Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN

PENYUNTIKAN INSULIN
_________________________________________________________________

Oleh :
DESI RINJANI
___________________________

NIM. PO.62..20.1.16.128

KEMENTERIAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
KELAS REGULER III
Tahun 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Pendidikan Kesehatan

Penyuntikan Insulin Pada Penderita Diabetes Melitus

disahkan di Palangka Raya tanggal . . .

Koordinator Pembimbing,
MK PKDK – DM

NIP. …………………………… NIP .…………………


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayahnya
kepada kita semua sehingga tetap senantiasa menjalankan amanahNya sebagai makhluk
ciptaanNya.

Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada Ibu Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep.,
Sp.MB atas kesediannya memberikan bimbingan dan saran yang membangun
sehingga proposal saya yang berjudul “ Penyuntikan Insulin ” ini dapat terselesaikan
tepat waktu.

Saya sangat berharap supaya proposal ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
Masyarakat yang belum tau dan peduli tentang insulin dan pentingnya insulin bagi
tubuh. Saya sangat menyadari bahwa proposal ini jauh dari sempurna. Untuk itu, saya
berterima kasih atas saran positif dari Bapak/Ibu Dosen sekalian.

Palangkaraya, Februari 2018

Desi Rinjani
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Referensi

BAB II DESKRIPSI KEGIATAN

A. Nama Kegiatan
B. Tema Kegiatan
C. Sasaran Kegiatan
D. Pelaksanaan
E. Pembicara
F. Materi
G. Sumber Belajar
H. Langkah-langkah Kegiatan

Lampiran Materi :

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan satu penyakit degeneratif, penyakit menahun yang akan
diderita seumur hidup dengan angka kejadian di Indonesia yang cenderung mengalami
peningkatan (PERKENI, 2011). Berdasarkan data badan pusat statistik di Indonesia (2003)
di perkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebesar 133 juta adalah
terserang diabetes. Prevalensi diabetes mellitus pada daerah urban sebesar 14,7% dan pada
daerah rural sebesar 7,2% (PERKENI, 2011). Indonesia sendiri diprediksikan oleh world
health organization (WHO) mengalami kenaikan jumlah pasien diabetes mellitus dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Jumlah yang sangat besar
dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat di tangani oleh dokter
spesialis/subspesialis bahkan oleh semua tenaga kesehatan yang ada (PERKENI, 2011).
Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan dari sejumplah faktor dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin (WHO, 2011). Menurut (Umesh Mashrani) 2007 Diabetes Mellitus
didefinisikan sebagai syndrome penyakit metabolisme dan ketidaksesuaian kadar gula
dalam darah 3 yang dalam kaitannya penurunan sekresi insulin atau kombinasi resistensi
insulin. Sedangkan menurut American Diabetes Association. Diabetes merupakan penyakit
kronis yang memerlukan perawatan medis terus menerus dan pasien self-management untuk
mencegah komplikasi akut dan untuk mengurangi risiko komplikasi (ADA, 2009).
Kesalahan terapi insulin cukup sering ditemukan dan menjadi masalah klinis yang penting.
Bahkan terapi insulin termasuk dalam lima besar “pengobatan berisiko tinggi (high-risk
medication)” bagi pasien di rumah sakit. Sebagian besar kesalahan tersebut terkait dengan
kondisi hiperglikemia dan sebagian lagi akibat hipoglikemia. Jenis kesalahan tersebut antara
lain disebabkan keterbatasan dalam hal keterampilan (skill-based), cara atau protokol
(rulebased), dan pengetahuan (knowledge-based) dalam hal penggunaan insulin (PERKENI,
2008). Ketidakpatuhan dan ketidaksepahaman pasien dalam menjalankan terapi merupakan
salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan penggunaan obat untuk terapinya. Akibat dari ketidakpatuhan dan ketidaktahuan
pasien terhadap terapi/penggunaan obat yang diberikan antara lain adalah kegagalan
terapi, terjadinya resistensi antibiotika, dan yang lebih berbahaya adalah terjadinya
toksisitas. Hal tersebut akibat dari kurangnya informasi dan komunikasi antara tenaga
kesehatan dengan pasien (DepKes, 2007) Mengontrol gula darah dengan insulin sangat
penting dalam manajemen hiperglikemia pada diabetes baik dan nondiabetes pasien.
Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan insulin telah dikaitkan dengan
kesalahan pengobatan dibandingkan jenis lainnya atau kelas obat. Dari Januari 2008
sampai 6 Juni 2009 Pennsylvania fasilitas kesehatan mendapat 2.685 laporan acara untuk
Otoritas yang disebutkan kesalahan pengobatan yang melibatkan penggunaan produk
insulin. Yang paling umum jenis kesalahan pengobatan yang berhubungan dengan insulin
yaitu kelalaian obat (24,7%) 4 diikuti oleh salah-obat kesalahan (13,9%). Lebih dari 52%
dari peristiwa yang dilaporkan di mana pasien mungkin memiliki atau sebenarnya
menerima dosis yang salah atau tidak ada dosis insulin (misalnya, Dosis kelalaian, dosis
yang salah/overdosis, salah dosis/underdosage, dosis ekstra, kesalahan tingkat yang
salah), yang dapat menyebabkan kesulitan dalam kontrol glikemik. (PPAS, 2010)
B. Tujuan penulisan
1.Tujuan umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyuntikan insulin


diharapkan pasien memahami tentang pemberian injeksi insulin.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penggunaan insulin
b. Untuk mengetahui cara penyuntikan insulin.
c. Untuk Mengetahui masalah masalah yang bisa terjadi apabila insulin tidak
diberikan terhadap pasien diabetes mellitus.
C. Manfaat

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan ini diharapkan para pasien diabetes mellitus dan
keluarganya dapat mengetahui penggunaan insulin yang bisa dilakukan sendiri di rumah
untuk mencegah terjadinya masalah - masalah yang bisa muncul pada pasien itu sendiri.

D.Referensi

Blanco M, Hernandez MT, Strauss KW, Amaya M. prevalence and risk factors of
lipohypertrophy in insulin-injecting patients with diabtes M. Diabetes & Metabolism.
2013;39:445-453.

PERKENI. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di


indonesia. Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdes).2007.Badan Penelitian Dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI Tahun 2007.Diaskes 27 februari 2019,dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202007

Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta : EGC


BAB II
DESKRIPSI KEGIATAN EDUKASI KESEHATAN

A Nama Kegiatan : Pendidikan Kesehatan mengenai penyuntikan Insulin


.
B. Tema Kegiatan : Cara penggunaan insulin
C Sasaran Kegiatan : Sasaran dari kegiatan pendidikan kesehatan ini
. adalah pasien dan keluarganya.
D Pelaksanaan
. Hari/tanggal :
Jam :
Tempat kegiatan : :
E. Edukator : Desi Rinjani
F. Materi : Penyuntikan Insulin
G. Sumber belajar : Blanco M, Hernandez MT, Strauss KW, Amaya M. prevalence and risk
factors of lipohypertrophy in insulin-injecting patients with diabtes M.
Diabetes & Metabolism. 2013;39:445-453.

PERKENI. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan


diabetes mellitus tipe 2 di indonesia. Perkumpulan Endrokrinologi
Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdes).2007.Badan Penelitian Dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian RI Tahun 2007.Diaskes 27
februari 2019,dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Ris
kesdas%202007

Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta :


EGC
H. Langkah-Langkah Kegiatan

No TAHAP KEGIATAN BELAJAR METODE MEDIA SUMBER ALOKASI


BELAJAR WAKTU

1 Pendahuluan a) Memberi salam - Metode a. Microphoe 5 menit


b) Menggali sejauh Presentasi, n
mana pengetahuan b. LCD
pasien DM dan c. Laptop
keluarganya tentang d. Powerpoint
materi yang akan e. Leaflet
disampaikan
c) Menyampaikan
pokok bahasan
d) Menyampaikan
tujuan
e) Menyepakati waktu
kegiatan.
2 Penyajian a) Memberikan -Metode 15 menit
penjelasan kepada Presentasi
pasien dan Tanya
keluarganya tentang jawab
cara penggunaan
suntik insulin.
b) Memberikan
kesempatan keluarga
bertanya
c) Memberikan
penjelasan pada
keluarga apabila
masih ada yang
kurang mengerti
d) Menanyakan kepada
pasien maupun
keluarga materi yang
dijelaskan.

3 Penutup a) Menyimpulkan -Metode 10 menit


materi penyuluhan Presentasi
bersama keluarga Ceramah
b) Memberikan evaluasi
secara lisan
Memberi salam penutup

Evaluasi
1. Evaluasi Proses :
a. Pasien DM dan keluarganya mengikuti pendidikan kesehatan dengan baik
b. Pasien DM dan keluarganya terlibat aktif dalam pendidikan keseha
c. Perserta aktif dalam diskusi tanya jawab
2. Evaluasi hasil :

a. Perserta mampu memahami garis besar tentang cara menggunakan suntik insulin
b. Perserta mampu memahami jenis-jenis pen insulin
c. Peserta mampu menyebutkan area yang digunakan sebagai tempat penyuntikkan insulin
d. Peserta dapat melakukan penyuntikkan insulin secara mandiri e. Peserta dapat
menjelaskan kembali cara penyimpanan insulin
f. Perserta mampu menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian suntikan
insulin

Penulis

Desi Rinjani
PO.62.20.1.16.128
I. Lampiran Materi

1.Defenisi insulin

Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke dalam sebagian
besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada sel sistem saraf pusat). Oleh karena itu,
kekurangan insulin atau kekurangpekaan reseptor-reseptor memainkan peran sentral dalam
segala bentuk diabetes mellitus. Sebagian besar karbohidrat dalam makanan akan diubah dalam
waktu beberapa jam ke dalam bentuk gula monosakarida yang merupakan karbohidrat utama
yang ditemukan dalam darah dan digunakan oleh tubuh sebagai bahan bakar. Insulin dilepaskan
ke dalam darah oleh sel beta (β-sel) yang berada di pankreas, sebagai respons atas kenaikan
tingkat gula darah, biasanya setelah makan. Insulin digunakan oleh sekitar dua pertiga dari sel-
sel tubuh yang menyerap glukosa dari darah untuk digunakan sel-sel sebagai bahan bakar, untuk
konversi ke molekul lain yang diperlukan, atau untuk penyimpanan.
Insulin juga merupakan sinyal kontrol utama untuk konversi dari glukosa ke glycogen
untuk penyimpanan internal dalam hati dan sel otot. Tingkatan insulin yang lebih tinggi
menaikkan anabolic (rangkaian jalur metabolisme untuk membangun molekul dari unit yang
lebih kecil), seperti proses pertumbuhan sel dan duplikasi, sintesa protein, lemak dan
penyimpanan. Insulin adalah sinyal utama dalam mengkonversi banyak bidirectional proses
metabolisme dari catabolic (rangkaian jalur metabolisme untuk membongkar molekul-molekul
ke dalam bentuk unit yang lebih kecil dan melepaskan energi) ke anabolic, dan sebaliknya.
Secara khusus, tingkatan insulin yang lebih rendah berguna sebagai pemicu masuk keluarnya
ketosis (fase metabolik pembakaran lemak).
Jika jumlah insulin yang tersedia tidak cukup, jika sel buruk untuk merespon efek dari insulin
(kekurangpekaan atau perlawanan terhadap insulin), atau jika insulin cacat/defective, maka gula tidak
akan diserap dengan baik oleh orang-orang sel-sel tubuh yang memerlukannya dan tidak akan
disimpan dengan baik di hati dan otot. Efek selanjutnya adalah tingkat gula darah yang tetap tinggi ,
miskin sintesis protein, dan lainnya kekacauan metabolisme lainnya, seperti acidosis yaitu
meningkatnya keasaman (konsentrasi ion hidrogen) dalam darah. Insulin telah digunakan sebagai
terapi pada manusia sejak awal tahun 1990. Tetapi tahukah Anda jika insulin memiliki beberapa jenis
yang diklasifikasikan berdasar pada durasi kerjanya? Yang dimaksud dengan durasi kerja insulin
adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh insulin untuk mencapai aliran darah dan mulai
menurunkan kadar gula dalam darah sejak ia dimasukkan ke dalam tubuh penderita. Berdasar
waktu yang diperlukan dalam bekerja, insulin terbagi dalam 4 jenis insulin yaitu reaksi pendek,
reaksi panjang, reaksi menengah dan reaksi cepat.
Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia adalah jenis obat insulin yang
memiliki sifat transparan dan mulai bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia
dimasukkan ke dalam tubuh. Obat insulin ini bekerja secara maksimal selama 1 sampai 3 jam
dalam aliran darah penderita, dan segera menghilang setalah 6-8 jam kemudian. Maka penderita
diabetes harus mengulang beberapa kali dalam sehari jika menggunakan insulin jenis ini. Insulin
reaksi panjang merupakan jenis insulin yang mulai bekerja 1 hingga 2 jam setelah ia disuntikkan
ke dalam tubuh seseorang. Tetapi obat insulin ini tidak memiliki masa reaksi puncak, sehingga ia
bekerja secara stabil dalam waktu yang lama yaitu 24 sampai 36 jam di dalam tubuh penderita
diabetes. Karena pengaruhnya dapat bertahan dalam waktu yang lama, maka penderita dapat
tetap mimiliki energi meskipun ia tidak mengkonsumsi makanan.
Obat insulin yang termasuk jenis ini adalah Levemir dan Lantus. Sebuah studi yang
dilakukan oleh Russel Jones pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa Levemir lebih mampu
ditoleransi oleh tubuh manusia dengan baik karena menimbulkan efek penambahan berat badan
yang minimal. Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif bekerja
menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini
bereaksi secara maksimal selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam setelahnya,
contohnya Humulin m3, Hypurin, dan Insuman. Insulin reaksi cepat akan langsung bekerja 5-15
menit setelah masuk ke dalam tubuh penderita. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30-
90 menit, dan pengaruhnya akan segera menghilang setelah 3-5 jam kemudian. Contoh obat
insulin ini berupa Lispro, Actrapid, Novorapid, dan Velosulin.
Masa reaksi obat insulin juga dipengaruhi oleh kemampuan tubuh seseorang dalam
merespon obat ini. Maka diproduksi pual jenis insulin campuran, yang merupakan kombinasi
dari dua jenis-jenis insulin di atas. Selain itu penggunaanya harus dibawah pengawasan dokter
untuk menentukan dosis yang sesuai dengan kebutuhan setiap penderita. Indikasi Terapi dengan
Insulin
• Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta
tidak ada atau hampir tidak ada.
• Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.
• Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau
stroke.
• DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulinbila diet saja tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.
• Ketoasidosis diabetik.
• Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
• Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori,
untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin
eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi
insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhaninsulin.
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
• Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.
Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal 2
macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain :
Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai
puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat bertahan samapai 8 jam.
2. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ, InsulatardÒ. Jenis
ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat
bertahan sampai dengan 24 jam.
3. Insulin kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat
penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Preparat:
Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard
4. Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya: Mixtard 30 / 40.
Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat
karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6
jam sekali.
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :
• Gula darah < 60 mg % = 0 unit
• Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
• Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
• Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
• Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
• Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit

B. Mekanisme Kerja Insulin


Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor glukosa dari darah ke
dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke
dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan
sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.
Sekresi insulin dapat dibagi menjadi sekresi insulin basal (saat puasa atau sebelum makan) dan
insulin prandial (setelah makan).
1) Sekresi insulin basal kira-kira 1 unit/jam dan terjadi diantara waktu makan, waktu malam hari
dan keadaan puasa.

2) Sekresi insulin prandial menghasilkan kadar insulin 5-10 kali lebih besar dari kadar insulin
basal dan diproduksi secara pulsatif dalam waktu 0,5-1 jam sesudah makan dan mencapai puncak
dalam 30-45 menit, kemudian menurun dengan cepat mengikuti penurunan kadar glukosa basal.
Kemampuan sekresi insulin prandial berkaitan erat dengan kemampuan ambilan glukosa oleh
jaringan perifer.

Pada pasien diabetes mellitus tidak memiliki kemampuan untuk mengambil dan
menggunakan gula darah, sehingga kadar gula darah meningkat. Pada diabetes tipe I, pancreas
tidak dapat memproduksi insulin. Sehingga pemberian insulin eksogen diperlukan. Pada diabetes
tipe 2, pasien memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak meerespon insulin dengan normal.
Namun demikian, insulin juga digunakan pada diabetes tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel
terhadap insulin.

C. Efek Samping Insulin


• Hipoglikemia ( kadar gula dalam darah berada dibawah kadar normal )
• Lipoatrofi ( hilangnya jaringan lemak secara lokal yang disebabkan suntikan subkutan )
• Lipohipertrofi ( penumpukan lemak dibawah permukaan kulit (benjolan) biasanya disebabkan
oleh suntikan berulang di tempat yang sama )
• Alergi sistemik atau local ( reaksi alergi yang muncul dalam darah )
• Resistensi insulin ( sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula darah dengan baik karena
terganggunya respon sel tubuh terhadap insulin )
• Edema insulin ( dapat muncul pada pasien yang memiliki kendali glukosa yang tidak baik )
• Sepsis ( komplikasi infeksi )
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat terjadi bila
terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah insulin. Pada 25-75% pasien
yang diberikan insulin konvensional dapat terjadi Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit
tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi imun dan
lebih sering terjadi pada wanita muda terutama terjadi di negara yang memakai insulin tidak
begitu murni. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan di tempat suntikan
akibat lipogenikinsulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang memakai insulin murni.
Regresi terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di tempat tersebut.
Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik terutama pada
penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi di tempat
suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau jam dan berlagsung. Selama beberapa hari.
Reaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal
atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptiK yang
menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang secara
spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit, angioudem, gangguan
gastrointestinal, gangguan pernapasan dan yang sangat jarang ialah hipotensi dan shock yang
diakhiri kematian. Jika insulin diberikan lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk metabolisme
glukosa timbul reaksi hipoglikemia atau syok insulin dapat diatasi dengan memberikan gula
peroral atau intravena meningkatkan pemakaian insulin. Pada keadaan dimana jumlah insulin
tidak cukup, gula tidak dapat dimetabolismesasikan sehinggga terjadi metabolisme lemak,
pemakaian asam lemak ( keton ) untuk energi menimbulkan ketoasidosis.
D. Penggolongan Sediaan Insulin
Insulin sampai saat ini dikelompokkan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Kerja cepat (rapid acting)
Bentuknya larutan jernih, efek puncak 1 - 3 jam setelah penyuntikan, durasi kerja sampai 6 jam.
Merupakan satu-satunya insulin yang dapat dipergunakan secara intra vena. Bisa dicampur
dengan insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang.Contoh: Actrapid, Humulin R,Reguler
Insulin (Crystal Zinc Insulin/ CZI). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk
asam dan netral. Contoh sediaan CZI misalnya Velosulin, Semilente.
2. Kerja menengah (intermediate acting)
Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya
dapat bertahan sampai dengan 24 jam. Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur
kecil, dibuat dengan menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja obat dengan cara
memperlambat penyerapan insulin kedalam darah. Dengan menambah protamin (NPH / Neutral
Protamin Hagedom) atau zinc (pada insulin lente), maka bentuknya menjadi suspensi yang akan
memperlambat absorpsi sehingga efek menjadi lebih panjang. Bentuk NPH tidak imunogenik
karena protamin bukanlah protein. Contoh : Insulatard, Monotard, Humulin N, NPH, Insulin
Lente.
3. Kerja panjang (long acting)
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat
penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Insulin bentuk
ini diperlukan untuk tujuan mempertahankan insulin basal yang konstan. Semua jenis insulin
yang beredar saat ini sudah sangat murni, sebab apabila tidak murni akan memicu imunogenitas,
resistensi, lipoatrofi atau lipohipertrofi. Contoh: Insulin Glargine, Insulin Ultralente, PZI
(Protamine Zinc Insulin).
4. Insulin Eksogen campur antara kerja cepat & kerja sedang (Insulin premix)
Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Insulin ini
mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Contoh : Mixtard 30 / 40.
E. Cara Pemberian Insulin
Insulin kerja singkat :
• IV, IM, SC
• Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )
• Jangan bersama darah ( mengandung enzim merusak insulin )

• Saat ini juga tersedia insulin campuran (premixed) kerja cepat dan kerja menengah.
F. Cara injeksi Insulin
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan / SC ). Pada keadaan
khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip.Insulin dapat diberikan
tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang) tetapi juga dapat
diberikan kombinasi insulinkerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu
terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat
suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin dan jarumnya
dapat dipakai lebih dari satu kali oleh pasien yang sama. Harus diperhatikan kesesuaian
kosentrasi insulin (U40, U100) dengan semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi
yang tetap. Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian diikuti oleh
daerah lengan, paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara intramuskular dalam maka
penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja akan lebih singkat. Kegiatan jasmaniyang
dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat
masa kerja. Pemberiaan insulin pada pasien DM lanjut usia seperti pada non lanjut usia, uyaitu
adanya kegagalan terapi ADO, ketoasidosis, koma hiperosmolar, adanya infeksi ( stress ) dll.
Dianjurkan memakai insulin kerja menengah yang dicampur dengan kerja insulin kerja cepat,
dapat diberikan satu atau dua kali sehari. Kesulitan pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia
ialah karena pasien tidak mau menyuntik sendiri karena persoalnnya pada matanya, tremor, atau
keadaan fisik yang terganggu serta adanya demensia. Dalam keadaan seperti ini tentulah sangat
diperlukan bantuan dari keluarganya.
G. Lokasi Injeksi Insulin
Tiap bagian tubuh yang ditutupi kulit yang longgar dapat dipakai sebagai tempat injeksi
insulin termasuk abdomen, paha, lengan atas, pinggang dan kuadran atas luar dari bokong.
Secara umum insulin akan lebih cepat diabsorpsi dari bagian atas tubuh seperti bagian deltoid
dan abdomen dibanding dari paha dan bokong. Rotasi dari injeksi terus dianjurkan guna
menghindari absorpsi yang terhambat karena adanya fibrosis atau lipohipertropi akibat injeksi
berulang hanya pada satu tempat. Asosiasi Diabetes America menganjurkan insulin dapat
diinjeksikan pada satu daerah yang sama selama satu minggu dengan jarak setiap injeksi 1 ½ inci
[ satu ruas jari tangan ] dengan penyuntikan insulin secara sub cutan atau tepat di bawah lapisan
kulit.
( Tandra, Hans. 2007)
BAB III
KESIMPILAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

Insulin mempunyai beberapa pengaruh dalam jaringan tubuh. Insulin menstimulasi


pemasukan asam amino kedalam sel kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin
meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi.
Insulin menstimulasi pemasukan glukosa kedalam sel untuk digunakan sebagai sumber
energy dan membantu penyimpanan glikogen didalam sel otot dan hati. Insulin endogin
adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedangkan insulin eksogin adalah insulin
yang disuntikkan dan merupakan suatu produk farmasi. B. SARAN

Semoga dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan untuk para pembaca dan
masyarakat umum, dan selalu mencari sumber referensi lain agar ilmu yang didapat selalu
menjadi terbaru. Dapat dijadikan pedoman untuk melakukan tindakan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai