Anda di halaman 1dari 9

OPEN ACCESS

Indonesian Journal of Human Nutrition


P-ISSN 2442-6636
E-ISSN 2355-3987
www.ijhn.ub.ac.id
Artikel Hasil Penelitian

Kombinasi Pasteurisasi, Suhu, dan Masa Simpan Terhadap Kadar


Aflatoksin pada Selai Kacang Tanah
Titis Sari Kusuma1*, Joni Kusnadi2, Sri Winarsih3
1
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya
3
Lab. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
*Alamat korespondensi: titisfahreza@gmail.com, (0341) 567192

Diterima: Juli 2017 Direview: Oktober 2017 Dimuat: Desember 2017


_________________________________________________________________________

Abstrak
Selai kacang tanah merupakan salah satu komoditi lokal yang tinggi lemak dan protein sehingga
dapat digunakan sebagai makanan tambahan untuk anak usia balita memenuhi kebutuhan gizi
harian. Tetapi, jika pengolahan selai kacang tanah kurang tepat maka akan menyebabkan
berpotensi terjadi pertumbuhan Aspergillus flavus yang dapat menyebabkan kadar aflatoksin >20
ppb sehingga menjadi tidak aman untuk dikonsumsi serta menye-babkan sirosis hepatis akut
maupun kronis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah suhu dan waktu pasteurisasi
mempunyai pengaruh pada peningkatan kadar aflatoksin selai kacang tanah yang disimpan dalam
jangka waktu 3 minggu. Rancangan penelitian menggunakan Nested Design 3 faktor. Faktor I,
pembuatan selai kacang tanah (K1=tanpa pasteurisasi, K2=pasteurisasi 71oC, 10 menit,
K3=pasteurisasi 80oC,1 menit), setiap kelompok terdiri dari 3 kali ulangan. Faktor II, waktu
penyimpanan dalam minggu (M0, M1, M2, dan M3). Faktor III, suhu simpan (T1=suhu kamar,
T2=suhu dingin). Pengujian kadar aflatoksin menggunakan metode ELISA. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat perbedaan kadar aflatoksin yang signifikan (p=0.001) pada selai kacang
tanah yang diberi perlakuan tanpa pasteurisasi dan dengan pasteurisasi. Terjadi peningkatan kadar
aflatoksin pada selai kacang tanah setelah di simpan 3 minggu, yang berkisar antara 6.035 – 7.196
ppb. Dapat disimpulkan bahwa pasturisasi 80oC, 1 menit dan suhu simpan dingin selama 3 minggu
dapat memperlambat pembentukan aflatoksin pada selai kacang tanah. Selai kacang tanah masih
aman di konsumsi dalam jangka waktu 3 minggu, karena kadar aflatoksin masih di bawah <20 ppb.

Kata Kunci: selai kacang tanah, aflatoksin, pasteurisasi, suhu kamar, suhu dingin

Abstract
Peanut butter is one of the local high-fat commodities and protein that can be used as an
additional food for children aged under five to meet daily nutritional needs. On the other hand, if
the processing of peanut butter quite right, it will cause the growth of Aspergillus flavus potentially
occur which can cause levels of aflatoxin peanut butter >20 ppb to be unsafe for consumption
because it can cause acute and chronic hepatic cirrhosis. This study was conducted to determine
whether temperature and pasteurization time had an effect on increasing aflatoxin content of
peanut butter which was stored in 3 weeks period. The research design using Nested Design 3
factors. The first factor, the manufacture of peanut butter (K1=without pasteurization,
K2=pasteurization 71°C, 10 min, K3=pasteurization 80°C, 1 minute), each group consisting of 3
repetitions. Factor II, storage time in weeks (M0, M1, M2, and M3). Factor III, temperature store

88
Titis, dkk, Kombinasi Pasteurisasi, Suhu, dan ... 89

(T1=room temperature, T2=cold temperature). Testing of aflatoxin content using ELISA method.
The results showed a significant difference in the levels of aflatoxin (p=0.001) in the peanut butter-
treated unpasteurised and pasteurized. Increased levels of aflatoxin in peanut butter after saving 3
weeks, around 6.035 – 7.196 ppb.. It can be concluded that pasteurization 80°C, 1 minute and cold
store temperature for 3 weeks to slow the formation of aflatoxin in peanut butter. Peanut butter is
still safe in consumption within 3 weeks, because aflatoxin levels are still below <20 ppb.

Keywords: peanut butter, aflatoxin, pasteurization, room temperature, cold temperature

PENDAHULUAN masa simpan [8]. Proses pasteurisasi akan


Kacang tanah merupakan salah satu menyebabkan penurunan kadar aktifitas
produk serealia yang mempunyai kadar air (aw) menjadi kurang dari 0.91 [8],
lemak tinggi (42,7 g/100 g), protein (24,9 mengurangi jumlah bakteri Salmonella
g/100 g), Fe (5,7 mg/100 g), dan beta Typhi, Escherichia coli [9].
karoten total (30 µg/ 100 g) [1], mengan- Masa simpan produk makanan juga
dung antioksidan alami P-Coumaric acid memerlukan perhatian khusus. Kacang
22%, harga murah, mudah diolah, kelem- tanah yang dipanen secara mekanis dan
baban 1%, kadar Aw 0,2–0,33 [2], 76- dijemur 4 hari dengan kulitnya terdeteksi
82% asam lemak tidak jenuh dimana 40- tercemar aflatoksin sebanyak 0.43 ppm
45% asam oleat dan 30-35% asam linoleat Jika dilanjutkan selama 45 hari penyim-
[3], sumber serat tak larut air, fenol, dan panan, maka kadar aflatoksin meningkat
antioksidan [4]. menjadi 108.5 ppm [10]. Kadar air yang
Kualitas kacang tanah dihadapkan terkandung pada biji kacang tanah akan
pada adanya aflatoksin yang merupakan mempengaruhi laju infeksi Aspergillus
produk metabolit sekunder yang dihasil- flavus dan produksi aflatoksin [11], di-
kan strain toksigenik Aspergillus flavus mana pada kadar air 5-8% menunjukkan
dan Aspergillus parasiticus yang dapat kadar aflatoksin kacang tanah yang disim-
menyebabkan kerusakan fisik dan kualitas pan selama 3 bulan adalah 275 ppm [12].
pada kacang tanah yang di hasilkan. Afla- Hal tersebut mengindikasikan kacang ta-
toksin ini berbahaya bagi kesehatan kare- nah yang disimpan telah terinfeksi Asper-
na mempunyai sifat mutagenik, karsino- gillus flavus sejak di lapangan.
genik, teratogenik, hepatotoksik, immu- Penelitian ini bertujuan untuk me-
nosuppresif, dan menyebabkan pengham- ngetahui pengaruh kombinasi pasteurisasi
batan beberapa sistem metabolik [5]. dan suhu simpan terhadap pembentukan
Badan POM menyebutkan bahwa aflatoksin pada selai kacang tanah yang
telah ditemukan adanya aflatoksin dengan disimpan selama 3 minggu. Pasteurisasi
kadar yang cukup tinggi (diatas 20 ppb) ini merupakan metode yang dianjurkan
pada kacang tanah pasca panen dan bebe- oleh Patent Selai kacang tanah karena
rapa produk olahan kacang tanah [6]. untuk memperpanjang masa simpan dan
Selain itu terdapat 36 produk bubur bayi, membunuh bakteri patogen yang mungkin
11.10% terdeteksi aflatoksin M1 yang masih ada di dalam selai kacang tanah.
mempunyai kadar aflatoksin lebih dari 20
ppb [7]. METODE PENELITIAN
Menurut United States Patent no Penelitian ini dirancang mengguna-
patent 5.366.754 dalam pembuatan selai kan metode Rancangan Tersarang (Nested
kacang tanah perlu dilakukan proses pas- Design) yang terdiri dari 3 faktor. Faktor I
teurisasi pada rentang 71–82oC dengan adalah kelompok yang terdiri dari 3 per-
waktu 50 detik sampai dengan 10 menit lakuan prosedur pembuatan selai kacang
yang bertujuan untuk memperpanjang tanah (selai kacang tanah tanpa pasteuri-
90 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 88 - 96

sasi, selai kacang tanah yang dipasteuri- agar selai kacang tanah tidak mudah
sasi pada suhu 71oC selama 10 menit, dan teroksidasi udara luar.
selai kacang tanah yang dipasteurisasi pa- Setelah dikemas, diberi 3 perlakuan
da suhu 80oC selama 1 menit), setiap ke- pasteurisasi yang berbeda, yaitu selai
lompok terdiri dari 3 kali ulangan. Faktor kacang tanah tanpa pasteurisasi, selai
II adalah waktu penyimpanan selai kacang kacang tanah yang dipasteurisasi di suhu
yang diberikan pada masing-masing per- 71oC selama 10 menit, dan selai kacang
lakuan yang terdiri dari 4 level kelompok tanah yang dipasteurisasi di suhu 80 oC
waktu dalam minggu (0 minggu, 1 ming- selama 1 menit. Pasteurisasi ini sesuai
gu, 2 minggu, dan 3 minggu). Adapun dengan united patent pembuatan selai
faktor III merupakan suhu simpan untuk kacang tanah. Setelah proses pasteurisasi,
masing-masing perlakuan yang terdiri dari seluruh selai kacang tanah tersebut disim-
2 macam suhu (suhu kamar dan suhu pan pada 2 suhu penyimpanan yang ber-
dingin). beda yaitu suhu ruang (26–28oC) di-
Kacang tanah varietas Bison diguna- simpan di dalam lemari sehingga tidak
kan untuk pembuatan selai kacang tanah mudah terpapar oleh cahaya matahari dan
ini, kacang tanah ini didapatkan dari suhu refrigerator (4–6oC).
Balitkabi Pertanian Malang. Kacang di- Pengujian dilakukan setiap minggu
masukkan ke dalam microwave selama 7 dengan cara membuka kemasan dan di-
menit, yang bertujuan untuk mengurangi ambil dari masing-masing botol sebanyak
kadar asam fitat [13]. Kemudian kacang 25 gram untuk setiap pengujian kadar
tanah didinginkan secepatnya, pisahkan aflatoksin. Pengujian kadar aflatoksin di-
lembaga serta kacang yang gosong, tam- lakukan di Laboratorium Biokimia Fakul-
bahkan emulsifier, garam, dan gula tas Kedokteran Universitas Brawijaya
masing-masing 4, 2, dan 1%, giling secara menggunakan kit ELISA uji Aflatoksin
bertahap hingga rata dan halus, tahapan PT. AHM Biotech. Data yang diperoleh
terakhir menambahkan lemak atau minyak dianalisis menggunakan analisis sidik
nabati sebanyak 4% [14]. Selai kacang ragam (ANOVA) dengan rancangan per-
tanah dikemas di botol kaca transparan cobaan Rancangan Faktorial ABC untuk
steril. Botol kaca transparan yang diguna- data kadar asam lemak bebas dan angka
kan mempunyai ketebalan 0.5 mm, tinggi asam. Jika perlakuan berpengaruh nyata,
10 cm, diameter 5 cm, dan tutup dari uji dilanjutkan dengan uji lanjut Post Hoc
bahan plastik. Tujuan menggunakan botol Tukey HSD untuk melihat perbedaan dari
kaca ini adalah kaca merupakan konduksi tiap kelompok. Penelitian ini bermakna
yang baik untuk menghantarkan panas bila nilai p≤0,05. Analisis data mengguna-
selama pasteurisasi dan untuk menjaga kan bantuan software GenStat 17.
Titis, dkk, Kombinasi Pasteurisasi, Suhu, dan ... 91

Tabel 1. Kadar Total AflatoksinSelai Kacang Tanah (ppb)


suhu waktu simpan (minggu ke-)
perlakuan
simpan 0 1 2 3
Tanpa Suhu 7.010 ±
1.074 ± 0.531 g 1.945 ± 0.095 defg 6.971 ± 0.214 a
Pasteurisasi kamar 0.140 a
Suhu 6.770 ±
1.074 ± 0.531 g 1.267 ± 1.186 fg 3.583 ± 0.349 cd
dingin 0.016 a
Pasteurisasi 710C, Suhu 7.196 ±
1.197 ± 0.570 fg 2.220 ± 0.109 cdefg 3.837 ± 0.368 a
10 menit kamar 0.388 a
Suhu 7.162 ±
1.197 ± 0.570 fg 1.432 ± 0.185 efg 3.209 ± 0.354 cde
dingin 0.569 a
Pasteurisasi 80 Suhu 6.479 ±
0
0.994 ± 0.649 g 1.121 ± 0.204 g 5.558 ± 0.475 ab
C, 1menit kamar 0.662 a
Suhu 2.952 ± 0.290 6.035 ±
0.994 ± 0.649 g 1.432 ± 0.185 efg cdef
dingin 1.652 a
*Notasi huruf yang sama pada baris menunjukkan perbedaan kadar aflatoksin (p>0,05)

HASIL PENELITIAN efektif untuk menghambat pertumbuhan


Setelah disimpan selama 3 minggu, aflatoksin.
dilakukan analisis kadar aflatoksin selai Selama proses penyimpanan selai
kacang tanah. Hasil analisis Anova me- kacang tanah telah terjadi peningkatan
nunjukkan bahwa proses pasteurisasi me- kadar aflatoksin baik pada produk selai
nunjukkan adanya pengaruh terhadap kacang yang mengalami proses pasteuri-
kadar aflatoksin selai kacang tanah sasi dan yang tidak mengalami proses
(p=0.001, taraf kepercayaan 95%). Setiap pasteurisasi. Peningkatan ini masih dalam
minggu terjadi peningkatan kadar aflatok- batas normal yaitu masih dibawah 20 ppb.
sin di kedua suhu simpan (suhu kamar dan Selai kacang tanah yang tanpa pasteurisasi
suhu dingin). Terdapat kenaikan kadar dan di simpan di suhu kamar mengalami
aflatoksin yang signifikan dari minggu ke- peningkatan kadar aflatoksin sebesar 1.8x
1 ke minggu ke-2. Hal ini menunjukkan setelah disimpan 1 minggu, 6.5x setelah di
bahwa meskipun pasteurisasi pada suhu simpan 2 minggu, dan 6.53x setelah di
71oC selama 10 menit dan suhu 80oC se- simpan selama 3 minggu. Pada selai ka-
lama 1 menit menurunkan kadar aflatok- cang tanah tanpa pasteurisasi dan di sim-
sin jika dibanding yang tidak mengalami pan di suhu dingin mengalami pening-
pasteurisasi; kenaikan aflaktoksin pasti katan kadar aflatoksin sebesar 1.18x sete-
akan terjadi seiring dengan bertambahnya lah di simpan selama 1 minggu, mening-
waktu penyimpanan. Suhu penyimpanan kat menjadi 3.34x setelah di simpan 2
dingin (4–6oC) juga dapat menghambat minggu, dan meningkat menjadi 6.3x
pertumbuhan aflatoksin jika dibandingkan setelah di simpan 3 minggu.
suhu kamar (26–28oC). Pasteurisasi 80 oC Pada selai kacang tanah yang dipas-
memberikan hasil kadar aflatoksin yang teurisasi pada suhu 71oC selama 10 menit
lebih rendah jika dibandingkan dengan dan yang di simpan pada suhu kamar
pasteurisasi 71oC, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kadar aflatoksin pada
bahwa pasteurisasi 80 oC merupakan suhu selai kacang tanah sebesar 1.85x setelah di
92 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 88 - 96

simpan 1 minggu, meningkat menjadi Aspergillus flavus dan muncul aflatoksin


3.21x setelah di simpan 2 minggu, dan te- pada saat 3 minggu menjelang panen [16].
rus meningkat menjadi 6.01x setelah di Terbentuknya Aspergillus flavus juga di
simpan selama 3 minggu. Hal yang sama pengaruhi oleh adanya fitoaleksin pada
terjadi pada selai kacang tanah pasteuri- biji kacang tanah. Keberadaan fitoaleksin
sasi 71oC yang disimpan pada suhu ini akan menyebabkan Aspergillus flavus
dingin. Terjadi peningkatan kadar aflatok- pada kondisi dorman. Akan tetapi jika
sin menjadi 1.2x setelah di simpan 1 kadar air produk lebih dari 8% dan suhu
minggu, meningkat menjadi 2.68x setelah berada pada kisaran 25–36oC, maka
di simpan selama 2 minggu, dan terus Aspergillus flavus akan berkembang biak
meningkat menjadi 5.98x setelah di sim- dan membentuk aflatoksin [17], selain itu
pan selama 3 minggu. kontaminasi aflatoksin lebih sering terjadi
Pada selai kacang tanah yang dipas- pada daerah beriklim tropis karena suhu
teurisasi pada suhu 80oC selama 1 menit dan kelembabannya mendukung untuk
dan yang di simpan pada suhu kamar pertumbuhan jamur [18]. Aflatoksin me-
terjadi peningkatan kadar aflatoksin pada merlukan pH 5.5 – 7.0 dan proses pem-
selai kacang tanah sebesar 1.13x setelah di bentukan ini dipengaruhi oleh faktor gene-
simpan 1 minggu, meningkat menjadi tik Aspergillus flavus dan lamanya kontak
5.59x setelah di simpan 2 minggu, dan dengan substrat [15].
terus meningkat menjadi 6.52x setelah di Aflatoksin merupakan metabolit se-
simpan selama 3 minggu. Hal yang sama kunder yang terbentuk setelah fase loga-
terjadi pada selai kacang tanah pasteuri- ritma pertumbuhan Aspergillus flavus dan
sasi 80oC yang disimpan pada suhu Aspergillus parasiticus [19,20]. Aspergil-
dingin. Terjadi peningkatan kadar aflatok- lus flavus mampu bertahan hidup setelah
sin menjadi 1.44x setelah di simpan 1 15 hari masa inkubasi [21]. Hal ini sejalan
minggu, meningkat menjadi 2.97x setelah dengan hasil penelitian ini bahwa pening-
di simpan selama 2 minggu, dan terus me- katan kadar total aflatoksin meningkat
ningkat menjadi 6.07x setelah di simpan setelah minggu ke-2. Peningkatan ini ter-
selama 3 minggu. jadi di semua perlakuan baik yang diberi
perlakuan pasteurisasi maupun yang tidak
PEMBAHASAN di pasteurisasi. Penelitian lain menunjuk-
Penyimpanan selai kacang tanah pa- kan bahwa aflatoksin ini merupakan se-
da suhu kamar mempunyai kadar afla- nyawa racun yang sulit dihilangkan dari
toksin lebih tinggi daripada selai kacang bahan pangan didukung juga oleh kondisi
tanah yang di simpan di suhu dingin. Hal iklim tropis dimana kadar aw 0.80 yang
ini menunjukkan bahwa suhu dingin pene- merupakan kondisi yang sesuai untuk
litian (4–6oC) mampu untuk menghambat pertumbuhan aflatoksin [20]. Penelitian
pertumbuhan jamur Aspergillus flavus. yang juga dilakukan pada pia kacang yang
Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan beredar di pasar Kota Malang, terdapat 11
Aspergillus flavus maupun Aspergillus spesies kapang kontaminan dalam sampel,
parasiticus serta pembentukan aflatoksin diantaranya adalah Penicillium, Aspergil-
sebesar 25–40oC [5] dan dapat tumbuh lus, Fusarium, Cladosporium, Trichoder-
pada kisaran suhu yang panjang, berkisar ma, Eurotium, dan Mycelia sterilia.
dari 10–12oC sampai 42–43oC dengan Dimana ALT koloni kapang dalam sampel
suhu optimum 32–33oC [15]. kue pia yang disimpan selama 5 x 24 jam
Proses kontaminasi Aspergillus fla- ialah 1,7 x 105 CFU/gram sampel, sehing-
vus sendiri sudah di mulai sejak fase pasca ga menjadi tidak layak dikonsumsi [22].
panen. Kacang tanah mulai terinfeksi
Titis, dkk, Kombinasi Pasteurisasi, Suhu, dan ... 93

Laju produksi aflatoksin akan me- anak khususnya di negara berkembang


ningkat lebih cepat bila kacang tanah [26] meskipun mekanisme yang dapat
tidak segera dikeringkan dalam waktu 48 mengakibatkan gangguan pertumbuhan
jam setelah panen[10]. Adanya pening- belum diketahui; namun, salah satu pen-
katan kadar aflatoksin pada selai kacang jelasan yang mungkin dapat diubah inte-
tanah dapat juga disebabkan oleh kompo- gritas usus melalui toksisitas sel atau im-
sisi gizi yang terkandung di dalam selai munomodulator [27]. Hasil penelitian me-
kacang tanah. Aspergillus flavus dapat nunjukkan bahwa anak yang terpapar afla-
tumbuh pada medium yang mengandung toksin selama 8 bulan akan menurunkan
glukosa, galaktosa, fruktosa, mannosa, rata-rata 1.7 cm pertumbuhan [28]. Sema-
sorbitol, ribosa, xylosa, sukrosa, maltosa, kin tinggi aflatoksin yang masuk ke dalam
rafinosa, dan gliserol. Pada kacang tanah tubuh maka aflatoksin dapat terdeteksi
sendiri komposis karbohidrat terdiri dari melalui air liur (sIgA) [29].
monosakarida (0.1-0.3%), Sukrosa (1.9- Paparan mikotoksin adalah risiko
5.2%), total karbohidrat larut air (3.0- serius bagi kesehatan manusia, khususnya
8.92%), rafinosa (0.14%), stakiosa dinegara berkembang dimana kekurangan
(0.71%), pati (6.7-18.6%), total karbo- gizi menyebabkan dampak yang merugi-
hidrat (9.5-18.6%), karbohidrat tidak larut kan dan tubuh akan mengalami kesulitan
(12.2-15.67%), serat kasar (1.2-4.3%), untuk melakukan detoksifikasi. Jenis ma-
dan lignin (1.1-3.3%) [23]. Proses pe- kanan gandum dan kacang tanah merupa-
manggangan kacang tanah akan menye- kan makanan yang mudah terkontaminasi,
babkan peningkatan kadar karbohidrat, hal akan tetapi untuk melakukan upaya pe-
ini disebabkan karena adanya kehilangan nanganan kadar aflatoksin di dalam pro-
volatil dan air dalam kacang tanah, se- duk juga terbentur kendala bahwa ma-
hingga karbohidrat diduga menjadi me- kanan tersebut merupakan makanan yang
dium untuk pertumbuhan Aspergillus juga mengandung zat gizi yang dibutuh-
flavus meskipun terjadi proses penyim- kan oleh tubuh [30]. WHO mengidenti-
panan pada suhu dingin maupun suhu fikasi ada 6 faktor resiko teratas (43.6%)
kamar [24]. Selain jumlah karbohidrat dari disability-adjusted life years, salah
pada kacang tanah, dalam proses pem- satunya adalah resiko kanker hati, yang
buatan selai kacang tanah juga terdapat dipicu oleh aflatoksin [31].
penambahan gula pasir sebesar 1%. Untuk menghambat pertumbuhan
Penambahan gula pasir ini mempunyai Aspergillus flavus Ekstrak seruni dan
maksud untuk meningkatkan palabilitas kembang bulan memngandung alkaloid
dari selai kacang tanah yang dihasilkan. yang mempunyai kemampuan untuk
Di satu sisi, gula pasir juga mengandung menghambat pertumbuhan Aspergillus
glukosa yang juga dapat digunakan oleh flavus, meskipun mempunyai daya hambat
Aspergillus flavus sebagai medium per- yang rendah [32], selain itu daun salam
tumbuhan sehingga akan terjadi pening- yang juga mengandung anti jamur dapat
katan kadar aflatoksin pada selai kacang menghambat pertumbuhan Aspergillus
tanah yang di simpan pada suhu dingin flavus [33].
maupun suhu kamar. Kadar air adalah faktor penting pe-
Adanya pengecekan kadar aflatok- nentu pertumbuhan Aspergillus flavus 34].
sin setiap minggu merupakan prosedur Kadar air pada kacang tanah sendiri di-
yang harus dilakukan untuk produk ma- pengaruhi oleh suhu, kelembaban, akti-
kanan bayi dan balita [25]. Aflatoksin vitas respirasi biji, serangga dan cen-
mempunyai hubungan yang erat dengan dawan, ketinggian diatas permukaan laut
kegagalan pertumbuhan pada bayi dan serta tingginya curah hujan di setiap
94 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 88 - 96

daerah. Dalam penelitian ini kadar air masih dibawah batas aman yang di tetap-
tidak di teliti, kemungkinan terjadinya kan oleh SNI selai kacang tanah yaitu <20
peningkatan kadar aflatoksin yang disim- ppb. Selai kacang tanah yang dibuat untuk
pan selama 4 minggu baik di suhu dingin makanan pendamping ASI ini aman di
maupun di suhu kamar disebabkan karena konsumsi untuk anak balita usia 6-24
adanya peningkatan kadar air. bulan.
Salah satu pengendalian aflatoksin
pada kacang tanah, dapat dilakukan pene- KESIMPULAN
rapan HACCP. Pasca panen komoditas Selai kacang tanah yang dibuat
yang rentan oleh kontaminasi aflatoksin, dengan proses pasteurisasi maupun tanpa
tahapan proses yang menjadi titis kritis pasteurisasi menunjukkan terjadi pening-
adalah pada saat pemanenan, sortasi, pe- katan kadar aflaktosin selama proses pe-
ngeringan, sortasi mutu, dan penyimpan- nyimpanan 3 minggu baik di suhu dingin
an. Perlu adanya perhatian dari petani dan maupun di suhu kamar. Peningkatan kadar
pengumpul untuk menjaga mutu komodi- aflatoksin ini masih dalam batas aman,
tas, terutama agar terhindar dari kontami- karena peningkatan kadar aflatoksin ini
nasi jamur penghasil aflatoksin. Selain itu masih dibawah batas aman yang di tetap-
juga untk menjaga nilai mutu komoditas kan oleh SNI yaitu <20 ppb. Selai kacang
yang dihasilkan. Penanganan dan penge- tanah yang dibuat untuk makanan tam-
ringan yang baik akan memberikan daya bahan ini aman di konsumsi anak balita.
simpan yang baik, selain itu diperlukan
juga sistem penjadwalan dalam proses KONFLIK KEPENTINGAN
penanaman, penanganan, penyimpanan, Dengan ini menyatakan bahwa tidak
dan distribusi [35]. ada konflik kepentingan antar penulis.
Pengendalian komoditas dilakukan
dengan cara pemisahan kotoran fisik DAFTAR RUJUKAN
dengan produk, lanjut dengan pencucian, 1. Persagi. Tabel Komposisi Pangan
pengeringan, penyimpanan dengan suhu Indonesia, Jakarta; PT. Gramedia;
yang tepat, penggunaan bahan kimia dan 2009. 11-13.
bahan pengikat toksin, penggunaan bahan 2. Chang AS, Sreedharan A, Schneider
alami, pemanfaatan mikroba, pemanasan, KR. Peanut and Peanut products: A
serta radiasi. Selain itu dapat juga meng- Food Safety Perspective, Food
gunakan kapang yang bersifat nontoksi- Control, 2013; 32: 296-303.
genik pada masa sebelum panen sebagai 3. Muchtadi TR, Sugiyono, Ayustaning-
kontrol biologis, dan dapat pula menggu- warno, F. Ilmu Pengetahuan Bahan
nakan mikroba yang aman pada produk Pangan, Bogor; Alfabeta CV; 2010.
pangan. Selain itu penerapan konsep 87-89.
HACCP akan menghasilkan produk 4. Ma Y, Kerr WL, Swanson RB,
pangan yang memenuhi persyaratan ke- Hargrove JL, Pegg RB. Peanut skins-
amanan makanan [36]. fortified peanut butters: Effect of
Selai kacang tanah yang dibuat processing on the phenolics content,
dengan proses pasteurisasi maupun tanpa fibre content and antioxidant activity,
pasteurisasi menunjukkan terjadi pening- Food Chemistry 2014; (145) : 883–
katan kadar aflaktosin selama proses pe- 891.
nyimpanan 3 minggu baik di suhu dingin 5. Rubak,Y.T, Rahayu, E.S, dan
maupun di suhu kamar. Peningkatan kadar Sardjono. Pengurangan Aflatoksin B1
aflatoksin ini masih dalam batas aman, (AFB1) dengan Proses Fermentasi
karena peningkatan kadar aflatoksin ini Menggunakan Rhizopus oligosporus
Titis, dkk, Kombinasi Pasteurisasi, Suhu, dan ... 95

MK-1 pada Pembuatan Bumbu Pecel, of pasteurisation and high-pressure


cemycos.tp.ugm.ac.id/wp-content/ processing on vitamin C, tocopherols,
uploads/2010/08/Pengurangan- and fatty acids in mature human milk,
aflatoksin-B1-AFB1-dengan-Proses- Food Chemistry, 2011; 124 : 697-702
fermentasi.pdf.2010. diakses pada 14. Setyani S. Perubahan antitripsin,
tanggal 6 April 2015 Lektin, Asam Fitat pada Kacang
6. Badan POM. 2004. Aflatoksin, Bule- Tanah (Arachis hypogea L.) yang
tin POM: Keamanan Pangan, 2004; 2 Diolah Dengan Oven, Mikrowave,
(1) dan Autoklaf: Tidak dipublikasi
7. Ramadhani, I. Sudarwanto, M., Wiba- [Laporan Penelitian], Lampung:
wan, I.W.T., dan Usleber, E.. Tingkat Universitas Lampung; 1994.
Kejadian Mikotoksin pada Makanan 15. Fitriadi, BR. Mengenal Aflatoksin
Bayi Asal Indonesia, Forum Pasca dan Metode Analisisnya,
Sarjana 2004: 27(2): 97-108 http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbppt
8. Rudan BJ, Yang ML, Miller AM, psurabaya/berita-604-mengenal-
Lombardo SP, Moroz RK, Deffen- aflatoksin-dan-metode-analisisnya-
baugh LB, et al. Reduced Fat Peanut pada-kakao-.html, tanggal akses 2
Butter Product and Method of Mei 2015
Making, United States Patent USA, 16. Kasno, A,. Varietas Kacang Tanah
patent number 5.366.754. 1994 Tahan Aspergillus flavus sebagai
9. Lake, R, King, N, Cressey, P, and Komponen Essensial dalam Pence-
Gilbert, S. Salmonella (non Typhoi- gahan Kontaminasi Aflatoksin, Pe-
dal) in High Lipid Foods Made From ngembangan Inovasi Pertanian,
Sesame Seeds, Peanuts or Cocoa 2010; 3(4):260-273
Beans, 2010. Client Report, ESR 17. Basha, S.M., Cole, B.J., and Pancho-
10. Ilangantileke, S.G. and Lagunda. ly, S.K...Aphytoalexin and aflatoxin
R.E.A.. A study on-farm groundnut producing peanut seed culture system.
postharvest handling systems. 1989 : Peanut Sci. 1994; 21:130-134.
138-146. Proc. of the Twelfth 18. Lanyasunya, T.P., L.W. Wamae, H.H.
ASEAN Seminar on Grain Post Musa, O. Olowofeso, and I.K.
Harvest Technology, Bangkok Lokwaleput.. The risk of mycotoxins
11. Dharmaputra, O.S, Ambarwati, S., contamination of dairy feed and milk
Retnowati, I., dan Windrayani, A,. on smallholder dairy farms in Kenya.
Kualitas Fisik, Populasi Aspergillus Pakistan Journal of Nutrition 2005; 4
flavus, dan kandungan Aflatoksin B1 (3): 162-169
pada Biji Kacang Tanah Merah, 19. Mehan, V. K., Mc Donald, D,
Jurnal Fitopatologi Indonesia, 2013 : Haravu, L. J. dan Jayanthi, S.. The
9(4):99-106 Groundnut aflatoxin Problem Review
12. Quitco, R., L. Bautista, and C. Bau- and Literature Database. International
tista.. Aflatoxin contamination of crops research Institute for the semi
groundnut at post-production level of Arid Tropics, India. 1991 : 9, 17- 19,
operation in the Philippines. 1989: 58 -63
101-110. In D. McDonald and V.K. 20. Tandiabang, J. Kajian Pengendalian
Mehan (Eds.). Aflatoxin Contami- Alfatoksin pada jagung, Seminar
nation of Groundnut. ICRISAT, Nasional Serealia 2011
India. 21. Lunggani, A.T, Kemampuan Bakteri
13. Puigmarti CM., Permanyer M, Asam Laktat Dalam Menghambat
Castellote AI, Sabater MCL. Effects Pertumbuhan dan Produksi Aflatoksin
96 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2017, Vol. 4 No. 2, hlm. 88 - 96

B2 Aspergilllus flavus, BIOMA, 29. Turner PC., Moore, SE., Hall, AJ.,
Desember 2007, 9(2) : 45 – 51 Prentice, AM., dan Wild, CP..
22. Hastuti, US, Dipu, YV, dan Mari- Modification of Immune Function
yanti.. Isolasi dan Identifikasi through Exposure to Dietary
Mikroflora Kapang Kontaminasi Aflatoxin in Gambian Children,
pada Kue Pia yang Dijual di Kota Environmental Health Perspectives,
Malang, Jurusan Biologi FMIPA, 2003 ; 111(2):217-220
Universitas Negeri Malang. 2014 30. Sherphard GS. Impact of Mycotoxins
23. Abdollahi, A dan Buchanan, R, A on Human Health in Developing
Research Note, Regulation of Countries. Food Additives and
Aflatoxin Biosynthesis: Induction of Contaminants. 2008; 25 (2): 146–151.
Aflatoxin by Various Carbohydrates, 31. Yenny,. Aflatoksin dan
Journal of Food Science, 1981 ; Aflatoksikosis pada manusia,
46:633-635 Universa Medicina 2006 ; 25(1)
24. Savage G.P. and Keenan, J.I.. The 32. Uli ADS., Nurtjahja, K., dan Zuhra,
Composition and nutritive value of CF. Penghambatan Pertumbuhan
groundnut kernels dalam The Aspergillus Flavus dan Fusarium
Groundnut Crop: A scintific basic for Moniliforme Oleh Ekstrak Seruni
improvement. Chapter 6., Chapman (Wedelia Biflora) dan Kembang
& Hall, London. 1994 : 174-198 Bulan (Tithonia Diversifolia),
25. Arimond M, Zeilani M, Jungjohann Fakultas MIPA, Universitas Sumatera
S, Brown KH, Ashorn P, et al. Utara, Medan, tanggal akses 7
Consideration in Developing Lipid- Agustus 2015
Based Nutrient Supplements For 33. Dani, IW., Nurtjahja, K., dan Zuhra,
Prevention of Undernutrition: CF., Penghambatan Pertumbuhan
Experience From The International Aspergillus flavus dan Fusarium
Lipid-Based Nutrient Supplements moniliforme oleh Ekstrak Salam
(iLiNS) Project, Maternal and Child (Eugenia polyantha) dan Kunyit
Nutrition, 2015:11 Suppl 4: 31-61 (Curcuma domestica), Fakultas
26. Khlangwiset, P., Shephard, G.S., dan MIPA, Universitas Sumatera Utara,
Wu F,. Afaltoxins and Growth Medan, tanggal akses 7 Agustus
impairment: a review. Critical 2015l
reviews in toxicology 2011 ; 41:740- 34. Rachmawati, S.. Kit ELISA (Aflavet)
755 untuk deteksi Aflatoksin pada produk
27. Wu, F, Narrod, C, Tiongco, M, dan pertanian, Seminar Nasional
Liu, Y. The Health Economics Of Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Aflatoxin: Global Burden Of 2005
Disease,Working Paper 4, February 35. Miskiyah dan Widaningrum,
2011 Pengendalian Aflatoksin pada
28. Gong, Y., Hounsa, A., Egal, S., pascapanen jagung melalui penerapan
Turner PC., Sutcliffe, AE., Hall, AJ, HACCP, Jurnal Standarisasi 2008 ;
et al.. Postweaning Exposure to 10(1):1-10
Aflatoxin Results in Impaired Child 36. Maryam, R, Pengendalian Terpadu
Growth: A Longitudinal Study in Kontaminasi Mikotoksin, Wartazoa
Benin, West Africa, environmental 2006 ; 16(1):21-30
Health Perspectives, 2004 ; 112
(13):1334-1338

Anda mungkin juga menyukai