Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ETIKA PROFESI KEPENDIDIKAN

TENTANG

“SERTIFIKASI GURU”

OLEH :

KELOMPOK 12

SHOLLA IHSANI IRVA : 1830105053

DOSEN PENGAMPU :

DIYYAN MARNELI,M.Pd

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “SERTIFIKASI
GURU”. Dalam memenuhi tugas pada mata kuliah etika profesi kependidikan.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah “SERTIFIKASI GURU” ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia dalam UUD 1945 terselit kata-kata yang memiliki
kandungan makna sebagai konstitusional negara ini dalam menjalankan pendidikan yakni
"ikut mencerdaskan kehidupan bangsa", namun ironisnya, kenyataan wajah pendidikan di
Indonesia mengalami banyak ketimpangan. Perhatian pemerintah dan masyarakat
terhadap dunia pendidikanmasih sangat kurang. Sebelum membahas tentang bagaimana
profesi guru di Indonesia, perlu kita maknai sebenarnya guru apakah sebuah Profesi (job)
atau hanya sebagai panggilan. Hal ini terjadi karena banyaknya guru-guru kita yang
menganggap profesi guru sebagai job atau karena tidak banyak guru yang bisa diguguh
dan ditiru seperti pribahasa cerminan guru yang sebelum ini dikenal. Yang pasti terjadi
adalah mulai terkikisnya nilai-nilai sosok guru yang diharapkan dalam masyarakat kita.
Melihat kenyataan negara Indonesia hari ini, bukan menjadi rahasia lagi bahwa
salah satu indikator rendahnya kemauan pemerinah terhadap pendidikan dapat dilihat dari
mulai terpuruknya profesi guru di Indonesia. Profesi guru di Indonesia yang dulu sangat
terhormat dan ditinggikan tetapi sekaligus dicampakan. Hal ini tentunya menjadi
ancaman bagi dunia pendidikan Indonesia untuk dapat hidup dan bersaing dalam
tantangan kehidupan era globalisasi. Sebagai penghargaan atas guru yang telah berhasil
mencerdaskan kehidupan bangsa diberikan penghargaan berupa sertifikikasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut dibuatlah makalah tentang sertifikasi guru.

B. Rumusan Masalah
1. Menguraikan pengertian sertifikasi guru
2. Menguraikan tujuan sertifikasi guru
3. Menguraikan proses sertifikasi guru
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian sertifikasi guru

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang


Guru Dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional..
“Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
memenuhi standar profesi guru”( Suprihatiningrum,2014 : 25).

Sertifikasi guru merupakan amanat undang-undang republik Indonesia nomor 20


tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat berbentuk
ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan
ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium. Namun, sertifikat
kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus
uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau
lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007 : 39).

Untuk memahami sertifikasi guru (Muslich, 2007: 2) mengutip beberapa pasal


dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan
Dosen yaitu:

1. Pasal 1 butir 11: Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan
dosen.
2. Pasal 8: guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
3. Pasal 11 butir 1: Sertifikat pendidik sebagaimana dalam Pasal 8 diberikan kepada
guru yang telah memenuhi persyaratan.
4. Pasal 16: guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi
sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sertifikasi guru adalah proses
pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan
tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.

B. Tujuan sertifikasi guru

Undang-undang guru dan dosen (uugd) menyatakan bahwa sertifikasi


sebagai bagian dari peningkatan mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya. di
samping itu, guru yang memiliki sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif
yang berupa tunjangan profesi. Besar insentif tunjangan profesi yang dijanjikan
oleh uud adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya. Dengan
adanya peningkatan kesejahteraan guru diharapkan akan terjadi peningkatan mutu
pendidikan nasional dari segi proses yang berupa layanan dan hasil yang berupa
luaran pendidikan. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan secara eksplisit mengisyaratkan adanya standarisasi isi,
proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan dalam mencapai
tujuan pendidikan nasional (Litiana, liana, 2006 : vol 1 no 3).
“Sertifikasi bertujuan untuk” :
1. Mencetak calon pendidik qualified dalam melaksanakan tugas pokok
fungsi pendidik untuk meningkatkan kualitas sekolah.
2. Menentukan tingkat kelayakan pendidik dalam menyelenggarakan
layanan pendidikan.
3. Memperoleh gambaran tentang kompetensi pendidik yang dapat
digunakan sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan
kualitas pendidikan.
Dengan adanya sertifikasi pendidik, diharapkan kompetensi guru sebagai
pengajar akan meningkat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan
kompetensi guru yang memenuhi standar minimal dan kesejahteraan yang
memadai diharapkan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran dapat
meningkat. Oleh karena itu, diharapkan akan terjadinya peningkatan hasil belajar
siswa.
Sebagaimana lazim dipahami di kalangan pendidikan guru, “sosok utuh”
kompetensi profesional guru terdiri atas kemampuan:
1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani;
2. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran
3. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, yang mencakup perancangan
program pembelajaran berdasarkan serangkaian keputusan situasional,
implementasi program pembelajaran
4. Mengembangkan kemampuan professional secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, “rujukan dasar” yang digunakan dalam penyelenggaraan
sertifikasi guru adalah sosok utuh kompetensi professional guru tersebut.
Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan
mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi guru bagus yang diikuti
dengan penghasilan bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya
bagus, maka kegiatan belajar-mengajar pun menjadi bagus. Kegiatan belajar-
mengajar yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang bermutu.
Pemikiran itulah yang mendasari bahwa guru perlu disertifikasi.
“Manfaat sertifikasi antara lain sebagai berikut” :
1. Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten
sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.
2. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan
professional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan
penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.
3. Menjadi wahana penjamin mutu bagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(lptk) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai
kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan.
4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan
eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku
( Herawati, 2009 : 73).
C. Proses sertifikasi guru

1. Pemberian Sertifikat Pendidik secara Langsung (Pola PSPL).


Sertifikasi guru pola PSPL didahului dengan verifikasi dokumen. Peserta
sertifikasi guru pola PSPL sebagai berikut:
a. Guru yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan
tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan
dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang diampunya dengan
golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif
setara dengan golongan IV/b.
b. Guru kelas yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari
perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi
yang relevan dengan tugas yang diampunya dengan golongan paling rendah
IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan
IV/b.
c. Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang sudah memiliki kualifikasi
akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang
kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan tugas bimbingan dan
konseling dengan golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka
kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b.
d. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas pada satuan pendidikan yang
sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi
terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan
dengan tugas kepengawasan dengan golongan paling rendah IV/b atau yang
memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b; atau.
e. Guru yang sudah mempunyai golongan paling rendah IV/c, atau yang
memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c (melalui in
passing) (Herawati, 2009 : 78)
2. Penilaian Portofolio (Pola PF) .
Sertifikasi guru pola PF dilakukan melalui penilaian dan verifikasi terhadap
kumpulan berkas yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian
portofolio mencakup: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3)
pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian
dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8)
keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan
dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Peserta Sertifikasi pola Portofolio adalah guru dan guru yang diangkat dalam
jabatan pengawas satuan pendidikan yang telah memenuhi persyaratan akademik dan
administrasi serta memiliki prestasi dan kesiapan diri. Sementara itu, bagi guru yang
telah memenuhi persyaratan akademik dan administrasi namun tidak memiliki
kesiapan diri untuk mengikuti sertifikasi melalui pola PF, dibolehkan mengikuti
sertifikasi pola PLPG setelah lulus Uji Kompetensi Awal (UKA) (Herawati, 2009 :
80).
3. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) merupakan pola sertifikasi dalam
bentuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Rayon LPTK untuk memfasilitasi
terpenuhinya standar kompetensi guru peserta sertifikasi. Beban belajar PLPG
sebanyak 90 jam pembelajaran selama 10 hari dan dilaksanakan dalam bentuk
perkuliahan dan workshop menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Perkuliahan dilaksanakan untuk
penguatan materi bidang studi, model-model pembelajaran, dan karya ilmiah.
Workshop dilaksanakan untuk mengembangkan, mengemas perangkat
pembelajaran dan penulisan karya ilmiah. Pada akhir PLPG dilaksanakan uji
kompetensi. Peserta sertifikasi pola PLPG adalah guru yang bertugas sebagai guru
kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor, serta guru
yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memilih: (1)
sertifikasi pola PLPG, (2) pola PF yang berstatus tidak mencapai passing grade
penilaian portofolio atau tidak lulus verifikasi portofolio (TLVPF), dan (3) PSPL
tetapi berstatus tidak memenuhi persyaratan (TMP) yang lulus UKA (Herawati,
2009 : 80-81).
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.
Guru profesional adalah guru yang memiliki komponen tertentu sesuai dengan
persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan. Sedangkan Profesionalisme guru adalah
kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar
meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran.
Banyak tantangan yang dihadapi guru dalam kaitan dengan pengembangan
keprofesian berkelanjutan. Namun demikian, banyak pula peluang yang dapat diciptakan
atau diraih guru untuk mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan.

B. Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat membantu pembaca dalam memahami
materi sertifikasi guru, namun penulis menyarankan agar pembaca menggunakan banyak
referensi dalam memahami materi itu agar tidak hanya terfokus pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Herawati, Susi. 2009. Etika Dan Profesi Keguruan. Batusangkar : STAIN Batusangkar

Litianan, liana. 2006. Peran sertifikasi guru dalam meningkatkan profesionalisme pendidik.
Jurnal Pendidikan. Vol 1 no 3

Muslich, Mansur. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: Bumi
Akasara

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suprihatiningrum, jamil. 2014. Guru Profesional. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai