Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FILSAFAT PENDIDIKAN

NAMA : NAPISAH
NIM : 1910121120009
KELAS : A/2019

Persamaan dan Perbedaan Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Socrates,


Plato, dan Aristoteles

 Pemikiran Filsafat Pendidikan Socrates (470-399 SM)


1. Prinsip-prinsip dasar pendidikan menurut Socrates adalah metode dialektis
yang mana telah menjadi dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk
mendorong seorang belajar untuk berpikir secara cermat, untuk menguji
coba diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya.
2. Seseorang guru tidak memaksa wibawanya atau memaksa gagasan-
gagasan atau pengetahuan kepada seorang siswa, yang mana seorang siswa
dituntut untuk mengembangkan pemikirannya sendiri dengan berpikir
secara kritis, ini adalah suatu metode untuk meneruskan inteleknya dan
mengembangkan kebiasaan-kebiasaannya dan kekuatan mental.
3. Tujuan pendidikan yang benar menurut Socrates adalah untuk merangsang
penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan menghasilkan
perkembangan intelektual yang terus menerus dan standar moral yang
tinggi (Smith, 1986: 25).
4. Jawaban-jawaban terbaik atas pertanyaan moral menurut pendapatnya
adalah cita-cita yang diajarkan oleh para pendiri-pendiri agama, cita-cita
yang melekat pada ketuhanan, cinta pada umat manusia, keadilan,
keberanian, pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan, hormat terhadap
kebenaran, sikap yang tak berlebih-lebihan, kebaikan hati, kerendahan
hati, toleransi, kejujuran, segala kebajikan-kebajikan lama.
5. Seruan alternatif Socrates ditujukan pada kemampuan manusia untuk
berpikir menertibkan, meningkatkan dan mengubah dirinya. Pengetahuan
adalah kebajikan; orang yang sekedar tidak berpura-pura saja terhadap

1
cita-cita teoritis, tetapi sungguh-sungguh mengetahui dan mengerti apa
yang benar, karena ia telah mengalami dan menyadari konsekuensi-
konsekuensi perbuatan yang benar.
6. Cara mengajar Socrates pada dasarnya disebut dialekta, yang disebabkan
dalam pengajaran itu dialog memegang peranan penting (Hadiwijono,
1980: 36).
7. Dalam pendidikan Socrates mengemukakan sistem atau cara berpikir yang
bersifat induksi, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum
dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus.

 Pemikiran Filsafat Pendidikan Plato (427-347 SM)


1. Bagi Plato, Pendidikan itu adalah suatu bangsa dengan tugas yang harus
dilaksanakan untuk kepentingan negara dan perorangan, pendidikan itu
memberikan kesempatan kepadanya untuk penampilan kesanggupan diri
pribadinya. Bagi negara, dia bertanggung jawab untuk memberikan
perkembangan kepada warga negaranya, dapat berlatih, terdidik dan
merasakan bahagia dalam menjalankan peranannya buat melaksanakan
kehidupan kemasyarakatan (Ali, 1993: 60).
2. Menurut Plato di dalam negara idealnya pendidikan memperoleh tempat
yang paling utama dan mendapat perhatian yang paling khusus bahkan
dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tugas dan panggilan yang sangat
mulia yang harus diselenggarakan oleh negara.
3. Menurut Plato, Pendidikan sebagai proses maupun hasil. Sebagai proses,
pendidikan memiliki tugas dan fungsi menyiapkan warga untuk
kemampuannya hidup di masyarakat.
4. Pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu tindakan pembebasan dari
belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orang-
orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan
pendidikan pula, orang-orang akan mengenal apa yang balk dan apa yang
jahat, dan juga akan menyadari apa patut dan apa yang tidak patut, dan

2
yang paling dominan dari semua itu adalah bahwa pendidikan mereka akan
lahir kembali (they shall be born again) (Raper, 1988: 110).
5. Tujuan pendidikan menurut Plato adalah untuk menemukan kemampuan-
kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia akan
menjadi seorang warga negara yang balk, dalam suatu masyarakat yang
harmonis, melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien sebagai seorang
anggota kelasnya.
6. Menurut Plato pendidikan direncanakan dan diprogram menjadi tiga tahap
dengan tingkat usia, tahap pertama adalah pendidikan yang diberikan
kepada taruna hingga sampai dua puluh tahun; dan tahap kedua, dari usia
dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun; sedangkan tahap ketiga, dari tiga
puluh tahun sampai usia empat puluh tahun.

 Pemikiran Filsafat Pendidikan Aristoteles (367-345 SM)


1. Menurut Aristoteles, agar orang dapat hidup baik, maka ia harus
mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata,
akan tetapi soal memberi bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih
tinggi, supaya mengarah dirt kepada akal, sehingga dapat dipakai akal
guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, ia memer¬lukan
dukungan-dukungan perasaan yang lebih tinggi yang diberikan arah yang
benar.
2. Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikan yang baik adalah yang
mempunyai tujuan untuk kebahagiaan. Kebahagiaan tertinggi adalah hidup
spekulatif (Barnadib, 1994: 72).
3. Aristoteles juga menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada
tingkat pendidikan rendah, sebagaimana pada tingkat pendidikan usia
muda itu perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral.
4. Prinsip pokok pendidikan menurut Aristoteles adalah pengumpulan serta
penelitian fakta-fakta suatu belajar induktif, suatu pencarian yang obyektif
akan kebenaran sebagai dasar dari semua ilmu pengetahuan.

3
5. Disiplin merupakan hal yang essensial untuk mengajarkan para pemuda
dan kaum laki-laki muda untuk mematuhi perintah-perintah dan
mengendalikan gerakan hati mereka.

 Persamaan Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Socrates, Plato, dan


Aristoteles
1. Pemikiran Filsafat Pendidikan menurut Socrates, Plato, dan Aristoteles
mempunyai kesamaan dalam hal tujuan pendidikan, yaitu untuk mencapai
perkembangan intelekual dan standar moral yang tinggi. Socrates
menekankan bahwa dengan berpikir, manusia akan mampu untuk
menertibkan, meningkatkan, dan mengubah dirinya, sehingga orang
sunggguh-sungguh mengetahui dan mengerti apa yang benar dan dapat
menyadari konsekuensi-konsekuensi akan perbuatan yang benar, tujuan
pendidikan yang benar menurut Socrates adalah untuk merangsang
penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan menghasilkan
perkembangan intelektual yang terus menerus dan standar moral yang
tinggi (Samuel Smith, 1986 : 25), Plato juga menekankan bahwa
pendidikan berperan dalam membebaskan dan memperbarui, maksudnya
adalah manusia dapat menggapai segala keutamaan dan moralitas jiwa
yang mengantar ke ide yang tinggi yaitu kebajikan. Hal ini seperti
pemikiran Aristoteles, yaitu pendidikan ini merupakan soal memberikan
bimbingan pada perasaan yang lebih tinggi, yaitu akal. Dimana akal untuk
menentukan baik buruk.

 Perbedaan Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Socrates, Plato, dan


Aristoteles
1. Prinsip dasar pendidikan menurut Socrates adalah metode dialektis sebagai
dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seseorang
belajar berpikir secara cermat, untuk menguji-coba diri sendiri dan untuk
mengetahui pengetahuannya. Sedangkan metode pendidikan menurut
Plato, metode pendidikan di tingkat dasar adalah metode permainan

4
(game), permainan peran (role playing), atau simulasi dan permainan
(simulation and game), adapun ditingkat atas menggunakan metode
dialektika. Sedangkan menurut Aristoteles, prinsip pokok pendidikan itu
adalah pengumpulan dan penelitian fakta-fakta belajar induktif, suatu
pencarian yang objetif akan kebenaran sebagai dasar dari semua ilmu
pengetahuan
2. Aliran filsafat pendidikan Socrates dan Aristoteles adalah Realisme,
dimana realitas, pengetahuan, dan nilai yang ada secara independen dari
pikiran manusia. Sedangkan aliran filsafat pendidikan Plato yaitu
idealisme yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi
adalah ide.
3. Kurikulum pendidikan menurut Socrates adalah Kurikulum Pembelajaran
Dialogis. Kurikulum pendidikan disini menggunakan cara mengajukan
pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan
menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswa terlatih untuk mampu
memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-
konsep yang mereka maksud dengan detail. Sedangkan kurikulum
pendidikan Aristoteles yaitu terdiri dari 2 komponen dasar. Pertama,
bidang ilmu tertentu seperti sejarah, biologi, kimia, dll. Kedua, ilmu
tentang kependidikan untuk membentuk kesiapan dan kedewasaan siswa.
Sedangkan kurikulum pendidikan menurut Plato dengan paham
idelaismenya adalah pengembangan kemampuan berpikir dan penyiapan
keterampilan bekerja melalui pendidikan praktis
4. Socrates tidak seperti Plato, ia tidak membangun suatu sistem filsafat yang
luas, tidak pernah menggali secara mendalam bidang psikologi, emosi,
motivasi, kebiasaan dan aspek-aspek dari proses pengetahuan tersebut.
Namun demikian la telah membuat suatu permulaan yang besar dalam
membangun konsepsi-konsepsi dan metode-metode yang lebih luas, lebih
sungguh-sungguh dan lebih efektif. Dalam pendidikan Socrates
mengemukakan sistem atau cara berpikir yang bersifat induksi, yaitu

5
menyimpan pengetahuan yang bersifat umum dengan berpangkal dari
banyak pengetahuan tentang hal khusus.

DAFTAR REFERENSI

Bertens, K. 1979. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Kanisius


Jalaluddin, 2014. Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat, dan Pendidikan.
Jakarta : Rajawali Pers
http://sobat-berbagi.blogspot.com/2012/05/pemikiran-filsafat-pendidikan-
menurut.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai