Kelompok 1:
BAB 1
PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
BAB II
Pembahasan……………………………………………………………..………………..8
A. Latar Belakang
1. Teori Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow
Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi
secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis
maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang
penting, bermanfaat atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan
kehidupan itu sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis
menguraikan kebutuhan manusia dan membahasnya dari berbagai
segi. Orang pertama yang menguraikan kebutuhan manusia adalah
Aristoteles. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog
dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia
yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki kebutuhan dasar manusia
Maslow (Wolf, Lu Verne, dkk, 1984). Hierakhi tersebut meliputi 5
kategori kebutuhan dasar, yakni :
a. Kebutuhan fisiologis dan biologis
Kebutuhan Fisiologi memiliki prioritas tertinggi dalam hierakhi
Maslow. Umumnya, seorang yang memiliki beberapa kebutuhan
yang belum terpenuhi akan lebih dahulu memenuhi kebutuhan
fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang lain. Kebutuhan
fisiologis seperti yang dikembangkan oleh Khalish, 1973 yaitu:
1) Oksigen dan pertukaran gas
2) Cairan dan elektrolit
3) Nutrisi dan makanan
4) Elemenasi urine dan alvi
5) Istirahat atau tidur
6) Menghindari diri dari rasa nyeri
7) Regulasi suhu badan
8) Kebersihan diri
9) Rangsangan
10) Seksual
11) Melaksanakan aktivitas atau kegiatan
12) Eksplorasi dan manipulasi
Contoh:
“Apabila ada pasien yang mengeluhkan sesak nafas yang
dikarenakan obesitas dan mempunyai riwayat asma yang
memerlukan bantuan oksigen. Tindakan kita sebagai perawat
memberikan oksigen dengan cara memasangkan nebulizer dan
berkoloborasi dengan dokter terkait obat yang akan diberikan”
b. Rasa aman dan keselamatan
Kondisi yang membuat seseorang merasa aman dan
berkaitan dengan suatu kehidupan yang bebas dari segala bahaya
dan ancaman. Jenis kebutuhan rasa aman dikembangkan oleh
khalish (1973) yaitu:
1) bebas dari bahaya yang di sebabkan oleh penyakit
2) bebas dari rasa takut
3) bebas dari bahan-bahan kimia
4) bebas dari bahaya yang mengancam tubuh
5) bebas dari ancaman psikologis
6) bebas dari bahaya yang di sebabkan oleh suhu.
Contoh:
“Apabila ada pasien yang menderita penyakit yang sulit
disembuhkan seperti kanker dan si pasien ketakutan untuk
melakukan kemo maka kita sebagai perawat harus bisa
menjelaskan penyakit tersebut dan menenangkan pasien dengan
memberi motivasi dan semangat untuk melawan penyakit yang di
alami pasien.
c. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Yaitu kebutuhan untuk memberikan dan menerima rasa cinta
sayang dan memiliki. Rasa saling memiliki menciptakan rasa
kebersamaan, kesatuan, kesepakatan dan dukungan untuk
merasa berdaya dan sukses.
Jenis kebutuhan yang dikembangkan khalish (1973):
1) Memberikan dan menerima cinta dan kasih sayang.
2) Membutuhkan teman hidup dan bergaul.
3) Membutuhkan hubungan interpersonal/ restu dari orang tua.
4) Membutuhkan perlakuan yang halus/ hubungan yang hangat.
5) Membutuhkan kebersamaan/persahabatan/keakraban.
6) Membutuhkan pergaulan yang bersatu dengan yang dicintai.
Contoh:
“Apabila ada pasien anak-anak yang rewel dan nakal kita sebagai
perawat harus tetap bersikap lemah lembut seperti orang tua
mereka sendiri”
d. Penghargaan dan harga diri
Kondisi membuat orang merasa puas akan dirinya, bangga
dan merasa dihargai. Jenis kebutuhan yang dikembangkan khalish
(1973):
1) Menghargai diri sendiri
2) Menghargai orang lain
3) Dihargai oleh orang lain/ berguna
4) Kebebasan yang mandiri/ terampil
Contoh:
“Apabila kita berhadapan dengan pasien sikap kita sebagai
perawat sebaiknya selalu memberikan pujian dan berterimakasih
kepada pasien serta meminta ijin saat kita melakukan tindakan
dan menjaga privasi pasien”
e. Aktualisasi diri
Kebutuhan untuk melakukan sesuatu dengan bakatnya.
Maslow beranggapan bahwa setiap orang akan selalu berusaha
mengembangkan dirinya semaksimal mungkin. Jenis kebutuhan
seperti yang dikembangkan oleh khalish (1973):
1) Kebutuhan pengenalan diri sendiri / peningkatan proses
belajar
2) Kebutuhan penerimaan diri sendiri/ kemampuan mengatasi
masalah
3) Kebutuhan kenyataan diri sendiri/ sadar akan potensinya .
4) Kebutuhan Interpersonal yang mendalam
5) Kebutuhan pemenuhan diri sendiri/ lebih menyukai hal hal
yang kompleks dari pada ynag sederhana
6) Kebutuhan akan presepsi yang sehat dan realistis
7) Kebutuhan pekembangan diri secara maksimum / ekspesi diri/
peningkatan kreativitas.
Contoh:
“ Apabila ada pasien yang bercerita kepada kita tentang masalah
pribadinya maka kita sebagai perawat harus memberikan
kebebasan kepada pasien untuk menceritakan masalah pribadinya
dan berpendapat tentang penyakitnya “
2. Faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan dasar manusia:
a. Penyakit: saat seseorang dalam kondisi sakit ia tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
b. Hubungan yang berarti: keluarga dapat membantu klien menyadari
kebutuhannya dengan cara yang sehat untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
c. Konsep diri: mempengaruhi kemampuan individu untuk memenuhi
kebutuhannya. Selain itu, juga mempengaruhi kesadaran individu
untuk mengetahui apakah kebutuhan dasarnya terpenuhi atau
tidak.
d. Tahap perkembangan: bertambahnya kemampuan dalam hal
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
e. Struktur keluarga: dapat mempengaruhi cara klien memuaskan
kebutuhannya.
Gambar 1.1
Sumber: https://jurnalmanajemen.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/
3. Revisi Teori Maslow
Kebaikannya:
a. Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia itu
jamak (materil dan non ateril) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.
b. Manajer mengetahui seseorang berperilaku atau bekerja adalah
untuk dapat memenuhi kebutuhan –kebutuhan ( materil dan non
materil) yang akan memberikan kepuasan baginya.
c. Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau
sosial ekonominya. Seseorang yang berkedudukan rendah (sosial
ekonominya lemah) cenderung dimotivasi oleh materil sedangkan
orang yang berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh non
materil.
d. Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling
sesuai untuk merangsang semangat bekerja bawahannya.
Kelemahannya:
a. Menurut teori ini kebutuhan manusia itu adalah bertingkat-tingkat
atau hierakhi, tetapi dalam kenyataannya manusia
menginginkannya tercapai sekaligus dan kebutuhan manusia itu
merupakan siklus, seperti lapar-akan-lapar lagi makan lagi dan
seterusnya.
b. Walaupun teori ini sangat populer tetapi belum pernah dicoba
kebenarannya, karena Maslow mengembangkannya hanya atas
dasar pengamatan saja.
B. Rumusan masalah
1. apa itu modernitas?
2. apa dampak modernitas terhadap kebutuhan dasar manusia?
3. apakah agama islam dapat menjadi penyaring efek negative dari
moderenitas?
4. bagaimana membuat masyarakat dapat memahami tindakan
keperawatan tidaklah melanggar nilai dan norma religious yang dipercaya
oleh masyarakat?
C. Tujuan
1.mengetahui dampak modernitas dalam kebutuhan dasar manusia.
2.memahami agama islam sebagai penyaring efek negativ dari
mordenitas.
3.memahami kebutuhan dasar manusia dalam system tradisional.
4.memahami tindakan keperawatan,agar tidak melanggar nilai dan norma
religius yg dianut masyarakat.
D. Manfaat
1. Modernitas
Modernitas merupakan globalisasi yang melekat pada fenomena konsekuensi-
konsekuensi yang berkombinasi dengan sirkularitas karakter refleksinya dalam
membentuk kejadian-kejadian resikio dan bahaya yang mengukuhkan karakter alur
hidup. Tendensi-tendensi globalisasi modernitas secara simultan merupakan
modernitas dan intensitas yang dapat menghubungkan individu-individu pada
sistem berkala besar sebagai bagian dialektika kompleks perubahan pilar-pilar
lokal dan global. Modernitas terorientasi sebagai masa depan yang memiliki
bentuk counter faktual, sementara postmodern mungkin berupa tiga kumpulan
faktor, pertama menunjuk pada penggarisbawahan alam dianmis modernitas, jika
institusi modern suatu saat transidentalkan maka ia akan turut berubah secara
fundamental.
Jadi sebutan “modern” karena adanya sebutan “tradisional” atau sebutan
“global” karena adanya sebutan “lokal”. Personalnya, memungkinkan ada fase
kehidupan diantara “lokal” dan “global”, ataukah diantara “tradisional” dan
“modern”? untuk itu dalam kesimpulan penulis, bahwa negara yang sangat
mempunyai kepentingan dan andil dalam menentukan arah masa depan modern
ini, atau orang pada dewasa ini lebih cenderung mempertahankan tradisi atau lokal
yang masih dianggap memberi keuntungan melalui pemeliharaan dan pelestarian
tradisi atau global, disamping juga menerima globalisasi dan modernitas sebagai
keseimbangan antara perkembangan dinamika sosial(postmodernitas).
Dampang negatif
a. Menyalahgunakan media teknologi untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
b. Tumbuhnya praktek-peraktek curang dan terlarang dalam dunia kerja seperti
korupsi, kolusi dan nepotisme.
c. Pengaruh Sekularisasi, yaitu proses pemisahansecara total antara institusi-
institusi dan simbol-simbol politis dari initusi-institusi dan simbol-simbol religius.
Agama dan negara berjalan berdasarkan relnya masing-masing, sehingga
berbagai kebijakan negara tidak didasarkan pada norma-norma agama,
tetapididasarkan kepada hal non-religius, seperti etika dan pragmatisme politik.
d. Pengaruh pluralisme, yaitu sebuah pandangan yang ada di dalam kebudayaan
untukmemunculkan sikap-sikap yang menerima keragaman orientasi-orientasi nilai
di dalam masyarakat modern. Katika masyarakat mengalami modernisasi, maka
mereka akan mengalami pluralisme dalam berbagai bidang.
e. Akibat liberalisme.
b. Pada waktu yang sama, muncul pula golongan umat Islam yang cenderung
menerima sesuatu yang datang dari Barat dan Timur tanpa reserve.Golongan ini
membanggakan sesuatu yang baru yang datang dari kedua belah pihak, dan
mengecam orang-orang yang menolaknya dengan mengklaim kelompok yang
bodoh, terbelakang, dan konservatif. Menurut pandangan ini, segala sesuatu yang
datang dari negara-negara yang maju merupakan faktor yang menjami
terselenggaranya kemanjuan dan perkembangan Islam Kelompok ini memandang
bahwa konsepsi tradisional memiliki banyak kelemahan dalam menghadapi
modernisasi yang saat ini sedang berlangsung.
c. Idealnya, umat Islam tidak tergesa-gesa untuk menolak maupun menerimanya
dengan penuh keyakinan. Umat Islam yang dibekali dengan akal oleh Allah,
seharusnya bersikap kritis dan terhadap sesuatu yang baru dari berbagai
aspeknya, terutama dari pandangan Islam sendiri. Baru setelah itubisa
menentukan sikap menerima atau menolak. Dalam hal ini Islam tidak perlu
khawatir dengan datangnya budaya modern, karena Islam adalah agama dan yang
baru bukanlah agama, melainkan hanya sebuah pemikiran dan aliran. Maka umat
Islam harus bersikap adakalanya menerima dan adakalanya menolak hal-hal baru
tersebut.35 Dalam pandangan kelompok ini, budaya modern dimodifikasi agar
tidak bertentangan dengan hal-hal yang dianggap prinsip dalam Islam. Barat tidak
dianggap secara otomatis dianggap sebagai musuh bebuyutan yang harus dijauhi
dan bahkan diperangi. Barat juga tidak secara otomatis dianggap sebagai role
model yang segala sesuatunya harus ditiru oleh umat Islam sendiri. Bagi kelompok
ini Barat memiliki unsur kebaikan, sehingga tidak keberatan untuk menerimanya
tanpa harus mengorbankan agamanya.
Jika melihat dari kasus di atas, dapat saya katakan bahwa kedua perawat
tersebut telah melakukan pelanggaran etik dan moral dalam keperawatan.
Sebelum saya lebih lanjut membahas mengenai pelanggaran tersebut, saya akan
membahas terlebih dahulu mengenai etik dan moral dalam keperawatan itu
sendiri. Etik memiliki beberapa pengertian, di antaranya yaitu metode penyelidikan
yang membantu orang memahami moralitas perilaku manusia (ilmu yang
mempelajari moralitas), praktik atau keyakinan kelompok tertentu (misalnya etika
kedokteran dan etika keperawatan), standar perilaku moral yang diharapkan dari
kelompok tertentu sesuai yang diuraikan dalam kode etik profesi resmi kelompok
tersebut (Berman et al.,2012). Kode etik yaitu dokumen tertulis yang
menggunakan prinsip-prinsip perilaku yang digunakan dalam membuat berbagai
keputusan (Rue & Byars, 2006). Tujuan dari kode etik profesi keperawatan adalah
meningkatkan praktik keperawatan dengan moral dan kualitas dan
menggambarkan tanggung jawab, akuntabilitas serta mempersiapkan petunjuk
bagi anggotanya (Berman et al.,2012). Kode etik keperawatan di Indonesia
disusun oleh PPNI yang membahas mengenai:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan dasar manusia merupakan suatu kebutuhan yang wajib dipenuhi
agar menjadi sejahtera. Dalam islam memandang, bahwa kebutuhan dasar
manusia adalah hal yang mutlak atau wajib untuk dijalani, nilai keislaman menjadi
salah satu yang dominan dalam kebutuhan dasar manusia pada abad ini.
Modernitas dan kultur juga berperan penting pada kebutuhan dasar
manusia, bahkan modernitas mampu menciptakan tantangan baru di setiap
identitas manusia. Yang kemudian berimplikasi dan merubah sistem kultur yang
sudah ada. Maka ada kalanya mereka rentan terhadap penyakit jiwa. Tetapi
dengan didampingi keislaman diharapkan bisa untuk mengurangi efek negatif yang
di timbulkan modernitas ataupun kultur pada penerapan kebutuhan dasar manusia.
Dengan adanya pemahaman tentang agama pada perawat akan membantu
tindakan keperawatan agar tidak melanggar nilai, norma religius, harkat dan
martabat manusia.
B. Saran
1. Setidaknya sebagai seorang perawat harus mampu memahami tentang norma
agama yang dianut, agar dalam tindakan asuhan keperawatan di bidang
kebutuhan dasar manusia tidak melanggar nilai dan norma religius.
2. Sebagai seorang perawat harus bisa memilah-milah dampak negatif dan positif
dari modernitas agar tidak berbenturan dengan kultur. Supaya kebutuhan
dasar manusia dapat terpenuhi dengan baik.
Daftar Pustaka
Sada, HJ. 2017. Kebutuhan Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam. Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8, 213-226
Sari, E., Dwiarti, R. 2018. Pendekatan Herarki Abraham maslow pada Prestasi
Kerja Karyawan PT.Madubaru(PG Madukismo)Yogyakarta. Jurnal Prilaku dan
Strategi Bisnis, 6(1), 58-77