Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN “U”

BAYI USIA 1 BULAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG

TANGGAL 13 APRIL 2020

Disusun Oleh :

Nama : Vega Juandana


NIM : P07120118091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh
pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :

Hari/ Tanggal :

Bangsal/Ruangan :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( H. Moh. Arip, S.Kp., Ns., MM ) ( )


LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).


A. Definisi Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).
Kata imun berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti pembebasan
(kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka
terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah,
istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan
terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular (Theophilus,
2000; Mehl dan Madrona, 2001).
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Depkes RI, 2005: 3)
Imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC. BCG berasal dari strain bovinum Micobakcterium
Tuberculosis oleh Calmette dan Guerin yang mengandung sebanyak 50.000 – 1.000.000
partikel/ dosis (Depkes RI, 2005: 3)
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG adalah
vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin BCG melindungi anak
terhadap penyakit tuberculosis (TBC), dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah
dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin
harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah
dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena
sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah di bagian lengan kanan atas.

B. Cara Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).


Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir, sampai
bayi berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Hasil yang memuaskan
terlihat apabila diberikan menjelang umur 2 bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan 1
kali saja, pada anak yang berumur lebih dari 2 bulan, dianjurkan untuk melakukan uji
mantoux sebalum imunisasi BCG, gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit
penyait TBC. Seandainya hasil uji mantoux positif, anak tersebut selayaknya tidak
mendapatkan imunsasi BCG.
Tetapi bila imunisasi dilakukan secara masal, maka pemberian suntikan BCG
dilaksanakan secara langsung tanpa uji mantoux terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
mengingat pengaruh beberapa factor, seperti segi teknis penyuntikan BCG, keberhasilan
program imunisasi, segi epidemiologis dan lain – lain. Penyuntikan BCG tanpa
dilakukan uji mantoux pada dasarnya tidaklah membahayakan. Bila pemberian
imunisasi BCG itu berhasil, setelah beberapa minggu ditempat suntikan akan terdapat
suatu benjolan. Tempat suntikan itu kemudian berbekas. Kadang – kadang benjolan
tersebut bernanah, tapi akan menyembuh sendiri meskipun lambat. Sesuai kesepakatan
maka biasanya penyuntikan BCG dilakukan di lengan kanan atas.

C. Kekebalan
Seperti telah diuraikan diatas, jaminan imunisasi tidaklah mutlak 100% bahwa
anak anda akan terhindar sama sekali dari penyakit TBC. Sandainya bayi yang telah
mendapat imunisasi terjangkit juga penyakit TBC, maka ia akan menderita penyakit
TBC dalam bentuk yang ringan. Iapun akan terhindar dari kemungkinan mendapat TBC
berat, seperti TBC paru yang parah, TBC tulang, atau TBC selaput otak yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup dan membahayakan jiwa anak muda.

D. Reaksi Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).


Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita demam. Bila ia demam
setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh keadaan lain. Untuk hal ini
dianjurkan agar anda berkonsultasi dengan dokter.
1. Tanda Keberhasilan Vaksinasi
Tanda keberhasilan vaksinasi BCG berupa bisul kecil dan bernanah pada daerah
bekas suntikan yang muncul setelah 4-6 minggu. Benjolan atau bisul setelah
vaksinasi BCG memiliki ciri yang sangat khas dan berbeda dari bisul pada
umumnya. Bisul tersebut tidak menimbulkan rasa nyeri, bahkan bila disentuh pun
tidak terasa sakit. Tak hanya itu, munculnya bisul juga tak diiringi panas.
Selanjutnya, bisul tersebut akan mengempis dan membentuk luka parut.
2. Bila Ada Reaksi Berlebih
Tingkatkan kewaspadaan bila ternyata muncul reaksi berlebih pasca vaksinasi
BCG. Misal, benjolan atau bisul itu lama tidak sembuh-sembuh dan menjadi koreng.
Atau, malah ada pembengkakan pada kelenjar di ketiak. Ini dapat merupakan
pertanda si anak pernah terinfeksi TB sehingga menimbulkan reaksi berlebih setelah
divaksin. Sebaiknya segera periksakan kembali ke dokter.
Penting diketahui, setiap infeksi selalu diikuti oleh pembesaran kelenjar limfe
setempat (regional) sehingga bisa diraba. Jadi infeksi ringan akibat vaksinasi di
lengan atas akan menyebabkan pembesaran kelenjar limfe ketiak. Jika infeksi terjadi
pada pangkal paha, akan terjadi pembesaran kelenjar limfe di lipatan paha. Namun
efek samping ini tidak terjadi pada semua bayi. Yang berisiko apabila bayi tersebut
sudah terinfeksi TB sebelum vaksinasi.
3. Bila Tak Timbul Benjolan
Orang tua tak perlu khawatir bila ternyata tidak muncul bisul/benjolan di daerah
suntik. Jangan langsung beranggapan bahwa vaksinasinya gagal. Bisa saja itu terjadi
karena kadar antibodinya terlalu rendah, dosis terlalu rendah, daya tahan anak sedang
menurun (misalnya anak dengan gizi buruk) atau kualitas vaksinnya kurang baik
akibat cara penyimpanan yang salah.
Meski begitu, antibodi tetap terbentuk tetapi dalam kadar yang rendah. Jangan
khawatir, di daerah endemis TB (penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun)
seperti Indonesia, infeksi alamiah akan selalu ada. Booster-nya (ulangan vaksinasi)
bisa didapat dari alam, asalkan anak pernah divaksinasi sebelumnya.

E. Efek Samping
Umumnya pada imunisasi BCG jarang dijumpai efek samping. Mungkin terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh
sendiri walaupun lambat. Bila suntikan BCG dilakukan di lengan atas, pembengkakan
kelenjar terdapat di ketiak atau leher bagian bawah. Komplikasi pembengkakan kelenjar
ini biasanya disebabkan karena teknik penyuntikan yang kurang tepat, yaitu
penyuntikan terlalu dalam. Dalam masalah komplikasi yang ringan ini, bila terdapat
keraguan dipersilahkan anda berkonsultasi dengan dokter.

F. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin BCG


1. Sebelum disuntikan vaksin BCG dilarutkan terlebih dahulu dengan 4 ml NaCl 0,9%,
dengan menggunakan alat suntik steril.
2. Dosis pemberiannya yaitu 0,05 ml, sebanyak satu kali untuk bayi usia ≤1 tahun
3. Disuntikan secara intracutan didaerah lengan kanan atas (insertion musculus
deltoideus), dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal yang steril. Ukuran jarum
suntiknya no. 26 G.
4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam

G. Kontra Indikasi
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau menunjukkan uji Mantoux Positif.
a. Pemberian imunisasi BCG biasanya dilakukan sedini mungkin, dalam waktu
beberapa hari setelah bayi lahir.
b. Cara pemberian imunisasi BCG bagi perorangan berlainan dengan pemberian secara
masal.
c. Imunisasi BCG secara masal tanpa didahului uji Mantoux, tidak membahayakan.
a. Dengan imunisasi BCG anak anda diharapkan akan bebas terjangkit penyakit TBC.
Setidak-tidaknya ia terhindar dari penyakit TBC yang berat dan parah.

H. Kompikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah pembentukan abses (penimbunan nanah)
di tempat penyuntikan kerena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan
menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang,
sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses dengan menggunakan jarum) dan
bukan disayat. Limfadenetis supurativa, terjadi jika penyuntikan terlalu dalam atau
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2 bulan.
I. Pathway
Sumber: Marimbi & Hanum (2010).

Imunisasi BCG

SC : 0,05 ml
Vaksin masuk dalam tubuh
Usia : 0-2 Bulan

Nyeri
Resiko
Makrofag menangkap/ mengikat Akut
Infeksi

Peradangan

Mengeluarkan
kemokin

Limfosit

Antibodi

Peningkatan
kesehatan bayi
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat keluhan utama
Keluhan utama merupakan suatu keadaan dimana seorang klien
terdorong untuk ke unit pelayanan kesehatan untuk dirawat. Keluhan
utama ini sangat penting untuk menentukan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan.
Keluhan utama pada klien campak adalah timbul gejala-gejala
panas, malaise, coryza, konjungtivitis dan batuk.
b. Riwayat keperawatan sekarang
Merupakan uraian tentang bagaimana klien sampai masuk rumah
sakit, klien dengan mula-mulanya badannya panas tinggi.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji adalah mengenai keturunan anggota keluarga
yang menderita suatu penyakit kronis atau menular.
d. Riwayat kehamilan
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama
kehamilan.
2. Pemeriksaan fisik (Data fokus)
Merupakan pemeriksaan yang kompleks dari kepala sampai ujung kaki
dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan pendukung, seperti: hasil
laboratorium, dan sebagainya.
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Diagnosa I: Hipertermi (0007)
a. Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
b. Batasan karakteristik
Objektif
1) Kulit merah
2) Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
3) Frekuensi napas meningkat
4) Kejang atau konvulsi
5) Kulit teraba hangat
6) Takikardi
7) Takipnea
c. Faktor yang berhubungan
1) Dehidrasi, Penyakit atau trauma
2) Ketidakmampuan atau kemampuan untuk berkeringat
3) Pakaian yang tidak tepat
4) Peningkatan laju metabolisme
5) Obat atau anestesia
6) Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
7) Aktivitas yang berlebihan

2. Diagnosa II Nyeri Akut


a. Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan
adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak
atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
b. Batasan karakteristik
1) Laporan secara verbal atau non verbal
2) Fakta dari observasi
3) Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
4) Gerakan melindungi
5) Tingkah laku berhati-hati
6) Muka topeng
7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
8) Terfokus pada diri sendiri
9) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
10) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
11) Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
12) Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
13) Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
14) Perubahan dalam nafsu makan dan minum
c. Faktor yang berhubungan
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis).

3. Diagnosa III: Risiko infeksi


a. Definisi:
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.

b. Faktor–faktor resiko :
1) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
a) Gangguan peritalsis
b) Pecah ketuban dini
c) Pecah ketuban lama

2) Ketidakadekuatan pertahanan sekunder


a) Imunosupresi (imunitas didapat tidak adekuat)
b) Respon inflamasi
3) Pemajanan terhadap patogen

C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa I: Hipertermi (00007)
Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteia): berdasarkan NOC
a. Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator
gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada gangguan):
1) Peningkatan suhu kulit
2) Hipertermia
3) Dehidrasi
4) Mengantuk
b. Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau,
tidak ada gangguan):
1) Berkeringat saat panas
2) Denyut nadi radialis
3) Frekuensi pernapasan

Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC

Mandiri:

a. Pantau aktivitas kejang


R/ seberapa lama aktivitas kejang yang terjadi
b. Pantau hidrasi (misalnya turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
R/ apakah terjadi edema
c. Pantau TTV
R/ mengetahui perkembangan TTV

Kolaborasi:
a. Berikan obat antipiretik: jika perlu

2. Diagnosa II : Nyeri akut


Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteia): berdasarkan NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam,
nyeri yang dirasakan klien berkurang.
Kriteria hasil :
a. Klien melaporkan nyeri berkurang
b. Klien dapat mengenal lamanya (onset) nyeri
c. Klien dapat menggambarkan faktor penyebab
d. Klien dapat menggunakan teknik non farmakologis
e. Klien menggunakan analgesic sesuai instruksi

Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


a. Kaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri klien
b. Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan dirasakan oleh klien
c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengungkapkan pengalaman
nyeri dan penerimaan klien terhadap respon nyeri
Rasional : Untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
d. Tentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup ( napsu makan,
tidur, aktivitas, mood, hubungan sosial)
Rasional : Untuk mengetahui apakah nyeri yang dirasakan klien berpengaruh
terhadap yang lainnya
e. Tentukan faktor yang dapat memperburuk nyeri. Lakukan evaluasi dengan
klien dan tim kesehatan lain tentang ukuran pengontrolan nyeri yang telah
dilakukan
Rasional : Untuk mengurangi factor yang dapat memperburuk nyeri yang
dirasakan klien
f. Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanan dari prosedur
Rasional : untuk mengetahui apakah terjadi pengurangan rasa nyeri atau nyeri
yang dirasakan klien bertambah
g. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan klien
(suhu ruangan, cahaya dan suara)
Rasional : Pemberian “health education” dapat mengurangi tingkat kecemasan
dan membantu klien dalam membentuk mekanisme koping terhadap rasa nyer
h. Hilangkan faktor presipitasi yang dapat meningkatkan pengalaman nyeri klien
(ketakutan, kurang pengetahuan)
Rasional : Untuk mengurangi tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan klien
i. Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide imagery,
relaksasi)
Rasional : Agar nyeri yang dirasakan klien tidak bertambah dan agar klien
mampu menggunakan teknik nonfarmakologi dalam memanagement nyeri
yang dirasakan
j. Kolaborasi pemberian analgesic
Rasional : Pemberian analgetik dapat mengurangi rasa nyeri klien

3. Diagnosa III : Risiko infeksi


Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteia): berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam bintik-bintik merah
pada kulit akan hilang.
Kriteria hasil :
a. Pasien tidak merasakan gatal dan nyaman dengan keadaannya
b. Rash pada kulit berkurang
Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
a. Pertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak
menggaruk keras
Rasional: Untuk mencegah terjadinya luka pada saat anak menggaruk
b. Berikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topical
Rasional: Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit pasien
c. Mandikan klien dengan menggunakan sabun yang tidak perih
Rasional: Untuk mencegah infeksi Untuk mencegah terjadinya luka pada
saat anak menggaruk
d. Kolaborasi: Pemberian antihistamin
Rasional: Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit

D. Implementasi Keperawatan
1. Dx 1
Mandiri
a. Memantau aktivitas kejang
b. Memantau hidrasi (misalnya turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
c. Memantau TTV
Kolaborasi:
a. Memberikan obat antipiretik: jika perlu

2. Dx 2
a. Mengkaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
b. Mengobservasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal
c. Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengungkapkan
pengalaman nyeri dan penerimaan klien terhadap respon nyeri
d. Menentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup ( napsu
makan, tidur, aktivitas, mood, hubungan sosial)
e. Menentukan faktor yang dapat memperburuk nyeri. Lakukan evaluasi dengan
klien dan tim kesehatan lain tentang ukuran pengontrolan nyeri yang telah
dilakukan
f. Memberikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanan dari prosedur
g. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan
klien (suhu ruangan, cahaya dan suara)
h. Menghilangkan faktor presipitasi yang dapat meningkatkan pengalaman nyeri
klien (ketakutan, kurang pengetahuan)
i. Mengajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide
imagery, relaksasi)
j. Berkolaborasi pemberian analgesic

E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan empat proses keperawatan, yakni pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, dan implementasi keperawatan maka dilakukan
evaluasi keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya dengan menggunakan
format SOAP (Subjek, Objek, Asessment. Dan Planning)
DAFTAR PUSTAKA

Dick, George. 1995. Imunisasi dalam Praktek. Jakarta: Hipocrates

Markum, A.H. 1997. Imunisasi. Jakarta: FK UI

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1998. Buku kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1998. Buku kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

file://localhost/F:/happy%20campus/Imunisasi%20BCG%20«%20Untuk%20Otak%20Kanan
%20Dan%20Kiri.mht

http://rahmanbudyono.wordpress.com/2009/01/28/makalah-kesehataan_imunisasi/
FORMULIR DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Puskesmas Mataram Kec. Selaparang Kab/Kota Mataram Prov NTB

I. IDENTITAS ANAK
1. Nama : An “U” Laki-laki/Perempuan
2. Nama Ayah : Tn “S” Nama Ibu : Ny “N”
3. Alamat : Sandik
4. Tgl Pemeriksaan : senin, 13 April 2020
5. Tanggal Lahir : 13 Maret 2020
6. Umur Anak : 1 bulan

II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Ny “N” membawa anaknya berkunjung ke posyandu untuk mendapatkan
imunisasi BCG

2. Apakah anak mempunyai masalah tumbuh kembang


Ibu klien mengatakan tidak ada masalah pada tumbuh kembang anak

III. PEMERIKSAAN RUTIN SESUAI JADWAL/JIKA ADA KELUHAN


1. BB : 7,1 Kg PB/TB : 71cm BB/TB : a.Baik b.Kurang c.Buruk d.Lebih
e.Rujuk : Ya/Tidak
2. LKA : 36 cm LKA/U: a. Normal b.Mikrosefal c.Makrosefal d.Rujuk :
Ya/Tidak
3. Perkembangan Fisik
1) Sesuai
2) Meragukan a. G.Kasar b. G.Halus c. B.Bahasa d. Sos.Kemandirian e. Rujuk
Ya/Tidak
3) Penyimpangan a. G.Kasar b. G.Halus c. B.Bahasa d. Sos.Kemandirian
e. Rujuk Ya/Tidak
4. Daya lihat : a. Normal b. Curiga ada gangguan c. Rujuk Ya/Tidak
5. Daya dengar : a. Normal b. Curiga ada gangguan c. Rujuk Ya/Tidak
6. Mental emosional : a. Normal b. Curiga ada gangguan c. Rujuk Ya/Tidak

IV. PEMERIKSAAN ATAS INDIKASI/JIKA ADA KELUHAN


1. Autis : a.Resiko tinggi b.Resiko rendah c.Gangguan lain d.Batas normal
e.Rujuk Ya/Tidak.
2. GPPH : a. kemungkinan GPPH b. Bukan GPPH c. Rujuk Ya/Tidak

V. KESIMPULAN
An “U” datang dibawa oleh ibunya ke puskesmas mataram dengan
keluhan Ny “N” membawa bayinya berkunjung ke posyandu untuk mendapatkan
imunisasi BCG dengan BB bayi 7,1 kg, PB 71 cm, LKA 36 cm, perkembangan
fisik sesuai dengan umur, daya lihat normal, daya dengar normal, mental
emosional normal, dan bukan GPPH.

VI. TINDAKAN INTERVENSI


1. Konseling stimulasi bagi ibu : a. Diberikan b. Tidak diberikan
2. Intervensi stimulasi perkembangan :
a.G.Kasar b.G.Halus c.B.Bahasa d. Sos.Kemandirian e.Tgl evaluasi intervensi
3. Tindakan pengobatan lain (tidak ada)
4. Dirujuk ke (tidak dirujuk) a. Ada surat rujukan b. Tidak ada surat rujukan
FORMAT PENGUMPULAN DATA DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
SEHAT

I. IDENTITAS PASIEN
A. Anak
1. Nama : An “U”
2. Anak yang ke :1
3. Tanggal lahir/ Umur : 13 maret 2020/ 1 bulan
4. Jenis kelamin : perempuan
5. Agama : islam
B. Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Tn “S” (kandung/tiri)
b. Umur : 22 tahun
c. Pekerjaan : guru honorer
d. Pendidikan : S1
e. Agama : islam
f. Alamat : sandik
2. Ibu
a. Nama : Ny “N” (kandung/tiri)
b. Umur : 20 tahun
c. Pekerjaan : ibu rumah tangga
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : islam
f. Alamat : sandik
II. GENOGRAM

Ket :

: laki-laki

: Perempuan

: Garis pernikahan

: Garis keturunan

atau : Pasien

: Tinggal satu rumah

atau : Meninggal

III. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan utama
Ny “N” membawa anaknya berkunjung ke posyandu untuk mendapatkan
imunisasi BCG

B. Riwayat kesehatan anak (0-5 tahun)


1. Perawatan dalam masa kandungan :
Dilakukan pemeriksaan kehamilan/tidak ( dilakukan)
Berapa kali 6x kapan satu bulan sekali
Tempat di posyandu dan puskesmas
Kesan pemeriksaan tentang kehamilan biasa saja
Obat-obat yang telah diminum tablet tambah darah
Imunisasi TT
Pemeriksaan lain pengukuran TB, BB, TD, LiLA, tinggi rahim, penentuan
letak janin
Penyakit yang pernah diderita ibu tidak ada
Penyakit dalam keluarga tidak ada

2. Perawatan pada waktu kelahiran :


Umur kehamilan 38 minggu dilahirkan di puskesmas mataram
Ditolong oleh bidan
Berlangsungnya kelahiran (biasa/susah/dengan tindakan) biasa
Lamanya proses persalinan 8 jam
Keadaan bayi setelah lahir normal
BB lahir 3,1 kg PBL 50 cm LK/LD 36 cm

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ny “N” mengatakan di dalam keluarganya belum pernah menderita penyakit yang
berat dan menular

IV. RIWAYAT IMUNISASI (IMUNISASI LENGKAP)

Imunisasi Umur Tgl diberikan Reaksi Tempat imunisasi


HB 0 8 jam 15 maret 2020 Demam Puskesmas
BCG 1 bulan 13 april 2020 Bernanah di Posyandu
lengan kanan
atas
Pentavalen 1 - - - -
Pentavalen 2 - - - -
Polio 1 1 bulan 13 april 2020 - Posyandu
Polio 2 - - - -
Polio 3 - - - -
Campak - - - -
Hb ulangan - - -
Campak - - - -
ulangan

V. TUMBUH KEMBANG
A. Pertumbuhan Fisik
1. PB/TB : 71 cm
2. BB :7,1 kg
3. LK : 36 cm
4. LLA : 11 cm
B. Perkembangan (Gunakan KPSP untuk menilai perkembangan anak). Lingkari yang
sesuai dengan perkembangan anak :
1. Sesuai dengan umur
2. Meragukan
3. Kemungkinan penyimpangan

VI. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Ny “N” mengatakan bayi dalam keadaan yang sehat, dan tumbuh kembang yang
normal

B. Nutrisi-Metabolik
Ny “N” mengatakan saat ini klien hanya minum ASI sekitar 4x sehari tanpa ada
makanan pendamping lainnya

C. Eliminasi (BAB &BAK)


Ny “N” mengatakan bayi akan menangis apabila ingin BAB ataupun BAK. Bayi
BAB/BAK menggunakan popok. BAB 1-2 kali sehari dengan warna kuning berbau
khas feses, BAK 3-4 kali sehari dengan konsistensi kuning jernih berbau khas urine

D. Aktifitas/latihan
Ny “N” mengatakan bayi saat ini hanya bisa mengedipkan mata, mengangkat
kepala dan berguling-guling.

E. Tidur dan istirahat


Ny “N” mengatakan bayi saat tertidur kadang-kadang mengompol. Tidur malam
sekitar pukul 10 malam dan bangun sekitar pukul 8-10 pagi. Bayi tidur ditemani oleh
ibunya. Bayi juga kadang-kadang bisa tidur siang selama kurang lebih 4 jam.

F. Kognitif-Persepsi
Ny “N” mengatakan bayi merespon dengan mengedipkan mata saat diajak
berbicara, memiliki penglihatan normal, pendengaran normal, tidak ada gangguan
pada bagian tubuh dan tidak menggunakan alat bantu apapun.

G. Persepsi diri-Konsep diri


Ny “N” mengatakan bayinya sudah sesuai perkembangan

H. Pola Hubungan Peran


Ny “N” mengatakan bayi sangat berharga bagi dirinya dan sangat berperan dalam
kehidupan sehari-harinya serta ibunya adalah orang yang paling dekat dengan
bayinya selain dari keluarga yang lain.

I. Pola Reproduksi dan kesehatan


Ny “N” mengatakan bayinya biasa dimandikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore
menggunakan air hangat dan memakai sabun bayi kemudian dikeringkan dengan
handuk.

J. Pola toleransi terhadap stress-koping


Ny “N” mengatakan jika bayinya menangis itu berarti bayinya ingin menyusu
ataupun buang air besar maupun kecil

K. Pola keyakinan dan nilai


Ny “N” mengatakan jika bayinya belum bisa melaksanakan aktifitas beribadah
serta belum mengenal nilai-nilai luhur

VII. ANALISA DATA


TGL/JAM DATA FOKUS INTERVENSI/PENYEBA MASALAH
B
13/4/20 DS : Ny “N” ingin anaknya Peningkatan
9.00 1. Ny “N” tumbuh dengan sehat dan kesehatan bayi
mengatakan terhindar dari penyakit TBC
ingin anaknya
untuk Diberikan imunisasi BCG
mendapatkan
imunisasi Peningkatan kesehatan bayi
BCG
DO:
1. Ny “N”
membawa
anaknya ke
posyandu
13/4/20 DS : Munculnya nanah di lengan Defisiensi
9.15 1. Ny “N” kanan atas pengetahuan
mengatakan
merasa Kurangnya informasi
khawatir
terhadap Defisiensi pengetahuan
anaknya
karena
melihat
nanah setelah
disuntik
BCG

DO :
1. Ny “N”
tampak
cemas dan
gelisah

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

NO TANGGAL MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN


1 13/04/20 Peningkatan kesehatan bayi
berhubungan dengan pemberian
imunisasi BCG ditandai dengan
Ny “N” mengatakan ingin
bayinya mendapatkan imunisasi
BCG dan membawa bayinya ke
posyandu

2 13/4/20 Defisiensi pengetahuan


berhubungan dengan kurangnya
informasi ditandai dengan Ny
“N” mengatakan merasa khawatir
terhadap anaknya karena melihat
nanah setelah disuntik BCG, Ny
“N” tampak cemas dan gelisah

IX. RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATAN
1 Peningkatan kesehatan Setelah 1. Lakukan 1. Dengan
bayi berhubungan dilakukan pendekatan pendekatan
dengan pemberian tindakan terapeutik pada terapeutik akan
imunisasi BCG keperawatan klien dan tercipta hubungan
ditandai dengan Ny selama 1x15 keluarga saling percaya
“N” mengatakan ingin menit dan terjalin
bayinya mendapatkan diharapkan kerjasama yang
imunisasi BCG dan masalah teratasi baik antara tenaga
membawa bayinya ke dengan kriteria kesehatan dan
posyandu hasil klien.
1. KU bayi 2. Jelaskan pada ibu 2. Akan membuat
baik tentang prosedur ibu lebih tenang
2. Tidak terjadi pemberian sehingga dapat
penyakit imunisasi BCG mudah di ajak
TBC pada kerjasama
bayi
3. Lakukan 3. Suntikan SC pada
imunisasi campak muskulus
dengan cara yang deltoideus vaksin
tepat campak lebih
mudah diserap
pada lapisan
subcutan
4. Tulis pada buku 4. Penulisan tanggal
KIA / KMS akan
tanggal mempermudah
pemberian proses imunisasi
imunisasi dan pemantauan
jadwal yang
benar/tepat akan
meningkatkan
efektifitas
imunisasi
5. Motivasi 5. Informasi yang
kunjungan ulang leas tentang
untuk jadwal pemberian
pemantauan imunisasi
tumbuh kembang berikutnya
anak dan sehingga anak
mendapatkan dapat imunisasi
imunisasi dengan tepat
berikutnya waktu

2 2. Defisiensi Setelah 1. Jelaskan pada 1. Penjelasan yang


pengetahuan dilakukan ibu/orangtua, baik dan benar
berhubungan dengan tindakan manfaat, cara dapat
kurangnya informasi keperawatan pemberian, efek mengurangi
ditandai dengan Ny selama 1x15 samping, dari kekhawatiran
“N” mengatakan menit imunisasi orang tua
merasa khawatir diharapkan campak terhadap
terhadap anaknya masalah teratasi anaknya yang
karena melihat nanah dengan kriteria telah diimunisasi
setelah disuntik BCG, hasil campak
Ny “N” tampak cemas 1. Ny “N” 2. Jelaskan KIPI 2. Ibu bayi tidak
dan gelisah mengatakan (kejadian ikutan khawatir jika
paham pasca imunisasi) terjadi KIPI
bagaimana dengan jelas
efek pada ibu bayi
samping 3. Jelaskan apa 3. Ibu bayi
dari yang harus mengetahui apa
imunisasi dilakukan ibu yang dapat
BCG bayi jika terjadi dilakukan
KIPI

X. CATATAN KEPERAWATAN

N TANGGAL NOMOR JAM IMPLEMENTASI RESPON NAMA/TTD


O DIAGNOS HASIL
A
1 13/04/20 1 09.00 1. Melakukan 1. Ibu bayi Vega
pendekatan tampak
terapeutik pada terbuka
klien dan dengan
keluarga pendekata
n yang
dilakukan
2. Menjelaskan 2. Ibu bayi
pada ibu tentang memaham
prosedur i
pemberian penjelasan
imunisasi BCG yang
diberikan
3. Melaakukan 3. Bayi
imunisasi tampak
campak dengan menangis
cara yang tepat sedangkan
ibu
tampak
cemas
4. Menulis pada 4. Ibu bayi
buku KIA / KMS memberik
tanggal an buku
pemberian KIA
imunisasi
5. Memotivasi 5. Ibu bayi
kunjungan ulang tampak
untuk responsif
pemantauan
tumbuh kembang
anak dan
mendapatkan
imunisasi
berikutnya

2 13/04/20 2 9.15 1. Menjelaskan 1. Ibu bayi Vega


pada tampak
ibu/orangtua, memahami
manfaat, cara penjelasan
pemberian, efek yang
samping, dari diberikan
imunisasi
campak
2. Menjelaskan 2. Ibu bayi
KIPI (kejadian tampak
ikutan pasca responsif
imunisasi)
dengan jelas
pada ibu bayi
3. Menjelaskan apa 3. Ibu bayi
yang harus memahami
dilakukan ibu hal-hal
bayi jika terjadi yang harus
KIPI dilakukan
jika terjadi
KIPI

XI. EVALUASI
N TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI NAMA/TTD
O
1 13/04/20 Peningkatan kesehatan bayi S : Ibu bayi Vega
berhubungan dengan pemberian mengatakan merasa
imunisasi BCG ditandai dengan senang setelah bayi
Ny “N” mengatakan ingin mendapatkan imunisasi
bayinya mendapatkan imunisasi BCG
BCG dan membawa bayinya ke O : ibu bayi tampak
posyandu bahagia
A : masalah teratasi
P : ibu dan bayi pulang
2 13/04/20 3. Defisiensi pengetahuan S : ibu bayi Vega
berhubungan dengan kurangnya mengatakan paham
informasi ditandai dengan Ny tentang imunisasi BCG
“N” mengatakan merasa khawatir O : ibu bayi tampak
terhadap anaknya karena melihat lancar menjawab saat
nanah setelah disuntik BCG, Ny diberikan pertanyaan
“N” tampak cemas dan gelisah ulang mengenai BCG
A : masalah teratasi
P : ibu dan bayi pulang

Anda mungkin juga menyukai