleh
pemerintah kepada para investor swasta. Privatisasi ini kemudian
membuat perusahaan menjadi lebih fokus untuk menyediakan
produk dan/atau jasa yang diinginkan masyarakat karena adanya
dorongan oleh pihak investor swasta untuk memperoleh
keuuntugan sebesar mungkin dan juga memaksa perusahaan untuk
bertindak lebih efisien untuk meminimalisir biaya-biaya yang
keluar.

3. Kondisi ekonomi.
Kondisi ekonomi suatu negara merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
kinerja suatu perusahaan di negara itu sendiri. Suatu perusahaan harus bisa
memprediksi kondisi ekonomi suatu negara. Hal ini karena kondisi ekonomi ini
dapat dilihat untuk memprediksi permintaan akan produk hasil perusahaan. Jadi
apabila perusahaan tersebut dapat memprediksi dengan betul kondisi ekonomi
negara, maka ia dapat meraup keuntungan yang besar dan meminimalisir kerugian
yang mungkin terjadi. Kondisi ekonomi yang harus diperhatikan oleh perusahaan
adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Ekonomi
Dalam mempertimbangkan keputusan perusahaan untuk
melakukan ekspansi, terdapat salah satu faktor utama yang penting,
yaitu pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di suatu negara
ini dapat mempengaruhi perusahaan. Hal ini karena dari pertumbuhan
ekonomi suatu negara, dapat diprediksi potensi akan permintaan-
permintaan produk-produk perusahaan.
b. Sensitivitas terhadap Kondisi Ekonomi Luar Negeri
Perusahaan yang melakukan ekspansi ini harus memiliki
tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap kondisi ekonomi di luar
negara asalnya. Hal ini karena kondisi ekonomi suatu perusahaan
dapat mengalami fluaktuasi yang kemudian dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan dan tingkat permintaan pada negeri tersebut.

4. Nilai tukar
Mata uang yang bervariasi dan berbeda di tiap negara, dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan yang diperoleh oleh sebuah perusahaan internasional/ hal ini
terjadi karena selalu terjadi fluktuasi terhadap nilai mata uang tersebut. fluktuasi
ini sendiri dapat terjadi setiap hari. Fuktuasi yang terjadi ini kemudian
mempengaruhi harga aktual yang dibayarkan oleh pelanggan asing terhadap
pembelian suatu produk dan/atau jasa yang disediakan oleh perusahaan.
Akibatnya, pendapatan yang diterima oleh perusahaan kemudian akan
mengalami perubahan-perubahan tingkat pendapatan hanya akibat dari fluktuasi
ini. Nilai tukar ini juga kemudian dapat mempengaruhi persaingan asing antar
perusahaan internasional dalam negara tersebut.

5. Resiko politik dan undang-undang


Politik dan kebijakan seperti undang-undang dalam suatu negara asing ini
dapat mempengaruhi suatu perusahaan dan jalannya bisnis tersebut. Contohnya
adalah ketika terjadinya konflik antara dua negara seperti AS dengan Irak.
Perang ini mengakibatkan terjadinya protes anti-amerika di Irak. Dari protes anti-
amerika ini, pemerintah Irak kemudian membuat berbagai kebijakan-kebijakan
baru seperti pemberian pajak lebih atau pengambil alihan anak perusahaan AS di
Irak.

Selain kondisi perekonomian negara asing, suatu perusahaan internasional


harus memahami slaah satu poin diatas dengan lebih seksama, yaitu nilai tukar. Nilai
tukar ini memiliki dampak yang kuat terhadapa tingkat pendapatan yang dpat
diperoleh oleh perusahaan internasional di negara asing. Nilai tukar ini memiliki
dampat dlam transaski intenasional karena mengahruskan terjadinya pertukaran suatu
mata uang dengan mata uang lainnya. Beberapa dampak pertukaran nilai mata
uang adalah sebagai berikut:
a. Dampak dari Dollar yang lemah terhadap importir AS
Dollar yang lemah ini mengartikan terjadinya apresiasi
terhadap mata uang yang lainnya. apresiasi ini merupakan penguatan
terhadap nilai mata uang. Dengan terjadinya pelemahan dollar dan
apresiasi ini, maka biaya-biaya yang perlu dikeluarkan oleh
perusahaan internasional dari AS akan naik atau meningkat dari biaya
yang dikeluarkan sebelum dollar melemah.

b. Dampak dari Dollar yang kuat terhadap importir AS


Berbeda dari dollar yang melemah, dollar yang kuat akan
menimbulkan terjadinya depresiasi mata uang asing. Depresiasi ini
merupakan kelemahan dalam nilai mata uang. Dengan terjadinya
penguatan dollar dan depresiaisi mata uang asing dalam negara asing,
maka perusahaan internasional asal AS justru akan mengalami
keuntungan. Hal ini karena dollar yang perlu dikeluarkan oleh AS ini
akan menajdi lebih sedikit ketimbang sebelum terjadinya penguatan
dollar
c. Dampak dari Dollar yang lemah terhadap eksportir AS
Ketika nilai mata uang asing mengalami apresiasi teradap mata
dollar, maka dollar kemudian akan menjadi lemah. Pelemahan ini
mengakibatkan harga produk milik perusahaan internasional milik AS
berkurang dan seperti dalam hukum permintaan, kemudian kana
mengakibatkan permintaan barang di negara asing tersebut meningkat.
Akibat dari peningkatan ini kemudian adalah bertambahnya revenue
dan profit dari para eksportir.

d. Dampak dari Dollar yang kuat terhadap eksportir AS


Dollar yang kuat ini terjadi karena depresiasi mata uang asing.
Akibatnya, harga produk hasil produksi perusahaan internasional dari
AS ini akan meningkat sehingga permintaan akan barang ini kemudian
menurun. Menurunya jumlah permintaan ini kemudian memiliki
dampak negatif terhadap revenue dan profit milik eksportir.

e. Lindung nilai terhadap pergerakan nilai tukar


Lindung nilai atau hedging adalah tindakan yang diambil untuk
melindungi suatu perusahaan terhadap pergerakan nilai tukar seperti
fluktuasi. Lindung nilai ini dilakukan terhadap pembayaran masa
depan yang mungkin terjadi dan penerimaan masa depan yang
mungkin terjadi, dimana kedua hal ini terjadi dalam mata uang asing.
Lindung nilai ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
 Meminta kontrak berjangka pada nilai tukar yang ditentukan di
masa mendatang. Kontrak ini disebut forward contract atau
kontrak berjangka.
 Melakukan nilai tukar berjangka (forward rate). Forward rate
ini adalah suku bunga yang berlaku untuk transaksi keuangan
yang akan terjadi di masa depan. Dengan melakukan
persetujuan ini, perusahaan kemudian dapat mengurangi risiko
yang akan dialaminya karena mengetahui sebelumnya nilai
tukar yang akan terjadi. Perusahaan juga dapat mencegah
kerugian-kerugian yang mungkin terjadi akibat adanya
fluktuasi nilai tukar.

f. Bagaimana nilai tukar memengaruhi persaingan asing


Selain mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh, adanya
fluktuasi nilai tukar ini dapat mempengaruhi persaingan asing yang terjadi
antar perusahaan. Berikut adalah contoh scenario yang mungkin terjadi
apabila:
 Euro Paris terapresiasi terhadap dollar AS.
Toko retail baju di AS dapat membeli baju dari perusahaan di
Paris dan dari perusahaan di AS. Karena dollar sedang lemah akibat
apresiasi euro, maka toko retail ini akan lebih memilih untuk membeli
baju dari perusahaan AS akibat harganya yang lebih murah. Hal ini
kemudian menyebabkan terjadinya kenaikan permintaan dari
konsumer (penurunan permintaan baju dari perusahaan di Paris)
 Euro Paris terdepresiasi terhadap dollar AS
Toko retail baju di AS akan memilih untuk membeli baju dari
perusahaan di Paris karena nilai tukar euro yang sedang lemah dank
arena nilai dollar yang sedang menguat. Hal ini kemudian
menyebabkan terjadinya kenaikan permintaan dari konsumer akan
baju dari perusahaan Paris (dan berkurangnya permintaan baju dari
perusahaan di AS)

Anda mungkin juga menyukai