Anda di halaman 1dari 7

MATAKULIAH ILMU SOSIO ANTROPOLOGI

RUSEMUE MATERI KEPERCAYAAN ADAT DAN KEBISAAN

KELOMPOK 3

ANGGOTA :

ANGGUN SAFITRI W 191341103

GITA AYU .A 191341111

LIMAS SUSANTI 191341118

NABILA E. P 191341125

SARIFAH ANJULI 191341132

YOHANA MELFRIDA .A 191341139

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PANGKAL PINANG

PROGRAM STUDI DIII GIZI 2020/2021


KEPERCAYAAN ADAT DAN KEBISAAN

Secara etimologi, adat berasal dari bahasa Arab yang berarti “kebiasaan”, jadi secara
etimologi adat dapat di definisikan sebagai perbuatan yang dilakukan berulang-ulang lalu
menjadisuatu kebiasaan yang tetap dan dihormati orang, maka kebiasaan itu menjadi adat. Adat
merupakan kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau
daerahyang dianggap memiliki naili dan dijunjung serta di patuhi masyarakat pendukungnya.

Adat istiadat merupakan kebiasaan sosial yang sejak lama ada dalam masyarakatdengan
maksud mengatur tata tertib. Ada pula yang mengikat norma dan kelakuan di dalammasyarakat,
sehingga dalam malakukan suatu tindakan mereka akan memikirkan dampak akibat dari
berbuatannya atau sekumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannyakarena bersifat
kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang
Tradisi atau kebiasaan (Latin: traditio, "diteruskan") adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari
suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi
adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali)
lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

A.PENGERTIAN ADAT MENURUT PARA AHLI

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


Adat ialah aturan “perbuatan dsb” yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu
kala, cara “kelakuan dsb” yang sudah menjadi kebiasaan, wujud gagasan kebudayaan
yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum dan aturan yang satu dengan
lainnya berkaitan menjadi suatu sistem. Karena istilah adat yang telah diserap
kedalam Bahasa Indonesia menjadi kebiasaan maka istilah hukum adat dapat
disamakan dengan hukum kebiasaan.
2. Menurut Raden Soepomo “Dewi Wulansari, 2010:4”
Hukum adat ialah sinonim dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan
legislatif, hukum yang hidup sebagai konvensi dibadan-badan hukum negara
“parlemen, dewan propinsi dan sebagainya”, hukum yang hidup sebagai peraturan
kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup, baik dikota maupun di desa-
desa
3. Menurut M. Nasroen “Soerjono Soekanto, 1981:70”
Menjelaskan adat istiadat merupakan suatu sistem pandangan hidup yang kekal, segar
serta aktual oleh karena didasarkan pada Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada
alam yang nyata dan juga pada nilai positif, teladan baik serta keadaan yang
berkembang. Kebersamaan dalam arti, seseorang untuk kepentingan bersama.
Pertimbangan pertentangan yakni pertentangan dihadapi secara nyata dengan mufakat
berdasarkan alur dan kepatutan.

B. MACAM-MACAM ADAT ISTIADAT

 Adat yang Sebenarnya Adat Adalah adat yang tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh
hujan, dipindah tidak layu, dibasuh habis air. Artinya, semua ketetapan yang ada di alam
ini memiliki sifat-sifat yang tak akan berubah, contohnya hutan gundul menjadi penyebab
banjir, kejahatan pasti akan mendapat hukuman, kebaikan akan membuahkan
kebahagiaan, dan seterusnya.
 Adat yang Diadatkan Ialah semua ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat.
Ketentuan-ketentuan ini dikodifikasikan oleh Datuk Nan Duo berdasarkan sifat benda-
benda di alam. Gunanya untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dalam hal ketertiban,
perekonomian, dan sosial budaya.
 Adat yang Teradat Yaitu aturan yang terbentuk berdasarkan musyawarah. Setiap
kelompok masyarakat memiliki aturan dan tata cara yang berbeda dengan kelompok
masyarakat lainnya.
 Adat-Istiadat merupakan kebiasaan atau kesukaan masyarakat setempat ketika
melaksanakan pesta, berkesenian, hiburan, berpakaian, olah raga, dsb.

C. KRITERIA ADAT ISTIADAT

Kriteria yang paling menentukan bagi konsepsi tradisi itu adalah bahwa tradisi diciptakan
melalui tindakan dan kelakuan orang-orang melalui fikiran dan imaginasi orang-orang yang
diteruskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya(Skils dalam Sayogyo,1985:90).  SISTEM

D. KEPERCAYAAN MASYARAKAT INDONESIA


Terdapat dua pandangan utama mengenai sistem kepercayaan atau religi masyarakat secara
umum yaitu:
1)   Religi merupakan salah satu hasil perkembangan kebudayaan manusia.
Religi mulai muncul ketika manusia purba mulai hidup dengan tidak sekedar memenuhi
kebutuhan mempertahankan hidupnya. Perkembangan religi dimulai ketika manusia mulai dapat
menemukan perbedaan antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati.Satu organisme
dikatakan hidup ketika dapat bergerak, sedangkan satu organisme dikatakan mati ketika tidak
bergerak.Dari perbedaan tersebut kemudian manusia purba mulai sadar atas keberadaan suatu
kekuataan yang menggerakan tersebut yaitu jiwa .
2).   Kepercayaan pada roh nenek moyang
Kepercayaan pada roh nenek moyang adalah bentuk kepercayaan masyarakat Indonesia
tertua.Kepercayaan ini diduga mulai muncul ketika masyarakat Indonesia masih mengandalkan
kehidupan berburu, mengumpulkan serta meramu makanan.Pada masa berburu dan meramu
makanan masyarakat Indonesia hidup secara nomaden di gua-gua atau di tempat-tempat yang
memberikan keamanan dari serangan binatang buas atau gejala-gejala alam seperti gunung
meletus ataupun hujan.  Di gua-gua tempat tinggal manusia purba ditemukan peninggalan-
peninggalan yang dapat ditafsirkan bahwa pada masa berburu dan mengumpulan makanan
masyarakat Indonesia sudah mengenal kepercayaan primitif seperti tulang belulang yang
dikuburkan, gambar-gambar pada dinding gua dan sebagainya.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masyarakat Indonesia dipimpin oleh kepala
suku yang dipilih menurut sistem primus interpares. Kepala suku dipilih karena memiliki
keunggulan-keunggulan tertentu dibandingkan individu-individu lainnya, misalkan ahli berburu
dan kuat dalam melindungi kelompoknya. Ketika pemimpin tersebut wafat maka anggota-
anggota masyarakatnya percaya bahwa walaupun sosok pemimpin tersebut telah mati, roh
menggerakan pemimpin suku tersebut akan terus ada dan tetap melindungi kelompoknya. Oleh
karenanya roh atau jiwa pemimpin tersebut tetap dihormati dan dipuja-puja.
Ketika masyarakat Indonesia memasuki periode megalitikum bentuk-bentuk pemujaan terhadap
roh nenek moyang diwujudkan dengan bangunan-bangunan khas zamannya yaitu menhir
ataupun punden berundak-undak.

3).   Animisme
Animisme adalah kelanjutan perubahan secara perlahan (evolusi) dari kepercayaan kepada roh
nenek moyang.Kepercayaan ini berasal dari perkembangan berfikir manusia purba dalam
memahami sebab-musabab gejala-gejala alam yang terjadi di sekitarnya seiring dengan
perkembangan daya berfikir manusia purba dalam memikirkan asal usul gejala-gejala alam
seperti hujan, panas, gunung meletus, gempa bumi, tumbuh-tumbuhan, angin dan lain
sebagainya. Ketika dihadapkan dengan fenomena alam yang terjadi seperti api yang membakar,
air sungai yang mengalir, bencana gunung meletus manusia memerlukan pemercahan masalah
alam tersebut dengan mencari sebab-sebab fenomena alam tersebut. Akhirnya, dikarenakan
perkembangan berfikir yang belum berkembang dengan baik maka kemudian manusia purba
menganggap bahwa penyebab fenomena-fenomena alam tersebut adalah roh.

4).   Dinamisme
Istilah dinamisme berasal dari kata dinamo artinya kekuatan. Dinamisme adalah
paham/kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga
benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris) mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat
suci. Benda suci itu mempunyai sifat yang luar biasa (karena kebaikan atau keburukannya)
sehingga dapat memancarkan pengaruh baik atau buruk kepada manusia dan dunia sekitarnya.

5).    Monoisme
Telah disampaikan pada bagian sebelumnya bahwa dalam pandangan evolusinis agama adalah
bagian dari hasil kreativitas manusia, dengan demikian agama adalah bagian dari
kebudayaan.Agama dimulai dari yang paling sederhana yaitu kepercayaan pada roh nenek
moyang, animisme, dinamisme, politeismedan terakhir monoisme atau monoteisme.
Monoisme dipercaya sebagai perkembangan sistem kepercayaan terakhir dalam skema
kelanjutan perubahan secara perlahan dan terus-menerus dari yang sederhana hingga yang
kompleks.Sebelum lahirnya monoisme masyarakat sudah mengenal animisme.

E. KEBUDAYAAN DALAM MASYARAKAT

Budayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan
bahwa budaya itu dipelajari.

F. PERADABAN DALAM MASYARAKAT

Peradaban adalah memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat manusia. Seringkali istilah
ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang "kompleks": dicirikan oleh praktik dalam
pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah
peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial.Istilah
peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah "budaya" yang populer
dalam kalangan akademis.Dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang
dapat diartikan sebagai "seni, adat istiadat, kebiasaan /kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan
dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat".

G. CONTOH KEBIASAAN ADAT DAN KEPERCAYAANNYA

1. Ritual Tiwah – Kalimantan Tengah

Di Kalimantan Tengah terdapat tradisi khusus yang dilakukan untuk orang yang sudah lama meninggal.
Upacara Tiwah ini biasa dilakukan oleh suku Dayak untuk pengantaran tulang orang yang sudah
meninggal ke sebuah rumah yang disebut Sandung. Ritual ini bertujuan untuk meluruskan perjalanan
arwah menuju Lewu Tatau atau surga. Selain itu ritual unik ini juga bertujuan untuk melepaskan kesialan
bagi keluarga yang sudah ditinggalkan.

2. Tradisi Potong Jari – Papua

Tradisi yang terbilang ekstrim ini memang sudah banyak ditinggalkan oleh suku Dani. Potong jari adalah
tradisi untuk menunjukan kesedihan karena ditinggal oleh anggota keluarga. Bagi suku Dani jari
mempunyai arti yang lebih dalam, disimbolkan sebagai bentuk kerukunan, kebersatuan, dan kekuatan
dalam diri manusia ataupun sebuah keluarga

3.Kebo-keboan – Banyuwangi

Ritual yang diadakan setahun sekali ini selalu diadakan setiap tanggal 10 Suro atau 10 Muharam di desa
Alasmalang, Singojuruh, Banyuwangi. Upacara ini mengharuskan beberapa laki – laki berdandan menjadi
kerbau dan berkorban untuk membajak sawah. Setelah membajak sawah kebo – keboan ini diarak
mengelilingi desa disertai karnaval kesenian rakyat. Ritual kebo – keboan ini bertujuan untuk meminta
hujan ketika musim kemarau.

Anda mungkin juga menyukai