Anda di halaman 1dari 13

PEMIMPIN WANITA AHLI SURGA

FATHIMAH AZ-ZAHRA
BINTI MUHAMMAD SAW

PONPES PUTRI DAR UMMAHATIL MUKMININ | IG : DARUMMAHATILMUKMININ


Bunga Itu Lahir
dengan Nama yang Indah...

Kelahiran Sayyidah Fathimah Az-Zahra

Dia indah...
Sangat indah dan istimewa...
Layaknya bunga indah yang tumbuh di tengah-tengah gurun pasir.
Mengapa begitu?
Karena keindahannya begitu langka.
Bunga indah nan langka itu bernama Fathimah Az-Zahra.

Siapakah ayahnya?
Siapakah ibundanya?
Siapakah suaminya?
Siapakah anaknya?

Ayahnya adalah Muhammad bin Abdullah SAW.


Ibundanya adalah Khadijah al-Kubra.
Suaminya adalah Ali bin Abi Thalib.
Puteranya adalah Hasan dan Husein.
Puterinya adalah Zainab dan Ummu Kultsum.

Fathimah bukan nama sembarangan. Allah telah memberikan nama ini khusus
untuknya melalui sang Ayah.

Dia permaisuri kecil di keluarganya.


Ketika ia lahir... Sang ayah sedang menyelesaikan perbaikan bangunan Ka'bah. Ketika
selesai dari kerjanya, sang Ayah -Rasulullah SAW- tiba-tiba merasakan kegugupan di
hatinya.
"Apa yang sedang kurasakan? Istriku Khadijah? Apakah dia telah melahirkan?"
Ucap hati kecilnya.

Beliau pun segera berlari menuju rumahnya.


Ketika sampai rumah, ternyata benar! Istrinya telah melahirkan putrinya yang keempat.
Ia melihat bayi perempuan kecil yang cantik dan menggemaskan. Ia membuat ayahnya
merasa begitu bahagia. Dan ternyata dialah yang begitu menyerupai ayahnya.

Dua puluh Jumadil Akhir, lima tahun sebelum kenabian. Telah menjadi saksi atas
lahirnya Sayyidatun Nisaa il'aalam, Pemimpin Wanita Dunia.

Lahir di rumah ibundanya, Sayyidah Khadijah binti Khuwailid yang berada di kota
Mekkah al-Mukarramah. Namanya bukan nama sembarangan. Nama ini langsung
diberikan Allah untuknya melalui sang ayah.
Fathimah, diambil dari kata 'Fathama ha' yang berarti terputusnya dari api neraka. Dan
kata 'Az-Zahra' disematkan padanya karena ia adalah bunga sang ayah, yakni Musthafa
Muhammad bin Abdullah SAW, dan karena beliau memiliki kulit putih.

Julukannya begitu banyak, diantaranya: Ash-Shiddiqah, Al-Mubarakah, Ath-Thahirah, Az-


Zakiyyah, Ar-Radhiyyah dan Al-Mardhiyyah.

Selain itu beliau juga dijuluki dengan Al-Batul, karena Allah mengistimewakannya dari
wanita-wanita lain berkat kebaikan, keutamaan dan kemuliaannya, dan karena ia tak
pernah putus hubungan dengan Allah SWT.

Banyaknya nama sang bunga ini tidak lain karena kemuliaannya,

‫ﻛﺜﺮة اﻹﺳﻢ ﺗﺪل ﻋﲆ ﺷﺮف اﻟﻤﺴﻤﻰ‬

"Banyaknya nama (julukan) menunjukkan kemulian pemilik nama (julukan)."


KETIKA SANG BUNGA
MENATA SURGANYA..

Pernikahan Sayyidah Fathimah Az-Zahra


Bunga Islam, bunga Mekkah itu, kini merekah di Madinah. Harum
semerbaknya tercium wangi di segala penjuru.

Sayyidah Fathimah, siapa yang tak mengenal kemuliaannya?


Putri mahkota itu...
Ah, sudahlah.. Tak ada lagi kata yang tepat untuk
menggambarkan keindahannya..

Sy. Ali, putra Abu Thalib itu pun ingin mempersuntingnya.


Namun, batinnya selalu berkata, "Apa yang kau miliki untuk
menikahinya?"

Kabar bahwa Sy. Abu Bakar dan Sy. Umar yang telah menemui
Rasulullah untuk melamar Sayyidah Fathimah pun terdengar Sy.
Ali. Namun, Rasulullah menolak dengan halus lamaran mereka
berdua dengan mengatakan, "Tunggulah ketetapan dari Allah."

Semakin menyusutlah semangat Sy. Ali mendengar hal itu. Tapi,


Sy. Abu Bakar dan Sy. Umar mendatanginya. Mengobarkan
kembali semangat yang hampir pupus itu.

Berangkatlah beliau menemui Rasulullah. Setelah berhadapan


dengan Rasulullah, bukan menyampaikan keinginan hati, beliau
malah terdiam seribu bahasa.

Menunduk menyimpan malu, pikirannya mulai berkecamuk.

Rasulullah pun bertanya (walau sebenarnya mengerti), "Apa


maksud kedatanganmu, Wahai putra Abu Thalib?"

Masih menundukkan kepala, beliau berkata, "Aku ingin


meminang Fathimah, putri Rasulullah."

Dengan suara yang lembut dan mata yang bersinar Rasulullah


berkata, "Marhaban wa ahlan."

Sy. Ali pun semakin terdiam. Dalam kebingungan tentang apa


yang harus dilakukan setelahnya, beliau pun undur diri. Malam itu
tidurnya sedikit gelisah, tak sabar menanti matahari terbit.

Keesokan harinya, sekali lagi beliau menemui Rasulullah.


Membahas tentang mahar apa yang akan diberikan.
Beliau berkata kepada Rasulullah bahwa untuk sekarang yang
dimiliki hanyalah sebilah pedang dan seekor unta. Rasulullah pun
menanyakan baju zirah yang pernah diberikan. Akhirnya, baju zirah
itu dijual dan dijadikan mahar untuk pernikahan mereka. 480
dirham, harga baju zirah itu terjual.

Sepertiga dibelikan untuk wewangian, sepertiga lagi dibelikan


barang-barang kebutuhan.

Pernikahan pun terlaksana. Tanpa sewa gedung, rentetan


prasmanan, sewa baju pengantin yang bertaburkan berlian, dan
gemerlap lainnya. Hanya 480 dirham sebagai mahar. Pernikahan
sederhana, yang kelak nantinya akan menghasilkan anak
keturunan mulia. Anak keturunan yang akan menjadi penyambung
nasab Nabi Muhammad SAW.

Sy. Ali pun hanya menyiapkan rumah sederhana, ranjang yang


berisi butiran-butiran pasir yang sangat halus dengan lapisan
serabut, bantal yang berisi serabut halus, batu penggilingan,
ayakan, handuk, gelas, kendi kecil, dan sehelai tikar.

Di saat Rasul mendatangi mereka berdua yang tengah bersenda


gurau, Rasul tersenyum dan mendoakan mereka,

‫ﺑﺎرك ﷲ ﻟﻜﻤﺎ و ﺟﻤﻊ ﺷﻤﻠﻜﻤﺎ و اﺧﺮج ﻣﻨﻜﻤﺎ ﻛﺜﻴﺮ اﻟﻄﻴﺐ‬

"Semoga Allah memberkahi kalian, mempermudah urusan kalian,


dan keluar atas kalian keturunan yang banyak dan baik."

Sungguh, cinta itu bukan dengan memberikan kemewahan, bukan


pula menerima gemerlapnya dunia. Namun, berjuang bersama,
meniti asa, meraih ridho-Nya, dan mendapatkan syafaat Rasul-Nya,
adalah hakikat cinta yang sebenarnya.
Pernak-
pernik
RUMAH TANGGA

Kehidupan Rumah Tangga Sayyidah Fathimah Az-Zahra

Kehidupan rumah tangga pun dijalani dengan penuh kebahagiaan dan keberkahan.
Pernikahan yang diawali dengan kesederhanaan ini pun terus berjalan. Perabot
rumah yang dimiliki dua pasangan ini begitu sederhana, tak ada kasur yang empuk
ataupun dapur dengan alat masak yang lengkap. Hanya ada bantal yang berisikan
jerami dan ranjang yang hanya beralaskan tikar.

Sayyidah Fathimah melaksanakan pekerjaan rumah tangga dengan penuh


kesabaran dan keikhlasan setiap harinya. Menggiling gandum, membersihkan
rumah, dan masih banyak lagi. Semuanya beliau lakukan secara mandiri. Walaupun
begitu, Sayyidina Ali tak pernah diam berpangku tangan ketika istrinya sibuk
mengerjakan itu semua. Sayyidina Ali selalu membantunya dan meringankan beban
istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tak pernah terdengar suara keluhan
dari keduanya...

Pernah suatu waktu Sayyidah Fathimah dan Sayyidina Ali meminta pembantu
untuk meringankan kewajiban Sayyidah Fathimah, namun Rasulullah menolaknya
dengan berkata, "Demi Allah, aku tidak akan memberikan kalian seorang pembantu
sedangkan aku membiarkan orang-orang muslim dalam keadaan kelaparan karena
aku tidak memiliki apapun yang dapat aku berikan untuk mereka."

Setelah Rasulullah menolak permintaan mereka berdua, beliau pun mendatangi


keduanya di rumah mereka.

Kedua pasangan ini sedang bersiap-siap untuk tidur menggunakan selimut yang
jika digunakan untuk menutup kepala keduanya, maka terlihatlah kaki mereka.
Rasulullah pun duduk disamping mereka dan berkata, "Apakah kalian mau jika aku
memberi kalian sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah kalian minta?"

Keduanya pun mengiyakan. Kemudian Rasulullah mengajari mereka kalimat yang


telah diajarkan Malaikat Jibril kepada Rasulullah yaitu bertasbih, bertahmid dan
bertakbir sebanyak 10 kali setiap selesai sholat dan membacanya masing-masing
sebanyak 33 kali sebelum tidur. Maka bertambahlah keridhaan dalam rumah tangga
kedua pasangan ini, tanpa terdengar keluhan sedikit pun.

Sayyidah Fathimah memberikan hak kepada Sayyidina Ali sebagai suaminya secara
sempurna. Ketika Rasulullah memanggil Sayyidina Ali dan menanyakan mengenai
putrinya, maka ia menjawab,  "Dialah sebaik-baik teman dalam ketaatan."
Dan ketika Rasulullah menanyai putrinya mengenai menantunya, Ali, maka putrinya
pun menjawab, "Sebaik-baik lelaki adalah dia, Wahai Ayahku!"
Lihatlah, bagaimana kehidupan mereka yang penuh cinta dan saling mensyukuri
satu sama lain...

Kebahagiaan keluarga ini semakin bertambah ketika lahirnya kedua pangeran


Islam, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein. Dengan kelahiran kedua pangeran ini,
Rasulullah pun semakin sering mengunjungi keluarga kecil yang diberkahi ini.

Dalam kehidupan rumah tangga, sering kali muncul persoalan yang memicu
perselisihan, begitu pula yang terjadi dalam rumah tangga Sayyidah Fathimah.

Biasanya, ketika terjadi masalah dalam rumah tangga Fathimah, Nabi SAW
mengunjungi keduanya lalu duduk di tengah-tengah mereka. Sayyidina Ali duduk di
sisi kanan dan Sayyidah Fathimah di sisi kiri Rasulullah. Selanjutnya Nabi
mengambil tangan Sayyidina Ali dan meletakkannya di perutnya. Kemudian Nabi
mengambil tangan Fathimah dan diletakkan di atas tangan Sayyidina Ali. Nabi tak
akan melepaskan keduanya hingga mereka berdamai.

Pada kali yang lain, Nabi mendengar perselisihan antara keduanya. Sore harinya,
Nabi mengunjungi keduanya. Para sahabat melihat Nabi memasuki rumah putrinya
dengan wajah murung. Namun setelah beberapa saat di dalam, mereka melihat
Nabi keluar dari rumah itu dengan wajah berseri-seri. Salah seorang sahabat
bertanya, "Wahai Rasulullah, kami melihat engkau memasuki rumah Fathimah
dengan wajah murung, namun beberapa saat kemudian engkau keluar dengan
wajah yang berbinar-berbinar."

Rasulullah menjawab, "Bagaimana aku tidak merasa senang setelah aku dapat
mendamaikan dua orang yang paling aku cintai?"

Walau telah menjadi seorang istri dan ibu, Sayyidah Fathimah tetaplah seorang
anak dari Nabi akhir zaman. Rasulullah tak sedikit pun mengurangi kasih sayangnya
untuk buah hati tercintanya. Setiap kali Sayyidah Fathimah datang menemui
Rasulullah, Rasulullah pun berdiri untuk menyambutnya, mencium keningnya
dengan penuh kasih dan mendudukkannya di tempat duduk beliau. Begitu pun
sebaliknya.

Dialah orang yang paling mirip dengan ayahnya, Fathimah az-Zahra Ummu Abiha...
Wahai Fathimah,
Kaulah Pemimpin Wanita Surga..

Keistimewaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra

Kesedihan terbesar yang dialami Sayyidah Fathimah adalah ketika ayah yang sangat
dicintainya wafat. Sejak kecil beliau lah yang melayani, mengurusi, dan memperhatikan
kebutuhan ayahnya. Beliau orang pertama yang ditemui Nabi seusai berpergian,
sebelum Nabi mendatangi istri-istrinya.

Hingga detik-detik terakhir keluarnya ruh suci tersebut, beliau adalah orang pertama
yang dicari Rasul ketika itu. Sesekali Fathimah terisak di sampingnya, dan sesekali beliau
tersenyum...
Beliau terisak sedih karena sadar bahwa umur ayahnya sudah tak lama lagi... Dan beliau
tersenyum karena beliau mendapat kabar bahwa ialah orang pertama dari ahlul bait
yang akan menyusul ayahnya.

Detik-detik wafat Rasul pun tiba...


Sayyidina Ali sudah berada di samping Rasulullah untuk mendengarkan wasiat
terakhirnya. Sedangkan Fathimah, beliau hanya bisa duduk lemas dan menangis sejadi-
jadinya....

Setelah Rasul SAW wafat, tak pernah lagi terlihat senyum di wajah beliau.
Tak ada satu pun yang bisa menghiburnya, bahkan kedua putra kesayangannya.

Begitu agungnya engkau di mata semua orang yang mengenalmu. Maka rugi siapapun
yang tak mengikuti jalanmu dan sampai detik ini masih belum mengenalmu...

Allah telah mengkhususkan beliau dari perempuan seluruh alam. Di antara


keistimewaan beliau:

Beliau adalah putri kesayangan Nabi. Putri kesayangan dari pemimpin seluruh umat
manusia, pemilik maqam terpuji.
Hanya darinya lah keturunan Rasulullah tersambung.
Beliau adalah bagian dari Nabi. Barangsiapa yang membuatnya marah, maka Nabi
akan marah. Dan barangsiapa yang telah membuatnya ridha, Nabi pun akan ridha.
Pemimpin seluruh wanita ahli surga. Dan beliau merupakan wanita terbaik dan yang
paling mulia di antara seluruh wanita semesta.
Tidak pernah melihat dan dilihat lelaki yang bukan mahram.
Diharamkan memadunya.
Zuhud terhadap dunia, bersabar atas kesulitan hidup.
Atas sebab beliau, seluruh keturunannya diharamkan dari api neraka.
Beliau dijuluki Ummu Abiha. Karena sejak kecil ia telah mengabdi dan melayani
ayahandanya setelah kematian ibundanya, Sayyidah Khadijah.
Beliau adalah putri Rasulullah yang paling terakhir meninggal dunia, dan ahlul bait
yang paling pertama menjumpai Nabi SAW.
Beliau yang paling mirip dengan Nabi. Baik wajah, perkataan, maupun perbuatannya.

Ya Sayyidati...
Begitu mulianya engkau hingga Allah memberimu kekhususan yang tak dimiliki oleh
siapapun di dunia ini...
Maka patutlah bagi kita untuk meneladani sebaik-baiknya akhlak dan perangai beliau...
BUNGA ITU LAYU, LALU
GUGUR KE BUMI...

Wasiat Sayyidah Fathimah Az-Zahra


Enam bulan setelah wafatnya Rasul, tepatnya hari Senin, 2
Ramadhan 11 H, beliau pun menghembuskan nafas terakhirnya...

Makin terpuruklah Sayyidina Ali dengan kematian mertua dan


istrinya. Beliau berkata sambil terisak,

‫ﻟﻜﻞ اﺟﺘﻤﺎع ﻣﻦ ﺧﻠﻴﻠﻴﻦ ﻓﺮﻗﺔ‬

"Setiap perkumpulan dari dua kekasih, pasti ada perpisahan


yang mengikutinya."

Tahukah kamu apa yang diwasiatkan oleh beliau ketika detik


perpisahan itu tiba?

Sebelum kewafatannya, Sayyidah Fathimah berkata kepada


Sayyidina Ali, "Wahai putra pamanku, saat-saat yang kunantikan
semakin dekat, jiwaku semakin merunduk. Sungguh, tak ada
yang kuharapkan kecuali pertemuan dengan ayahku, Rasulullah
SAW. Dan aku hendak mewasiatkan kepadamu beberapa hal
yang terlintas dalam pikiranku."

Sayyidina Ali berkata, "Wasiatkanlah kepadaku apa yang kau


sukai wahai putri Rasulullah."

Fathimah pun berkata lagi, "Wahai putra pamanku, kau tidak


mendustakan dan tidak mengkhinati janji yang kuucapkan. Dan
aku tidak pernah berpaling darimu sejak kita bersama."

Lalu keduanya menangis, dan Ali memangku kepala Sayyidah


Fathimah dengan kedua tangannya. "Wasiatkanlah kepadaku
sekehendakmu."

Ada 3 hal yang diwasiatkan Sayyidah Fathimah kepada Sayyidina


Ali:

Pertama, agar ia menikahi Umamah bini Abul Ash, putri


kakaknya, Zainab. Karena Umamah menyayangi Hasan dan
Husein seperti beliau menyayanginya.

Kedua, agar Sayyidina Ali membuatkan keranda dari kayu untuk


membawa jasad Fathimah dengan bantuan Asma' mengenai
ciri-ciri keranda itu. Selain itu, beliau juga meminta agar 
jasadnya ditutupi dengan rapat dan dikafani. Agar tidak ada yang
mengetahui bentuk tubuhnya.

Ketiga, agar Sayyidah Fathimah dikuburkan pada malam hari di


Baqi. Tujuannya supaya tak ada satupun yang dapat melihat jasad
beliau. 

Dan di antara wasiat-wasiat beliau untuk para pengikutnya


khususnya kaum wanita adalah,

1. Persiapkan diri kalian untuk menghadapi kehidupan yang lebih


kekal di akhirat nanti. Bersungguh-sungguhlah dalam beramal
sholeh, dan tanamlah ketaatan di setiap kesempatan yang ada.

Diriwayatkan bahwa Fathimah menemui Asma' binti Umais. Tiba-


tiba beliau menangis, dan tangisannya semakin menjadi-jadi.
Dalam bingung, Asma' bertanya, "Apa yang membuatmu menangis
wahai Fathimah?"

Jawabannya sungguh menghentak pikiran. Beliau menangis


karena selalu memikirkan apa yang terjadi setelah mati, Fathimah
menangis karena mengingat nasibnya setelah mati, ketika ia sudah
dimandikan, dikafani dan digotong di atas keranda dari kayu.
Fathimah mengingat semua hal itu dan ia menangis karenanya.

2. Bersabarlah dan merasa cukuplah atas apa-apa yang diberikan


Allah. Sayyidah Fathimah selalu meyakini bahwa sikap tamak
kepada dunia akan memecahkan hati, dan beliau selalu
memegang teguh apa yang didengarnya dari sang ayah, "Wahai
Fathimah, bersabarlah mengahadapi kepahitan dunia untuk
meraih kenikmatan yang abadi."

Dan Rasulullah juga pernah berkata kepadanya, "Orang yang kaya


bukanlah yang kaya harta, melainkan yang kaya jiwa."

3. Beliau juga berpesan tentang sebaik-sebaiknya wanita. Ketika


Rasulullah datang kepadanya menanyakan suatu pertanyaan,
"Kebaikan apakah yang terdapat pada wanita?"

Maka Sayyidah Fathimah pun menjawab, "Ketika ia tidak melihat


laki-laki dan laki-laki tidak melihatnya."

Ketika mendengar jawaban putrinya, Rasulullah pun mendekap


Fathimah dengan erat.

Ya Rabb...
Tak ada kata dunia dalam wasiat itu.
Tak ada sedikitpun menyinggung tentang harta ataupun
peninggalan yang lain.
Bahkan, beliau memberi pendamping baru untuk sang suami agar
dapat menjaga putra-putranya tercintanya, Hasan dan Husein.

Lalu, tak adakah rasa malu dalam diri setelah mengetahui hal itu?
Mana bukti cinta yang telah sering kita ungkapkan??
Betapa jauhnya kita dengan beliau...
Masih adakah tempat di belakang beliau nanti ketika
menyeberangi shirat, untuk kita??
Sudahkah kita membahagiakan putri sang kekasih?
Atau bahkan sebaliknya?

Tepat pada hari ini, tanggal 20 Jumadil Akhir ialah hari


kelahirannya. Maka Persembahkanlah hadiah terindah untuk putri
tercinta Rasulullah dengan mengikuti akhlaknya yang mulia dan
tidak keluar dari jalannya...

Sumber: Kitab Innaha Fatimatuz Zahro, Iqdullul Muqtafat dan Buku


Hanya Fathimah Bunga nan Jadi Bunda Ayahnya.

Anda mungkin juga menyukai