Nomor :550/PDT/2017/PT.BDG.
L a w a n :
Dan :
Cimahi ;
2. Bahwa oleh karena Akta Pengakuan Hutangnya bersyarat dan belum jatuh
tempo pinjaman Penggugat I kepada Tergugat I seharusnya tidak bisa
dilaksanakan lelang pada tanggal 27 Juli 2016 terhadap objek jaminan milik
Penggugat II, dikarenakan Perjanjian Pokoknya cacad hukum maka perjanjian
accesoirnya seperti SKMHT, APHT dan SHT dan Risalah Lelang No.903/2013
tanggal 27 Juli 2016 menjadi cacad hukum karena bertentangan dengan
Undang-Undang No 4 Tahun 1996 (UUHT)adalah batal demi hukumsesuai
pasal 15ayat (6) ;
3. Jadi yang dimaksud jumlahnya sudah pasti dalam Akta Pengakuan Hutang,
bentuknya sangat sederhana dan tidak ditambahkan persyaratan-persyaratan
lain, apalagi yang berbentuk perjanjjian dan yang dimaksud dengan Grosse
akta pengakuan hutang yang diatur dalam Pasal 224 HIR, pasal 257 RBG
IV. APHT YANG DIBUAT OLEH TERGUGAT I tidak memenuhi syarat dan
bertentangan dengan Undang-Undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan;
1. Bahwa pembuatan APHT punya jangka waktu tertentu yang ditentukan UU No.4
Tahun 1996 dan pendaftaran APHT jangka waktu selambat-lambat nya 7 hari
kerja terhitung sejak akta tersebut ditandatangani, seperti yang disayaratkan
dalam Pasal 13 UU No.4 Tahun 1996 yaitu :
Pasal 13 UUHT menyatakan :
2. Bahwa ternyata :
- APHT Nomor 102/2011 tertanggal 11 Nopember 2011 yang dibuat
dihadapan Notaris Himsar,SH/Turut Tergugat I, didaftarkan SHT I(Pertama)
No.1894/2011 pada tanggal 07 Desember 2011;
- Bahwa APHT Nomor 36/2012, tertanggal 11 Desember 2012, yang dibuat
dihadapan Andri Prasetyo,SH/Turut Tergugat II dan didaftarkan SHT Kedua
No. 170/2013, didaftarkan pada tanggal 01 Februari 2013 dan APHT tersebut
dibuat berdasarkan SKMHT tanggal 7 Desember 2012 No.4 dibuat oleh Turut
tergugat II;
- Bahwa kemudian APHT Nomor 67/2013 tanggal 21 November 2013, yang
dibuat dihadapan Andri Prasetyo,SH/Turut Tergugat II dan didaftarkan SHT
Ketiga No.02215/2013, tanggal 16 Desember 2013 dan APHT tersebut dibuat
berdasarkan SKMHT tanggal 18 Nopember 2013 No.5 oleh Turut Tergugat II,
dibuat telah melampaui batas waktu yang ditentukan oleh Pasal 13 UU No.4
Tahun 1996;
- Berdasarkan fakta hukum ketiga APHT tersebut diatas pendaftaran SHTnya
ke Turut Tergugat IV telah melampaui batas waktu 7 hari seperti yang
disyaratkan dalam Pasal 13 UUHT No.4 Tahun 1996, dengan demikian ketiga
Pemasangan Akta Pembebanan Hak Tanggungan terhadap Jaminan Utang
milik Penggugat II kepada Tergugat I dengan SHM N0.158/Kelurahan
Pasirkaliki, seluas 568 M2, atas nama Maya Aachenita/ Penggugat II.Apabila
APHT masih belum didaftarkan pada kantor Pertanahan/Turut Tergugat IV
maka APHT tersebut menjadi Gugur hal ini berdasarkan pendapat Irma
Devita Purnamasari, SH.M.Kn dan tidak dapat didaftarkan kembali kepada
Kantor Pertanahan/Turut Tergugat IV dengan APHTnya Gugur menjadi cacat
hukum dan tidak bisa dilakukan Pelelangan oleh Tergugat II, karena telah
Gugur sehingga pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Tergugat II cacad
hukum dan harus dibatalkan menurut hukum;
- Akibat dari sudah terlewati jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak APHT
ditandatangani belum didaftarkan di Kantor Pertanahan, APHT tersebut
menjadi gugur dan batal demi hukum karena tidak mengandung
kesepakatan para pihak dan tidak dapat didaftarkan kembali kepada kantor
VII. Akta pemberian Hak Tanggungan No. 36/2012 tanggal 11 Desember 2012
dibuat dihadapan Andri Prasetyo S.H., Notaris / PPAT di Cimahi;
VIII. Akta pemberian Hak Tanggungan No. 67/2013 tanggal 21 Nopember 2013
dibuat dihadapan Andri Prasetyo S.H., Notaris / PPAT di Cimahi;
c. Bahwa para Penggugat telah menerima jumlah dana yang tersebut dalam
perjanjian - perjanjian itu dengan benar;
d. Bahwa dengan demikian adalah benar dan sah para Penggugat telah
berhutang pada Tergugat I;
f. Bahwa apa yang tersebut dalam akta - akta itu diakui kebenarannya oleh
para Penggugat, karena kalau tidak benar maka para Penggugat tidak akan
menandatanganinya dan tidak akan mau menerima uang dari Tergugat I;
3. Bahwa adalah sama sekali tidak benar dan ditentang dengan keras anggapan
bahwa akta - akta yang ditandatangani oleh para Penggugat itu merupakan akta
standar, yang mau tidak mau harus ditandatangani oleh pihak yang menghadap
notaris, sebab:
a. Akta yang akan dibuat dan ditandatangani oleh para pihak itu disusun oleh
notarissetelah mendapat data - data para pihak;
g. Apakah ini dapat disebut akta standar, lagipula Akta Pemberian Hak
Tanggungan itu bentuknya sudah ditentukan oleh pihak yang berwenang dan
isinya tinggal disesuaikan dengan data yang ada dan kemauan para pihak;
i. Bahwa sudah menjadi ketentuan umum yang juga diketahui oleh para
Penggugat bahwa seseorang yang mempunyai hutang berkewajiban untuk
membayar atau mengembalikan jumlah hutangnya ditambah dengan bunga
dan apa yang tersebut dalam akta - akta tersebut;
j. Bahwa sampai saat ini Tergugat I, mungkin juga para Penggugat belum
temukan ketentuan yang menyatakan bahwa seseorang yang berhutang itu
tidak ada kewajiban untuk membayar atau mengembalikan / melunasi
hutangnya itu;
k. Bahwa seandainya alasan para Penggugat itu benar - padahal sama sekali
tidak benar - bahwa bentuk akta salah, isinya tidak jelas dan lain - lain alasan
sebagaimana tersebut dalam gugatan atau sebagaimana teori - teori hukum
yang dikemukakan dalam gugatan, yang menjadi pertanyaan adalah:
4. Bahwa gugatan para Penggugat ini didasarkan pada itikad tidak baik, karena
disatu pihak para Penggugat tidak menolak, berarti mengakui telah
menandatangani perjanjian - perjanjian pengakuan hutang dan telah
menerima uang pinjaman dari Tergugat I , tetapi dilain pihak para Penggugat
menuntut agar supaya dibebaskan dari kewajiban untuk membayar kembali
hutangnya (petitum gugatan butir ke-6), apakah ini yang disebut iktikad baik
atau sebaliknya iktikad tidak baik;
6. Bahwa sebagai bukti bahwa eksekusi lelang itu adalah sah dan dapat diterima
serta disetujui oleh para Penggugat, ada satu hal penting yang perlu para
Penggugat sadari, yaitu para Penggugat telah mengambil sisa hasil lelang
tersebut, kalau seandainya benar lelang itu tidak sah atau alasan lain
sebagaimana dikemukakan para Penggugat didalam gugatannya, mengapa
pada akhirnya para Penggugat menyetujui dan mengambil sisa hasil lelang
tersebut, sekali lagi ini mebuktikan akan iktikad tidak baik dari para
Penggugat;
Atas dasar hal - hal terurai diatas, Tergugat I mohon agar Pengadilan Negeri Bale
Bandung berkenan memutuskan:
- Menolak, setidaknya menyatakan tidak dapat diterima seluruh gugatan para
penggugat;
(3) “Penjual bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang
timbul, dalam hal tidak memenuhi tanggung jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)"
b) Bahwa gugatan para penggugat kabur dan tidak jelas karena Para Penggugat
tidak memahami konsep dan perbedaan antara perbuatan melawan hukum dan
wanprestasi.
d) Bahwa tentang perbuatan melawan hukum diatur dalam pasal 1365 KUHPer, yang
bunyinya:
"Tiap perbuatan yang melanggar hukum, yang membawa kerugian pada seorang
lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut."
Rossa Agustina, dalam bukunya yang berjudul " Perbuatan Melawan Hukum "
yang diterbitkan oleh Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, pada
halaman 4, menyatakan bahwa ".....perbuatan melawan hukum
(onrechtmatigedaad) sama dengan perbuatan melawan undang-undang
(onwetmatigedaad) ".
e) Bahwa tentang wanprestasi di atur dalam Pasal 1238 KUHPerdata, yang bunyinya:
"Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu,
atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang
ditentukan"
Menurut Yahya Harahap Wanprestasi adalah sebagai pelaksanaan kewajiban
yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya,
f) Bahwa sengketa antara Para Penggugat dan Tergugat II tidak timbul karena
adanya perbuatan yang melawan undang-undang atau perbuatan yang
melawan hukum, melainkan akibat tidak dipenuhinya perjanjian kredit antara
Para Penggugat dengan Tergugat I.
penyebutan persoon Tergugat II yang tidak tepat dan keliru dalam penyebutan
identitas Tergugat II dimana Para Penggugat tidak mengikutsertakan
Pemerintah Republik Indonesia, Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara Jawa Barat dalam gugatan yang merupakan instansi atasan
dari Tergugat II.
1. Bahwa apa yang diuraikan dalam eksepsi tersebut di atas, mohon juga dianggap
telah termasuk dalam pokok perkara ini, serta Tergugat II dengan tegas
menolak seluruh dalil-dalil Para Penggugat, kecuali terhadap apa yang diakui
secara tegas kebenarannya.
2. Bahwa substansi pokok dari gugatan Para Penggugat khususnya yang ditujukan
kepada Tergugat II adalah sehubungan dengan keberatan atas pelaksanaan
lelang eksekusi Pasal 6 Hak Tanggungan yang dimohonkan oleh PT Centratama
Nasional Bank (CNB) Cabang Bandung (Tergugat I) selaku Penjual terhadap
sebidang tanah seluas 568 M2 sesuai SHM Nomor 158/Pasirkaliki atas nama
Penggugat yang merupakan barang jaminan yang diagunkan pada Tergugat I.
Para Penggugat merasa dirugikan dengan dilelangnya objek lelang yang
dimohonkan oleh Tergugat I melalui Tergugat II.
4. Bahwa pelelangan atas objek a quo dilakukan sebagai akibat dari wanprestasi
atau cidera janji dari Para Penggugat, terhadap Tergugat I selaku penjual
dalam hal pemenuhan kewajiban utang Para Penggugat sebagaimana tertuang
dalam Akta Perjanjian Kredit Nomor 13 tanggal 10 November 2011 jo. Akta
Perjanjian Kredit (Pinjaman Rekening Koran) Nomor 2 tanggal 7 Desember
2012 jo. Akta Perjanjian Kredit (Pinjaman Rekening Koran) Nomor 4 tanggal 18
November 2013 dan Sertifikat Hak Tanggungan yang berkepala "Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" Nomor: 1894/2011 tanggal 7
Desember 2011, Nomor 170/2013 tanggal 1 Februari 2013, Nomor 02215/2013
tanggal 16 Desember 2013.
10. Bahwa karena dokumen yang diserahkan oleh kreditur/pemohon lelang telah
lengkap secara administratif dan benar secara formal sehingga telah memenuhi
syarat untuk dilaksanakan lelang, dan sesuaiPasal 13 PMK Lelang dengan tegas
menyatakan bahwa"Kepala KPKNL Pejabat Lelang Kelas II tidak boleh menolak
permohonan lelang yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan
lelang sudah lengkap dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek
lelang", maka Tergugat II menerbitkan Surat penetapan jadwal hari/tanggal
pelaksanaan lelang yaitu Surat Nomor S- 413/WKN.8/KNL.0105/2016 tanggal 7
Juni 2016.
11. Bahwa berdasarkan Surat penetapan lelang atas objek a quo, maka Tergugat I
selaku penjual telah mengumumkan pelaksanaan lelang melalui selebaran pada
tanggal 28 Juni 2016 sebagai pengumuman lelang pertama dan pengumuman
lelang kedua melalui Surat Kabar Galamedia pada tanggal 13 Juli 2016. Hal ini
telah sesuai ketentuan yang diatur dalam ketentuan pasal 51 PMK Lelang.
14. Bahwa sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sebelum dilakukan pelelangan,
KPKNL Bandung meminta permohonan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah
(SKPT) kepada Kantor Pertanahan Kota Cimahi, yang kemudian oleh Kantor
Pertanahan Kota Cimahi diterbitkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah Nomor
124/2016 tanggal 17 Juni 2016 untuk SHM Nomor 158/Pasirkaliki atas nama
Maya Aachenita.
17. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada romawi VI
halaman 14-15. Lelang eksekusi Hak Tanggungan terhadap objek jaminan a quo
dilaksanakan dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 6 UU Hak Tanggungan
bukan mendasarkan kepada ketentuan Pasal 224 HIR. Lelang Pasal 6 Undang-
undang Hak tangungan merupakan hak yang diberikan oleh Pemegang Hak
Tanggungan Pertama apabila debitur wanprestasi.
19. Bahwa adanya hak Pemegang Hak Tanggungan Pertama untuk melakukan
eksekusi penjualan melalui pelelangan umum tanpa fiat pengadilan, dikuatkan
dengan Klausul Akta Pemberian Hak Tanggungan Nomor 102/2011 tanggal 11
d. Menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembeli yang bersangkutan;
e. Mengambil dari uang hasil penjualan itu seluruhnya atau sebagian untuk
melunasi utang debitor tersebut di atas;
melakukan hal-hal lain yang menurut undang-undang dan peraturan hukum
yang bertaku diharuskan atau menurut pendapat Pihak Kedua pernah
dilakukan
20. ® oooc5gaiman«TtcraeDut aaiaTn Imsaian Veiarig norffor ~§03/ztn bj'telan
sesuai dengan Peraturan Lelang (Vendu reglement) sebagaimana ditetapkan dalam
Staatsblaad 1908:189 sebagaimana telah diubah dengan staatsblaad 1940:56,
Staatsblaad 1908:190 sebagaimana telah diubah dengan Staatsblaad 1930:85
1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 43 ayat (2) PMK lelang disebutkan bahwa
"Penetapan Nilai Limit menjadi tanggung jawab Penjual". Berdasarkan Pasal ini
maka Tergugat II bukan pihak yang membuat limit dan tidak ikut campur dalam
penetapan nilai limit lelang;
10. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada romawi
VI halaman 14-15. Lelang eksekusi Hak Tanggungan terhadap objek jaminan
a quo dilaksanakan dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 6 UU Hak
Tanggungan bukan mendasarkan kepada ketentuan Pasal 224 HIR. Lelang
Pasal 6 Undang-undang Hak tangungan merupakan hak yang diberikan oleh
Pemegang Hak Tanggungan Pertama apabila debitur wanprestasi.
13. Bahwa adanya hak Pemegang Hak Tanggungan Pertama untuk melakukan
eksekusi penjualan melalui pelelang umum tanpa fiat pengadilan, dikuatkan
dengan Klausul Akta Pemberian Hak Tanggungan Nomor 102/2011 tanggal
12. Bahwa dengan demikian prosedur lelang yang telah dilaksanakan tanggal 27
Juli 2016 sebagaimana tersebut dalam Risalah lelang nomor 903/2016, telah
sesuai dengan Peraturan Lelang (Vendu reglement) sebagaimana ditetapkan
dalam Staatsblaad 1908:189 sebagaimana telah diubah dengan staatsblaad
1940:56, Staatsblaad 1908:190 sebagaimana telah diubah dengan
Staatsblaad 1930:85 sebagaimana dipertegas dalam PMK Lelang adalah sah
dan benar sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
13. Bahwa dengan demikian Tergugat II mohon agar Majelis Hakim menolak dalil
penggugat angka romawi VI halaman 14 sampa; dengan halaman 15,
petitum Penggugat angka 3, 7, 8, 9, 11, dan 12 gugatannya.
1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 43 ayat (2) PMK lelang disebutkan bahwa
"Penetapan Nilai Limit menjadi tanggung jawab Penjual". Berdasarkan Pasal
ini maka Tergugat II bukan pihak yang membuat limit dan tidak ikut campur
dalam penetapan nilai limit lelang;
a...
b. Lelang eksekusi Pasal 6 UUHT, Lelang Eksekusi Fiducia dan Lelang
Eksekusi Harta Pailit dengan nilai limit paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah; atau;
6. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada angka
5 halaman 16 yang menyatakan bahwa adanya itikad tidak baik antara
pejabat lelang/Tergugat II dengan penjual/Tergugat I melalui penetapan
limit serendah mungkin.
8. Bahwa dengan demikian Tergugat II mohon agar Majelis Hakim perkara ini
menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan menyatakan pelaksanaan
lelang eksekusi Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan tanggal 27 Juli
2016 adalah sah menurut hukum.
4. Bahwa selain itu dalam putusan Mahkamah Agung Rl Nomor 79 K/Sip/1972 juga
diatur kaidah hukum bahwadwangsom tidak dapat dituntut bersama-sama
dengan tuntutan membayar uang.
1. Bahwa terhadap lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku serta dimenangkan oleh pembeli Ielang yang beritikad baik, maka
Ielang tersebut tidak dapat dibatalkan dan kepada pembeli Ielang yang
beritikad baik tersebut wajib diberikan perlindungan hukum. Terdapat
beberapa Yurisprudensi yang membenarkan pembeli yang beritikad baik harus
dilindungi berdasarkan rasa kepastian hukum sekaligus keadilan bagi pembeli
Ielang dimana hal ini tercermin dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl
antara lain :
E. Bahwa Tergugat II juga meriolak dengan tegas Petitum Para Penggugat pada
angka 13 yang menyatakan bahwa Putusan ini dapat dilaksanakan terlebih
dahulu meskipun ada bantahan, Verzet, Banding maupun Kasasi dan atau upaya
hukum lainnya (Uit Voorbar Bijvooraad).
Bahwa petitum tersebut harus ditoiak atau dikesampingkan oleh Majelis Hakim
yang memeriksa dan memutus perkara a quo, karena berdasarkan Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2001 tanggal 20 Agustus 2001 tentang
Permasalahan Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar Bij Vooraad) dan Provisionil
Bahwa dalil-dalil Para Penggugat selain dan seiebihnya sudah sepatutnya ditoiak
oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bale Bandung yang memeriksa perkara a
quo karena gugatan Para Penggugat adalah gugatan yang sama sekali tidak
beralasan dan hanya mengada-ada serta jelas-jelas tidak berdasar hukum.
Maka : berdasarkan hal tersebut di atas, Tergugat II mohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Bale Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
berkenan memberikan putusan dengan amar sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
1. Menerima Eksepsi Tergugat II;
2. Mengabulkan seluruh Eksepsi Tergugat II;
3. Menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima(Niet Ontvankelijk
Verklaard).
Atau apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bale Bandung berpendapat lain, mohon
putusan yang seadil-adilnya(ex aequo et bono).
Dengan demikian sudah tidak ada lagi hak Penggugat untuk mengajukan gugatan
atas obyek gugatan yang telah terjadi peralihan hak kepada Tergugat-lll melalui
Jual Beli Lelang;
- Bahwa pada dasarnya Tergugat-lll menolak dengan tegas dalil serta dalih
gugatan Penggugat sebagaimana tertuang dalam surat gugatannya tertanggal
20 September 2016, yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bale
Bandung Nomor : 175/Pdt.G/2016/PN.BIb.;
Gugtatan Penggugat tersebut harus ditolak atau setidak tidaknya dinyatakan tidak
dapat diterima ;
2. Dalam Rekonvensi:
- Bahwa segala sesuatu yang telah dikemukakan Tergugat-lll diatas, baik dalam
Eksepsi mapun dalam Pokok Perkara bagian Konvensi, dianggap telah
termasuk pula pada bagian Rekonvensi ini dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan ;
- Bahwa pada bagian Rekonvensi ini, Penggugat Rekonvensi (Tergugat-lll
Konvensi) hendak mengajukan gugatan balik terhadap Para Tergugat
Rekonvensi (Para Penggugat Konvensi), sebagai berikut:
- Bahwa Penggugat Rekonvensi adalah sebagai pemilik atas sebidang tanah
kosong seluas 568 M2. Sesuai dengan Sertifikat Hak Milik No.l58/Pasirkaliki,
yang diperoleh hasil pembelian Lelang berdasarkan Kutipan Risalah Lelang
Nomor: 903/2016 tertanggal 27 Juli 2016 yang dikeluarkan oleh Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Bandung;
- Bahwa sejak pembelian Lelang tersebut maka atas tanah tersebut
kepemilikannya telah beralih menjadi milik Penggugat Rekonvensi, dan
Penggugat Rekonvensi sebagai pemilik atas tanah tersebut berhak menguasai,
menempati dan menikmatinya dengan tenang dan nyaman tanpa gangguan
dari pihak siapapun ;
- Bahwa pada saat Penggugat Rekonvensi mengajukan balik nama dalam
Sertifikat Hak Milik No.l58/Pasirkaliki menjadi atas nama Penggugat
Rekonvensi pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Cimahi, berdasarkan
Kutipan Risalah Lelang Nomor : 903/2016 tertanggal 27 Juli 2016, tiba-tiba
telah dihalang halangi dan diganggu oleh Para Tergugat Rekonvensi dengan
A.DALAM EKSEPSI:
2. Dalam Rekonvensi:
a. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi (Tergugat-lll Konvensi)
seluruhnya ;
b. Menyatakan sah dan mempunyai kekuatan hukum Risalah Lelang Nomor:
903/2016 tertanggal 27 Juli 2016 yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang Bandung;
ATAU :
- Bahwa saya, selaku NOTARIS sesuai permintaan Bank selaku KREDITOR telah
membuatkan Akta Perjanjian Kredit dari fasilitas kredit tersebut diatas
sebagaimana - ternyata dari:
1. Akta Perjanjian Kredit Nomor 13,- tertanggal sepuluh Nopember dua ribu
sebelas (10-11-2011) untuk fasilitas Kredit Pinjaman Rekening Koran (PRK).
2. Akta Pengakuan Hutang Nomor 14, - tertanggal sepuluh Nopember dua ribu
sebelas (10-11-2011) untuk fasilitas Kredit Modal Kerja Angsuran (KMKA).
- Bahwa saya, selaku Notaris sebelum membacakan akta perjanjian kredit ini
terlebih dahulu mempertanyakan identitas DEBITOR dan KREDITOR serta
persyaratan formil yang harus dipenuhi dalam pembuatan akta, diantaranya :
Kartu Tanda Penduduk (KTP) para pihak DEBITOR, Kartu Keluarga (KK), dan
Sertifikat (asli) yang diagunkan sebagai jaminan atas kredit tersebut, serta Kartu
Tanda Penduduk (KTP) pemilik jaminan.
- Bahwa setelah saya, NOTARIS membacakan dan menerangkan isi dari akta-akta
perjanjian kredit tersebut diatas kepada para pihak DEBITOR dan juga
- Bahwa untuk Akta Pemberian Elak Tanggungan (APHT) Nomor 102/2011 tanggal
sebelas November duaribu sebelas (11-11-2011) yang juga telah dibuat oleh dan
dihadapan saya, selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Kota Cimahi,
sebelum- didaftarkan pada Kantor Pertanahan (BPN) Kota Cimahi, dalam hal ini
perlu dijelaskan bahwa semua persyaratan formil pendaftaran telah dilengkapi
dengan dokumen (warkah-warkah) untuk sahnya pendaftaran hak tanggungan
tersebut, antara lain Kartu Tanda Penduduk (KTP) tercatat atas nama pemilik
jaminan dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) KREDITOR, serta asli Sertifikat Hak
Milik Nomor 158/KeIurahan Pasirkaliki, seluas 568 M2, sebagaimana diuraikan
dalam Surat Ukur Nomor 00129/Pasirkaliki/2002, tanggal 22 Januari 2002,
tercatat atas nama : MAYA
AACHENITA, yang terletak di Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cimahi Utara, -
Kota Cimahi;
- Bahwa Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) tersebut diatas sebelum ditanda
tangani oleh pemilik jaminan dan pihak BANK selaku KREDITOR, saya
selakuPejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Kota Cimahi, telah membacakan dan
menjelaskan isi Akta tersebut kepada pemilik jaminan dan pihak BANK, kemudian
setelah pemilik jaminan, pihak BANK, mengerti, memahami dan menyetujui apa
yang telah dibacakan tadi dalam Akta termasuk mengetahui apabila tanah
miliknya tersebut diatas dijaminkan atas hutang pihak DEBITOR kepada pihak
BANK selaku KREDITOR, maka selanjutnya pemilik jaminan, pihak BANK,
seketika itu menandatangani Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) tersebut.
4. Bahwa Turut Tergugat IV membantah dalil Gugatan pada Posita halaman 13 yang
menyatakan bahwa pendaftaran Sertipikat Hak Tanggungan kepada Turut
Tergugat IV (Kantor Pertanahan Kota Cimahi) telah melampaui batas waktu 7 hari
seperti yang disyaratkan dalam pasal 13 UUHT No. 4 Tahun 1996 Bahwa
meskipun penyerahan Akta Pemberian Hak Tanggungan ke Kantor Pertanahan
Kota Cimahi (Turut Tergugat IV) tidak sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, namun tidak mengakibatkan batalnya Akta Pemberian
Hak Tanggungan yang dimaksud dan memang tidak ada satu ketentuan
hukumpun yang menyatakan bahwa dengan keterlambatan penyerahan Akta
Pemberian Hak Tanggungan tersebut menjadikan akta yang bersangkutan batal.
Meskipun terjadi keterlambatan, BPN wajib dan tetap melakukan proses
pendaftarannya sesuai ketentuan Pasal 114 Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan pemerintah No. 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah;
- Peringkat III berdasarkan Akta Pembebanan Hak Tanggungan tanggal 21- 11-
2013 No. 67/2013 yang dibuat oleh dan diadapan Andri Prasetyo, SH, SE,
M.Kn. PPAT Kota Cimahi.
Apabila Majelis Hakim yang terhormat kiranya berpendapat lain, maka Turut
Tergugat IV memohon untuk memutus perkara ini dengan seadil-adilnya.
Dalam Eksepsi:
- Menolak eksepsi Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat IV.
III. Bahwa ternyata Akta Pengakuan Hutang Nomor 14 tertanggal 10 Nopember 2011
dibuat dihadapan Notaris di Kota Cimahi, Himsar, SH, senilai Rp. 225.000.000,-
dan Akta Pengakuan Hutang Nomor 43 tertanggal 10 Desember 2012 dibuat
dihadapan Notaris Chendra Witarsih Susilosetiawati Djamhari, SH, yang
merupakan penambahan dari Akta Pengakuan Hutang No.14 tanggal 10
Nopember 2011senilai Rp. 300.000.000,- dengan Fasilitas KMKA (Kredit Modal
Kerja Angsuran) dibuat bersyarat, sedangkan sifat dari Akta Pengakuan Hutang
adalah sepihak yang murni, artinya tidak boleh dicampur atau disusun bersama
dengan perjanjian lain seperti Peminjam dengan ini member ijin, persetujuan
serta kuasanya untuk menjual, menggadaikan dll, tidak merupakan subrogasi,
yang ada hanya perjanjian hutang piutang antara para pihak semula,
dikarenakan Akta Pengakuan Hutangnya bersyarat, maka Akta Pengakuan hutang
tersebut diatas beserta perpanjangan, penambahannya menjadi cacat hukum;
!V. Bahwa Pembuatan Sertifikat Hak Tanggungan (SHT) dan APHT (Akta
Pembebanan Hak Tanggungan) tidak memenuhi syarat dan
bertentangan dengan Undang-Undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Pasal 13 dan Pasal 15 UUHT menyatakan :
1) Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan;
2) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penandatanganan APHT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (2) PPAT wajib mengirimkan APHT
yang bersangkutan dan warkah lain yang diperlukan kepada Kantor
Pertanahan.
3) Pendaftaran Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan membuatkan buku-tanah Hak
Tanggungan dan mencatatnya dalam buku-tanah hak atas tanah yang
menjadi obyek Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada
sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan.
PRIMAIR :
1. Menerima dan mengabulkan Permohonan Pembanding untuk seluruhnya
2. Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Bandung No.175/PDT/G/2016/PN. BLB;
3. Membebankan biaya perkara yang timbul di semua tingkat sesuai Undang-
Undang;
SUBSIDAIR :
MENGADILI
1. Menerima permohonan banding dari Para Pembanding semula
Penggugat I dan Penggugat II;
2. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung tanggal 11
April2017, Nomor 175/PDT.G/2016/PN.BLB, yang dimohonkan banding
tersebut ;
3. Menghukum Para Pembanding semula Penggugat I dan Penggugat
IIuntuk membayar seluruh biaya perkara yang timbul dalam kedua
tingkat peradilan,yang ditingkat banding ditetapkan sejumlahRp.
150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) ;
Ttd. Ttd.
Ttd.
H. EDWARMAN,S.H.
Panitera Pengganti,
Ttd.
SO E T J I P T O.
Perincian biaya perkara :
1. Biaya Materai ..............……………Rp.6.000,-
2. Biaya Redaksi putusan …………….Rp.5.000,-
3. Biaya Pemberkasan …………………Rp 139.000,-
J u m l a h ……………………………Rp 150.000,-