BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kepercayaan
yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata. Mendapat imbuhan ke-an,
bermakan anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau
diistilahkan keyakinan kepada Tuhan di luar agama atau tidak termasuk ke dalam
agama. Kepercayaan ialah sifat dan sikap membenarkan sesuatu atau menganggap
Kepercayaan erat kaitannya dengan religi atau agama, tapi cakupannya lebih
luas. Kepercayaan tidak harus berpokok pada konsep keesaat Tuhan, namun bisa
pada aspek hidup spiritual atau confusianisme, yang lebih menekankan pada aspek
pada pengkultusan terhadap makhluk gaib atau orang yang dianggap suci atau
anonim yang berakar dalam kebudayaan primitif, diartikan sebagai imajinasi yang
14
15
mempunyai cerita aneh, janggal, tidak logis, dan tidak dapat diterima
Cerita-cerita rakyat dapat memberi indikasi kepada fakta sejarah dari suatu
suku bangsa, ada yang diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan, dan bagi
suku bangsa yang telah mengenal tulisan (tulisan tradisional), dapat juga
(yaitu secara lisan), maka bahan cerita-cerita yang mereka peroleh dari para tokoh
keberadaan atau kebenarannya dari suatu kelompok manusia yang berdiri atas
merupakan sejarah yang bersifat suci atau kudus, yang terjadi pada waktu
kepercayaan dianggap sebagai yang benar, suci, dan bermakna, serta menjadi
Kepercayaan juga bisa dimunculkan dalam bentuk folklore atau cerita prosa
rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang punya
16
pandangan hidup rakyat, yaitu konsepsi yang dinyatakan tetapi implikasi tentang
tempat mereka di tengah-tengah alam dan tentang seluk beluk dunia mereka
dianggap benar oleh masyarakat atau kelompok tertentu, bisa berupa suatu cerita
rakyat, sejarah orang suci, yang diyakini dan disucikan oleh masyarakat dan
dijadikan sebagai pedoman hidup atau hukum tak tertulis yang mengatur perilaku
yang dipelihara dan disampaikan secara turun temurun, dianut oleh mereka yang
kepercayaan yang telah menarik perhatian manusia, terutama pada hal-hal yang
2001:80).
yaitu unit terkecil dari suatu cerita, dapat diibaratkan sebagai simbol atau tanda
episode tentang tindakan atau peristiwa. Setelah itu memperhatikan adanya relasi
menyimpulkan dengan menarik hubungan atau relasi antar elemen dalam satu
dan waktu lampau, bencana dan sebagainya. Kepercayaan dalam novel Tambora,
mengisahkan sejarah yakni sejumlah peristiwa yang terjadi di masa lalu dan luar
biasa, akan tetapi pelaku kepercayaan adalah para Dewa atau makhluk gaib,
adalah kodrati yang diyakini mempunyai kekuatan dan kekuasaan dalam segala
hal serta mengisahkan tentang kehidupan masyarakat pada era penjajahan dengan
masyarakat Sumbawa.
sebagainya; cerita yang besifat suci atau kudus dan dianggap sebagai kepercayaan
sebagainya; latar tempat dan masa cerita tidak dapat dipastikan, bersifat
naratif/cerita; cerita yang dianggap tidak logis namun dipercayai berlaku oleh
masyarakat lama; dan cerita yang terus hidup dan dihormati oleh generasi
dewa dan keajaiban dunia, tetapi melalui kepercayaan manusia dapat juga turut
sekedar dongeng, melainkan juga sebuah kisah yang memuat berbagai pesan yang
berikut:
Kekuatan-kekuatan ajaib atau yang bersifat gaib, mistis, ataupun memiliki daya
sedemikian rupa, sehingga memberikan perlindungan dan jaminan pada masa kini.
c. Menjelaskan tentang alam semesta, cerita mengenai asal-usul bumi dan langit
Kejadian atau peristiwa alam ataupun cerita mengenai asal usul terjadinya
alam raya, langit, bumi, hubungan antara dewa-dewa, serta asal mula kejahatan,
menjamin kesuburan segala hal yang bertepatan dengan aneka macam peristiwa.
Selain itu, kepercayaan juga berfungsi sebagai sistem cara penyampaian pesan
kepercayaan dan tercermin dalam sebuah karya sasta. Karya sastra yang
dijabarkan sebagai pertapa sakti, yang sampai sekarang dianggap menjadi bagian
novel ini tergambar melalui kopiah dan tengkorak yang jika disatukan bisa
menembus ruang waktu. Penceritaan sejarah masa lalu, yang dalam novel ini
digambarkan tentang bentuk kesultanan yang masih dianut pada masa lampau,
Pekat, dan Sanggar. Juga diceritakan kedahsyatan letusan Gunung Tambora, yang
sehingga sifat dan persoalan suatu zaman dapat dibaca dalam karya sastra, dengan
kata lain, kedudukan kepercayaan dalam karya sastra merupakan bentuk cerminan
langsung dari berbagai segi struktur sosial zamannya, yang dapat menghubungkan
sistem kehidupan yang terdapat dalam karya sastra dengan realitas sejarah dan
sebagai sarana untuk pemahaman terhadap manusia, sebab dalam karya sastra
kepercayaan tersebut (Junus, 1981:92). Untuk itulah, novel sebagaisalah satu jenis
ceritanya.
sering menampakkan diri di Gunung Tambora, dari dulu sampai sekarang. Cerita
tentang Kesultanan Tambora, Pekat, dan Sanggar, yang sampai sekarang masih
yaitu kondisi kehidupan masyarakat Sumbawa, misalnya tentang asal mula nama
Tambora, upacara Heko Rasa, dimana seorang Rato Rasa’ne atau pimpinan
Belanda, yang menjadi pekerja paksa pada perkebunan kopi, politik adu domba
Tambora karya Agus Sumbogo, menjadi karya sastra dalam bentuk novel yang
2.2 Novel
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Secara harfiah, novel memiliki unsur-
unsur pembangun, seperti tema, alur, seting, tokoh, penokohan, dan sarana sastra.
Unsur karya sastra satu dengan unsur lainnya saling berhubungan dan membentuk
Sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan
dengan norma-norma dan adat-istiadat zaman itu. Sastra pun digunakan sebagai
kebudayaan, novel selalu hadir dan dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari apa
Novel sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif
dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan
nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau
atau kusut. Novel memunyai ciri bergantung pada tokoh, menyajikan lebih dari
satu impresi, menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi
(Tarigan, 1991:164). Novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-
unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan
24
merupakan karya sastra fiksi yang ditulis dalam bentuk naratif yang mengandung
dengan unsur-unsur intrinsik karya fiksi, dengan menceritakan suatu kejadian atau
peristiwa yang luar biasa dari kehidupan orang-orang atau tokoh cerita, yang
terlahir dari konflik atau suatu pertikaian yang menyebabkan peralihan nasib
tokoh tersebut.
kepada pembaca. Pesan ini biasanya berupa nilai-nilai yang disisipkan dalam
sebuah karya sastra tersebut. Salah satu nilai yang menarik dalam karya satra
adalah nilai kebudayaan. Sastra merupakan suatu wujud dan hasil dari
kebudayaan. Sastra terjadi dalam konteks sosial sebagai bagian dari kebudayaan
Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh sebuah unsur yang disebut unsur
cerita. Unsur intrinsik merupakan sebab dari karya sastra hadir sebagai karya
sastra yang secara faktual akan dijumpaik jika orang membaca karya sastra
antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Atau,
sebaliknya, jika dilihat dari sudut pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan
peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa
gaya cerita. Secara umum, unsur-unsur intrinsik yang digunakan dalam karya
a. Tema
sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik yan
dalam sebuah karya fiksi yang sebelumnya telah ditentukan oleh pengarang untuk
b. Alur
Plot atau alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap
disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur atau plot
adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk mencapai
efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu cerita
kausalitas. Alur juga disebut sebagai urutan-urutan kejadian dalam sebuah cerita
(Nurgiyantoro, 2010:13).
suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan tokoh cerita (character) adalah orang-orang
yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
(Nurgiyantoro, 2010:165).
tokoh dan penciptaan citra tokoh disebut penokohan. Pengkajian tersebut dapat
berupa pemberian nama yang menyiratkan arti, uraian pengarang secara ekspilisit
27
mengenai tokoh, maupun percakapan atau pendapat tokoh-tokoh lain dalam cerita.
watak tertentu pula dalam sebuah cerita. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh
dalam karya fiksi dibedakan ke dalam dua cara, yaitu pelukisan secara langsung
dan pelukisan secara tidak langsung. Pelukisan secara langsung atau disebut juga
dengan teknik analisis adalah pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan
secara tidak langsung adalah pengarang mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan
d. Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada
atau petunjuk yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan situasi terjadinya
peristiwa dalam suatu cerita. Latar berfungsi sebagai pemberi kesan realistis
kepada pembaca. Selain itu, latar digunakan untuk menciptakan suasana tertentu
e. Amanat
cerita. Amanat juga disebut sebagai pesan yang mendasari cerita yang ingin
Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos
dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata.
Antropologi sastra terdiri atas dua kata yaitu antropologi dan sastra. Menurut
Ratna (2011: 6), antropologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra yang di
pelengkap. Oleh karena disiplin antropologi sangat luas, maka kaitannya dengan
sastra dibatasi pada unsure budaya yang ada dalam karya sastra. Hal ini sesuai
dengan hakikat sastra itu sendiri yaitu sastra sebagai hasil aktivitas kultural.
psikologi sastra dan sosiologi sastra. Kedua, antropologi sastra diperlukan dengan
menjadi objek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh ilmu tertentu. Sedangkan
manusia dengan segala seginya tersebut merupakan objek umum yang dipelajari
atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi, yang membedakan antropologi sastra dari ilmu
lain yang juga mempelajari masalah manusia, ialah objek khusus yang
motto, pantun, yang sebagian besar juga dikemukakan secara estetis dalm bentuk
sastra, 4) wadah yang sangat tepat bagi tradisi dan sastra lisan yang selama ini
Penggabugan antara antropologi dan sastra yaitu dasar kedua disiplin ini,
hakikat dari antropologi adalah fakta empiris sedangkan sastra adalah kreativitas
imajinatif. Karya sastra tidak dapat digunakan sebagai tolok ukur suatu peristiwa
teori sastra. Hal ini juga yang menjadi dasar karya sastra tidak dapat diadili atau
tertentu.
karya sastra yang menekankan pada warisan budaya masa lalu, yang terpantul
dalam karya sastra klasik dan modern. Peneliti antropologi sastra dapat mengkaji
kedua karya tersebut dalam bentuk paparan etnografi Berikut 3 macam pendekat
dengan baik semua lembaga (institusi) lain dalam masyarakat yang bersangkutan.
utama. Pertama, mereka yakin bahwa setiap generalisasi dan teori harus diuji pada
antropologi.
penting dalam antropologi, lebih penting dari pada ilmu lain dalam kelompok
32
ilmu tingkah laku manusia. Para ilmuwan antropologi tertarik pertama-tama pada
asal-usul historik dari unsur-unsur kesusastraan, dan setelah itu tertarik pada
dianalisis mengenai rangkaian peristiwa yang terjadi dan dialami oleh tokoh
dalam novel, kemudian dihubungkan dalam pandangan atau sesuatu yang oleh
dari kebenaran suatu kepercayaan yang ada dalam masyarakat, belum tentu
novel Tambora, oleh peneliti difokuskan pada wujud dan fungsi kepercayaan
dengan analisis untuk memberikan kesadaran pada manusia bahwa alam semesta
dan jaminan pada masa kini. Fungsi kepercayaan selanjutnya, menelaskan tentang
alam semesta atau cerita asal-usul bumi dan langit, dengan pendekatan
antropologi sastra.
33
gambaran tentang cerita suci yang dalam bentuk simbolis mengisahkan tentang
kelompok.
Pada penelitian ini, telaah kepercayaan dalam novel Tambora ditinjau dari