Anda di halaman 1dari 9

Nama Mahasiswa : A’assalehah

NIM : 191081001

Prodi/Tingkat : D3 Kebidanan/1

Mata Kuliah : Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Materi : Hubungan SPK dengan Hukum dan Perundang-Undangan


dalam Praktik Kebidanan (Kelompok 9)

Dosen Pengampu : Utin Siti Candra Sari, APP. MPH

A. Definisi Standar Praktik dan Hukum Perundangan


Praktik kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan
pelayanan atau asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan managemen
kebidanan. Standar praktik kebidanan adalah uraian pernyataan tentang tingkat
kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai.
Standar asuhan kebidanan berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat
dinilai dengan pemberian asuhan kebidanan terhadap pasien/klien. Hubungan antara
kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar
dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk. Hukum
perundangan adalah himpunan petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur tata
tertib didalam suatu masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang
bersangkutan. Hukum perundangan dilihat dari isinya terdiri dari norma atau kaidah
tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak, apa yang dilarang atau apa
yang diperbolehkan.[ CITATION Hen05 \l 1033 ]

B. Standar Praktik Bidan di Indonesia


1. Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen
kebidanan dengan langkah: pengumpulan data dan analisis data, penentuan
diagnosa perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi. [ CITATION
Oct14 \l 1033 ]
Difinisi Operasional:
a. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan
medis.
b. Format manajemen kebidanan terdiri dari: format pengumpulan data,
rencana format pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan
dan evaluasi.
2. Standar II: Pengkajian Data tentang status kesehatan klien dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan
dianalisis.
Difinisi Operasional:
a. Ada format pengumpulan data
b. Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis, terfokus, yang meliputi
data:
Demografi identitas klien.
a. Riwayat penyakit terdahulu.
b. Riwayat kesehatan reproduksi.
c. Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi.
d. Analisis data.
Data dikumpulkan dari:
a. Klien/pasien, keluarga dan sumber lain.
b. Tenaga kesehatan.
c. Individu dalam lingkungan terdekat.
Diperoleh dengan cara :
1) Wawancara
2) Observasi.
3) Pemeriksaan fisik.
4) Pemeriksaan penunjang.
3. Standar III : Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulan.
Difinisi Operasional:
a. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi
oleh klien atau suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan
kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan kebutuhan klien.
b. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistimatis
mengarah pada asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien.
4. Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
Difinisi Operasional :
a. Ada format rencana asuhan kebidanan
b. Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa, rencana
tindakan dan evaluasi.
5. Standar V: Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdarkan rencana dan
perkembangan keadaan klien : tindakan kebidanan dilanjutkan dengan
evaluasi keadaan klien.
Difinisi Operasional
a. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
b. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi.
c. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien.
d. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan
wewenang bidan atau tugas kolaborasi.
e. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik
kebidanan etika kebidanan serta mempertimbangkan hak klien aman
dan nyaman.
f. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.

6. Standar VI : Partisipasi Klien


Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan
keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan
kesehatan.
Difinisi Operasional
a. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang:
Status kesehatan saat ini
1) Rencana tindakan yang akan dilaksanakan.
2) Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan.
3) Peranan petugas kesehatandalam tindakan kebidanan.
4) Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.
b. Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan
tindak kegiatan.
7. Standar VII :Pengawasan
Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus
menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
Difinisi Operasional
a. Adanya format pengawasan klien.
b. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistimatis
un¬mengetahui keadaan perkembangan klien.
c. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah
disediakan.
8. Standar VIII :Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring
dengan tindak kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang
telah dirumuskan.
Difinisi Operasional
a. Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan.
Menyesuaikan    dengan standar ukuran yang telah ditetapkan.
b. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan
c. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
9. Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan Standar kebidanan yang diberikan.
Definisi oprasional :
a. Dokumentasi dilaksanakan untuk di setiap langkah managemen
kebidanan.
b. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur, sistematis, jelas, dan ada yang
bertanggung jawab.
c. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan
kebidanan.

C. Hubungan Standar Profesi dan Hukum Perundangan di Indonesia


Hubungan hukum perundang-undangan dan hokum yang berlaku dengan
tenaga kesehatan adalah: Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai
hubungan timbal balik dengan tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah
pemberi jasa. Hubungan timbale balik ini mempunyai dasar hokum yang
merupakan peraturan pemerintah. Klien sebagai penerima jasa kesehatan dan
tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa sama-sama mempunyai hak dan
kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut adalah:

Pasal 60

Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berhak:

1. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai


dengan kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi,
standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional;
2. memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap dari Klien
dan/atau keluarganya;
3. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik,
standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Kebidanan yang telah diberikan;
5. memperoleh fasilitas kerja sesua1 dengan standar; dan
6. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi. [ CITATION UUD19 \l
1033 ]

Pasal 61

Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berkewajiban:

1. memberikan Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kewenangan,


dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi, standar
prosedur operasional;
2. memberikan informasi yang benar, jelas, dan lengkap mengenai tindakan
Kebidanan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai kewenangannya;
3. memperoleh persetujuan dari Klien atau keluarganya atas tindakan yang akan
diberikan;
4. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani ke dokter atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
5. mendokumentasikan Asuhan Kebidanan sesua1 dengan standar;
6. menjaga kerahasiaan kesehatan Klien;
7. menghormati hak Klien;
8. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari dokter sesuai dengan
Kompetensi Bidan;
9. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;
10. meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
11. mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan/atau keterampilannya
melalui pendidikan dan/atau pelatihan; dan/atau
12. melakukan pertolongan gawat darurat.

Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Klien

Pasal 62

Dalam Praktik Kebidanan, Klien berhak:

1. memperoleh Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kode etik,


standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur;
2. memperoleh informasi secara benar dan jelas mengenai kesehatan Klien,
termasuk resume isi rekam medis jika diperlukan;
3. meminta pendapat Bidan lain;
4. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Kebidanan yang akan
dilakukan; dan
5. memperoleh jaminan kerahasiaan kesehatan Klien.

Pasal 63

1. Pengungkapan rahasia kesehatan Klien hanya dilakukan atas dasar:


a. kepentingan kesehatan Klien;
b. permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum;
c. persetujuan Klien sendiri; dan/atau
d. ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pengungkapan rahasia kesehatan Klien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terbatas pada tindakan yang dilakukan oleh Bidan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengungkapan rahasia kesehatan Klien
diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 64

Dalam Praktik Kebidanan, Klien berkewajiban:

1. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi


kesehatannya;
2. mematuhi nasihat dan petunjuk Bidan;
3. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan
4. memberi imbalan jasa atas Pelayanan Kebidanan yang diterima. [ CITATION
UUD19 \l 1033 ]

Contoh Kasus :

Sebagai salah satu contoh malapraktik medik yang terjadi di Kota Padang
adalah kasus persalinan Qori Khariani di klinik fitria hingga menyebabkan bayi
korban Qori meninggal. Dalam kasus malapraktik ini bidan Desi Sarli dan bidan
Siska Malasari dilaporkan kepihak kepolisian atas tuduhan dugaan malapraktik yang
di sebabkan karna kelalaian bidan dalam menangani proses persalinan Qori Khariani
tersebut.

Dugaan Malapraktik tersebut terjadi pada tanggal 3 Januari 2009 silam. Ketika
itu, sekitar pukul 13.00 WIB Desi yang bertugas di klinik Fitria kedatangan seorang
pasien yang bernama Chori yang sedang hamil tua. Chori memang ingin
memeriksakan kehamilannya, dan sekaligus ingin melahirkan di klinik tersebut.

Ketika itu Chori diberi obat gastrul diizinkan pulang. Di rumah, Chori
mengalami sakit perut setelah minum obat gastrul. Dia kemudian dibawa lagi ke
Klinik Fitria. Di klinik, Chori dibawa ke ruang bersalin, Desi dan Siska langsung
mempersiapkan persalinan. Namun kepala bayi msaih dalam keadaankeluar masuk.
Saat itu Desi dan Siska memberitahukan kepada dokter. Atas rekomendasi dokter,
Desi bertanya kepada keluarga pasien kemana akan dirujuk. Atas persetujuan
Asnimar (ibu Chori), dan suami Chori, Chori dibawa ke RS Marniani Asri di Jalan M
Hatta Padang.

Akibat usia kehamilan yang telah melebihi batas, akhirnya bayi Chori
dilahirkan juga, sekitar pukul 20.30 WIB. Waktu itu bayi Chori mengalami sesak
nafas. Sekitar 15 menit kemudian bayi yang baru dilahirkan ini pun meninggal.
Keluarga Chori menuduh Klinik Fitria telah lalai. Aturan pidana yang dituntutkan oleh
Kejaksaan Negeri Padang kepada pelaku tindak pidana pada kasus diatas adalah
pasal 80 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan yang
berbunyi “barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap
ibu hamil yang tidak memunuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15
ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah)”.

Dalam kasus diatas menggambarkan bahwa berbagai kasus malapraktik yang


muncul saat ini bukan hanya menuduh kalangan dokter ataupun bidan kurang hati-
hati, namun juga yang dihadapi tenaga kesehatan saat ini dan akan datang adalah
masyarakat yang memiliki kesadaran hukum yang lebih baik. Uraian diatas
manggambarkan pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh beberapa pelaku
pelayanan kesehatan masih sering mengabaikan standar pelayanan medik, etika
profesi, sikap kehati-hatian dan hak-hak pasien.

Soal :

1. Bacalah dengan seksama!


a. Ada format pengumpulan data
b. Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis

Kalimat diatas merupakan definisi operasional dalam Standar Praktik


Kebidanan yaitu standar yang ke ...

a. I
b. II
c. III
d. IV
2. Hubungan hukum perundang-undangan dan hokum yang berlaku dengan
tenaga kesehatan adalah ...
a. Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal
balik dengan tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi
jasa.
b. Klien sebagai penerima jasa kesehatan tidak mempunyai hubungan timbal
balik dengan tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa.
c. Antara penerima jasa dan klien
d. Antara penerima jasa dan pemberi jasa

3. Uraian pernyataan tentang tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas


struktur, proses dan hasil dapat dinilai., merupakan pengertian dari ...
a. Praktik kebidanan
b. Standar Praktik Kebidanan
c. Pelayanan Kebidanan
d. Asuhan kebidanan

Kunci jawaban :

1. B
2. A
3. B

Anda mungkin juga menyukai