Anda di halaman 1dari 19

PENERAPAN KESEHATAN SPIRITUAL DALAM ASUHAN

KEPERAWATAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikososial dan Budaya dalam


Keperawatan
Dosen Pengampu Ibu Ana Ratnawati, S.Kep, Ns, M.Kep

Oleh :

GUVIKA JULNISA P07120520012


YUNETI MAYAWATI P07120520013
YUNENI MAYAWATI P07120520014
RIZKA AMELIA AFRILIANI P07120520015
GALUH AYU NUR WIDATI P07120520016
RISVA P07120520017
YOHANES TEDI SARITO P07120520018
AINUN NUR ZAKINA P07120520019
RESI ANGGRAINI PRATIWI P071205200120
ANDINI DWI FENISAH P07120520021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kelompok panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat yang diberikan sehingga tugas Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatantentang Penerapan Kesehatan Spiritual dalam Asuhan Keperawatan
dapat diselesaikan dengan baik. Tugas ini dibuat dan disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa pendidikan program Prodi Ners
Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta Jurusan Keperawatan.
Kelompok mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan berupa bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian
tugas ini.Semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.Tugas ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kelompok
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dalam rangka
penyempurnaan tugas ini.
Yogyakarta, 11 November 2020

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat .................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................... 3


2.1...................................................................Kesehatan spiritual
3
2.2 Dimensi Spiritial ...................................................................... 3
2.3 Indikator Terpenuhi Kebutuhan Spiritual................................. 4
2.4 Aspek Spiritual.............................................................................. 5
2.5 Pandangan Perawat Terhadap Klien............................................. 6
2.6 Aplikasi Didalam Praktik Keperawatan........................................ 7

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN................................................. 13


BAB IV PENUTUP ................................................................................. 14
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 14
4.2 Saran............................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


kebutuhan spiritual dan psikososial kurang menjadi hal yang prioritas
daripada kebutuhan fisik karena kebutuhan tersebut seringkali abstrak, kompleks
dan lebih sulit untuk diukur. Perawatan spiritual menjadi bagian dari perawatan
secara menyeluruh yang cukup mudah diterapkan dalam proses keperawatan dari
mulai pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Kebutuhan dan perawatan spiritual di dalam kerangka kerja proses
keperawatan ini telah terbukti sangat membantu baik dari segi filosofis maupun
praktis.
Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan spirit, semangat untuk
mendapatkan keyakinan, harapan dan makna hidup.Spiritualitas merupakan suatu
kecenderungan untuk membuat makna hidup melalui hubungan intrapersonal,
interpersonal dan transpersonal dalam mengatasi berbagai masalah
kehidupan.Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna.Tidak hanya
terdiri dari seonggok daging dan tulang, tetapi terdiri dari komponen menyeluruh
biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural.
Terapi holistik yang mencakup empat dimensi kehidupan yaitu fisik-
biologis, psikologis, psikososial, dan psikospiritual atau psikoreligius telah
dicanangkan oleh WHO sejak tahun 1980 dan disadari bahwa dimensi spiritual
memegang peranan penting dalam penanganan orang sakit. Hal tersebut penting
karena dapat memberikan makna dan tujuan hidup (Wright, 1998). Menurut
Goldberg (1998, dalam Potter & Perry, 2005) setiap orang memiliki dasar
spiritual yang potensial untuk digunakan dalam intervensi keperawatan(Yusuf,
2017).

Tuntutan keadaan, perkembangan, persaingan dalam berbagai aspek


kehidupan dapat menyebabkan kekecewaan, keputusasaan, ketidak berdayaan
pada manusia baik yang sehat maupun sakit. Selama dalam kondisi sehat wal-
afiat, dimana setiap komponen biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual

1
dapat berfungsi dengan baik, sering manusia menjadi lupa, seolah hidup memang
seharusnya seperti itu. Tetapi ketika salah satu fungsi komponen tubuh terganggu,
maka tejadilah stresor, menuntut setiap orang mampu beradaptasi, pulih kembali
dengan berbagai upaya, sehingga kehidupan dapat berlanjut dengan baik. Ketika
gangguan itu sampai menghentikan salah satu fungsi dan upaya mencari
pemulihan tidak membuahkan hasil, disitulah seseorang akan mencari kekuatan
lain diluar dirinya, yaitu kekuatan spiritual.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.pelayanan keperawatan pada umumnya ditetapkan untuk meningkatkan
dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit serta meningkatkan
penerimaan masyarakat terhadap profesi keperawatan
2. untukmeningkatkan danmempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit
serta meningkatkan yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan.
2. Manfaat
Manfaat dari makala ini adalah :
1. Mampu menangani permasalahan kebutuhan spiritual kepada lanjut usia
2. Membantu meminimalisir dampak dari stress terhadap imunitas
3. Diharapkan dapat bermanfaat dalam membantu klien lanjut usia dengan
mengaplikasikan kesehatan spiritual.

2.1 Rumusan Masalah


Adapun terdapat rumusan masalahyaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan spiritual ?
2. Apa yang dimaksud dengan dimensi spiritual ?
3. Sebutkan indikator terpenuhi kebutuhan spiritual ?
4. Sebutkan aspek spiritual ?
5. Jelaskan pandangan perawat terhadap klien ?
6. Apa saja aplikasi didalam praktik keperawatan ?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kesehatan Spiritual


Kesehatan (wellness) adalah suatu keseimbangan dimensi kebutuhan manusia
yang berbeda secara terus menerus-spiritual, sosial, emosional, intelektual, fisik,
okupasional, dan lingkungan.Kesehatan atau kesejahteraan spiritual adalah rasa
keharmonisan, saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam dan dengan
kehidupan yang tertinggi. Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang
menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan, dan sistem keyakinan mereka
dengan hubungan mereka di dalam diri mereka sendiri dan dengan orang lain.
Ketidakseimbangan spiritual (spirituality disequilibrium) adalah sebuah
kekacauan jiwa yang terjadi ketika kepercayaan yang dipegang teguh tergoncang
hebat. Kekacauan ini seringkali muncul ketika penyakit yang mengancam hidup
berhasil didiagnosis.(Yusuf, 2017)
Kesehatan spiritual adalah kondisi yang dalam pandangan sufistik disebut
sebagai terbebasnya jiwa dari berbagai penyakit ruhaniah, seperti syirik
(polytheist), kufur (atheist), nifaq atau munafik (hypocrite), dan fusuq (melanggar
hukum). Kondisi spiritual yang sehat terlihat dari hadirnya ikhlas (ridha dan
senang menerima pengaturan Illahi), tauhid (meng-Esa-kan Allah), tawakal
(berserah diri sepenuhnya kepada Allah).Spiritualitas adalah pandangan pribadi
dan perilaku yang mengekspresikan rasa keterkaitan ke dimensi transcendental
atau untuk sesuatu yang lebih besar dari diri (Asy’arie, 2012). Dubos memandang
sehat sebagai suatu proses kreatif dan menjelaskannya sebagai kualitas hidup,
termasuk kesehatan sosial, emosional, mental, spiritual, dan biologis dari
individu, yang disebabkan oleh adaptasi terhadap lingkungan. Kontinum sehat dan
kesehatan mencakup enam dimensi sehat yang mempengaruhi gerakan di
sepanjang kontinum(Yusuf, 2017).Manusia terdiri dari dimensi fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual dimana setiap dimensi harus dipenui
kebutuhannya.Seringkali permasalahan yang muncul pada klien ketika mengalami
suatu kondisi dengan penyakit tertentu (misalnya penyakit fisik) mengakibatkan

3
terjadinya masalah psikososial dan spiritual.Ketika klien mengalami penyakit,
kehilangan dan stress, kekuatan spiritual dapat membantu individu tersebut
menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan atau melalui pemenuhan
kebutuhan spiritual.
Menurut UU No 38 Tahun 2014, perawat adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan.
sedangkan menurut Fahri (2010), perawat adalah seseorang yang melakukan
perawatan, menolong orang yang sakit, injury dan proses penuaan.
Seorangperawat professional mempunyai wewenang dan tanggung jawab
memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri ataupunkolaborasi dengan tim
kesehatan lain sesuai dengan tugas dan perannya(Febrianti et al., 2020).
Menurut info Datin KementerianKesehatan RI (2017), Peran perawat
secara umum, diantaranya care provider (pemberi asuhan), manager community
leader (pemimpin komunitas), educator (Pendidik klien), advocate (pembela), dan
researcher (peneliti). Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan sudah
seharusnya melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan memperhatikan
semua komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang
bertujuan meningkatkan derajat kesehatan(Febrianti et al., 2020)
Tujuan pelayanan keperawatan pada umumnya ditetapkan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit serta
meningkatkan yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan (Hidayat,
2008).Tujuan pelayanan keperawatan pada umumnya ditetapkan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit serta
meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.Perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap tindakan keperawatan
yang diberikan kepada kliennya, serta harus menghargai klien dan haknya untuk
mendapatkan asuhan keperawatan yang bermutu (Arwani, 2005). Salah satu
syaratnya adalah asuhan keperawatan yang holistik(Febrianti et al., 2020).

4
2.2 Dimensi Spritual
Dimensi ini diuraikan sebagaiberikut :
1. Sehat fisik ukuran tubuh, ketajaman sensorik, kerentanan terhadap
penyakit,fungsi tubuh, kebugaran fisik, dan kemampuan sembuh
2. Sehat intelektual kemampuan untuk berfikir dengan jernih dan
menganalisissecara kritis untuk memenuhi tantangan hidup.
3. Sehat sosial kemampuan untuk memiliki hubungan interpersonal dan
interaksidengan orang lain yang memuaskan.
4. Sehat emosional ekspresi yang sesuai dan control emosi; harga diri,
rasa percaya dan cinta.
5. Sehat lingkungan penghargaan terhadap lingkungan eksternal dan
peran yangdimainkan seseorang dalam mempertahankan, melindungi,
dan memperbaikikondisi lingkungan.
6. Sehat spiritual keyakinan terhadap Tuhan atau cara hidup yang
ditentukan olehagama; rasa terbimbing akan makna atau nilai
kehidupan(Yusuf, 2017).

2.3 Indikator Terpenuhi Kebutuhan Spiritual


Indikator terpenuhi kebutuhan spiritual yang lain adalah adanya rasa
keharmonisan, saling kedekatan antara diri sendiri, orang lain, alam dan hubungan
dengan yang Maha Kuasa. Spiritual Islam memberikan gambaran terpenuhinya
kebutuhan spiritual apabila seseorang mampu mengembangkan rasa syukur, sabar
dan ikhlas. Spiritualitas bukan agama, tetapi agama dapat merupakan salah satu
jalan untuk mencapai spiritualitas.
Beberapa indikator terpenuhi kebutuhan spiritualnya seseorang adalah
apabila ia mampu:
a) Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaan kehidupan
di dunia.
b) Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian
atau penderitaan.

5
c) Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan
cintakasih yang tinggi.Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
d) Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
e) Mengembangkan hubungan antar manusia dengan positif(Yusuf, 2017).

2.4 Aspek Spiritual


Aspek spiritual berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan, menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari
kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri serta
mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha esa.
Aspek spiritual meliputi 3 komponen dasar yaitu: spiritual (keyakinan
spiritual), kepercayaan dan agama.
1) Spiritual, merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa
dan maha pencipta dan percaya pada Allah atau Tuhan yang maha pencipta
2) Kepercayaan, mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau
seseorang, juga dapat dikatakan upaya seseorang untuk memahami
tempatseseorang dalam kehidupan atau dapat dikatakan bagai mana
seseorangmelihat dinnya dalam hubungannya dengan lingkungan
3) Agama, merupakan suatu system ibadah yang terorganisir atau
teratur,mempunyai keyakinan sentral, ritual dan praktik yang biasanya
berhubungandengan kemaflan, perkawinan dan keselamatan dan mempunyai
aturan-aturan tertentu yang dipraktikkan dalam kehi dupan sehari-hari dalam
memberikankeputusan bagi yang menjankannya(Yusuf, 2017).

2.5 Pandangan Perawat Terhadap Klien


Manusia merupakan makhluk yang memiliki bio-psiko-sosio dan cultural
yang berespon secara holistic dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada
keadaan kritis.Aspek spiritual merupakan bagian integral dan interaksi perawat
dengan klien.Perawat berupaya memenuhi kebutuhan spiritual klien walaupun
tidak seagama.Di rumah sakit pemenuhan kebutuhan spiritual masih dipandang
sebelah mata, karena efek secara langsung tidak bias dilihat.Kecenderungan
perawat lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan secara fisik, hal liii

6
kadangkadang klien tidak ingat tentang kebutuhan rohani. Perawat sebagai tenaga
yang menjadi pelayan bagi klien hendaknya mengingatkan atau membimbing
terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual(Yusuf).

2.6 Aplikasi Didalam Praktik Keperawatan


Perawatan dan pengkajian spiritual menjadi hal yang sensitif dan seharusnya
didasarkan pada hubungan salling percaya diantar klien dan perawat.Pengkajian
yang akurat pada klien sangat penting untuk membantu menentukan intervensi
yang yang akan digunakan. Pengkajian kebutuhan spiritual seharusnya dilakukan
dengan pendekatan secara sistematik dimana perawat melakukan pendekatan
pengakajian di semua aspek.Pengkajian yang efektif tergantung pada terciptanya
hubungan saling percaya dan penghormatan terhadap nilai dan kepercayaan yang
ada pada klien. Observasi keperawatan meliputi lingkungan disekitar klien,
perasaan, kemampuan fungsi tubuh dan observasi data keperawatan(Khoiriyati,
2008).
Pendekatan holistik untuk melakukan pengkajian spiritual diperlukan untuk
lebih memahami kesehatan spiritual klien dan mengidentifikasi kebutuhan
spiritualnya.Spiritualitas merupakan faktor yang terintegrasi di dalam diri
individu. Hal ini dipengaruhi oleh proses fisiologis dan psikologis, latar belakang
budaya, lingkungan dan faktor yang lain. Semua area dari pengkajian keperawatan
akan didapatkan data yang diperlukan untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
(Khoiriyati, 2008).
Perawat seharusnya mulai melakukan pengkajian riwayat kesehatan klien
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan klien tentang masalah utama
yang dihadapi kemudian melangkah ke area yang lebih sensitive sebagai wujud
pemahaman dari kondisi klien. Pertanyaan langsung berhubungan dengan
spiritualitas secara umum yang ditanyakan oleh perawat seharusnya merupakan
sebuah pemahaman yang lebih baik dari kondisi klien dan mampu membuat
pokok-pokok pertanyaan dalam sebuah format yang tepat disesuaikan dengan
bahasa klien dan dengan cara memperhatikan kenyamanan baik dari perawat dank
lien. Dibawah ini merupakan contoh pengakajian spiritual yang dapat digunakan.

7
Respon klien yang ditampakkan dapat menjadi petunjuk untuk menentukan
tingkat perkembangan spiritualnya(Khoiriyati, 2008).
Petunjuk pengkajian spiritual Tanyakan pada klien tentang hal-hal dibawah
ini:
a. Kepercayaan terhadap Tuhan Pentingnya ibadah pada klien
b. Apakah ada perubahan di dalam kepercayaan atau ibadahnya akhir-akhir ini?
c. Apakah kepercayaan/agam yang dimiliki memberikan adanya harapan,
ketenangan atau rasa bersalah, malu takut atau marah?
d. Apakah dengan kondisi sakit berpengaruh terhadap kepercayaan/ibadah
e. Apakah cara yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan?
Ada sebuah konsep yang menjelaskan bahwa kebutuhan perawatan
spiritual dapat dilihat dari beberapa domain.Domain yang pertama yaitu domain
fisik, contohnya dengan adanya pengalaman terhadap nyeri dapat menyebabkan
individu lebih berfokus pada spiritualitasnya jika berpikir tentang makna
penderitaan atau rasa sakit yang dihadapinya. Sama halnya dengan harapan, rasa
takut, permasalahan yang diakibatkan oleh hubungan di dalam keluarga atau
teman sekolah, masalah financial, stigma adat dan perawatan medis merupakan
contoh dari pengalaman yang biasa dijumpai dan dapat dihubungkan dengan
konsep spiritulitas (bagian dari transcendent concern)(Khoiriyati, 2008).
Dari beberapa pengalaman untuk memperoleh proses penyembuhan, baik
yang rasional maupun paradoksikal, kenyataannya kesemuanya dapat
menunjukkan hasil dalam proses penyembuhan. Oleh karena itu, dalam
keperawatan holistik dikenal istilah terapi komplementer dan alternatif
(complementary and alternative therapy, CAM).(Yusuf, 2017)
Paradigma dalam keperawatan holistik, body-mind-spirit adalah sesuatu
yang saling ketergantungan dan saling memperkuat satu sama lain. Setiap manusia
mempunyai komponen body-mind-spirit, keberadaannya sangat diperlukan dalam
proses penyembuhan (healing). Kata healing itu sendiri berasal dari kata; whole
dan holy, keduanya berasal dari asal kata yang sama hol, yang berarti whole =
menyeluruh.
Paradigma inilah yang memberikan sugesti secara alamiah bahwa proses

8
penyembuhan merupakan proses spiritual yang mencerminkan totalitas manusia.
Totalitas spiritual manusia tampak pada domain spiritual, berupa; mystery, love,
suffering, hope, forgiveness, peace and peacemaking, grace, and prayer.
1. Mystery
Mystery adalah pengalaman manusia yang melekat dalam kehidupannya, dan
ini merupakan nilai spiritual yang melekat dalam dirinya. Mystery adalah sesuatu
yang dimengerti dan dapat menjelaskan yang akan terjadi setelah kehidupan ini.
Kepercayaan terhadap apa yang terjadi setelah kehidupan inilah yang memberi
nilai spiritualitas manusia, sehingga dia bisa menilai kualitas perilaku dalam
kehidupan untuk kehidupan akhirat.
Kepercayaan terhadap nilai kehidupan akhirat akan memberikan spirit khusus,
menjadi motivator persepsi dalam memaknai sehat sakit, menjadi sumber
kekuatan dalam proses penyembuhan yang dapat mengalahkan semua kesakitan
dan penderitaan di dunia. Hidup di dunia hanyalah sementara, kehidupan akhikrat
akan kekal selamanya, dan semua bekal kehidupan kekal di akhirat harus di
bangun dan diciptakan selama hidup di dunia.
2. Love
Love Cinta merupakan sumber dari segala kehidupan, menjadi bahan bakar
dari nilai spiritual, karena perasaan cinta berasal dari hati, pusat dari penampilan
ego seseorang. Ego adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia sesuai dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Cinta, seperti sebuah spirit, tidak jelas
tempatnya, waktu, dan situasi dimana perasaan tersebut dirasakan, tetapi ini
merupakan sumber energi dalam proses penyembuhan.
Hubungan antara cinta dan proses penyembuhan adalah meneruskan berbagai
sumber untuk eksplorasi sesuatu yang menakjubkan dalam proses penyembuhan.
Cinta termasuk suatu yang misterius, terkait dengan pilihan dan perasaan, antara
memberi dan menerima. Cinta termasuk dimensi cinta pada diri sendiri,
devinelove, cinta untuk orang lain, cinta kepada Rasulullah, dengan kehidupan
rohaniah, dan cinta untuk seluruh aspek kehidupan. Adanya perasaan cinta
merupakan kunci dari domain spiritualitas seseorang.
3. Suffering

9
Keberadaan dan arti penderitaan adalah merupakan domain spiritual.
Penderitaan adalah salah satu issue inti dari misteri kehidupan, dapat terjadi
karena masalah fisik, mental, emosional dan spiritual. Meskipun demikian, tidak
semua orang merasakan penderitaan yang sama untuk suatu keadaan yang sama.
Perasaan dipengaruhi oleh konsep sakit dan nilai spiritual tentang makna
penderitaan, budaya, latar belakang keluarga, amalan keagamaan, dan kepribadian
seseorang. Perawat perlu memperhatikan respon penderitaan seseorang karena
akan mempengaruhi konsep sehat sakit dan upaya mencari penyembuhan.
Penderitaan atau kesengsaraan adalah sesuatu yang relatif, tergantung fokus dan
makna spiritual yang dikembangkan. Nabi Ayyub, pernah dicoba oleh Allah
dengan diberikan penderitaan berupa penyakit kulit yang tidak kunjung sembuh.
Beliau dengan sabar dan ihlas menjalani penderitaan ini dengan makna spiritual
yang sangat tinggi, bahkan sampai ditinggalkan oleh anak dan istri, dikucilkan
oleh masyarakat. Meskipun demikian, sama sekali tidak ada penderitaan yang
dirasakan oleh Nabi Ayyub, bahkan beliau menjadi sangat bahagia karena bisa
memberi hak hidup bagi semua kuman penyebab penyakit yang dialami. Ulat
yang menggerogoti pinggir lukanya tetap dibiarkan hidup, disisihkan ketika akan
sholat, dan dikembalikan lagi setelah sholat. Subhanallah, akhirnya Nabi Ayyub
kembali diberikan kesembuhan oleh Allah SWT
4. Hope
Harapan terkait dengan keinginan di masa yang akan datang, berorientasi pada
masa yang akan datang. Ini adalah merupakan energi spirit untuk mengantisipasi
apa yang akan terjadi kemudian, bagaimana caranya bisa menjadi lebih baik.
Disinilah makna spiritualitas dari sebuah harapan.Dia merupakan hubungan yang
positif antara harapan, spiritual well-being, nilai keagamaan, dan perasaan positif
lainnya.
Menanamkan harapan dalam kehidupan spiritual yang sesungguhnya akan
menjadi fondasi utama dalam menemukan makna kehidupan seseorang, menjadi
penentu arah dalam pilihan kehidupan, menjadi dasar dalam berfikir dan
berperilaku seseorang. Oleh karena itu, penguatan nilai-nilai spiritual orang tua
kepada anak menjadi hal penting dalam membangun masadepan anak, menjadi
penentu arah kemana mereka akan berkembang.

10
5. Forgiveness
Pemaaf adalah komponen utama dari self-healing.Sikap mau memaafkan
adalah kebutuhan yang mendalam dan pengalaman yang sangat diharapkan dapat
dilaksanakan seseorang. Keadaan ini memerlukan keyakinan kuat bahwa Tuhan
Maha Pemaaf(Yusuf, 2017).
Memaafkan adalah suatu sifat, sikap dan perilaku yang sulit dilaksanakan, apalagi
ketika kita merasa pernah disakiti, semua akan tetap membekas. Memerlukan
kesadaran mendasar bahwa kita ini bukan siapa-siapa, semua terjadi atas
kehendak-Nya. Kita lahir tidak membawa apa-apa, matipun tidak membawa apa-
apa. Apa yang harus kita sombongkan, kenapa tidak bisa memaafkan seseorang.
Tuhan saja maha pengampun.Kita memang bukan tuhan, kita bukan malaikat,
tetapi kesadaran untuk bisa memaafkan terhadap perilaku yang kurang bisa terima
adalah sesuatu yang harus kita latih dengan mengedepankan makna spiritual
bahwa kitapun belum tentu lebih benar dan lebih baik dari mereka. Dengan
demikian forgiveness akan menjadi komponen utama dalam proses penyembuhan
diri dan mengurangi makna penderitaan(Yusuf, 2017).
6. Peace and Peacemaking
Damai dan pembentukan perdamaian bagi sebagian orang tidak bisa
dipisahkan dari keadilan yang melekat pada diri seseorang, dimana seseorang bisa
hidup dan berada dalam langkungan alamiah dan menyembuhkan.Kedamaian ini
tidak tergantung dari lingkungan eksternal, banyak orang datang dari sisi kelam
kehidupan atau brutal menjadi pejuang perdamaian.Keadaan ini mengalir dari
hubungan yang membuat kita bertahan dalam kehidupan yang damai.Ini adalah
pencapaian spiritualitas yang besar.(Yusuf, 2017)
Perdamaian adalah suatu cita-cita hidup yang luhur dan indah, tetapi kenapa
masihsaja ada perang. Mereka berusaha mendapatkan perdamaian tetapi dengan
cara merusak, menyakiti dan membunuh yang lain. Apa yang salah dalam
kehidupan ini. Menurut Asy’ari, 2012 tahap spiritual keagamaan seseorang terdiri
dari 3 tahap, faith, though, dan discovery. Apabila keyakinan spiritualitas
keagamaan berhenti pada tahap faith, seseorang akan berpendapat bahwa hanya
ajarannya yang benar. Ini berbahaya, karena menganggap keyakinan yang lain
menjadi salah. Apabila keyakinan keagamaan berhenti pada tahap thought juga

11
berbahaya, karena seseorang akan menganggap hanya pemikiran dan rasional
ajarannya saja yang benar, sementara yang lain salah. Tahap spiritualitas
keagaamaan harusnya sampai pada tahap discovery, diamana setiap manusia dapat
memberi manfaat bagi yang lain, apapun keyakinannya dapat hidup saling
menghargai, saling berdampingan, memperjuangkan kehidupan spiritual sesuai
keyakinannya dan ternyata muaranya sama, Tuhan. Inilah kehidupan yang
Rahmatan lilalamiin, terciptalah kedamaian bagi semuanya(Yusuf, 2017).

12
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

Tanggal 15 Februari 2019 sekitar pukul 18.30 pasien tiba-tiba tidak bisa menelan
setelah mencoba makanan di rumah. Tanggal 17 Februari 2019 pasien di bawa ke
IGD RSSA Malang oleh keluarga. Lalu pasien di pindahkan ke ruang rawat inap
27 hingga sekarang. kondisi pasien saat ini sesak, pasien terpasang oksigen nassal
kanul 2-4 lpm. Pasien hanya berbaring. Semua aktivitas ADL, di bantu keluarga
karena pasien tidak kuat untuk melakukan aktivitas sendiri. Keluarga pasien
mengatakan, pasien sudah ke 3 kalinya ke RSSA karena pasien sudah terkena
penyakit jantung sejak kelas 2 SD. Pasien mengatakan sholat di rumah tetapi tidak
shalat selama di rumah sakit karena tidak membawa peralatan shalat dan tempat
untuk shalat tidak ada. Pasien tidak mengerti cara shalat di atas tempat tidur

Intervensi yang di lakukan perawat :


1. Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan kesehatan
2. Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
3. Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit
4. Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukup selama masa
ketidakberdayaan
5. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
6. Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
7. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, atau orang lain
8. Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis. Ustadz, pendeta, room, biksu)
(SIKI, 2018)

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Perawat berada dalam posisi terbaik dalam memberikan asuhan
keperawatan, terutama ketika merawat klien yang mengalami penyakit yang
mengancam jiwa, penyakit kronis dan kondisi terminal.Perawat belajar sejak dini
untuk menjadi komunikator dan pendengar yang baik. Dengan membantu klien
mengekspresikan kepercayaannya dan hadir secara fisik di dekat klien selama
proses penyakitnya maka perawat sedang memberikan perawatan spiritual.
Perawatan spiritual pada klien merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkandari praktek keperawatan jika kita memandang klien sebagai individu
secara komprehensif.Oleh karena itu, Perawat harus mengembangkan identitas
spiritualnya supaya lebih sensitif terhadap kebutuhan spiritual klien.Tantangan
bagi perawat adalah menerapkan pandangan secara holistik pada kehidupan dan
dirinya. Selanjutnya, ide ini diterapkan dalam pemberian perawatan pada orang
lain secara nyata menggunakan pendekatan yang sistematik dengan menggunakan
proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan
yang tepat, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang berkesinambungan.

4.2 saran
Tindakan dukungan spiritual pada pasien dapat efektif meningkatkan
kesehatan dan penerimaan penyakitnya sehingga disarankan agar tindakan
dukungan spiritual ini menjadi salah satu intervensi mandiri dan diperhatikan oleh
pemberi layanan keperawatan.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Febrianti, Reni, et al. Faktor Yang Mempengaruhi Peran Perawat Dalam


Memenuhi Kebutuhan Spiritual Klien. Vol. 6, no. 1, 2020, pp. 282–90.
Khoiriyati, Azizah. Perawatan Spiritual Dalam Keperawatan : Sebuah
Pendekatan Sistematik. Vol. 8 no 1:48-, 2008, pp. 48–51.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(II). Jakarta.
Yusuf, Ah. Kebutuhan Spiritual; Konsep Dan Aplikasi Dalam Asuhan
Keperawatan. no. May, 2017.

Anda mungkin juga menyukai