Anda di halaman 1dari 45

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah


Pembangunan sarana sanitasi suatu kota mengikuti rencana induk
sanitasi yang telah ditetapkan. Pada rencana induk tersebut seharusnya sudah
ditetapkan secara garis besar sistem yang akan diterapkan dalam satu kota,
seperti lokasi IPAL untuk sistem terpusat (off-site sanitation), daerah prioritas
layanan sistem terpusat, rencana jalur pipa induk (trunk sewer), dan lokasi
IPLT. Rencana induk sanitasi ini menjadi alat pengendali dalam
pembangunan sanitasi kota/permukiman secara keseluruhan.

Pembangunan saluran air limbah cair pada 3 desa Malanggaten,


Banjarharjo, dan Alastuwo menggunakan sistem terpusat, dengan hanya
menggunakan 1 buah IPAL yang digunakan untuk mengelola air limbah dari
3 desa. Untuk sistem penyalurannya sendiri menggunakan pipa yang ditanam
di bawah tanah, sehingga menjadikannya sebagai saluran tertutup. Saluran
pipa ini didesain juga untuk mengalirkan air limbah saja, untuk air hujan
disalurkan terpisah dari saluran air limbah yang akan diolah di IPAL.

Perancangan perpipaan sistem air limbah skala permukiman


merupakan hal penting dalam untuk menjaga kesehatan sanitasi. Penentuan
lokasi IPAL, daerah pelayanan, dan pemilihan jalur harus dilakukan dengan
baik agar penyaluran berjalan efisien dan ekonomis. Selain itu, perancangan
menggunakan data proyeksi penduduk 20 tahun kedepan pada desa
Malanggaten, Banjarharjo, dan Alastuwo. Hal ini dilakukan karena
diharapkan system penyaluran air limbah masih mampu melayani penduduk
desa Malanggaten, Banjarharjo, dan Alastuwo sampai 20 tahun kedepan.
4.2 Perhitungan Proyeksi Penduduk
Sistem penyaluran air limbah merupakan sarana untuk menyalurkan air
limbah dari berbagai sumber seperti rumah tangga, bangunan komersial dan
bangunan industri yang disalurkan bersama-sama ke pengolahan air limbah
yang terletak cukup jauh dan aman dari pemukiman penduduk.
Dalam penentuan perencanaan penyaluran sistem air limbah diperlukan
data penduduk. Karena dari jumlah penduduk maka dapat diperhitungkan
kuantitas yang dapat dilayani oleh suatu daerah pelayanan. Untuk itu
diperlukan proyeksi jumlah penduduk pada tahun perencanaan. Pada
perencanaan sistem penyaluran air limbah ini periode perencanaan adalah 20
tahun, terhitung mulai tahun 2018 sampai tahun 2037.
Ada beberapa metode dalam menentukan proyeksi penduduk. Untuk
mendapatkan proyeksi penduduk yang lebih akurat terlebih dahulu harus
menentukan metode proyeksi yang akan dipakai dengan cara mencari nilai
korelasi (r) untuk tiap-tiap metode. Pada metode yang mempunyai nilai
kolerasi paling mendekati nilai 1 (satu) itulah yang akan digunakan. Berikut
adalah penentuan metode yang digunakan untuk memproyeksikan Desa
Alastuwo, Banjarharjo dan Malanggaten di Kecamatan Kebakramat.
4.1.1 Metode Aritmatik
Tabel 4.1 Proyeksi Penduduk Alastuwo Dengan Metode Aritmatik

Jumlah
No Tahun x x2 y y2 xy
Penduduk
1 2007 6372 0 0 0 0 0
2 2008 6406 1 1 34 1156 34
3 2009 6478 2 4 72 5184 144
4 2010 6523 3 9 45 2025 135
5 2011 6601 4 16 78 6084 312
6 2012 6696 5 25 95 9025 475
7 2013 6765 6 36 69 4761 414
8 2014 6881 7 49 116 13456 812
9 2015 6954 8 64 73 5329 584
10 2016 7019 9 81 65 4225 585
11 2017 7081 10 100 62 3844 620
Jumlah 55 385 709 55089 4115

n (∑ XY )−( ∑ X )(∑ Y )
r= 2 2
√ {n ( ∑ Y 2 ) −( ∑Y ) }{n ( ∑ X 2) −( ∑ X ) }

11 ( 4115 )−(55)(709)
r=
√ {11 ( 55089 )−( 709 )2 }{11 (385 )−( 55 )2 }
r = 0,341709

Tabel 4.2 Proyeksi Penduduk Banjarharjo dengan Metode Aritmatik

Jumlah
No Tahun x x2 y y2 xy
Penduduk
1 2007 3932 0 0 0 0 0
2 2008 3950 1 1 18 324 18
3 2009 3965 2 4 15 225 30
4 2010 3971 3 9 6 36 18
5 2011 3981 4 16 10 100 40
6 2012 3989 5 25 8 64 40
7 2013 3985 6 36 -4 16 -24
8 2014 3996 7 49 11 121 77
9 2015 4004 8 64 8 64 64
10 2016 4040 9 81 36 1296 324
11 2017 4075 10 100 35 1225 350
Jumlah 55 385 143 3471 937

n (∑ XY )−( ∑ X )(∑ Y )
r= 2 2
√ {n ( ∑ Y 2 ) −( ∑Y ) }{n ( ∑ X 2) −( ∑ X ) }

11 ( 937 )−(55)(385)
r=
√ {11 ( 3471 )−( 143 )2 }{11 (385 )−( 55 )2 }

r = 0,438768
Tabel 4.3 Proyeksi Penduduk Malanggaten dengan Metode Aritmatik

Jumlah
No Tahun x x2 y y2 xy
Penduduk
1 2007 4778 0 0 0 0 0
2 2008 4794 1 1 16 256 16
3 2009 4805 2 4 11 121 22
4 2010 4824 3 9 19 361 57
5 2011 4863 4 16 39 1521 156
6 2012 4889 5 25 26 676 130
7 2013 4919 6 36 30 900 180
8 2014 4926 7 49 7 49 49
9 2015 4955 8 64 29 841 232
10 2016 5000 9 81 45 2025 405
11 2017 5044 10 100 44 1936 440
Jumlah 55 385 266 8686 1687

n (∑ XY )−( ∑ X )(∑ Y )
r= 2 2
√ {n ( ∑ Y 2 ) −( ∑Y ) }{n ( ∑ X 2) −( ∑ X ) }

11 ( 1687 )−(55)( 266)


r=
√ {11 ( 8686 )−( 266 )2 }{11 ( 385 ) −( 55 )2 }

r = 0,614546
4.1.2 Metode Geometrik
Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Alastuwo dengan Metode Geometrik

Jumlah
No Tahun x x2 y y2 xy
Penduduk
1 2007 6372 1 1 8,759668671 76,73179523 8,759668671
2 2008 6406 2 4 8,764990330 76,82505549 17,529980660
3 2009 6478 3 9 8,776167100 77,02110896 26,328501299
4 2010 6523 4 16 8,783089672 77,14266418 35,132358687
5 2011 6601 5 25 8,794976432 77,35161043 43,974882158
6 2012 6696 6 36 8,809265612 77,60316063 52,855593673
7 2013 6765 7 49 8,819517541 77,78388965 61,736622784
8 2014 6881 8 64 8,836519269 78,08407279 70,692154154
9 2015 6954 9 81 8,847072313 78,27068850 79,623650813
10 2016 7019 10 100 8,856376037 78,43539650 88,563760367
11 2017 7081 11 121 8,865170420 78,59124657 97,516874616
Jumlah 66 506 96,912813395 853,84068894 582,714047884
n (∑ XY )−( ∑ X )(∑ Y )
r= 2 2
√ {n ( ∑ Y 2 ) −( ∑Y ) }{n ( ∑ X 2) −( ∑ X ) }
11 ( 582,714 )−(66)(96,913)
r=
√ {11 ( 853,841 )−( 96,913 )2 }{11 ( 506 )−( 66 )2 }

r = 0,996362
Tabel 4.5 Proyeksi Penduduk Banjarharjo dengan Metode Geometrik

Jumlah
No Tahun x x2 y y2 xy
Penduduk
1 2007 3932 1 1 8,27690348 68,50713124 8,27690348
2 2008 3950 2 4 8,28147086 68,58275957 16,56294172
3 2009 3965 3 9 8,28526113 68,64555206 24,85578340
4 2010 3971 4 16 8,28677323 68,67061058 33,14709292
5 2011 3981 5 25 8,28928832 68,71230090 41,44644162
6 2012 3989 6 36 8,29129585 68,74558690 49,74777511
7 2013 3985 7 49 8,29029259 68,72895125 58,03204814
8 2014 3996 8 64 8,29304914 68,77466403 66,34439312
9 2015 4004 9 81 8,29504914 68,80784024 74,65544226
10 2016 4040 10 100 8,30399997 68,95641552 83,03999971
11 2017 4075 11 121 8,31262603 69,09975144 91,43888628
91,2060097 756,2315637
Jumlah 66 506 547,54770776
5 4

n (∑ XY )−( ∑ X )(∑ Y )
r= 2 2
√ {n ( ∑ Y 2 ) −( ∑Y ) }{n ( ∑ X 2) −( ∑ X ) }

11 ( 582,714 )−(66)(96,913)
r=
√ {11 ( 853,841 )−( 96,913 )2 }{11 ( 506 )−( 66 )2 }

r = 0,940207
Tabel 4.6 Proyeksi Penduduk Malanggaten dengan Metode Geometrik

Jumlah
No Tahun x x2 y y2 xy
Penduduk
1 2007 4778 1 1 8,4717773 71,7710111 8,4717773
2 2008 4794 2 4 8,4751204 71,8276660 16,9502408
3 2009 4805 3 9 8,4774123 71,8665197 25,4322370
4 2010 4824 4 16 8,4813587 71,9334460 33,9254350
5 2011 4863 5 25 8,4894108 72,0700959 42,4470541
6 2012 4889 6 36 8,4947431 72,1606597 50,9684584
7 2013 4919 7 49 8,5008605 72,2646299 59,5060238
8 2014 4926 8 64 8,5022826 72,2888090 68,0182606
9 2015 4955 9 81 8,5081524 72,3886581 76,5733720
10 2016 5000 10 100 8,5171932 72,5425799 85,1719319
11 2017 5044 11 121 8,5259547 72,6919035 93,7855017
Jumlah 66 506 93,4442661 793,8059788 561,2502925

n (∑ XY )−( ∑ X )(∑ Y )
r= 2 2
√ {n ( ∑ Y 2 ) −( ∑Y ) }{n ( ∑ X 2) −( ∑ X ) }

11 ( 582,714 )−(66)(96,913)
r=
√ {11 ( 853,841 )−( 96,913 )2 }{11 ( 506 )−( 66 )2 }

r = 0,989804

4.1.3 Metode Least Square


Tabel 4.7 Proyeksi Penduduk Alastuwo dengan Metode Least Square

Jumlah
No Tahun x x2 y y2 xy
Penduduk
1 2007 6372 1 1 6372 40602384 6372
2 2008 6406 2 4 6406 41036836 12812
3 2009 6478 3 9 6478 41964484 19434
4 2010 6523 4 16 6523 42549529 26092
5 2011 6601 5 25 6601 43573201 33005
6 2012 6696 6 36 6696 44836416 40176
7 2013 6765 7 49 6765 45765225 47355
8 2014 6881 8 64 6881 47348161 55048
9 2015 6954 9 81 6954 48358116 62586
10 2016 7019 10 100 7019 49266361 70190
11 2017 7081 11 121 7081 50140561 77891
Jumlah 66 506 73776 495441274 450961

n (∑ XY )−( ∑ X )(∑ Y )
r= 2 2
√ {n ( ∑ Y 2 ) −( ∑Y ) }{n ( ∑ X 2) −( ∑ X ) }

11 ( 450961 )−(66)(73776)
r=
√ {11 ( 495441274 )−( 73776 )2 }{11 (506 )−( 66 )2 }

r = 0,995783
Tabel 4.8 Proyeksi Penduduk Banjarharjo dengan Metode Least Square

Jumlah
No Tahun x x2 y y2 xy
Penduduk
1 2007 3932 1 1 3932 15460624 3932
2 2008 3950 2 4 3950 15602500 7900
3 2009 3965 3 9 3965 15721225 11895
4 2010 3971 4 16 3971 15768841 15884
5 2011 3981 5 25 3981 15848361 19905
6 2012 3989 6 36 3989 15912121 23934
7 2013 3985 7 49 3985 15880225 27895
8 2014 3996 8 64 3996 15968016 31968
9 2015 4004 9 81 4004 16032016 36036
10 2016 4040 10 100 4040 16321600 40400
11 2017 4075 11 121 4075 16605625 44825
Jumlah 66 506 43888 175121154 264574

n (∑ XY )−( ∑ X )(∑ Y )
r= 2 2
√ {n ( ∑ Y 2 ) −( ∑Y ) }{n ( ∑ X 2) −( ∑ X ) }

11 ( 264574 )−( 66)(43888)


r=
√ {11 ( 175121154 )−( 43888 )2 }{11 ( 506 )−( 66 )2 }

r = 0,938808

Tabel 4.9 Proyeksi Penduduk Malanggaten dengan Metode Least Square

Jumlah
No Tahun x x2 y y2 xy
Penduduk
1 2007 4778 1 1 4778 22829284 4778
2 2008 4794 2 4 4794 22982436 9588
3 2009 4805 3 9 4805 23088025 14415
4 2010 4824 4 16 4824 23270976 19296
5 2011 4863 5 25 4863 23648769 24315
6 2012 4889 6 36 4889 23902321 29334
7 2013 4919 7 49 4919 24196561 34433
8 2014 4926 8 64 4926 24265476 39408
9 2015 4955 9 81 4955 24552025 44595
10 2016 5000 10 100 5000 25000000 50000
11 2017 5044 11 121 5044 25441936 55484
Jumlah 66 506 53797 263177809 325646
n (∑ XY )−( ∑ X )(∑ Y )
r= 2 2
√ {n ( ∑ Y 2 ) −( ∑Y ) }{n ( ∑ X 2) −( ∑ X ) }

11 (325646 )−( 66)(53797)


r=
√ {11 ( 263177809 )−( 53797 )2 }{11 ( 506 )−( 66 )2 }

r = 0,988945
Dengan menggunakan tiga metode proyeksi untuk data jumlah penduduk
di Desa Alastuwo, Banjarharjo dan Malanggaten dari tahun 2007 sampai 2017,
maka diketahui nilai kolerasi yang mendekati 1 (satu) adalah dari metode
geometri. Sehingga untuk menghitung proyeksi penduduknya dari tahun 2018
sampai dengan tahun 2037 dengan data terakhir tahun 2017 per tiap desa
digunakan metode geometrik. Berikut ini adalah nilai kolerasi dari tiga metode:
Tabel 4.10 Perbandingan Kolerasi Ketiga Metode Proyeksi Penduduk

Nilai Kolerasi (r)


Desa Least
Aritmatik Geometri square
0,341708 0,9963618 0,99578345
Alastuwo 9 7 8
0,438767 0,9402074 0,93880786
Banjarharjo 6 1 3
Malanggate 0,614545 0,9898045 0,98894532
n 7 0 4

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai kolerasi ke tiga desa yang
paling mendekati satu adalah Metode Geometri. Pemlihan ini dengan
pertimbangan bahwa nilai koefisien kolerasi untuk metode geometri mendekati
satu dan hal ini juga menunjukkan bahwa pada Desa Alastuwo, Banjarharjo dan
Malanggaten tingkat pertumbuhan penduduknya cukup pesat.
Dengan menggunakan metode geometri dengan menggunakan data jumlah
penduduk dari tahun 2007 – 2017 maka dapat diperoleh rata- rata persentase
pertambahan penduduk (r).
Contoh perhitungan persentase pertambahan penduduk (r) pada Desa Alastuwo:
Tahun 2007 – 2017
P2008 = P2007(1 + r )(2008-2007)
6406 = 6372 (1 + r )1
6406
1+r =
6372
r = 0,005336
Untuk desa Bnjarharjo dan Malanggaten untuk menentukan nilai r juga
menggunakan perhitungan yang sama seperti di atas.
Tabel 4.11 Perhitungan r pada Desa Alastuwo Berdasarkan Metode Geometri

Tahun Jumlah Penduduk pn/pn-1 R


2007 6372
2008 6406 1,005336 0,005336
2009 6478 1,011239 0,011239
2010 6523 1,006947 0,006947
2011 6601 1,011958 0,011958
2012 6696 1,014392 0,014392
2013 6765 1,010305 0,010305
2014 6881 1,017147 0,017147
2015 6954 1,010609 0,010609
2016 7019 1,009347 0,009347
2017 7081 1,008833 0,008833
Rata-Rata 0,009647

Tabel 4.12 Perhitungan r pada Desa Banjarharjo Berdasarkan Metode Geometri

Tahun Jumlah Penduduk pn/pn-1 R


2007 3932    
2008 3950 1,004578 0,004578
2009 3965 1,003797 0,003797
2010 3971 1,001513 0,001513
2011 3981 1,002518 0,002518
2012 3989 1,00201 0,00201
2013 3985 0,998997 -0,001
2014 3996 1,00276 0,00276
2016 4004 1,002002 0,002002
2017 4040 1,008991 0,008991
  4075 1,008663 0,008663
Rata-Rata 0,003257

Tabel 4.13 Perhitungan r pada Desa Malanggaten Berdasarkan Metode Geometri

Tahun Jumlah Penduduk pn/pn-1 R


2007 4778    
2008 4794 1,003349 0,003349
2009 4805 1,002295 0,002295
2010 4824 1,003954 0,003954
2011 4863 1,008085 0,008085
2012 4889 1,005346 0,005346
2013 4919 1,006136 0,006136
2014 4926 1,001423 0,001423
2015 4955 1,005887 0,005887
2016 5000 1,009082 0,009082
2017 5044 1,0088 0,0088
Rata-Rata  0,004942
Setelah didapatkan nilai persentase pertumbuhan (r) ketiga desa tersebut maka
dilakukan perhitungan proyeksi penduduk dengan metode geometri. Untuk perhitungan
proyeksi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14 Proyeksi Penduduk Tahun 2017-2037

Desa Desa
Tahu
Banjarharj Tahun
n Alastuwo Malanggaten Alastuwo Banjarharjo Malanggaten
o
2017 7081 4075 5044 2028 7870 4223 5325

2018 7149 4088 5069 2029 7946 4237 5351

2019 7218 4102 5094 2030 8022 4251 5378


2020 7288 4115 5119 2031 8100 4265 5404
2021 7358 4128 5144 2032 8178 4279 5431
2022 7429 4142 5170 2033 8257 4293 5458
2023 7501 4155 5195 2034 8336 4307 5485
2024 7573 4169 5221 2035 8417 4321 5512
2025 7646 4182 5247 2036 8498 4335 5539
2026 7720 4196 5273 2037 8580 4349 5567
2027 7795 4223 5299

Data tabel di atas diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:


Salah satu contoh perhitungan proyeksi tahun 2018 Desa Alastuwo
Pn = Po (1 + r )n
P2018 = P2017 (1 + r )1
P2018 =7081 (1 + 0,009647)1
P2018 = 7149
Di mana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi yang diinginkan (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada awal tahun proyekski (jiwa)
r = rata-rata persentase pertambahan penduduk tiap tahun
n = kurun waktu
4.2 Perhitungan Proyeksi Fasilitas
Proyeksi fasilitas merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan untuk
merencanakan daerah pelayanan air limbah. Karena perkembangan dan
pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yang meningkat, maka fasilitas
yang diperlukan pun juga ikut meningkat jumlahnya. Dengan adanya data
mengenai proyesi fasilitas nantinya diharapkan dapat dihitung jumlah
kebutuhan air limbah yang dihasilkan.
Untuk memproyeksikan jumlah fasilitas yang ada harus mengacu pada
rencana tata guna lahan dn perkembangan kepadatan penduduk daerah
tersebut. Selain itu proyeksi juga dipengaruhi oleh jumlah fasilitas yang ada
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini. Dengan adanya
perhitungan proyeksi fasilitas yang cermat diharapkan nantinya penyaluran
air limbah dapat berjalan lancar.
Berikut pada tabel 4.15 adalah data fasilitas Kecamatan Kebakramat
pada tahun 2017.
Tabel 4.15 Data Fasilitas Kecamatan Kebakramat pada Tahun 2017

Jenis Fasilitas Alastuwo Banjarharjo Malanggaten Jumlah


Sekolah 3 6 5 14
Rumah Sakit 8 0 1 9
Masjid 21 18 7 46
Musholla 3 2 8 13
Gereja 2 1 1 4
Fasilitas Olahraga 3 0 2 5
Pasar 1 0 1 2

Dari data jumlah fasilitas pada tahun 2017 di atas maka langkah
selanjutnya yakni memproyeksikan data fasilitas ketiga desa tersebut untuk
20 tahun ke depan pada tahun 2037. Menghitung proyeksi fasilitas dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ Pn ∑ Fn
=
∑ Po ∑ Fo
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi yang diinginkan (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada awala tahun proyeksi (jiwa)
Fn = jumlah fasilitas pada tahun proyeksi yang diinginkan (unit)
Fo = jumlah fasilitas pada awal tahun proyeksi (unit)
Contoh perhitungan proyeksi fasilitas :
a. Untuk sekolah di Desa Alastuwo
∑ Pn ∑ Fn
=
∑ Po ∑ Fo
8580 ∑ F 2037
=
6372 3
∑ F 2037 = 5 unit

Untuk hasil selengkapnya data proyeksi fasilitas Desa Alastuwo,


Banjarharjo dan Malanggaten pada 2037 dapat di lihat pada tabel 4.16 berikut
ini:

Tabel 4.16 Proyeksi Fasilitas Tahun 2037

Malanggate
Jenis Fasilitas Alastuwo Banjarharjo n Jumlah
Sekolah 5 7 6 18
Rumah Sakit 11 0 2 13
Masjid 29 20 9 58
Musholla 5 3 10 18
Gereja 3 2 2 7
Fasilitas Olahraga 5 0 3 8
Pasar 2 0 2 4
4.3 Pembagian Blok Pelayanan
Untuk mempermudah pelayanan dalam perencanaan Sistem Penyaluran
Air Limbah, maka daerah pelayanan ini dibagi menjadi blok-blok pelayanan.
Pada pelayanan kelurahan Malanggaten, Alastuwo, dan Banjarharjo ini kami
membagi daerah ketiga kelurahan menjadi 5 blok untuk pemudahan pelayanan
daerah. Pembagian blok diambil berdasarkan banyaknya pemukiman yang
terdapat pada daerah tersebut. Penentuan blok juga diambil dengan
memperhatikan jalur jalan pada setiap blok yang aan dilayani. Pembagian blok
yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Sumber : Kecamatan kebak kramat dalam angka 2017


Untuk perencanaan sistem penyaluran air limbah ini periode
perencanaan adalah 20 tahun, mulai tahun 2017 sampai tahun 2037.
Pembagian blok tersebut memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah:
1. Kepadatan penduduk dari luas daerah terbangun pada tiap
desa/kelurahan.
2. Topografi yang ada (untuk memudahkan dalam membuat jaringan
pipa yang ada).
3. Tata guna lahan dari tiap desa/kelurahan tersebut (diwakili oleh
luas daerah terbangun pada tiap desa/kelurahan).
4. Batas wilayah desa/kelurahan juga terlalu diperhatikan, karena
dalam 1 blok belum tentu mencakup 100 % persen dari tiap
desa/kelurahan yang ingin dilayani saja.
Untuk lebih jelasnya, pembagian blok pelayanan dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Tabel 4.15 Pembagian Blok Pelayanan

Penduduk Luas Data


Blo Terlayan Luas Penduduk Luas
Kelurahan Terlayani Terlayan Penduduk
k i (%) (Ha) Terlayani Terlayani
(%) i 2037
4495,352
Malanggaten 85 95 15 5567 570,81 72,778275
5
1
4495,352
Jumlah 72,778275
5

Malanggaten 85 100 5 5567 570,81 4731,95 24,259425


2 Banjarharjo 80 100 15 4349 512,49 3479,2 61,4988
Jumlah 9916 8211,15 85,758225

Malanggaten 85 100 10 5567 571,81 4731,95 48,60385


3 Banjarharjo 80 100 10 4349 512,49 3479,2 40,9992
Jumlah 9916 8211,15 89,60305

Alastuwo 90 95 25 8580 645,5 7335,9 145,2375


4
Jumlah 8580 7335,9 145,2375

Alastuwo 90 90 25 8580 645,5 6949,8 145,2375


5 Banjarharjo 80 90 25 4349 512,49 3131,28 102,498
Jumlah 12929 10081,08 247,7355
4.4 Kebutuhan Air Bersih
Dalam perencanaan sistem distribusi air minum digunakan dasar-dasar
bentuk acuan, yaitu :
1. Perkiraan pengembangan kota dan taat guna lahan berdasarkan kondisi
kota sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang.
2. Kondisi fisik kota seperti topografi, potongan jaringan jalan dan
sebagainya.
3. Kepadatan penduduk pada awal perencanaan dan proyeksi pertambahan
penduduk kota Trenggalek dalam jangka waktu perencanaan 25 tahun.
4. Aktivitas penduduk dan faktor lingkungan lainnya di daerah tersebut,
misalnya keadaan sosial ekonomi.
5. Perencanaan harus seekonomis mungkin.
Perhitungan kebutuhan air didasarkan peda perhitungan beberapa hal
yang meliputi :
1. Kebutuhan domestik
2. Kebutuhan non domestik
Pada perencanaan Kebutuhan air domestik digunakan fasilitas
perpipaan yang terdiri dari Sambungan Rumah (SR) saja, dikarenakan
kebanyakan masyarakat Kebakkramat masih menggunakan sumur.
Pemerintah menetapkan bahwa kebutuhan air bersih kota didasarkan pada
jumlah penduduk yang akan dilayani dengan target pelayanan sesuai dengan
kategori kota, yaitu:
Tabel 4.16 Kategori Kota dan Kebutuhannya

4.4.1 Kebutuhan Air Bersih Domestik


Kebutuhan air domestik adalah jumlah kebutuhan air minum untuk
kebutuhan rumah tangga. Untuk kebutuhan air domestik ini, penduduk yang
terlayani pada 20 tahun ke depan sejumlah 90 % untuk Desa Alastuwo, 80%
untuk Desa Banjarharjo dan 85% untuk Desa Malanggaten pada tahun 2037,
terlayani.
Sambungan Rumah (SR) = 100 liter/orang per hari ( kategori IKK)
a. Jumalah Penduduk Terlayani
Jumlah penduduk blok 1 tahu 2037 = 5567 jiwa
Jumlah penduduk terlayani pada blok 1 yakni kelurahan Malanggaten:
Rumus: % terlayani x % blok x jumlah penduduk tahun 2037
85% x 95% x 5567 jiwa = 4495 jiwa
b. Jumlah Penduduk Terlayani oleh SR
Sambungan rumah (SR) : 100 % x 4495 jiwa = 4495 jiwa
c. Jumlah sambungan
Sambungan rumah : 4495 jiwa : 4 jiwa/unit = 1124 unit
d. Kebutuhan Air Domestik
Sambungan rumah :
4495 jiwa x 100 liter/orang . hari
=5,023 liter /detik
86400 detik

Untuk kebutuhan air domestik Kecamatan Kebakramat 2037 secara


lengkap dapat di lihat pada tabel 4.17, berikut:

Tabel 4.17 Kebutuhan Air Domestik Kecamatan Kebakramat 2037

Blo Data
Blo Terlayani Total Penduduk SR
Kelurahan k Penduduk QRS Qdom(l/dtk)
k (%) (%) Terlayani (unit)
(%) 2037
Malanggate 80,7
85 95 5567 4495,3525 1124 5,203 5,2029543
1 n 5
Jumlah 4495,3525 1124 5,203 5,2029543

Malanggate
85 100 85 5567 4731,95 1183 5,477 5,4767940
n
2
Banjarharjo 80 100 80 4349 3479,2 870 4,027 4,0268519
Jumlah 9916 8211,15 2053 9,504 9,5036458

Malanggate
85 100 85 5567 4731,95 1183 5,477 5,4767940
n
3
Banjarharjo 80 100 80 4349 3479,2 870 4,027 4,0268519
Jumlah 9916 8211,15 2053 9,504 9,5036458

Alastuwo 90 95 85,5 8580 7335,9 1834 8,491 8,4906250


4
Jumlah 8580 7335,9 1834 8,491 8,4906250

Alastuwo 90 90 81 8580 6949,8 1737 8,044 8,0437500


Banjarharjo 80 90 72 4349 3131,28 783 3,624 3,6241667
5
11,66
Jumlah 10081,08 2520 11,6679167
8
4.4.2 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan dasar air non domestik ditentukan oleh banyaknya
konsumen non domestik yang berupa fasilitas-fasilitas antara lain sebagai
berikut:
1. Perkantoran (pemerintah dan swasta)
2. Pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi)
3. Tempat-tempat ibadah (masjid, gereja, dll)
4. Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)
5. Komersial (Toko, Hotel, Bioskop, dll)
6. Umum (Terminal, Pasar, dll)
7. Industri
Seiring dengan perkembangan sosial ekonomi, penggunaan air
berkembang untuk keperluan non domestik seperti untuk proses produksi
industri, penyediaan air kolam renang, pemadam kebakaran, dan lain-lain.
Untuk memprediksi perkembangan kebutuhan air dasar non domestik perlu
diketahui rencana pengembangan kota dan aktivitasnya. Bila tidak
diketahui, maka prediksi dapat didasarkan pada satuan ekivalen penduduk
Dimana konsumen non domestik dapat dihitung mengikuti perkembangan
kebutuhan air dasar konsumen domestik. Untuk kebutuhan air non domestik
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Banyaknya air yang dipakai untuk berbagai penggunaan dikenal
sebagai konsumsi atau pemakaian air. Konsumsi air tergantung dari fungsi
pemakai air (konsumen) dan jenis pelayanan air, termasuk didalamnya
ketergantungan pada variabel penggunaan air. Untuk mempredikasikan
perkembangan kebutuhan air non domestik, perlu diketahui rencana
pengembangan kota dan aktivitasnya. Bila tidak diketahui maka prediksi
dapat didasarkan pada satuan ekivalen penduduk Dimana konsumen non
domestik dapat diperhitungkan mengikuti perkembangan kebutuhan air
konsumen domestik.
Untuk perencanaan kebutuhan air non domestik sistem distribusi air
minum Kecamatan Kebakkramat tahun 2037, dasar pemakaian air tiap
fasilitas berdasarkan literatur untuk pemakaian air bersih.
Contoh perhitungan, kebutuhan air bersih non domestik blok 1 fasilitas
pendidikan Desa Malanggaten tahun 2037:
a. % terlayani = 100%
b. % Blok = 15 %
c. Jumlah fasilitas pendidikan = 6 unit
d. Kebutuhan air bersih fas. Pendidikan = 4000 L/unit.hari
e. Jumlah fas. Pendidikan terlayani = 100%x 15% x 6 unit = 1 unit
f. Q non domestik fas. Pendidikan = 1 x 4000 L/unit.hari = 0.046 L/detik
Dan untuk perhitungan kebutuhan air non domestik lainnya tahun 2037
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.19 di bawah ini:
Tabel 4.19 Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Fasilitas Sekolah dan RS

Terlayani Total Sekolah RS


Blok Kelurahan Blok (%) Sekolah Qsekolah RS QRS
(%) (%) Terlayani Terlayani
Malanggate
100 15 15 6 1 0,046296 2 1 0,115741
1 n
Jumlah 0,046296 0,115741

Malanggate
100 5 5 6 1 0,046296 2 1 0,115741
n
2
Banjarharjo 100 15 15 7 2 0,092593 0 0 0
Jumlah 0,138889 0,115741

Malanggate
100 10 10 6 1 0,046296 2 1 0,115741
n
3
Banjarharjo 100 10 10 7 1 0,046296 0 0 0
Jumlah 0,092593 0,115741

Alastuwo 100 25 25 5 2 0,092593 11 3 0,347222


4
Jumlah 0,092593 0,347222

Alastuwo 100 25 25 5 2 0,092593 11 3 0,347222


5 Banjarharjo 100 25 25 7 2 0,092593 0 0 0
Jumlah 0,185185 0,347222
Tabel 4.20 Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Fasilitas Masjid, Musholla dan Gereja
Gereja
Terlayani Blok Total Masjid Musholla
Blok Kelurahan Masjid Qmasjid Musholla Qmusholla Gereja Terlayan Qgereja
(%) (%) (%) Terlayani Terlayani
i
0,06944 0,04629629
Malanggaten 100 15 15 9 2 10 2 2 1 0,005787
4 6
1
0,06944 0,04629629
Jumlah 0,005787
4 6

0,03472 0,02314814
Malanggaten 100 5 5 9 1 10 1 2 1 0,005787
2 8
0,10416 0,02314814
2 Banjarharjo 100 15 15 20 3 3 1 2 1 0,005787
7 8
0,13888 0,04629629
Jumlah 0,011574
9 6

0,03472 0,02314814
Malanggaten 100 10 10 9 1 10 1 2 1 0,005787
2 8
0,06944 0,02314814
3 Banjarharjo 100 10 10 20 2 3 1 2 1 0,005787
4 8
0,10416 0,04629629
Jumlah 0,011574
7 6

0,27777 0,04629629
Alastuwo 100 25 25 29 8 5 2 3 1 0,005787
8 6
4
0,27777 0,04629629
Jumlah 0,005787
8 6

5 Alastuwo 100 25 25 29 8 0,27777 5 2 0,04629629 3 1 0,005787


8 6
0,17361 0,02314814
Banjarharjo 100 25 25 20 5 3 1 2 1 0,005787
1 8
0,45138 0,06944444
Jumlah 0,011574
9 4
Tabel 4.21 Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Fasilitas Olahraga dan Pasar
Terlayan Blok Total Olahrag Olahraga
Blok Kelurahan Qolahraga Pasar Pasar Terlayani Qpasar
i (%) (%) (%) a Terlayani
Malanggaten 100 15 15 3 1 0,034722 2 1 0,138888889
1
Jumlah 0,034722 0,138888889

Malanggaten 100 5 5 3 1 0,034722 2 1 0,138888889


2 Banjarharjo 100 15 15
Jumlah 0,034722 0,138888889

Malanggaten 100 10 10 3 1 0,034722 2 1 0,138888889


3 Banjarharjo 100 10 10
Jumlah 0,034722 0,138888889

Alastuwo 100 25 25 5 2 0,069444 2 1 0,138888889


4
Jumlah 0,069444 0,138888889

Alastuwo 100 25 25 5 2 0,069444 2 1 0,138888889


5 Banjarharjo 100 25 25
Jumlah 0,069444 0,138888889

Setelah semua fasilitas diketahui kebutuhan air domestiknya maka semuanya di jumlah untuk mendapatkan kebutuhan air
domestik total Kecamatan Kebakkramat tahun 2037.
Contoh perhitungan, blok 1.
Qnon-dom total = Qsekolah + Qrumah sakit + Qmushola + Qmasjid + Qgereja + Qolahraga + Qpasar
= 0,046 + 0,116 + 0,046 + 0,069 + 0,006 + 0,035 + 0,139
= 0,457 L/detik
Untuk perhitungan kebutuha air bersih non domestik total Kecamatan Kebakramat tahun 2037 selengkapnya, dapat dilihat
pada tabel 4.22

Tabel. 4.22 Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Total


Qnon-Dom
Blok Kelurahan Qsekolah QRS Qmasjid Qmusholla Qgereja Qolahraga Qpasar
Total
Malanggaten 0,046 0,116 0,069 0,046 0,006 0,035 0,139 0,457
1
Jumlah 0,046 0,116 0,069 0,046 0,006 0,035 0,139 0,457

Malanggate
0,046 0,116 0,035 0,023 0,006 0,035 0,139 0,399
n
2
Banjarharjo 0,093 0,000 0,104 0,023 0,006 0,000 0,000 0,226
Jumlah 0,139 0,116 0,139 0,046 0,012 0,035 0,139 0,625

Malanggate
0,046 0,116 0,035 0,023 0,006 0,035 0,139 0,399
n
3
Banjarharjo 0,046 0,000 0,069 0,023 0,006 0,000 0,000 0,145
Jumlah 0,093 0,116 0,104 0,046 0,012 0,035 0,139 0,544

Alastuwo 0,093 0,347 0,278 0,046 0,006 0,069 0,139 0,978


4
Jumlah 0,093 0,347 0,278 0,046 0,006 0,069 0,139 0,978

Alastuwo 0,093 0,347 0,278 0,046 0,006 0,069 0,139 0,978


5 Banjarharjo 0,093 0,000 0,174 0,023 0,006 0,000 0,000 0,295
Jumlah 0,185 0,347 0,451 0,069 0,012 0,069 0,139 1,273
4.5 Kebutuhan Air Bersih Total
Contoh perhitungan:
Blok 1
a. Q domestik : 5,203
b. Q non domestik : 0,457
c. Q air bersih : (5,203 + 0,457) = 5,660 liter/detik
Perhitungan kebutuhan air bersih total untuk blok lainnya dapat dilihat
pada tabel 4.23 berikut ini:

Tabel 4.23 Kebutuhan Air Bersih Total


Qdom(l/dtk Qnon- Qtotal
Blok Kelurahan
) Dom(l/dtk) (l/dtk)
Malanggaten 5,203 0,457 5,660
1
Jumlah 5,203 0,457 5,660

Malanggaten 5,477 0,399 5,876


2 Banjarharjo 4,027 0,226 4,253
Jumlah 9,504 0,625 10,129

Malanggaten 5,477 0,399 5,876


3 Banjarharjo 4,027 0,145 4,172
Jumlah 9,504 0,544 10,048

Alastuwo 8,491 0,978 9,469


4
Jumlah 8,491 0,978 9,469

5 Alastuwo 8,044 0,978 9,022


Banjarharjo 3,624 0,295 3,919
Jumlah 11,668 1,273 12,941
4.6 Debit Air Limbah
Di bawah ini diberikan contoh perhitungan debit air limbah untuk Blok 1
QAVE = 70% x (Qdomestik + Qnon domestik)
= 0,7 x ( 5,203 + 0,475)
= 0,003962 m3/detik
Qnon- Qtotal Q Average
Blok Kelurahan Qdom(l/dtk)
Dom(l/dtk) (l/dtk) (M3/dtk)
Malanggate
5,203 0,457 5,660 0,003962091
1 n
Jumlah 5,203 0,457 5,660 0,003962091

Malanggate
5,477 0,399 5,876 0,00411327
n
2
Banjarharjo 4,027 0,226 4,253 0,002976782
Jumlah 9,504 0,625 10,129 0,007090052

Malanggate
5,477 0,399 5,876 0,00411327
n
3
Banjarharjo 4,027 0,145 4,172 0,002920069
Jumlah 9,504 0,544 10,048 0,007033339

Alastuwo 8,491 0,978 9,469 0,006628044


4
Jumlah 8,491 0,978 9,469 0,006628044

5 Alastuwo 8,044 0,978 9,022 0,006315231


Banjarharjo 3,624 0,295 3,919 0,002743514
Jumlah 11,668 1,273 12,941 0,009058745

Tabel 4.24 Debit Air Limbah Kecamatan Kebakramat 2037


4.7 Parameter Penentu Sistem Air Limbah Skala Pemukiman
Penentuan sarana sanitasi dilakukan berdasarkan rencana tata ruang,
kepadatan penduduk, dan topografi. Secara ringkas ditampilkan pada gambar
di bawah ini:

a. Rencana Jangka panjang dan jangka menengah kab/kota


(RTWW/Renstra/masterplan) yang akan mengintegrasikan arah
perkembangan kota dengan rencana sarana – prasarana pendukungnya,
termasuk pelayanan air limbah rumah tangga.
b. Kepadatan penduduk: daerah yang kepadatan penduduknya tinggi akan
mejadi prioritas untuk sistem air limbah perpipaan. Di daerah ini efesiensi
biaya konstruksi/rumah akan lebih baik, permasalahan sanitasi umumnya
lebih banyak, potensi pencemaran air tanah akibat sanitasi individu akan
lebih besar.
c. Topografi: topografi akan menentukan sistem pengaliran air limbah,
apakah gravitasi, pemompaan, atau kombinasi. Pilihan ini akan
berpengaruh pada biaya konstruksi serta operasi dan pemeliharaan.
Prioritas utama adalah yang paling murah untuk biaya operasi dan
pemeliharaannya yaitu daerah yang memungkinkan dilayani dengan
sistem gravitasi.

4.7.1 Penentuan Lokasi IPAL


Lokasi IPAL dipilih berdasarkan pertimbangan yang matang
mengacu pada beberapa hal penting seperti:
a. Perencanaan jangka panjang dan jangka menengah kota
(RTWW/Renstra/ masterplan) Ketersediaan dan kondisi lahan yang
sesuai (ukuran, topografi dan administrasi)
b. Ketinggian muka air banjir.
c. Bisa dikembangkan untuk perencanaam jangka panjang
(penambahan kapasitas, pengembangan jadi sewerage system).
d. Akses jalan yang mendukung untuk operasi dan pemeliharaan.
e. Memiliki jarak yang cukup dari permukiman untuk menghindari
gangguan bau dan estetika lingkungan.
f. Tidak ada penolakan dari warga masyarakat sekitar.

4.7.2 Penentuan Jalur Pipa


Air limbah dialirkan secara gravitasi dengan aliran terbuka.
Artinya pipa tidak akan pernah penuh dengan air limbah, sehingga
harus dipastikan bawa tidak ada kenaikan dasar pipa pada semua
jalurnya. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal:
a. Pada prinsipnya pipa dipasang pada jalur yang dapat melayani
sebanyak mungkin rumah tangga.
b. Diusahakan agar aliran bisa berjalan secara gravitasi, sehingga jalur
pipa dari hulu ke hilir harus melalui jalan yang menurun.
c. Jalur pipa mengikuti jalan umum milik pemerintah dengan
memperhatikan hirarki jalan.
d. Memilih jalur pipa paling efektif untuk memudahkan pemasangan
pipa dan efisiensi biaya pemasangan pipa.
4.8 Pembebanan Saluran Air Limbah
Sebelum dilakukan perhitungan dimensi pipa untuk saluran air
Limbah pada tiap – tiap Saluran yang telah direncanakan, maka terlebih
dahulu perlu ditentukan besarnya beban air Limbah yang akan masuk ke
dalam pipa penyalur tersebut. Penyaluran air Limbah dari daerah pelayanan
dilayani oleh pipa penyalur yang disesuaikan dengan kondisi topografi karena
penyaluran air Limbah secara gravitasi .
Langkah – langkah dalam menentukan besarnya pembebanan air
limbah pada pipa penyalur sebagai berikut :
1. Menentukan saluran pipa baik pipa primer maupun pipa sekunder
terhadap blok yang akan dilayani sistem penyaluran air limbahnya.
Satu buah pipa sekunder dapat melayani satu atau lebih blok
pelayanan. Sedangkan untuk primer dapat menampung dari pipa
sekunder dan dapat pula langsung melayani blok pelayanan
Penempatan saluran pipa harus memperhatikan aspek topografi
(kontur) karena air limbah diusahakan dapat mengalir secara gravitasi
tanpa adanya pemompaan.
2. Menghitung persentase blok yang terlayani berdasarkan saluran pipa
yang telah ditentukan.
3. Menghitung nilai QPEAK SEMENTARA dan Q INFILTRASI pada
masing – masing saluran pipa berdasarkan persentase blok yang
terlayani. Untuk pipa yang akan melayani lebih dari satu blok
pelayanan maka, QPEAK SEMENTARA dan Q INFILTRASI pada
masing – masing blok dijumlahkan.
4. Perlakuan yang sama juga dilakukan dalam menghitung nilai QMIN
pada masing masing saluran pipa.
5. Untuk saluran yang saling berhubungan dengan saluran yang lain
maka, beban air limbah untuk saluran tersebut adalah beban air limbah
dari saluran itu sendiri ditambah dengan beban dari saluran
sebelumnya.
Dari debit air limbah domestik dan non domestik, dapat dihitung debit
air limbah rata-rata (Qaverage). Setelah itu dapat dihitung besarnya debit
puncak (Qpeak) dan debit minimumnya (Qmin). Untuk mencari Qpeak debit
air limbah blok dijumlahkan dan diplotkan pada grafik Debit air limbah
puncak
(Qpeak) Qpeak = fpeak x Qr
Dimana :
Qpeak = debit air limbah puncak (L/det)
Qr = debit air limbah rata-rata (L/det)
fpeak = faktor puncak
Gambar 4.1 Grafik Peak Faktor
(Sumber : Metcalf and Eddy, 1981)
Jika digunakan sistem terpisah, harus diperhitungkan pula debit air
yang masuk ke dalam jalur perpipaan, yaitu infiltrasi air tanah dan air hujan.
Infiltrasi ini tidak dapat dihindarkan karena hal tersebut disebabkan oleh:
1. Pekerjaan sambungan pipa yang kurang sempurna.
2. Jenis material saluran dan perlengkapan yang dipakai. Kondisi air
tanah dan fluktuasi muka tanah.
3. Celah-celah yang terdapat pada permukaan saluran (manhole) dari
bangunan pelengkap saluran.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Qave inf = ( Finf x Luas Area ) / 86400
Dimana :
Qave inf = debit rata-rata infiltrasi (L/det)
Finf = faktor infiltrasi
(dari grafik average infiltration allowance)
Luas Area = Luas area pelayanan (Ha)

Gambar 4.2 Grafik Peak Infiltration


(Sumber : Metcalf and Eddy, 1981)
Contoh perhitungan debit puncak air limbah untuk blok 1 tahun 2037:
Luas = 72,77828 Ha
Jumlah penduduk = 4495
Qaverage = 0,003962 m3/dt
Berdasarkan grafik faktor puncak (gambar 4.1) didapatkan fp = 3,3
Qpeak = Qaverage x fp
= 0,003962 m3/dt x 3,3
= 0,013075
Dan didapat pula faktor infiltrasi = 13 m3/Ha.hari (Gambar 4.2)
Qinfiltrasi = Luas x finf
= 72,77828 Ha x 13 m3/Ha.hari
= 0,011 m3/dt
Qpeak total = Qpeak + Qinfiltrasi
= 0,013075 m3/dt + 0,011 m3/dt
= 0,02 m3/dt
0,2
1 jumlah penduduk
Qminimum =
5
x ( 1000 ) x Qavg

0,2
1 4495
=
5
x (
1000 ) x 0,003962

= 0,0017 m3/dt
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.25 berikut :
Tabel 4.25 Pembebanan Saluran Air Limbah Tiap Blok
Jumlah Q Qpeak
Jalur Beban saluran Luas blok Qaverage Faktor Qpeak Qpeak Faktor inflitrasi Qinflitrasi Qinflitrasi Qpeak total Qmin Qmin
penduduk per avarage total
(blok) (ha) (m3/dtk) peak (m3/hari) (m3/dtk) (m3/ha.hari) (m3/hari) (m3/dtk) (m3/hari) (m3/hari) (m3/dtk)
Awal Akhir blok (jiwa) (m3/hari) (m3/dtk)
B4 A9 100% blok 1 72,77828 4495,3525 342,3 0,003962 3,3 1129,67 0,013075 13 946 0,011 2075,79 0,02 146,5619 0,00170
E3 IPAL 100% blok 2 85,75823 8211,15 612,6 0,00709 3,2 1960,26 0,022688 12 1029 0,012 2989,36 0,03 295,8516 0,00342
D1 E6 100% blok 3 89,60305 8211,15 607,7 0,007033 3,2 1944,58 0,022507 11,8 1057 0,012 3001,89 0,03 293,4851 0,00340
A3 IPAL 100% blok 4 145,2375 7335,9 572,7 0,006628 3,2 1832,52 0,02121 9,5 1380 0,016 3212,28 0,04 270,4082 0,00313
C3 D6 100% blok 5 247,7355 10081,08 782,7 0,009059 3,1 2426,29 0,028082 8 1982 0,023 4408,18 0,05 393,8340 0,00456
Tabel 4.26 Pembebanan Saluran Air Limbah untuk SaluranPrimer dan Sekunder

Jalur
jumlah Luas subblok Faktor Qinflitrasi Qpeak total
(%) Qave (m3/dtk) faktor peak Qpeak (m3/dtk) Qmin (m3/dtk)
Beban saluran penduduk (ha) inflitrasi (m3/dtk) (m3/dtk)
Awal Akhir
(blok) (jiwa)
Primer 4. BLOK 4
sekunder A1 A3 20% blok 4 20 1467 0,00132561 3,2 0,00424195 29,04750000 9,5 0,00319388 0,00743583 0,00028625
sekunder A2 A3 25% blok 4 25 1834 0,00165701 3,2 0,00530244 36,30937500 9,5 0,00399235 0,00929479 0,00037414
Primer A3 A4 45% blok 4 45 3301 0,00298262 3,2 0,00954438 65,35687500 9,5 0,00718623 0,01673061 0,00075746
Primer A4 A5 65% blok 4 65 4768 0,00430823 3,2 0,01378633 94,40437500 9,5 0,01038011 0,02416644 0,00117761
sekunder A6 A5 25% blok 4 25 1834 0,00165701 3,2 0,00530244 36,30937500 9,5 0,00399235 0,00929479 0,00037414
Primer A5 A7 90% blok 5 90 6602 0,00596524 3,2 0,01908877 130,71375000 9,5 0,01437246 0,03346123 0,00174019
sekunder A8 A7 10% blok 4 10 734 0,00066280 3,2 0,00212097 14,52375000 9,5 0,00159694 0,00371791 0,00012460
Primer A7 A9 100% blok 4 100 7336 0,00662804 3,2 0,02120974 145,23750000 9,5 0,01596940 0,03717914 0,00197472
100% blok 4 100 7336 0,00662804 3,2 0,02120974 145,23750000 9,5 0,01596940 0,03717914 0,00197472
Primer A9 IPAL 100% blok 1 100 4495 0,00396209 3,3 0,01307490 72,77828000 13 0,01095044 0,02402534 0,00107030
Total 11831 0,01059014 6,5 0,03428464 218,01578000 22,5 0,02691984 0,06120448 0,00304503
Primer 1. BLOK 1
sekunder B1 B4 5% blok 1 5 225 0,00019810 3,3 0,00065375 3,63891400 13 0,00054752 0,00120127 0,00002939
sekunder B2 B4 10% blok 1 10 450 0,00039621 3,3 0,00130749 7,27782800 13 0,00109504 0,00240253 0,00006753
sekunder B3 B4 5% blok 1 5 225 0,00019810 3,3 0,00065375 3,63891400 13 0,00054752 0,00120127 0,00002939
Primer B4 B6 20% blok 1 20 899 0,00079242 3,3 0,00261498 14,55565600 13 0,00219009 0,00480507 0,00015515
sekunder B5 B6 15% blok 1 15 674 0,00059431 3,3 0,00196124 10,91674200 13 0,00164257 0,00360380 0,00010985
Primer B6 B7 65% blok 1 66 2967 0,00261498 3,3 0,00862943 48,03366480 13 0,00722729 0,01585672 0,00065007
Primer B7 A9 100% blok 1 100 4495 0,00396209 3,3 0,01307490 72,77828000 13 0,01095044 0,02402534 0,00107030
Primer 5. BLOK 5
sekunder C1 C3 25% blok 5 25 2520 0,00226469 3,1 0,00702053 61,93387500 8 0,00573462 0,01275515 0,00054491
sekunder C2 C3 10% blok 5 10 1008 0,00090587 3,1 0,00280821 24,77355000 8 0,00229385 0,00510206 0,00018147
Primer C3 C5 50% blok 5 50 5041 0,00452937 3,1 0,01404106 123,86775000 8 0,01146924 0,02551029 0,00125188
sekunder C4 C5 25% blok 5 25 2520 0,00226469 3,1 0,00702053 61,93387500 8 0,00573462 0,01275515 0,00054491
Primer C5 C7 75% blok 5 75 7561 0,00679406 3,1 0,02106158 185,80162500 8 0,01720385 0,03826544 0,00203645
sekunder C6 C7 25% blok 5 25 2520 0,00226469 3,1 0,00702053 61,93387500 8 0,00573462 0,01275515 0,00054491
Primer C7 D5 100% blok 5 100 10081 0,00905875 3,1 0,02808211 247,73550000 8 0,02293847 0,05102058 0,00287607
Primer 3. BLOK 3
sekunder D1 D2 15% blok 3 15 1232 0,00105500 3,2 0,00337600 13,44045750 11,8 0,00183562 0,00521162 0,00021998
Primer D2 D3 50% blok 3 50 4106 0,00351667 3,2 0,01125334 44,80152500 11,8 0,00611873 0,01737207 0,00093290
Primer D3 D6 85% blok 3 85 6979 0,00597834 3,2 0,01913068 76,16259250 11,8 0,01040184 0,02953252 0,00176350
sekunder D4 D5 15% blok 3 15 1232 0,00105500 3,2 0,00337600 13,44045750 11,8 0,00183562 0,00521162 0,00021998
15% blok 3 15 1232 0,00105500 3,2 0,00337600 13,44045750 11,8 0,00183562 0,00521162 0,00021998
Primer D5 D6 100% blok 5 100 10081 0,00905875 3,1 0,02808211 247,73550000 8 0,02293847 0,05102058 0,18412475
Total 11313 0,01011375 6,3 0,03145811 261,17595750 19,8 0,02477409 0,05623220 0,18434473
100% blok 3 100 8211 0,00703334 3,2 0,02250669 89,60305000 11,8 0,01223745 0,03474414 0,00214325
Primer D6 E5
100% blok 5 100 10081 0,00905875 3,1 0,02808211 247,73550000 8 0,02293847 0,05102058 0,18412475
Primer Total 18292 0,01609208 6,3 0,05058880 337,33855000 19,8 0,03517593 0,08576472 0,18626800
Primer 2. BLOK 2
sekunder E1 E3 5% blok 2 5 411 0,00035450 3,2 0,00113441 4,28791150 12 0,00059554 0,00172995 0,00005934
sekunder E2 E3 25% blok 2 25 2053 0,00177251 3,2 0,00567204 21,43955750 12 0,00297772 0,00864976 0,00040934
Primer E3 E6 35% blok 2 35 2874 0,00248152 3,2 0,00794086 30,01538050 12 0,00416880 0,01210966 0,00061297
sekunder E4 E5 50% blok 2 50 4106 0,00354503 3,2 0,01134408 42,87911500 12 0,00595543 0,01729952 0,00094043
50% blok 2 50 4106 0,00354503 3,2 0,01134408 42,87911500 12 0,00595543 0,01729952 0,00094043
100% blok 3 100 8211 0,00703334 3,2 0,02250669 89,60305000 11,8 0,01223745 0,03474414 0,00214325
Primer E5 E6
100% blok 5 100 10081 0,00905875 3,1 0,02808211 247,73550000 8 0,02293847 0,05102058 0,18412475
Total 22398 0,01963711 10 0,06193288 380,21766500 32 0,04113136 0,10306424 0,18720842
85% blok2 85 6979 0,00602654 3,2 0,01928494 72,89449550 12 0,01012424 0,02940918 0,00177772
100% blok 3 100 8211 0,00703334 3,2 0,02250669 89,60305000 11,8 0,01223745 0,03474414 0,00214325
Primer E6 IPAL
100% blok 5 100 10081 0,00905875 3,1 0,02808211 247,73550000 8 0,02293847 0,05102058 0,18412475
Total 25272 0,02211863 10 0,06987374 410,23304550 32 0,04530016 0,11517390 0,18804572
sekunder E7 IPAL 15% blok 2 15 1232 0,00106351 3,2 0,00340323 12,86373450 12 0,00178663 0,00518985 0,00022175
4.9 Perhitungan Dimensi Pipa
Dalam perhitungan dimensi saluran air limbah didasarkan pada
perencanaan saluran yang dapat melayani blok-blok pelayanan, dimana setiap
blok pelayanan memiliki debit air limbah yang berbeda-beda yang tergantung
dari populasi penduduk dan besarnya kebutuhan air bersih.
Sebelum dilakukan perhitungan dimensi saluran untuk tiap-tiap jalur
yang direncanakan, maka ditentukan terlebih dahulu besarnya beban saluran
tersebut. Selain itu dalam perhitungan dimensi pipa untuk saluran air limbah,
maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan kecepatan minimum adalah
0,6 m/detik, kemudian direncanakan nilai d/D dimana d/D adalah 0,7.
Kemudian untuk menentukan besarnya Qp/Qf dan d/D dapat dilihat pada
grafik “Hydraulic Elements for Circular Sewer” pada Gambar 4.3 dibawah
ini:

Gambar 4.3Grafik ”Hidraulic Elements for Circular Sewer”

A. Contoh perhitungan untuk pipa sekunder A1 – A3 Tahun 2037:


a. Melayani blok 1 sebanyak 100%
b. Panjang pipa = 996,5 m
c. Qpeak = 0,00744 m3/detik
d. Elevasi muka tanah awal = 6,8
e. Elevasi muka tanah akhir = 6,5
f. Direncanakan d/D = 0,7(sebanyak 30% diameter pipa berisi
udara)
Dari harga d/D didapatkan Qp/Qf = 0.83
Qp
Qf =
Qp/Qf
0,0744
=
0,83
Qfull = 0,00896 m3/s
Jika direncanakan besarnya n= 0,015
Δh 6,8−6,5
a. Smedan = = = 0,0003010537
panjang pipa 996,5
Direncanakan pada saluran ini slope pipa = slope medan (ada beberapa
slope saluran yang slope pipa tidak sama dengan slope medan)

b. Kemudian dihitung diameter dengan menggunakan rumus :


0 ,375
Qf x n
D = (
0,3117 x S 0,5 )
0,00896 x 0 , 015 0,375
= (
0 , 3117 x 0,0003010,5 )
D = 0,250 m

Qf
c. Vfull =
0,25 π D 2

0,00896
= 2
0,25 π ( 0,250)
= 2,83362 m/s
Besarnya Qmin = 0,000286 m3/s, maka :
Qmin 0,00 0286
= = 0,03195
Qf 0,00896

Dari harga Qmin/Qf, didapatkan harga Vmin/Vf = 0,67 (berdasarkan grafik


“Hydraulic Elements for Circular Sewer”)
Vmin
Vmin = x Vf
Vf
= 0,43 x 2,83362 m/s
= 1,21846 m/s (memenuhi)
Nilai Vmin akan memenuhi apabila (Vmin ≥ 0,6 m/dtk). Apabila nilai
Vmin tidak memenuhi, maka dilakukan perubahan pada slope. Pada dimensi pipa
sekunder dan primer digunakan pipa dengan nilai kekasaran (n = 0.015). Untuk
hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.27 dibawah ini:
Tabel 4.27 Perhitungan Dimensi Pipa dengan Slope Medan dan Slope Saluran Kecamatan Kebakkramat 2037
D D D
Jalur Panjang Q peak/ Q peak Q full Elevasi Medan Q full cek V full Qmin/ Vmin/
d/D n slope medan slope saluran hitungan terpakai terpakai Q min (m3/s) Vmin (m/s)
Pipa (m) Qfull (m3/s) (m3/s) (m3/s) (m/s) Qfull Vfull
Awal Akhir Awal Akhir (m) (m) (mm)
Primer 4. BLOK 4
sekunder A1 A3 996,5 0,7 0,83 0,007435828 0,008959 0,015 6,8 6,5 0,00030105 0,00030105 0,250 0,250 250 0,1392822 2,833629 0,0002862477 0,031951 0,43 1,2184603
sekunder A2 A3 800 0,7 0,83 0,009294785 0,011199 0,015 6,7 6,5 0,00025000 0,00025000 0,282 0,290 290 0,12692397 1,921577 0,0003741399 0,03341 0,44 0,8454939
Primer A3 A4 1023 0,7 0,83 0,016730614 0,020157 0,015 6,5 6,1 0,00039101 0,00070000 0,289 0,420 420 0,21238443 1,532972 0,0007574624 0,037577 0,43 0,6591779
Primer A4 A5 298,5 0,7 0,83 0,024166442 0,029116 0,015 6,1 5,8 0,00100503 0,00100503 0,310 0,310 310 0,25448495 3,361412 0,0011776116 0,040445 0,44 1,4790213
sekunder A6 A5 262 0,7 0,83 0,009294785 0,011199 0,015 6 5,8 0,00076336 0,00076336 0,228 0,230 230 0,22178798 5,338171 0,0003741399 0,03341 0,46 2,4555585
Primer A5 A7 433,5 0,7 0,83 0,033461228 0,040315 0,015 5,8 5,7 0,00023068 0,00090000 0,358 0,470 470 0,2408213 1,388063 0,0017401916 0,043165 0,44 0,6107479
sekunder A8 A7 490 0,7 0,83 0,003717914 0,004479 0,015 5,9 5,7 0,00040816 0,00040816 0,182 0,190 190 0,1621775 5,719967 0,0001245966 0,027815 0,46 2,6311848
Primer A7 A9 387 0,7 0,83 0,037179142 0,044794 0,015 5,7 5,5 0,00051680 0,00060000 0,402 0,420 420 0,19662977 1,419256 0,0019747224 0,044084 0,44 0,6244727
Primer A9 IPAL 420,5 0,7 0,83 0,061204478 0,07374 0,015 5,5 5,3 0,00047562 0,00120000 0,426 0,510 510 0,27807649 1,361238 0,0030450266 0,041294 0,45 0,6125571
Primer 1. BLOK 1
sekunder B1 B4 613 0,7 0,83 0,001201267 0,001447 0,015 7,3 7,2 0,00016313 0,00016313 0,142 0,150 150 0,10252822 5,80191 0,0000293948 0,02031 0,38 2,2047259
sekunder B2 B4 332,5 0,7 0,83 0,002402534 0,002895 0,015 7,4 7,2 0,00060150 0,00060150 0,144 0,150 150 0,19687602 11,1409 0,0000675316 0,02333 0,41 4,5677706
sekunder B3 B4 250 0,7 0,83 0,001201267 0,001447 0,015 7,3 7,2 0,00040000 0,00040000 0,120 0,120 120 0,16054754 14,25934 0,0000293948 0,02031 0,38 5,4185486
Primer B4 B6 848,5 0,7 0,83 0,004805067 0,005789 0,015 7,2 6,5 0,00082499 0,00082499 0,176 0,180 180 0,23056679 9,060702 0,0001551469 0,026799 0,42 3,8054949
sekunder B5 B6 566,5 0,7 0,83 0,003603800 0,004342 0,015 6,5 6,3 0,00035305 0,00035305 0,185 0,185 185 0,15083033 5,60799 0,0001098542 0,025301 0,41 2,2992761
Primer B6 B7 293 0,7 0,83 0,015856722 0,019104 0,015 6,3 6 0,00102389 0,00102389 0,264 0,270 270 0,25686236 4,486246 0,0006500697 0,034027 0,43 1,9290857
Primer B7 A9 412,5 0,7 0,83 0,024025336 0,028946 0,015 6 5,5 0,00121212 0,00121212 0,299 0,300 300 0,27947739 3,953796 0,0010703041 0,036976 0,43 1,7001324
Primer 5. BLOK 5
sekunder C1 C3 933 0,7 0,83 0,012755146 0,015368 0,015 7,6 7,2 0,00042872 0,00042872 0,287 0,290 290 0,16621217 2,516384 0,0005449134 0,035458 0,47 1,1827006
sekunder C2 C3 377 0,7 0,83 0,005102058 0,006147 0,015 7,5 7,2 0,00079576 0,00079576 0,181 0,185 185 0,22644545 8,424231 0,0001814678 0,029521 0,44 3,7066616
Primer C3 C5 438,5 0,7 0,83 0,025510291 0,030735 0,015 7,2 7,1 0,00022805 0,00060000 0,349 0,420 420 0,19662977 1,419256 0,0012518822 0,040731 0,44 0,6244727
sekunder C4 C5 526 0,7 0,83 0,012755146 0,015368 0,015 7,4 7,1 0,00057034 0,00057034 0,272 0,280 280 0,19170852 3,113404 0,0005449134 0,035458 0,45 1,4010317
Primer C5 C7 779 0,7 0,83 0,038265437 0,046103 0,015 7,1 6,9 0,00025674 0,00095000 0,373 0,480 480 0,24742037 1,367298 0,0020364464 0,044172 0,44 0,6016110
sekunder C6 C7 271 0,7 0,83 0,012755146 0,015368 0,015 7 6,9 0,00036900 0,00036900 0,295 0,300 300 0,15420164 2,181507 0,0005449134 0,035458 0,48 1,0471234
Primer C7 D5 331 0,7 0,83 0,051020583 0,061471 0,015 6,9 6,7 0,00060423 0,00065000 0,446 0,455 455 0,20465876 1,258687 0,0028760701 0,046788 0,49 0,6167565
Primer 3. BLOK 3
sekunder D1 D2 992,5 0,7 0,83 0,005211621 0,006279 0,015 7,5 7,3 0,00020151 0,00020151 0,236 0,220 220 0,11395238 2,9977 0,0002199793 0,035034 0,39 1,1691029
Primer D2 D3 794 0,7 0,83 0,017372069 0,02093 0,015 7,3 7,1 0,00025189 0,00035000 0,334 0,334 334 0,15017847 1,710793 0,0009329027 0,044572 0,4 0,6843170
Primer D3 D6 1002,5 0,7 0,83 0,029532518 0,035581 0,015 7,1 6,9 0,00019950 0,00055000 0,375 0,400 400 0,18825867 1,498115 0,0017634984 0,049562 0,41 0,6142271
sekunder D4 D5 227 0,7 0,83 0,005211621 0,006279 0,015 7,3 7,1 0,00088106 0,00088106 0,179 0,180 180 0,23827349 9,363556 0,0002199793 0,035034 0,39 3,6517870
primer D5 D6 568,5 0,7 0,83 0,056232204 0,06775 0,015 7,1 6,9 0,00035180 0,00055000 0,477 0,525 525 0,18825867 0,869654 0,1843447294 2,72097 0,69 0,6000613
primer D6 E5 1255 0,7 0,83 0,085764722 0,103331 0,015 6,9 5,8 0,00087649 0,00120000 0,483 0,485 485 0,27807649 1,505189 0,1862679977 1,802634 0,4 0,6020754
Primer 2. BLOK 2
sekunder E1 E3 550 0,7 0,83 0,001729952 0,002084 0,015 6,7 6,3 0,00072727 0,00072727 0,123 0,130 130 0,21648225 16,30969 0,0000593368 0,028469 0,43 7,0131668
sekunder E2 E3 505 0,7 0,83 0,008649758 0,010421 0,015 6,5 6,3 0,00039604 0,00039604 0,251 0,255 255 0,15975077 3,128043 0,0004093438 0,039279 0,4 1,2512172
primer E3 E6 558 0,7 0,83 0,012109661 0,01459 0,015 6,3 6,1 0,00035842 0,00035842 0,291 0,291 291 0,15197479 2,289675 0,0006129737 0,042013 0,39 0,8929732
sekunder E4 E5 161 0,7 0,83 0,017299516 0,020843 0,015 6,5 6,4 0,00062112 0,00062112 0,300 0,270 270 0,20006021 3,494164 0,0009404251 0,04512 0,4 1,3976657
primer E5 E6 280 0,7 0,83 0,103064238 0,124174 0,015 6,4 6,1 0,00107143 0,00140500 0,502 0,530 530 0,30089281 1,363861 0,1872084228 1,507632 0,44 0,6000990
primer E6 IPAL 174 0,7 0,83 0,115173899 0,138764 0,015 6,1 5,3 0,00459770 0,00459770 0,419 0,490 490 0,54430712 2,886436 0,1880457159 1,35515 0,44 1,2700320
sekunder E7 IPAL 279 0,7 0,83 0,005189855 0,006253 0,015 5,7 5,3 0,00143369 0,00143369 0,163 0,170 170 0,30394958 13,39102 0,0002217531 0,035464 0,39 5,2224997

Karena sebagian dari slope medan yang digunakan kecepatan minimum (Vmin) ada yang belum memenuhi, maka slope medan yang kecepatan
minimummnya belum memenuhi slope medan diganti dengan slope hasil coba-coba (saluran) sampai kecepatan miniummnya diatas 0,6 m/s.
4.10 Perhitungan Penanaman Pipa
Penanaman pipa diusahakan sedapat mungkin pada slope medan dan
penanamannya diusahakan sedemikian rupa sehingga pemompaan tidak
diperlukan. Pompa digunakan apabila penanaman pipa mencapai 7 m (batas
air tanah). Untuk beberapa saluran yang bertemu dalam satu manhole dan
mempunyai beda ketinggian kurang lebih 1 meter dapat digunakan drop
manhole. Kedalaman penanaman pipa minimal harus disesuaikan dengan
kelas yang dilewati saluran, jenis tanah, lokasi bangunan yang akan
menggunakan fasilitas penyaluran air buangan, kekuatan saluran dan diameter
saluran.
Contoh perhitungan penanaman Pipa A1-A3:
Elevasi tanah awal = 6,8 m (a)
Elevasi tanah akhir = 6,5 m (b)
Panjang pipa = 966,5 m (c)
Slope medan = (a-b) / (c) = 0,00030105 (d)
∆H medan = (c) x (d) = 0,30 m
Diameter pipa = 0,250 m (e)
Asumsi kedalaman awal =1m (f)
Slope saluran = 0,01093
∆H saluran = 0,00030105 x 966,5
= 0,3000 m (g)
Keadaan awal
Elevasi tanah awal = 6,8 m
Elevasi awal pipa
Elevasi atas pipa = (a) - (f)
= 6,8 m - 1 m
= 5,8 m (h)
Elevasi bawah pipa = (h) - (e)
= 6,5 m – 0,250 m
= 6,25m (i)
Keadaan akhir
Elevasi tanah akhir = 6,5 m
Elevasi akhir pipa
Elevasi atas pipa = (h) - (g)
= 6,5 m - 0,30 m
= 1,95 m (j)
Elevasi bawah pipa = (i) - (e)
= 5,5 m - 0,250 m
= 5,25m
Kedalaman penanaman pipa awal =1m
Kedalaman penanaman pipa akhir = Elevasi tanah akhir – (j)
=6,5 m – 5,5000m
= 1m
Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.28
Tabel 4.28 Perhitungan Penanaman Pipa Primer dan Sekunder Kecamatan Kebakkramat 2037
D D AH Elevasi medan Kedalaman Elevasi awal pipa Kedalaman Elevasi akhir pipa
Jalur Panjang A H saluran Slope
Terpakai Terpakai medan Slope Saluran (m) penanaman pipa (m) penanaman pipa (m)
Pipa (m) (m) Medan
Awal Akhir (m) (mm) (m) awal akhir awal (m) akhir (m) awal akhir
Primer 4. BLOK 4
sekunder A1 A3 996,5 0,250 250 0,30 0,3000 0,00030105 0,00030105 6,8 6,5 1,00 5,800 5,550 1,00 5,500 5,300
sekunder A2 A3 800 0,290 290 0,20 0,2000 0,00025000 0,00025000 6,7 6,5 1,00 5,700 5,410 1,00 5,500 5,120
Primer A3 A4 1023 0,420 420 0,40 0,7161 0,00039101 0,00070000 6,5 6,1 1,00 5,500 5,080 1,32 4,784 4,660
Primer A4 A5 298,5 0,310 310 0,30 0,3000 0,00100503 0,00100503 6,1 5,8 1,32 4,784 4,473 1,32 4,484 4,163
sekunder A6 A5 262 0,230 230 0,20 0,2000 0,00076336 0,00076336 6 5,8 1,32 4,680 4,450 1,32 4,480 4,220
Primer A5 A7 433,5 0,470 470 0,10 0,3902 0,00023068 0,00090000 5,8 5,7 1,32 4,480 4,010 1,61 4,090 3,540
sekunder A8 A7 490 0,190 190 0,20 0,2000 0,00040816 0,00040816 5,9 5,7 1,61 4,290 4,100 1,61 4,090 3,910
Primer A7 A9 387 0,420 420 0,20 0,2322 0,00051680 0,00060000 5,7 5,5 1,61 4,090 3,670 1,64 3,858 3,250
Primer A9 IPAL 420,5 0,510 510 0,20 0,5046 0,00047562 0,00120000 5,5 5,3 1,64 3,860 3,350 1,94 3,355 2,840
Primer 1. BLOK 1
sekunder B1 B4 613 0,150 150 0,10 0,1000 0,00016313 0,00016313 7,3 7,2 1,00 6,300 6,150 1,00 6,200 6,000
sekunder B2 B4 332,5 0,150 150 0,20 0,2000 0,00060150 0,00060150 7,4 7,2 1,00 6,400 6,250 1,00 6,200 6,100
sekunder B3 B4 250 0,120 120 0,10 0,1000 0,00040000 0,00040000 7,3 7,2 1,00 6,300 6,180 1,00 6,200 6,061
Primer B4 B6 848,5 0,180 180 0,70 0,7000 0,00082499 0,00082499 7,2 6,5 1,00 6,200 6,020 1,00 5,500 5,840
sekunder B5 B6 566,5 0,185 185 0,20 0,2000 0,00035305 0,00035305 6,5 6,3 1,00 5,500 5,315 1,00 5,300 5,130
Primer B6 B7 293 0,270 270 0,30 0,3000 0,00102389 0,00102389 6,3 6 1,00 5,300 5,030 1,00 5,000 4,760
Primer B7 A9 412,5 0,300 300 0,50 0,5000 0,00121212 0,00121212 6 5,5 1,00 5,000 4,700 1,00 4,500 4,400
Primer 5. BLOK 5
sekunder C1 C3 933 0,290 290 0,40 0,4000 0,00042872 0,00042872 7,6 7,2 1,00 6,600 6,310 1,00 6,200 6,020
sekunder C2 C3 377 0,185 185 0,30 0,3000 0,00079576 0,00079576 7,5 7,2 1,00 6,500 6,315 1,00 6,200 6,130
Primer C3 C5 438,5 0,420 420 0,10 0,2631 0,00022805 0,00060000 7,2 7,1 1,00 6,200 5,780 1,16 5,937 5,360
sekunder C4 C5 526 0,280 280 0,30 0,3000 0,00057034 0,00057034 7,4 7,1 1,16 6,240 5,960 1,16 5,940 5,680
Primer C5 C7 779 0,480 480 0,20 0,7401 0,00025674 0,00095000 7,1 6,9 1,16 5,940 5,460 1,70 5,200 4,980
sekunder C6 C7 271 0,300 300 0,10 0,1000 0,00036900 0,00036900 7 6,9 1,70 5,300 5,000 1,70 5,200 4,700
Primer C7 D5 331 0,455 455 0,20 0,2152 0,00060423 0,00065000 6,9 6,7 1,70 5,200 4,745 1,72 4,985 4,290
Primer 3. BLOK 3
sekunder D1 D2 992,5 0,220 220 0,20 0,2000 0,00020151 0,00020151 7,5 7,3 1,00 6,500 6,280 1,00 6,300 6,060
Primer D2 D3 794 0,334 334 0,20 0,2779 0,00025189 0,00035000 7,3 7,1 1,00 6,300 5,966 1,08 6,022 5,631
Primer D3 D6 1002,5 0,400 400 0,20 0,5514 0,00019950 0,00055000 7,1 6,9 1,08 6,020 5,620 1,43 5,469 5,220
sekunder D4 D5 227 0,180 180 0,20 0,2000 0,00088106 0,00088106 7,3 7,1 1,43 5,870 5,690 1,43 5,670 5,510
primer D5 D6 568,5 0,525 525 0,20 0,3127 0,00035180 0,00055000 7,1 6,9 1,43 5,670 5,145 1,54 5,357 4,620
primer D6 E5 1255 0,485 485 1,10 1,5060 0,00087649 0,00120000 6,9 5,8 1,54 5,360 4,875 1,95 3,854 4,390
Primer 2. BLOK 2
sekunder E1 E3 550 0,130 130 0,40 0,4000 0,00072727 0,00072727 6,7 6,3 1,00 5,700 5,570 1,00 5,300 5,440
sekunder E2 E3 505 0,255 255 0,20 0,2000 0,00039604 0,00039604 6,5 6,3 1,00 5,500 5,245 1,00 5,300 4,990
primer E3 E6 558 0,291 291 0,20 0,2000 0,00035842 0,00035842 6,3 6,1 1,00 5,300 5,009 1,00 5,100 4,719
sekunder E4 E5 161 0,270 270 0,10 0,1000 0,00062112 0,00062112 6,5 6,4 1,00 5,500 5,230 1,00 5,400 4,960
primer E5 E6 280 0,530 530 0,30 0,3934 0,00107143 0,00140500 6,4 6,1 1,00 5,400 4,870 1,09 5,007 4,340
primer E6 IPAL 174 0,490 490 0,80 0,8000 0,00459770 0,00459770 6,1 5,3 1,09 5,010 4,520 1,09 4,210 4,030
sekunder E7 IPAL 279 0,170 170 0,40 0,4000 0,00143369 0,00143369 5,7 5,3 1,09 4,610 4,440 1,09 4,210 4,270
4.11 Perhitungan dan Penentuan Bangunan Pelengkap
Adanya bangunan-bangunan penunjang pada sistem penyaluran air
limbah sangat penting untuk melancarkan pengaliran dalam saluran, ataupun
dalam hal pemeriksaan saluran. Bangunan pelengkap tersebut antara lain :
4.11.1 Manhole
Merupakan lubang untuk memeriksa, memlihara dan memperbaiki
saluran. Manhole dilengkapi dengan tutup dari beton dan cast iron
galvanized, beserta anak tangga untuk menuruninya. Pada penempatannya
harus diperhatikan fungsi dan beberapa hal antara lain :
a) Tempat dimana terjadi perubahan saluran
b) Tempat terjadinya perubahan pipa
c) Tempat terjadinya perubahan slope saluran
d) Tempat belokan pipa
e) Untuk saluran lurus, diletakkan pada jarak tertentu
tergantung pada diameter pipa

Penentuan manhole dapat di lihat pada gambar di bawah ini:


Manhole yang dipakai dalam perencanaan ini adalah:
a. Manhole lurus.
b. Manhole belok.
c. Manhole pertigaan.
d. Drop Manhole
Tabel 4.29 Jaral antar Manhole

Diameter (mm) Jarak antar Manhole


(m)
D<50 100-150
500<D<1000 150-175
1000<D<2000 175-200

Contoh perhitungan Jumlah Manhole pada pipa sekunder A1 – A3 :


a. Panjang saluran = 966,5 m
b. Diameter terpasang = 250 mm
c. Jarak antar manhole = 100 m
d. Jumlah manhole = (966,5/100)
= 10 buah
e. Manhole yang digunakan : manhole lurus
= 8 buah.

Untuk manhole tipe yang lain digunakan apabila pada area


pelayanan tersebut memang dibtuhkan keberadaannya misalnya, pada jalan
terdapat belokan atau pertigaan, ataupun terdapat perbedaan slope dengan
saluran berikutnya. Perhitungan jumlah manhole dan tipe manhole yang
ada pada setiap saluran dapat dilihat pada Tabel 4.30 di bawah ini:
Tabel 4.30 Jumlah dan Tipe Manhole pada Saluran Primer dan Sekunder
Jalur Manhole
Panjang pipa (m) D terpakai Jarak Antar Manhole Lurus (m)
Awal Akhir Lurus Drop Pertigaan Belokan Total Manhole
Primer 4. BLOK 4
sekunder A1 A3 996,5 0,250 100 8 0 1 1 10
sekunder A2 A3 800 0,290 100 7 0 1 0 8
Primer A3 A4 1023 0,420 100 9 0 0 1 10
Primer A4 A5 298,5 0,310 100 2 0 1 0 3
sekunder A6 A5 262 0,230 100 2 0 1 0 3
Primer A5 A7 433,5 0,470 100 3 0 1 0 4
sekunder A8 A7 490 0,190 100 4 0 1 0 5
Primer A7 A9 387 0,420 100 3 0 1 0 4
Primer A9 IPAL 420,5 0,510 150 2 0 1 0 3
Primer 1. BLOK 1
sekunder B1 B4 613 0,150 100 5 0 1 0 6
sekunder B2 B4 332,5 0,150 100 2 0 1 0 3
sekunder B3 B4 250 0,120 100 2 0 1 0 3
Primer B4 B6 848,5 0,180 100 7 0 1 0 8
sekunder B5 B6 566,5 0,185 100 5 0 1 0 6
Primer B6 B7 293 0,270 100 2 0 0 1 3
Primer B7 A9 412,5 0,300 100 3 0 1 0 4
Primer 5. BLOK 5
sekunder C1 C3 933 0,290 100 7 0 1 1 9
sekunder C2 C3 377 0,185 100 3 0 1 0 4
Primer C3 C5 438,5 0,420 100 3 0 1 0 4
sekunder C4 C5 526 0,280 100 4 0 1 0 5
Primer C5 C7 779 0,480 100 7 0 1 0 8
sekunder C6 C7 271 0,300 100 2 0 1 0 3
Primer C7 D5 331 0,455 100 1 0 1 1 3
Primer 3. BLOK 3
sekunder D1 D2 992,5 0,220 100 10 0 0 0 10
Primer D2 D3 794 0,334 100 8 0 0 0 8
Primer D3 D6 1002,5 0,400 100 9 0 1 0 10
sekunder D4 D5 227 0,180 100 1 0 1 0 2
primer D5 D6 568,5 0,525 150 3 0 1 0 4
primer D6 E5 1255 0,485 100 12 0 1 0 13
Primer 2. BLOK 2
sekunder E1 E3 550 0,130 100 4 0 1 1 6
sekunder E2 E3 505 0,255 100 3 0 1 1 5
primer E3 E6 558 0,291 100 5 0 1 0 6
sekunder E4 E5 161 0,270 100 1 0 1 0 2
primer E5 E6 280 0,530 150 1 0 1 0 2
primer E6 IPAL 174 0,490 100 1 0 1 0 2
sekunder E7 IPAL 279 0,170 100 2 0 1 0 3

Anda mungkin juga menyukai