FATHIMAH AZ-ZAHRA
BINTI MUHAMMAD SAW
Dia indah...
Sangat indah dan istimewa...
Layaknya bunga indah yang tumbuh di tengah-tengah gurun pasir.
Mengapa begitu?
Karena keindahannya begitu langka.
Bunga indah nan langka itu bernama Fathimah Az-Zahra.
Siapakah ayahnya?
Siapakah ibundanya?
Siapakah suaminya?
Siapakah anaknya?
Fathimah bukan nama sembarangan. Allah telah memberikan nama ini khusus
untuknya melalui sang Ayah.
Dua puluh Jumadil Akhir, lima tahun sebelum kenabian. Telah menjadi saksi atas
lahirnya Sayyidatun Nisaa il'aalam, Pemimpin Wanita Dunia.
Lahir di rumah ibundanya, Sayyidah Khadijah binti Khuwailid yang berada di kota
Mekkah al-Mukarramah. Namanya bukan nama sembarangan. Nama ini langsung
diberikan Allah untuknya melalui sang ayah.
Fathimah, diambil dari kata 'Fathama ha' yang berarti terputusnya dari api neraka. Dan
kata 'Az-Zahra' disematkan padanya karena ia adalah bunga sang ayah, yakni Musthafa
Muhammad bin Abdullah SAW, dan karena beliau memiliki kulit putih.
Selain itu beliau juga dijuluki dengan Al-Batul, karena Allah mengistimewakannya dari
wanita-wanita lain berkat kebaikan, keutamaan dan kemuliaannya, dan karena ia tak
pernah putus hubungan dengan Allah SWT.
Kabar bahwa Sy. Abu Bakar dan Sy. Umar yang telah menemui
Rasulullah untuk melamar Sayyidah Fathimah pun terdengar Sy.
Ali. Namun, Rasulullah menolak dengan halus lamaran mereka
berdua dengan mengatakan, "Tunggulah ketetapan dari Allah."
Kehidupan rumah tangga pun dijalani dengan penuh kebahagiaan dan keberkahan.
Pernikahan yang diawali dengan kesederhanaan ini pun terus berjalan. Perabot
rumah yang dimiliki dua pasangan ini begitu sederhana, tak ada kasur yang empuk
ataupun dapur dengan alat masak yang lengkap. Hanya ada bantal yang berisikan
jerami dan ranjang yang hanya beralaskan tikar.
Pernah suatu waktu Sayyidah Fathimah dan Sayyidina Ali meminta pembantu
untuk meringankan kewajiban Sayyidah Fathimah, namun Rasulullah menolaknya
dengan berkata, "Demi Allah, aku tidak akan memberikan kalian seorang pembantu
sedangkan aku membiarkan orang-orang muslim dalam keadaan kelaparan karena
aku tidak memiliki apapun yang dapat aku berikan untuk mereka."
Kedua pasangan ini sedang bersiap-siap untuk tidur menggunakan selimut yang
jika digunakan untuk menutup kepala keduanya, maka terlihatlah kaki mereka.
Rasulullah pun duduk disamping mereka dan berkata, "Apakah kalian mau jika aku
memberi kalian sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah kalian minta?"
Sayyidah Fathimah memberikan hak kepada Sayyidina Ali sebagai suaminya secara
sempurna. Ketika Rasulullah memanggil Sayyidina Ali dan menanyakan mengenai
putrinya, maka ia menjawab, "Dialah sebaik-baik teman dalam ketaatan."
Dan ketika Rasulullah menanyai putrinya mengenai menantunya, Ali, maka putrinya
pun menjawab, "Sebaik-baik lelaki adalah dia, Wahai Ayahku!"
Lihatlah, bagaimana kehidupan mereka yang penuh cinta dan saling mensyukuri
satu sama lain...
Dalam kehidupan rumah tangga, sering kali muncul persoalan yang memicu
perselisihan, begitu pula yang terjadi dalam rumah tangga Sayyidah Fathimah.
Biasanya, ketika terjadi masalah dalam rumah tangga Fathimah, Nabi SAW
mengunjungi keduanya lalu duduk di tengah-tengah mereka. Sayyidina Ali duduk di
sisi kanan dan Sayyidah Fathimah di sisi kiri Rasulullah. Selanjutnya Nabi
mengambil tangan Sayyidina Ali dan meletakkannya di perutnya. Kemudian Nabi
mengambil tangan Fathimah dan diletakkan di atas tangan Sayyidina Ali. Nabi tak
akan melepaskan keduanya hingga mereka berdamai.
Pada kali yang lain, Nabi mendengar perselisihan antara keduanya. Sore harinya,
Nabi mengunjungi keduanya. Para sahabat melihat Nabi memasuki rumah putrinya
dengan wajah murung. Namun setelah beberapa saat di dalam, mereka melihat
Nabi keluar dari rumah itu dengan wajah berseri-seri. Salah seorang sahabat
bertanya, "Wahai Rasulullah, kami melihat engkau memasuki rumah Fathimah
dengan wajah murung, namun beberapa saat kemudian engkau keluar dengan
wajah yang berbinar-berbinar."
Rasulullah menjawab, "Bagaimana aku tidak merasa senang setelah aku dapat
mendamaikan dua orang yang paling aku cintai?"
Walau telah menjadi seorang istri dan ibu, Sayyidah Fathimah tetaplah seorang
anak dari Nabi akhir zaman. Rasulullah tak sedikit pun mengurangi kasih sayangnya
untuk buah hati tercintanya. Setiap kali Sayyidah Fathimah datang menemui
Rasulullah, Rasulullah pun berdiri untuk menyambutnya, mencium keningnya
dengan penuh kasih dan mendudukkannya di tempat duduk beliau. Begitu pun
sebaliknya.
Dialah orang yang paling mirip dengan ayahnya, Fathimah az-Zahra Ummu Abiha...
Wahai Fathimah,
Kaulah Pemimpin Wanita Surga..
Kesedihan terbesar yang dialami Sayyidah Fathimah adalah ketika ayah yang sangat
dicintainya wafat. Sejak kecil beliau lah yang melayani, mengurusi, dan memperhatikan
kebutuhan ayahnya. Beliau orang pertama yang ditemui Nabi seusai berpergian,
sebelum Nabi mendatangi istri-istrinya.
Hingga detik-detik terakhir keluarnya ruh suci tersebut, beliau adalah orang pertama
yang dicari Rasul ketika itu. Sesekali Fathimah terisak di sampingnya, dan sesekali beliau
tersenyum...
Beliau terisak sedih karena sadar bahwa umur ayahnya sudah tak lama lagi... Dan beliau
tersenyum karena beliau mendapat kabar bahwa ialah orang pertama dari ahlul bait
yang akan menyusul ayahnya.
Setelah Rasul SAW wafat, tak pernah lagi terlihat senyum di wajah beliau.
Tak ada satu pun yang bisa menghiburnya, bahkan kedua putra kesayangannya.
Begitu agungnya engkau di mata semua orang yang mengenalmu. Maka rugi siapapun
yang tak mengikuti jalanmu dan sampai detik ini masih belum mengenalmu...
Beliau adalah putri kesayangan Nabi. Putri kesayangan dari pemimpin seluruh umat
manusia, pemilik maqam terpuji.
Hanya darinya lah keturunan Rasulullah tersambung.
Beliau adalah bagian dari Nabi. Barangsiapa yang membuatnya marah, maka Nabi
akan marah. Dan barangsiapa yang telah membuatnya ridha, Nabi pun akan ridha.
Pemimpin seluruh wanita ahli surga. Dan beliau merupakan wanita terbaik dan yang
paling mulia di antara seluruh wanita semesta.
Tidak pernah melihat dan dilihat lelaki yang bukan mahram.
Diharamkan memadunya.
Zuhud terhadap dunia, bersabar atas kesulitan hidup.
Atas sebab beliau, seluruh keturunannya diharamkan dari api neraka.
Beliau dijuluki Ummu Abiha. Karena sejak kecil ia telah mengabdi dan melayani
ayahandanya setelah kematian ibundanya, Sayyidah Khadijah.
Beliau adalah putri Rasulullah yang paling terakhir meninggal dunia, dan ahlul bait
yang paling pertama menjumpai Nabi SAW.
Beliau yang paling mirip dengan Nabi. Baik wajah, perkataan, maupun perbuatannya.
Ya Sayyidati...
Begitu mulianya engkau hingga Allah memberimu kekhususan yang tak dimiliki oleh
siapapun di dunia ini...
Maka patutlah bagi kita untuk meneladani sebaik-baiknya akhlak dan perangai beliau...
BUNGA ITU LAYU, LALU
GUGUR KE BUMI...
Ya Rabb...
Tak ada kata dunia dalam wasiat itu.
Tak ada sedikitpun menyinggung tentang harta ataupun
peninggalan yang lain.
Bahkan, beliau memberi pendamping baru untuk sang suami agar
dapat menjaga putra-putranya tercintanya, Hasan dan Husein.
Lalu, tak adakah rasa malu dalam diri setelah mengetahui hal itu?
Mana bukti cinta yang telah sering kita ungkapkan??
Betapa jauhnya kita dengan beliau...
Masih adakah tempat di belakang beliau nanti ketika
menyeberangi shirat, untuk kita??
Sudahkah kita membahagiakan putri sang kekasih?
Atau bahkan sebaliknya?