Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit

Kronis Degeneratif di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Susi Oktowaty1, Elsa Pudji Setiawati2, Nita Arisanti2

Klinik Pratama Mitra Sehati


1
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Abstrak

Fungsi keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung peningkatan kualitas hidup pasien penyakit
kronis. Memiliki kualitas hidup yang baik akan mengurangi risiko terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk
keadaan. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup pasien penyakit kronis
degeneratif yang tergabung dalam komunitas Program Pengelolaan Penyakit Kronis Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan atau Prolanis BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Penelitian deskriptif
analitik dengan pendekatan potong lintang ini dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2017 dengan
menggunakan kuesioner dari WHO Quality of Life - BREF (WHOQOL-BREF) dan APGAR Keluarga. Teknik
pengambilan sampel adalah total sampling sebanyak 128 peserta Prolanis di Klinik Pratama Mitra Sehati yang
kontrol rutin dalam 3 bulan terakhir. Pada penilaian APGAR keluarga didapatkan 52,3% peserta memiliki keluarga
disfungsional sedang dan 43,8% sangat fungsional. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna
antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup peserta Prolanis (p value=0,014) sedangkan pengaruh fungsi keluarga
terhadap kualitas hidup peserta Prolanis sebesar 8,8% (R2=0,088). Hal ini menjadi salah satu aspek penting bagi
dokter di layanan primer agar lebih melibatkan peran fungsi keluarga dalam mengelola pasien penyakit kronis.

Kata kunci : Fungsi keluarga, kualitas hidup, pasien penyakit kronis degeneratif

The Relationship Between Family Function and Quality of Life of Chronic


Degeneratif Patients in Primary Health Care Service
Abstract

Family function is one of the important factor in supporting the improvement of life quality of chronic disease
patient. Having a good quality of life will reduce the risks that can make things worse. This research aimed to
know the relation of family function with quality of life of chronic disease patients from the Health Social Security
Organizing Agency program, that known as Prolanis BPJS in First Level Health Facilities. This analytic study used
cross sectional conducted in January to February 2017 using WHO Quality of Life – BREF (WHOQOL-BREF)
and Family APGAR questionnaires. The sampling technique is a total sampling of 128 Prolanis in Mitra Sehati
Pratama Clinic who regularly controls in the last 3 months. APGAR Family assessment found 52.3% of participants
had a moderate family and 43.8% were very functional. The result showed that there was a significant correlation
between family function and quality of life of Prolanis participants (p value = 0.014) while the influence of family
function on quality of life of Prolanis participants was 8.8% (R2 = 0.088). This was one of the important things for
primary care doctors to further involve the role of family functions in dealing with patients with chronic diseases.

Keywords : Family function, quality of life, chronic degeneratif disease patient

Korespondensi:
Susi Oktowaty, dr., MKM
Klinik Pratama Mitra Sehati
Komplek Griya Mitra, Jl. Mitra Sehati Raya No. 17 Cinunuk Kab. Bandung
Mobile : 081322829893
Email : ytawotkoisus@yahoo.com

1 JSK, Volume 4 Nomor 1 September Tahun 2018


Susi Oktowaty, dr., MKM : Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Kronis Degeneratif
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Pendahuluan hidup masyarakat maka pemerintah telah


mencanangkan Peraturan Menteri Kesehatan
Perhatian dunia terhadap penyakit tidak menular Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016
(PTM) semakin meningkat karena semakin tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
meningkat pula frekuensi kejadiannya pada Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.
masyarakat di berbagai negara. Data dari Pedoman ini dimaksudkan untuk meningkatkan
World Health Organization (WHO) tahun 2008 derajat kesehatan melalui upaya kesehatan dan
menunjukkan bahwa penyebab utama kematian di pemberdayaan masyarakat dengan dukungan
Asia Tenggara adalah penyakit kronis degeneratif, finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan
yaitu sebanyak 55%. Meningkatnya prevalensi yang merupakan prioritas pembangunan
penyakit degeneratif tidak saja berkaitan dengan kesehatan pada periode 2015-2019.
meningkatnya morbiditas, mortalitas dan Keluarga mempunyai peran yang sangat
disabilitas di kalangan masyarakat, namun juga penting dalam mengembangkan, mencegah,
akan meningkatkan biaya kesehatan sehubungan mengadaptasi dan atau memperbaiki masalah
dengan meningkatnya kejadian komplikasi kesehatan yang ditemukan dalam keluarga itu
penyakit kronis degeneratif. Untuk mengantisipasi sendiri. Masalah kesehatan dalam keluarga
terjadinya peningkatan biaya kesehatan maka saling berkaitan dan saling memengaruhi antar
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) anggota keluarga yang pada akhirnya akan
Kesehatan meluncurkan Program Pengelolaan memengaruhi masyarakat yang ada disekitarnya.
Penyakit Kronis yang disebut dengan Prolanis. Oleh karena itu keluarga mempunyai posisi yang
Prolanis adalah sebuah program dengan sistem strategis untuk dijadikan sebagai bagian dari unit
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif pelayanan kesehatan.4,5
yang dilaksanakan pada Fasilitas Kesehatan Keluarga yang fungsional merupakan salah
Tingkat Pertama (FKTP) secara terintegrasi satu faktor pendukung penting bagi keluarga
dengan tujuan agar tercapai kualitas hidup yang dalam memecahkan masalah kesehatan serta
optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga
efektif dan efisien. Dengan tercapainya kualitas yang sakit.3 Instrumen penilaian terhadap
hidup optimal diharapkan komplikasi penyakit fungsi keluarga yang digunakan adalah APGAR
dapat dicegah. Keluarga (Family APGAR), yaitu penilaian
Kualitas hidup adalah persepsi individu fungsi internal keluarga ditinjau dari hubungan
mengenai posisi mereka dalam kehidupan sesuai setiap anggota keluarga terhadap anggota
dengan konteks budaya dan sistem nilai dimana keluarga lainnya yang diciptakan oleh Smilkstein
mereka hidup, serta dalam hubungannya dengan pada Tahun 1978.
harapan, tujuan, standar yang ditetapkan oleh Penilaian berdasarkan kepuasan hubungan
individu tersebut. Instrumen penilaian kualitas dalam keluarga ditinjau dari aspek Adaptation
hidup yang digunakan pada penelitian ini (adaptasi), Partnership (kemitraan), Growth
dikembangkan oleh sekelompok ahli dari WHO (pertumbuhan), Affection (kasih sayang) dan
(2004) yaitu The World Health Organization Resolve (kebersamaan).
Quality of Life (WHOQOL) - BREF yang telah Pada aspek adaptasi menilai kemampuan
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan keluarga untuk menggunakan dan membagi
dilakukan tes validasi. Penilaian terdiri dari sumber daya yang dimiliki oleh setiap anggota
empat dimensi, yaitu kondisi fisik, psikologis, keluarganya. Aspek kemitraan menilai
hubungan sosial dan lingkungan individu. kemampuan dalam berbagi, membuat keputusan
Hasil penjumlahan dari semua nilai pertanyaan dan memecahkan masalah bersama melalui
dikelompokkan dalam kategori kualitas hidup komunikasi yang baik. Aspek pertumbuhan
baik dan yang kurang dalam kategori kualitas menilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam
hidup kurang. Kualitas hidup tidak semata-mata hal kebebasan untuk mencapai perubahan atau
didapat dengan sendirinya, namun merupakan pertumbuhan baik fisik maupun mental. Pada
peran dari berbagai faktor diantaranya adalah aspek kasih sayang yang dinilai adalah kepuasan
keluarga.1,2 Penelitian oleh Kang dkk di China anggota keluarga terhadap keintiman dan reaksi
dengan menggunakan instrumen WHOQOL – emosional diantara anggota keluarga. Aspek
BREF dapat membuktikan bahwa dukungan kebersamaan mewakili bagaimana waktu, ruang
keluarga dalam konteks hubungan sosial adalah dan keuangan yang dibagikan. Hal ini mengukur
salah satu faktor yang dapat memengaruhi kepuasan anggota keluarga dengan komitmen
kualitas kesehatan pasien kronis termasuk yang dibuat oleh anggota keluarga tersebut.6
diabetes melitus.3 Hasil jawaban yang terkumpul dari 5 skor
Mengingat pentingnya peran keluarga APGAR keluarga dijumlahkan dan dikelompokan
khususnya dalam meningkatkan kualitas dalam 3 kategori, yaitu disfungsional berat atau

2 JSK, Volume 4 Nomor 1 September Tahun 2018


Susi Oktowaty, dr., MKM : Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Kronis Degeneratif
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

fungsi keluarga tidak sehat, disfungsional sedang Prolanis yang terdaftar, hanya 150 peserta yang
atau fungsi keluarga kurang sehat serta sangat memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu bersedia
fungsional atau fungsi keluarga sehat. menjadi responden, terdaftar aktif di Klinik
Penilaian APGAR Keluarga lebih Pratama Mitra Sehati minimal 6 bulan sebelum
menggambarkan hubungan internal individu penelitian berlangsung serta kontrol rutin ke
langsung kepada seluruh anggota keluarganya. dokter setiap bulan selama 3 bulan berturut-turut
Bila terdapat masalah dalam keluarga, bagaimana yaitu Oktober, November dan Desember 2016.
sikap dan komunikasi antar anggota keluarga Kriteria eksklusi subjek penelitian adalah
untuk menyelesaikan masalah. Bagaimana peserta yang tidak bersedia mengisi kuesioner
kebersamaan, kasih sayang dan rasa saling atau tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
menunjang satu sama lain. Hal-hal tersebut Penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu variabel
membantu menumbuhkan kualitas hidup individu. terikat (dependen) yaitu kualitas hidup peserta
Hal ini sejalan dengan penelitian Takenaka Prolanis menggunakan instrumen WHOQOL-
di Jepang yang menyatakan bahwa penilaian BREF serta variabel bebas (independen) yaitu
APGAR Keluarga terutama untuk mengetahui fungsi keluarga peserta Prolanis di Klinik Mitra
bagaimana sebuah keluarga membangun rasa Sehati menggunakan instrumen APGAR keluarga.
kebersamaan yang penting dalam membangun Metode statistik yang digunakan adalah analisis
keluarga yang fungsional. Keluarga yang univariat untuk melihat distribusi frekwensi
fungsional merupakan salah satu terapi potensial masing-masing variabel serta analisis bivariat
dalam mengatasi masalah keluarga. Dokter di dengan uji chi square untuk menganalisis
layanan primer sebaiknya memperhatikan fungsi hubungan antara variabel independen dan
keluarga pasien melalui penilaian APGAR dependen. Analisis multivariat dilakukan dengan
Keluarga, dengan demikian dokter dapat menggunakan regresi logistik untuk melihat
mengintervensi keluarga untuk menunjang terapi.4 pengaruh antara variabel independen dengan
Sejak tahun 2011 Corales dan Medina dari dependen dan koefisien determinasi (R2) untuk
Filipina telah mengembangkan sebuah instrumen mengetahui seberapa besar kemampuan variabel
untuk menilai fungsi keluarga yang memiliki independen untuk berkontribusi terhadap variabel
anak dengan penyakit kanker, yaitu modifikasi dependen dalam satuan persentase.
kuesioner APGAR Keluarga untuk melihat faktor Etika penelitian telah didapat melalui prosedur
yang berasal dari internal dan kuesioner SCREEM kaji etik dan mendapat pernyataan disetujui
(Social, Culture, Religion, Economy, Education, pelaksanaannya dari Komisi Etik Penelitian dan
Medical) untuk mencari faktor dari eksternal. Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Instrumen tersebut dinamakan SCREEM- Padjadjaran Bandung, dengan Surat Keterangan
RES. Penilaian fungsi keluarga tersebut sangat Persetujuan Etik Nomor: 89/ UN6C1.3.2/KEPK/
dibutuhkan untuk lebih mengoptimalkan PN/2017.
kolaborasi dengan keluarga dalam pengelolaan
pasien kanker yang lebih baik.5
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian Hasil
ini adalah menganalisis hubungan antara fungsi
keluarga dengan kualitas hidup serta mengetahui Dari total sample 150 responden peserta
seberapa besar pengaruh fungsi keluarga yang Prolanis yang terdaftar di Klinik Pratama Mitra
diukur melalui APGAR keluarga terhadap Sehati, hanya 128 responden berhasil mengisi
kualitas hidup pasien penyakit kronis peserta dan mengembalikan kuesioner. Jumlah sampel
BPJS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. tersebut sudah melampaui batas sampel minimal
(108) berdasarkan Tabel Krejcie.
Gambaran karakteristik sampel menunjukkan
Metode jumlah responden lebih banyak pada usia lebih
dari 60 tahun (52%), jenis kelamin perempuan 76
Metode penelitian adalah analitik kuantitatif (59,4%), status sudah menikah (82%), domisili
dengan pendekatan potong lintang dengan tinggal di rumah sendiri (84.4%), tinggal serumah
menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF dengan keluarga lengkap (59%), mengalami
dan APGAR keluarga yang telah divalidasi. pendidikan setingkat SMU atau lebih (77%),
Penelitian dilakukan di Klinik Pratama Mitra tinggal di rumah sendiri sebanyak (59,4%),
Sehati pada bulan Januari dan Februari 2017. mempunyai penghasilan sendiri (59,4%) serta
Subjek penelitian adalah peserta Prolanis BPJS peserta Prolanis penyandang hipertensi (62,5%).
Kesehatan di Klinik Pratama Mitra Sehati, yang Pada tabel 2 diperlihatkan hasil perhitungan
terdiri dari penyandang hipertensi, diabetes WHOQOL-BREF yang sudah ditransformasikan
melitus dan asma bronchiale. Dari 240 peserta sesuai ketentuan diperoleh nilai rata-rata sebesar

3 JSK, Volume 4 Nomor 1 September Tahun 2018


Susi Oktowaty, dr., MKM : Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Kronis Degeneratif
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

209, maka nilai > 209 masuk dalam kategori kualitas hidup kurang, nilai APGAR Keluarga
individu yang mempunyai kualitas hidup baik. yang terbanyak adalah disfungsional sedang,
Pada penelitian ini didapat 52,3% responden yaitu sebanyak 38 atau 62,3%. Pada kelompok
memiliki kualitas hidup baik. Distribusi fungsi kualitas hidup baik sebagian besar memiliki
keluarga hasil perhitungan APGAR Keluarga APGAR Keluarga sangat fungsional, yaitu 37
sebagian besar memiliki disfungsional sedang atau sebesar 55,3%.
(52,3%). Pada analisis multivariat terlihat pengukuran
fungsi keluarga yang diukur dengan instrumen
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik APGAR Keluarga mempunyai pengaruh pada
Responden kualitas hidup sebesar 0,088 atau 8,8%.
Karakteristik (n=128) Jumlah
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengukuran
Usia Variabel
< 60 tahun 66 (52%) Variabel Jumlah
>= 60 tahun 62 (48%) WHOQOL-BREF
Jenis Kelamin Kurang 61 (47,7%)
Laki-laki 52 (40,6%) Baik 67 (52,3%)
Perempuan 76 (59,4%) APGAR Keluarga
Status Pernikahan Disfungsional Berat 5 (3,9%)
Menikah 105 (82%) Disfungsional Sedang 67 (52,3%)
Janda/ Duda/ Belum 23 (18%) Sangat Fungsional 56 (43,8%)
menikah
Tinggal Serumah Tabel 3 Hubungan antara Fungsi Keluarga
Keluarga Lengkap 75 (59%) (APGAR Keluarga) terhadap Kualitas Hidup
(WHOQOL BREF)
Keluarga Tidak Lengkap 53 (41%)
Domisili:
Kualitas Hidup p
Variabel
Bukan Rumah 20 (15,6%)
Kurang Baik value
Sendiri APGAR Keluarga
Rumah Sendiri 108 (84,4%) Disfungsional 4 1
Pendidikan Berat (6,6%) (1,5%)
Rendah 30 (23%) Disfungsional 38 29 0,014
Sedang (62,3%) (43,3%)
Tinggi 98 (77%)
Sangat Fungsional 19 37
Penghasilan (31,1%) (55,3%)
Tidak Berpenghasilan 52 (40,6%)
Berpenghasilan 76 (59,4%)
Karakteristik (n=128) Jumlah
Pembahasan
Pekerjaan Pada penelitian ini responden yang mempunyai
Tidak Bekerja 81 (63,3%) kualitas hidup sebagian besar memiliki
Bekerja 47 (36,7%)
fungsi keluarga yang sangat baik. Hal ini
memperlihatkan adanya hubungan bermakna
PROLANIS antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup,
Hipertensi 82 (64,1%) baik dari aspek kesehatan fisik, psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan. Hubungan
Diabetes Melitus 46 (35,9%) sosial meliputi hubungan personal dan dukungan
sosial termasuk dukungan keluarga menjadi
Pada tabel 3 menjelaskan hubungan antara fungsi salah satu aspek penting dalam membangun
keluarga APGAR Keluarga dengan kualitas hidup kualitas hidup. Hasil penelitian Anikha pada
WHOQOL-BREF menggunakan uji statistika Tahun 2015 di sebuah rumah sakit di Surabaya
Chi-Square diperoleh informasi dimana nilai p bahwa terdapat pengaruh dari dukungan keluarga
lebih kecil dari 0,05 (nilai p < 0,014) yang berarti terhadap kualitas hidup pasien disamping
signifikan atau bermakna secara statistik. Pada pengaruh status diabetes pada pasien penyakit

4 JSK, Volume 4 Nomor 1 September Tahun 2018


Susi Oktowaty, dr., MKM : Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Kronis Degeneratif
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

ginjal kronis dengan hemodialisis itu sendiri. Hal dibangun oleh beberapa faktor, diantaranya usia,
ini memperlihatkan bahwa pentingnya intervensi kekuatan dan kesehatan fisik, adanya motivasi
keluarga pada pengelolaan pasien penyakit dan keinginan untuk bertindak. Hal ini pernah
ginjal kronis dengan hemodialisis.7 Begitu dibuktikan pada penelitian Kusniyah, Nusiswa
juga pada penelitian Arianti yang menemukan dan Rahayu terhadap pasien diabetes. Semakin
adanya hubungan antara dukungan sosial dan tinggi self care atau kemandirian pasien diabetes
kualitas hidup pada lansia penderita hipertensi di maka semakin baik tingkat HbA1C, dengan
Bandung. Diperoleh data bahwa kelompok lansia demikian semakin baik pula kualitas hidup
hipertensi dalam penelitian ini cenderung akan pasien.11
terdorong untuk berupaya menjalani pengobatan Peran dokter di layanan primer serta petugas
dengan baik dan mencapai kualitas hidup yang medis di faskes primer sangat penting dalam
tinggi ketika merasa memiliki dukungan sosial membantu menumbuhkan rasa percaya diri
yang tinggi, khususnya ketika dukungan keluarga sehingga pasien dapat lebih mandiri mengatasi
dinilai positif untuk membantunya.8 masalah kesehatan pasien. Salah satunya adalah
Responden pada penelitian ini sebagian berkolaborasi dan bekerjasama dengan keluarga
besar tinggal di rumah sendiri beserta keluarga atau pendamping pasien. Tujuannya untuk
inti, yaitu anak dan cucunya. Dengan demikian meningkatkan dukungan keluarga terhadap
peran keluarga sangat besar dirasakan oleh para pengelolaan pasien. Pada penelitian Fuji di Jawa
responden dalam menjalankan kehidupan sehari- Barat menyatakan bahwa dukungan keluarga
harinya. Dukungan keluarga merupakan salah mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas
satu unsur penting dalam membangun fungsi hidup pasien diabetes khususnya dalam bentuk
keluarga pada penilaian APGAR Keluarga. dorongan (encouragement) dari keluarga. Dengan
Hasil analisis menggambarkan bahwa keluarga demikian fungsi keluarga akan bertambah baik
fungsional cenderung mempunyai kualitas dan kualitas hidup pasienpun meningkat.12 Hasil
hidup lebih baik terutama dari aspek hubungan penelitian Elyasari di Lampung juga menyatakan
sosial termasuk dukungan keluarga, sebaliknya adanya hubungan antara dukungan keluarga
keluarga tidak fungsional cenderung memiliki dengan keaktifan pasien diabetes melitus dalam
kualitas hidup yang kurang. Hasil penelitian melakukan kontrol pemeriksaan gula darah.13
Rosland, Heiser, dkk di Michigan Tahun 2010 Intervensi keluarga terutama perilaku keluarga
mengatakan bahwa terdapat pengaruh antara yang mendukung proses penyembuhan pasien.
fungsi keluarga dengan kemandirian pasien Dalam hal ini pengaruh psikososial dari keluarga
diabetes dan penyakit jantung. Fungsi keluarga lebih berpengaruh pada pengontrolan gula darah
yang tinggi berkaitan dengan tingkat dukungan pasien dibandingkan hanya sekedar minum obat
keluarga yang lebih tinggi pula. Semakin tinggi teratur. Hal ini dikemukakan dalam penelitian
fungsi keluarga semakin baik kemandirian Keogh dkk.14 Pada penelitian Kim dan Given dari
pasien, dengan demikian kualitas pasien akan American Cancer Society menemukan adanya
semakin baik pula.9 Berbeda dengan penelitian efek yang memengaruhi kualitas keluarga pasien
Dwi Handayani pada lansia yang mengikuti penyakit kronis terutama kanker. Bukan hanya
Posbindu (Pos pembinaan terpadu) di Surakarta. psikologis, namun juga fisik, spiritual dan perilaku
Hasil penelitian menunjukkan dukungan keluarga yang disesuaikan dengan kondisi pasien penyakit
tidak ada hubungannya dengan kepatuhan lansia kronis.15 Hal serupa juga dikemukakan oleh Golics
untuk mengikuti Posbindu. Kepatuhan untuk dari hasil penelitiannya tentang kualitas hidup
mengikuti kegiatan Posbindu adalah salah satu keluarga pasien penyakit kronis akibat pengaruh
bentuk upaya meningkatkan kualitas hidup dari anggota keluarga yang menderita penyakit
dari sisi fisik. Semakin baik persepsi seseorang kronis, antara lain dampak pada emosional,
terhadap kesehatan fisiknya maka akan semakin aktivitas keseharian, hubungan keluarga bahkan
baik pula kualitas hidupnya.10 kesehatan keluarga.16 Penelitian ini mempunyai
Pada penelitian ini sebagian besar responden beberapa keterbatasan diantaranya adalah
masih berusia dibawah 60 tahun, berpendidikan pemahaman kalimat pada kuesioner WHOQOL-
minimal SMA dan sudah tidak aktif bekerja di BREF yang telah diterjemahkan ke dalam
luar rumah, namun masih dapat mengurus dirinya bahasa Indonesia dan sudah divalidasi. Beberapa
sendir dalam aktifitas sehari-hari. Hasil analisis responden perlu didampingi dalam pengisian,
menunjukkan bahwa selain fungsi keluarga yang terutama pada yang usianya sudah lanjut atau
terukur oleh APGAR Keluarga, masih ada faktor pada beberapa responden yang berpendidikan
lain yang dapat meningkatkan kualitas hidup rendah. Peneliti harus menyediakan waktu untuk
pasien kronis, diantaranya adalah kemandirian menjelaskan pertanyaan responden, sementara
pasien dalam perawatan atau pemeliharaan waktu penelitian terbatas.
kesehatan diri (self-care). Kemandirian dapat Simpulan, pasien penyakit kronis degeneratif

5 JSK, Volume 4 Nomor 1 September Tahun 2018


Susi Oktowaty, dr., MKM : Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Kronis Degeneratif
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

yang termasuk dalam kelompok Prolanis pada 6. Leopando ZE, Alip BAJ, Bernandez TL,
penelitian ini lebih banyak yang memiliki kualitas Hipol CL, Maglonzo, Olazo, Samaniego,
hidup baik serta memiliki keluarga yang sangat Tinio. Text Book of Family Medicine Volume
fungsional, sehingga dapat dikatakan terdapat 1. Philipine. 2014: 58-90.
hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas 7. Anikha Widya Bestari. Influence Of Family
hidup pada pasien penyakit kronis degeneratif. Support And DM Status With Hemodialysis
Pengaruh fungsi keluarga terhadap kualitas hidup Patient’s Quality Of Life. E-journal.unair. Vol
pasien penting untuk diperhatikan oleh dokter di 4, No 2 (2016).
layanan primer dalam mengelola pasien dengan 8. Arianti K., Hubungan Antara Dukungan
penyakit kronis degeneratif tersebut. Penilaian Sosial Dan Kualitas Hidup Pada Lansia
kualitas hidup pasien yang biasa dilakukan Penderita Hipertensi. Diploma Thesis.
dokter di tempat praktik kebanyakan hanya Universitas Padjadjaran. Bandung, 2011.
pemeriksaan fisik saja. Diharapkan penelitian ini 9. Rosland A.M., Heisier M., ed all. Family
dapat mendorong dokter di layanan primer untuk Influences on Self-Management Among
membuat penilaian kualitas hidup pasien melalui Functionally Independent Adults with
aspek lainnya seperti aspek psikologis, hubungan Diabetes or Heart Failure: Do Family
social serta lingkungan individunya. Kualitas Members Hinder As Much As They Help?.
hidup pasien secara menyeluruh baik lahir NIH Public Access. Michigan. 2010.
maupun bathin diharapkan akan menghindari 10. Handayani D., Wahyuni, Hubungan
kemungkinan bertambah parahnya penyakit Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
atau komplikasi. Penilaian fungsi keluarga dan Lansia Dalam Mengikuti Lansia Di Posyandu
kualitas pasien sebaiknya menjadi bagian dari Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru
pemeriksaan rutin pada setiap pasien penyakit Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Ilmu Kesehatan
kronis degeneratif dan dimasukkan dalam rekam Gaster Surakarta. 2012; 9(1): 49-58
medis Dokter Layanan Primer. 11. Kusniyah Y.,Nursiswati, Rahayu U.
Hubungan Tingkat Self Care Dengan Tingkat
HbA1C Pada Klien Diabetes Melitus Tipe
Daftar Putaka 2 Di Poliklinik Endokrin RSUP DR. Hasan
Sadikin. Bandung. 2016. (Diunduh 20
1. World Health Organization, WHOQOL- Januari 2016). Tersedia dari http://pustaka.
BREF, Introduction, Administration, Scoring unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/
And Generic Version of The Assessment. hubungan_tingkat_self_care_dengan_
1996 tingkat_hba1c.pdf
2. Azizah, Sofyan A., Suyanto. Gambaran 12. Rahmawati F, Setiawati EP., Solehati T.,
Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Yang Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap
Menjalani Radioterapi Di RSUD Arifin Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe
Achmad Provinsi Riau Periode 2011 – 2. 2015. (Diunduh 20 Januari 2016). Tersedia
2013. Jurnal Online Mahasiswa Universitas dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/
Riau, Vol. 1, No 2. Riau. 2014 (diunduh 20 uploads/2015/01/Artikel-Ilmiah1.pdf
Desember 2016). Tersedia dari:https://jom. 13. Elyasari. Hubungan Dukungan Keluarga
unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/ dengan Keaktifan Pasien Diabetes Melitus
view/3173 Dalam Melakukan Pemeriksaan Glukosa
3. Kang CM, Chang SC, Chen PL, Liu PF, Liu Darah Di RSUD Pringsewu Tahun 2014.
WC, Chang CC et al. Comparison of family Jurnal Keperawatan SIKes Aisyah Pringsewu.
partnership intervention care vs. conventional 2014.
care in adult patients with poorly controlled 14. Keogh K, Smith S, White P, McGilloway
type 2 diabetes in a community hospital: A S, Kelly A, Gibney J, et al. Psychological
randomized controlled trial. International Family Intervention for Poorly Controlled
Journal of Nursing Studies.2010; 1363-1373. Type 2 Diabetes. The American Journal of
4. Takenaka H. Ban.N. The Most Important Managed Care. 2011;17(2):105:13.
Question In Family Approach: The Potential 15. Kim Y., Given B.A. Quality of Life of Family
Of The Resolve Item Of The Family APGAR Caregivers of Cancer Survivors. Wiley
In Family Medicine. Asia Pac Fam Medi. Online Library. USA. 2008.
2016. 16. Golics CJ, Khurshid M, Basra A, Salek MS,
5. Corales A.T.P, Medina M.F. Family Resouces Finlay AY, The Impact of Patients’ Chronic
Study: Part 1: Family Resources, Family Disease on Family Quality of Life: An
Function and Caregiver Strain in Childhood Experience From 26 Specialties. International
Cancer. Philipine; Asia Pac Fam Medi. 2011. Journal of General Medicine. UK.2013.

6 JSK, Volume 4 Nomor 1 September Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai