Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

CA CERVIKS DAN ANEMIA


di RUANG 9 RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun oleh :
Muhammad suriadi isnaini
019.02.1957

PEROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES) MATARAM
MATARAM
2020
A. PENGERTIAN
Kanker merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel
epitelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis. (Dorland, 1998: 185).
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada
seluruh lapisan epitel pada daerah serviks uteri. (Wilson and Price, 1995:
1137).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal di sekitarnya. (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah kehamilan dan partus.
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
4. Infeksi virus.
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
5. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah
umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

C. PATOFISIOLOGI
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan
endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan
oleh Sambungan Squamosa Kolumner (SSK) / Squamosa Columner Junction
(SCJ)
Pada awalnya metaplasia (proses pergantian epitel kolumner dan
squamosa) berlangsung fisiologis. Namun dengan adanya mutagen dari agen
yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma, virus herpes
simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi displasia.
Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi untuk
menjadi ganas.
Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan
prakanker yaitu displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi
dimulai di daerah Squamosa Columner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput
lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan
tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio
yang erosive (metaplasia squamosa) yang fisiologik atau patologik.
Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:
1. Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang
luas.
Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN). CIN
ada tiga tingkatan yaitu:
a. CIN I : displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga, perubahan
sitoplasmik terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.
b. CIN II : displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang lebih
rendah dan pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas
sel epitel ketiga.
c. CIN III : displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada semua
lapis sel epitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu.
D. PATHWAYS

hygiene (-) sos-ek rendah hub. sexual jumlah partus


laki-laki perempuan nutrisi kurang usia dini, frekuensi sering

tdk circumcici smegma imunitas (-) perubahan sel cervix


infeksi virus

Papiloma Herpes simplek Kandioma

invasiv ke sel saraf Radang


Perubahan porsio

Perubahan Cervix

Ca. Cervix

Terapi Pembesaran Metastase Krisis situasi


massa
Radiologi Histerektomi Kemoterapi Penipisan Supresi Paru ginjal pelvic
sel saraf
Efek radioterapi Gastro Alopesia Peningkatan Cemas
Pem.darah nyeri tekanan intra
intestinal
terbuka abdomen
Integrumen
Peristaltic Gangguan Perdarahan Gangguan
usus body image rasa Nusea /
Puritus Vomitus
Syok nyaman :
Gangguan Diare Anemia hipovolemik nyeri
integritas Penurunan Penurunan Gangguan
kulit suplay O2 imunitas pemenuhan
kebutuhan
nutrisi: kurang
Intoleransi aktivitas Resti
dari kebutuhan
infeksi
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala stadium awal Ca. Serviks jarang terdeteksi. Pada tahap
lanjut, tanda dan gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah:
1. Perdarahan spontan
2. Perdarahan saat defekasi keluhan
3. Perdarahan berbau busuk yang khas
4. Nyeri diatas pubis dan sekitar panggul
5. Perdarahan yang dialami segera setelah coitus.
6. Keputihan yang purulen, berbau.
7. Anemia.
8. Cepat lelah.
9. Kehilangan berat badan.

F. KLASIFIKASI
Klasifikasi yang digunakan sekarang adalah yang dianjurkan oleh IFGO
(International Federation of Obstetrics and Ginecology)
Tingkat 0 : carcinoma in situ.
Selaput basal masih utuh : disebut juga carcinoma ekstra epitel.
Tingkat 1 : carcinoma terbatas pada cervix.
Tingkat 1a : carcinoma micro invasive.
Proses telah menembus selaput basal tapi tidak lebih dari 3 mm.
Dari selaput tersebut dan tidak banyak tempat (papil invasive tak
banyak) dan tidak terdapat sel ganas di pembuluh darah / limfe
Tingkat 1b : Proses masih terbatas pada portio tapi suhdah terjadi sel tumor
ganas yang lebih jauh dari 1a.
Tingkat 1b : proses tidak nyata secara klinis tapi secara histopalogic sudah
terjadi invasi sel tumor ganas.
Tingkat 2 : Ca. Menyebar ke 2/3 bagian atas vagina dan pada uterus
Tingkat 2a : Proses sedah menyebar ke vagina dalam batas 2/3 proximal
sedangkan parametrium masih bebas dari proses.
Tingkat 2b : Proses sudah meluas sampai parametrium tapi belum masuk
dinding panggul.
Tngkat 3 : Ca. telah menyebar ke dinding pervic1/3 bagian bawah vagina
Tingkat 3a : proses sudah meluas 1/3 distal vagina proses parametria tidak
meluas mencapai dinding panggul
Tingkat 3b : proses sudah mencapai dinding pada panggul dan tidak terdapat
daerah terbebas antara portio dan proses pada dinding panggul
tersebut.
Tingkat 4 : Ca. telah menyebar ke organ lain.
Tingkat 4a : proses telah mencapai mukosa rectum dan atau vu / sudah
keluar dari panggul kecil, metastasis juga belum terjadi
Tingkat 4b : terjadi metastasis jauh.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sitologi / Pap Smear.
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest.
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
3. Koloskopi.
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak
terlihat.
4. Kolpomikroskopi.
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi.
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

H. TERAPI
1. Irradiasi.
 Dapat dipakai untuk semua stadium.
 Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk.
 Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
Dosis :
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks.
Komplikasi Irradiasi :
 Kerentanan kandungan kencing.
 Diare.
 Perdarahan rectal.
 Fistula vesico atau rectovaginalis.
2. Operasi.
 Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II.
 Operasi histerektomi vagina yang radikal.
3. Kombinasi.
Irradiasi dan pembedahan.
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,
disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
4. Cytostatika.
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 %
dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap
resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.
I. PENCEGAHAN
1. Personal Higiene yang baik, terutama daerah
genitalia
2. Penggunaan obat yang terkontrol
3. Gaya hidup yang baik
4. Circumcici bagi pasangan
5. lingkungan yang baik
6. Pap smears atau cervical smears
 Untuk wanita yang aktiv sexualitasnya, satu
tahun sekali.
 Untuk wanita yang biasa, mulai umur 18
tahun, tiap 2 tahun sekali.

J. PENGKAJIAN
1) Identitas klien.
2) Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga
tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang
dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi
perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya
pengetahuan keluarga.
4) Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi.
5) Riwayat penyakit keluarga.
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
6) Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi.
- perdarahan.
- keputihan
2. Palpasi.
- nyeri abdomen.
- nyeri punggung bawah.
Pemeriksaan Dignostik
- Sitologi / Pap Smear.
- Schillentest.
- Koloskopi.
- Kolpomikroskopi.
- Biopsi.
- Konisasi.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan efek kemoterapi.

L. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
Tujuan : nyeri berkurang.
Kriteria hasil : klien tidak gelisah dan ekspresi wajah tidak tegang.
Intervensi :
 Kaji skala nyeri dan intensitas nyeri.
Rasional : untuk menentukan tindakan selanjutnya.
 Awasi dan pantau tanda-tanda vital.
Rasional : klien mengetahui penyebab nyeri.
 Ajarkan klien relaksasi nafas dalam dan masase daerah sekitar nyeri.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.
 Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : untuk meningkatkan kenyamanan klien dan mengurangi
nyeri.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : agar kebutuhan klien terpenuhi.
Kriteria hasil : nafsu makan meningkat, pasien tidak lemah dan pucat.
Intervensi :
 Jelaskan nutrisi untuk penyembuhan pasien.
Rasional : meningkatkan motivasi klien untuk menghabiskan makan.
 Anjurkan porsi makan dengan porsi kecil tapi sering dan menarik.
Rasional : dapat meningkatkan selera makan dan kebutuhan terpenuhi.
 Anjurkan pasien untuk mengurangi minum disela-sela makan.
Rasional : minum dapat mengakibatkan cepat kenyang, stok nutrisi
yang masuk kurang.
 Temani dan bantu klien makan.
Rasional : dapat meningkatkan motivasi klien untuk menghabiskan
makan.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan efek kemoterapi.
Tujuan : agar integritas kulit dapat dipertahankan.
Kriteria hasil : kulit tampak utuh atau bersih.
Intervensi :
 Jaga kebersihan kulit.
Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.
 Pertahankan hidrasi adekuat.
Rasional : elastisasi kulit tetap terjaga.
 Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker.
Rasional : efek merah, gatal-gatal dapat terjadi pada area radiasi.
 Jelaskan pada pasien untuk menghindari menggaruk.
Rasional : mencegah iritasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri Fisiology.


Bandung : Elemen.
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :
Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2.
Jakarta : EGC.
G.W Garland and Joan M.E, 1999, Quickly Obstetric and ginekology of Nurses,
English University Press, London
Haen Forer. (1999). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta
Manuaba. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC.
Muchtar Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2.
Jakarta : EGC.
ANEMIA
1. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kadar
Hemoglobin (Hb)dalam darah kurang dari normal. Seseorang dikatakan anemia
bila kadar Hb kurang dariatau sama dengan 10 gram persen. (Buku Penyakit
Dalam, Edisi III, Jilid I)Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponendarah, elemen tak adekuat, atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan seldarah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah. (RencanaAs-Kep; Marilynn, E, Doenges)
♦Penyebab dari anemia adalah :
a) Kehilangan darah: karena perdarahan (hemoragi), menstruasi.
b) Gangguan pembentukan sel-sel darah merah.
♦ Ada beberapa jenis Anemia, antara lain sebagai berikut :
a) Anemia Post Hemoragica.
Akibat pendarahan yang massif : kecelakaan, luka operasi, ulkus
peptikum,partus dengan pendarahan.
Pendarahan yang menahun : penyakit cacingan.
b) Anemia Aplastik.Yaitu dengan gagalnya aktivitas sum-sum tulang, tidak
adekuatnya jumlahsel-sel darah merah yang dibentu, ditandai dengan gejala
pucat, panas denganulserasi gusi, anemia berat dan leukopenia.
c)Anemia Defisiensi.Akibat kekurangan salah satu bahan yang diperlukan
dalam pembentukansel-sel darah merah. Kekurangan tersebut dapat berupa
apa saja dari ketiga bahan:Zat besi, Vitamin B12 atau Asam folat.
d)Anemia hemolitik Ini terjadi pada malaria (karena parasit malaria menyerang
sel-sel darahmerah). Pada keracunan terdapat abnormalitas hemoglobin,
sebagai akibat dariaksi beberapa obat, sebagai akibat dari metabolik yang
diwariskan.

2. Etiologi
Selain yang disebutkan diatas, penyebab Anemia adalah :
a) Defisiensi zat besi.
b) Obat-obatan.
c) Hipotiroidisme.
d) Infeksi.
e) Uremia.

Anemia juga disebabkan oleh: kekurangan gizi akibat kebiasaan makan yang
tak seimbang, kurang pengetahuan pengaturan perbelanjaan untuk keluarga atau
tentangmasak, atau kekurangan makanan karena kemiskinan. Selanjutnya kecuali
bila faktor-faktor kimia terpenting ada dalam diit, seperti B12 yang ada dalam
daging merah danhati, maka proses pembuatan sel darah merah tidak ada
sempurna dan sel darah merahnyatidak cukup matang.
3. Patofisiologi
Pada Anemia Aplastik terjadi karena ketidak sanggupan sumsum tulang
belakanguntuk membentuk sel-sel darah merah. Tandanya lemah, pucat, mungkin
timbul purpura,perdarahan, pansitopenia, sum-sum tulang kosong diganti lemak,
retikulosit menurun.Pada Anemia Aplastik, tidak terdapat mekanisme patogenetik
tunggal. Sel induk hetmopoetik, granulapoetik, trombopoitik limofoitik,
meropoitik. Sejumlah sel induk lainnya membelah secara aktif menghasilkan sel
induk baru.Adapun penyebab Anemia Aplastik, yaitu kerusakan yang dapat
terjadi pada selinduk yang aktif maupun yang berada dalam fase istirahat. Pada keadaan
tersebut dapatterjadi secara berat dan tidak reversibel, semua sel berkembang dalam
suatu lingkunganmikro yang memungkinkan perkembangannya.Anemia Aplastik
dapat terjadi akibat :
a) Pengurangan jumlah sel induk normal.
b) Kelainan sel induk berupa gangguan pembelahan dan deferensiasi.
c) Hambatan sel induk secara normal atau selular.
d) Gangguan lingkungan mikro

4. Manifestasi Klinik
a) Anemia Aplastik Menunjukan adanya gejala:
♦Neutropenia: Sepsis Superfisial (kulit, mulut, demam)
♦Trombositopenia: Epistaksis, Petekie, Ekimosis.
♦Anemia: Pucat, Sesak nafas, Lethargi.
b) Anemia Defisiensi.Khususnya zat besi:
♦Sederhana: Tidak menunjukan gejala penyakit.
♦Berat: Dengan gejala pucat, Lethargi, Hb umumnya 4 Gr%.Selain itu gejala
dari Anemia yaitu :
♦Hb turun
♦Retukolositopenia
♦Lekopenia
♦Tekanan darah sistol naik, diastole turun
♦Mudah lelah, berdebar-debar
♦Pendarahan : peteki, ekinosa, epitaksis, pendarahan gigi
♦Anoreksia
♦Demam
♦Pusing
♦Mata berkunang-kunang

5. Komplikasi
 Anemia dan akibat-akibatnya
 Infeksi 
 Perdarahan

6. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan


1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen.
♦Awasi TTV, warna kulit/ membran mukosa, dasar kuku.
♦Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
oksigendan kebutuhan.
 Kaji kemampuan klien untuk beraktivitas
 Awasi TD, N, R.
 Berikan bantuan dalam aktivitas kx.
 Anjurkan kx untuk menghentikan aktivitas bila kelemahan.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Barbara, Engram.Medical Surgical Nursing Care Plans.Jakarta; Penerbit
BukuKedokteran, EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga., Jilid
2.Jakarta;Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI

Anda mungkin juga menyukai